Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86476 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhea Rizky Ardini
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran efikasi-diri inovasi sebagai variabel mediator dalam hubungan antara aktivitas belajar formal maupun informal terhadap perilaku kerja inovatif karyawan. Studi kuantitatif ini dilakukan terhadap 165 responden menggunakan metode accidental sampling dengan menyebarkan kuesioner daring. Adapun karakteristik sample adalah karyawan/karyawati yang bekerja di area Jabodetabek dengan rentang usia 24 – 44 tahun, masa kerja minimal 1 tahun di tempat kerja saat ini dan pendidikan terakhir minimal S1. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat Ukur Aktivitas Belajar Formal, Alat Ukur Aktivitas Belajar Informal, Skala Efikasi-Diri Inovasi dan Alat Ukur Perilaku Kerja Inovatif. Metode penelitian ini menggunakan metode survei. Untuk pengolahan data menggunakan analisa regresi mediasi dengan aplikasi statistik SPSS 25. Hasil analisis data menunjukkan bahwa efikasi diri inovasi memediasi sebagian hubungan antara aktivitas belajar formal dan informal dengan perilaku kerja inovatif. Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya manfaat positif dari efikasi-diri inovasi dalam hubungan antara aktivitas belajar formal dan informal terhadap perilaku kerja inovatif.

This study aims to examine the role of innovation self-efficacy as a mediator in the relationship between formal and informal learning activities on employees' innovative work behavior. This quantitative study was conducted on 165 respondents using the accidental sampling method by distributing online questionnaires. The characteristics of respondents are employees who work in the Jabodetabek area with an age range of 24-44 years, a minimum 1 year of working experience in current company and has at least Strata-1 educational background. The measuring instruments used in this research are the Formal Learning Activity Scale, the Informal Learning Activity Scale, the Innovation Self-Efficacy Scale and the Innovative Work Behavior Scale. This research uses a survey method. For data processing using mediation regression analysis with the application of SPSS 25 statistics. The results of data analysis show that innovative self-efficacy partially mediates the relationship between formal and informal learning activities with innovative work behavior. The result of this study implies the benefits of innovative self-efficacy in the relationship between formal and informal learning activities on innovative work behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Duma Masta Nehemia
"Peningkatan bonus demografi di Indonesia akan menjadi tantangan bagi lulusan baru untuk mendapatkan pekerjaan jika mereka tidak mempersiapkan diri. Oleh karena itu, kesiapan kerja menjadi atribut yang sangat penting. Faktor yang memengaruhi kesiapan kerja adalah efikasi diri. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran efikasi diri terhadap kesiapan kerja pada lulusan baru dengan metode regresi linear sederhana. Partisipan penelitian (N = 302) merupakan WNI berusia 21-25 tahun yang baru lulus dan pernah melakukan magang. Alat ukur yang digunakan adalah General Self-Efficacy Scale (GSES) dan Work Readiness Scale (WRS). Pengambilan data dilakukan secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri (M = 3,34, SD = 0,31) berperan secara positif dan signifikan sebesar 60,8% terhadap kesiapan kerja (M = 3,30, SD = 0,29), R² = 0,608, F(1, 300) = 464,954, p < 0,001. Hasil regresi menunjukkan effect size besar. Artinya, semakin tinggi efikasi diri seseorang, semakin tinggi kesiapan kerjanya karena mereka yakin terhadap kemampuan mereka untuk berhasil dan menghadapi tantangan. Sebaliknya, individu dengan efikasi diri rendah cenderung menghindari tantangan sehingga memiliki kesiapan kerja yang rendah. Hasil penelitian ini memberikan penambahan pengetahuan terkait efikasi diri dan kesiapan kerja pada lulusan baru.

The increase in Indonesia's demographic bonus will pose a challenge for recent graduates to find jobs if they do not prepare themselves. Therefore, work readiness becomes a crucial attribute. A factor that influences work readiness is self-efficacy. Thus, this study aims to examine the role of self-efficacy in work readiness among recent graduates using simple linear regression. The study participants (N = 302) are Indonesian citizens aged 21-25 who have recently graduated and had done an internship. The instruments used are the General Self-Efficacy Scale (GSES) and the Work Readiness Scale (WRS). Data collection was conducted online. The result showed that self-efficacy (M = 3.34, SD = 0.31) positively and significantly accounts for 60.8% of work readiness (M = 3.30, SD = 0.29), R² = 0.608, F(1, 300) = 464.954, p < 0.001. The regression result shows a large effect size. This means that the higher a person's self-efficacy, the higher their work readiness, as they are confident in their ability to succeed and face challenges. Conversely, individuals with low self-efficacy tend to avoid challenges, resulting in lower work readiness. This study contributes to the understanding of self-efficacy and work readiness among new graduates."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Ratnasari Hadipitoyo
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh kepemimpinan transformasional,
learning orientation, dan otonomi pekerjaan terhadap creative self-efficacy serta
pengaruh creative self-efficacy terhadap perilaku inovatif di kantor pusat PT. Bank
Jateng. Penelitian ini dilakukan terhadap 203 responden yang merupakan karyawan
di kantor pusat PT. Bank Jateng yang terletak di Semarang. Data yang didapatkan
dari responden kemudian diolah dan dianalisis menggunakan metode structural
equation modelling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa otonomi pekerjaan,
kepemimpinan transformasional, dan learning orientation berpengaruh signifikan
positif terhadap creative self-efficacy karyawan. Hasil selanjutnya adalah bahwa
creative self-efficacy karyawan berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku
inovatif. Oleh karena itu perilaku inovatif di PT. Bank Jateng dapat dikembangkan
melalui peningkatan creative self-efficacy karyawan.

ABSTRACT
This research aims to investigate factors that could determine employees? creative
self-efficacy, which are transformational leadership, learning orientation, and job
autonomy. Besides, this research also aims to analyze the effect of employees?
creative self-efficacy on innovative behaviour. To investigate this, 203 employees?
at the headquarter of PT. Bank Jateng in Semarang were surveyed. Data analysis is
conducted using structural equation modelling. The result of this research showed
that job autonomy, transformational leadership, and learning orientation are
positively significant to employees? creative self efficacy. Besides, employees?
creative self-efficacy was also found positively significant to innovative behaviour.
Thus, innovative behaviour in PT. Bank Jateng could be developed through
elevating employees? creative self efficacy."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Putri Humaira
"Ibu umumnya berperan sebagai caregiver ketika memiliki balita dengan masalah stunting. Pengalaman ini dapat menimbulkan kecemasan pada ibu yang kemungkinan dipengaruhi oleh efikasi dirinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan efikasi diri dengan kecemasan ibu sebagai caregiver balita stunting. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 64 ibu sebagai caregiver balita stunting yang didapatkan melalui metode consecutive sampling. Hasil penelitian sebagian besar menunjukkan ibu memiliki efikasi diri tinggi dan kecemasan normal. Analisis data bivariat dengan uji Chi Square menunjukkan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan ibu sebagai caregiver balita stunting (p = 0,348). Penelitian selanjutnya dapat menganalis faktor-faktor lainnya yang mungkin berkontribusi terhadap kecemasan ibu sebagai caregiver balita stunting. Dari hasil penelitian ini, peningkatan dukungan dan pengetahuan ibu, keluarga, dan masyarakat terkait stunting direkomendasikan.

Mothers generally act as caregivers when they have toddler with stunting problems. This experience can cause anxiety in the mother which may be influenced by her self-efficacy. The aim of this research is to identify the relationship between self-efficacy and anxiety in mothers as caregivers of stunting toddler. This study used a cross-sectional approach involving 64 mothers as caregivers of stunting toddler who were obtained through a consecutive sampling method. The research results mostly show that mothers have high self-efficacy and normal anxiety. Bivariate data analysis using the chi square test showed that there was no significant relationship between self-efficacy and anxiety in mothers as caregivers of stunting toddler (p = 0,348). Further research can analyze other factors that might contribute to mothers’ anxiety as caregivers of stunting toddler. From the result of this research, increasing support and knowledge of mothers, families, and communities regarding stunting is recommended.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Hasbi Asshiddiq
"HIV merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Terjadi Peningkatan kasus ODHIV dari tahun ke tahun. Rendahnya efikasi diri untuk mengelola HIV menyebabkan ODHIV tidak patuh pengobatan, kesulitan menghadapi stigma dan diskriminasi, bahkan berdamai dengan diri sendiri. Ada tiga faktor yang dapat memprediksi efikasi diri, yaitu faktor lingkungan, kognitif dan tingkah laku. Penelitian ini menggunakan pemaafan, perspektif hidup dan dukungan sosial dalam kerangka teori sosial kognitif. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat ukur Heartland Forgiveness Scale (HFS), Life Regard Index Revised (LRI-R), The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan Self Efficacy for Managing Chronic Disease (SEMCD). Responden sebanyak 82 orang dengan rentang usia 21-43 tahun merupakan ODHIV dari populasi kunci LSL Penelitian menemukan ketiga variabel bebas memprediksi variabel terikat secara signifikan dan simultan. Jika dilihat peran dari variabel bebas, hanya variabel pemaafan dan perspektif hidup yang dapat memprediksi variabel terikat secara signifikan dan positif. Pada variabel pemafaan, hanya dimensi pemaafan diri yang memprediksi variabel terikat secara signifikan. Studi diharapkann dapat menambah literatur terkait isu HIV di Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini juga menjadi dasar dalam penanganan HIV dari pandangan psikososial.

HIV is a serious health problem in Indonesia. There has been an increase in PLHIV cases from year to year. Low self-efficacy for managing HIV causes PLHIV to not adhere to treatment, difficulty facing stigma and discrimination, and make peace with themselves. There are three factors that can predict self-efficacy, environmental, cognitive and behavioral factors. This study uses forgiveness, life perspectives and social support within the framework of cognitive social theory. This study used a quantitative method using the Heartland Forgiveness Scale (HFS), Life Regard Index Revised (LRI-R), The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and Self Efficacy for Managing Chronic Disease (SEMCD). Respondents were 82 people with an age range of 21-43 years who were PLHIV from the key population MSM. The study found that three independent variables significantly and simultaneously predicted the dependent variable. If we look at the role of the independent variables, only forgiveness and life perspective variables can predict the dependent variable significantly. In the variable of forgiveness, only the dimension of self-forgiveness predicts the dependent variable significantly. The study is expected add the literature related to HIV issues in Indonesia. This study can be the basis for treating HIV from a psychosocial perspective."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Hasby
"Kompetensi sosial emosional merupakan salah satu kemampuan yang dibutuhkan oleh guru dalam menyiapkan siswa yang kompeten secara sosial emosional untuk menghadapi berbagai tantangan di abad 21. Dalam mengembangkan kompetensi sosial emosional pada guru, persepsi guru terhadap iklim sekolah dan tingkat efikasi diri guru menjadi faktor yang mendukung hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mencari efek mediasi yang dimiliki oleh efikasi diri guru terhadap hubungan antara persepsi iklim sekolah dan kompetensi sosial emosional guru. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 493 guru sekolah dasar di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan alat ukur Social Emotional Competencies-Teacher Rating Scale untuk mengukur kompetensi sosial emosional guru, Revised-School Level Enviromental Questionnaire untuk mengukur persepsi iklim sekolah, dan Teachers’ Sense of Efficacy Scale versi bahasa Indonesia untuk mengukur efikasi diri guru. Analisis regresi Hayes dilakukan terhadap penelitian ini dan ditemukan bahwa terdapat mediasi parsial untuk variabel efikasi diri guru terhadap hubungan persepsi iklim sekolah dan kompetensi sosial emosional guru pada dimensi teacher-student relationships dan emotion regulation. Hasil temuan ini membuktikan bahwa persepsi positif guru terhadap iklim sekolah dan efikasi diri guru berperan dalam meningkatkan kompetensi sosial emosional pada guru sekolah dasar.

Social-emotional competence is one of the abilities required by teachers to prepare students who are socially and emotionally competent to face various challenges in the 21st century. In developing social-emotional competence in teachers, teachers' perceptions of the school climate and the level of teacher self-efficacy become factors that support this. This study aims to find the mediating effect of teacher self-efficacy on the relationship between perceptions of the school climate and the social-emotional competence of teachers. The participants in this study were 493 elementary school teachers in Indonesia. This research is quantitative in nature, using the Social Emotional Competencies-Teacher Rating Scale (SECTRS) to measure teachers' social-emotional competence, the Revised-School Level Environmental Questionnaire (R-SLEQ) to measure perceptions of the school climate, and the Teachers’ Sense of Efficacy Scale in the Indonesian language (I-TSES) to measure teacher self-efficacy. Regression analysis, specifically Hayes' method, was applied to this research, and it was found that there is partial mediation for the variable of teacher self-efficacy in the relationship between perceptions of the school climate and teachers' social-emotional competence in the dimensions of teacher-student relationships and emotion regulation. These findings demonstrate that positive perceptions of the school climate and teacher self-efficacy play a role in enhancing social-emotional competence in elementary school teachers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifatul Awalin
"Pengetahuan dapat mempengaruhi efikasi diri seseorang dalam memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan BHD dengan efikasi diri memberikan BHD pada Mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Responden penelitian yaitu 352 mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) Universitas Indonesia yang dipilih melalui teknik stratified random sampling. Responden mengisi kuesioner pengetahuan BHD untuk mengukur tingkat pengetahuan dan kuesioner Basic Resuscitation Skills Self-Efficacy Scale (BRS-SES) untuk mengukur tingkat efikasi diri responden dalam melakukan BHD. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji pearson chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang berarti antara tingkat pengetahuan BHD dengan efikasi diri melakukan BHD (p value < 0,001, α = 0,05). Untuk meningkatkan pengetahuan, mahasiswa RIK perlu memperbaharui pengetahuan secara rutin mengenai pertolongan pertama sesuai dengan perkembangan jaman. Penyebarluasan informasi di masyarakat mengenai prosedur pertolongan  pertama juga perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat melakukan pertolongan pertama jika menemukan kasus henti jantung.

Knowledge can affect self-efficacy to provide Basic Life Support (BLS). This study aimed to identify the relationship between knowledge and self-efficacy for doing Basic Life Support (BLS) among health sciences students. The study design used quantitative study with cross-sectional approach. A stratified random sampling 352 students from health sciences cluster were recruited in this study. Questionnaires were used to measure the level of knowledge and Basic Resuscitation Skills Self-Efficacy Scale (BRS-SES). The data was analyzed using univariate and bivariate analysis with pearson chi square test. The result showed there was significant correlation between knowledge and basic life support self-efficacy among health sciences cluster students (p value < 0,001, α = 0,05). In order to improve level of knowledge, health sciences cluster students need to update their first aid's knowledge regularly. Dissemination of first aid information in the community also needs to be improved so people as bystander can do first aid if they find a case of cardiac arrest."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ai Nurhasanah
"Stres akademik merupakan permasalahan yang sering dialami mahasiswa, tak terkecuali mahasiswa yang tinggal di Pondok Pesantren. Kondisi ini merupakan tekanan akibat dari proses belajar yang dapat memberi pengaruh pada aspek fisik maupun psikologis. Penelitian terdahulu mengungkapkan sejumlah variabel yang dapat mengurangi stres akademik, diantaranya adalah variabel efikasi diri akademik dan pola pikir positif. Husnudzan sebagai pola pikir positif dalam islam, dipandang memiliki pengaruh pada berbagai aspek psikologis seperti kesehatan mental, resiliensi, penerimaan diri dan kecemasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menyebarkan adaptasi skala stres akademik (SSI), skala husnudzan dan skala efikasi diri akademik (TASES). Uji validitas dan reliabilitas telah dilakukan pada ketiga skala tersebut, dengan nilai 0.922 dan 0.959 untuk skala stress akademik, 0.876 dan 0.796 untuk skala husnudzan serta 0.905 dan 0.951 untuk skala efikasi diri akademik. Analisis data dilakukan dengan melakukan uji korelasi dan uji mediasi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 80 mahasiswa Universitas Islam Negeri Bandung. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada variabel husnudzan dan efikasi diri (r = 0.480 dengan p < 0.01). Sedangkan pada variabel lainnya tidak terdapat korelasi yang signifikan, dengan nilai r = -0.147 (p = 0.193) untuk efikasi diri akademik dan stres akademik, serta r = -0.169 (p = 0.135) untuk husnudzan dan stres akademik. Berdasarkan uji mediasi, hasil penelitian menunjukkan efikasi diri akademik tidak berperan sebagai mediator dalam hubungan husnudzan dan stres akademik dimana nilai yang diperoleh pada indirect effect adalah -0.0944, yang memiliki rentang antara BootLLCI (-0.3656) dan BootULCI (0.1986) melewati nilai 0.

Academic stress is a problem experienced mostly by students including those who live in Islamic boarding schools. This condition happens because of the learning process presssure which can affects them physically and psychologically. Many previous studies examined a number of variables that can reduce academic stress, including the variables of academic self-efficacy and positive mindset. Husnudzan, a positive mindset in Islam, is considered to have an influence on various psychological aspects such as mental health, resilience, self-acceptance and anxiety. The method used in this study is a quantitative method by distributing the adaptation of the academic stress scale (SSI), the husnudzan scale and the academic self-efficacy scale (TASES). The validity and reliability scores are 0.922 and 0.959 for academic stress scale, 0.876 and 0.796 for husnudzan scale, also 0.905 and 0.951 for academic self-efficacy scale. Data analysis was carried out by conducting correlation and mediation analyses. A total of 80 undergraduate students from State Islamic University of Sunan Gunung Djati Bandung (UIN Bandung) participated in the study. The results demonstrated that husnudzan significantly correlated with academic self-efficacy (r = 0.480 and p<0.01). In contrast, there was no significant correlation not only on academic self-efficacy and stress academic r = -0.147 (p = 0.193) but also on husnudzan and stress academic r = -0.169 (p = 0.135). The mediation test results showed that academic self-efficacy could not mediate the relationship between husnudzan and academic stress with indirect effect score -0.0944 (BootLLCI = -0.3656 and BootULCI = 0.1986)."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Setiadi
"Pendidikan memegang peranan penting dalam mengembangkan kreativitas siswa. Iklim sekolah kreatif dan efikasi diri guru merupakan faktor utama yang dapat memengaruhi perkembangan kreativitas siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efikasi diri guru dalam memediasi iklim sekolah kreatif dan perilaku guru membina kreativitas pada siswa sekolah dasar. Penelitian dilakukan kepada 118 guru sekolah dasar di Jabodetabek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah CFTI Scales (Soh, 2000), R-SLEQ (Johnson et al., 2007), dan I-TSES (Rahayu & Wangid, 2021). Hasil penelitian menunjukkan terdapat full mediation pada hubungan iklim sekolah kreatif dan perilaku guru membina kreativitas siswa yang dimediasi oleh efikasi diri guru. Hal ini menunjukkan bahwa iklim sekolah kreatif dapat memengaruhi perilaku guru membina kreativitas apabila dimediasi oleh efikasi diri guru. Implikasi dari penelitian menekankan bahwa sekolah harus membentuk iklim pembelajaran kreatif dan guru perlu memiliki efikasi diri yang baik agar dapat mengembangkan kreativitas siswa.

Education plays a vital role in developing students' creativity. Creative school climate and teacher self-efficacy are the main factors that can influence the development of student creativity. This study aims to determine the effect of teacher self-efficacy in mediating creative school climate and creativity fostering teacher behavior in elementary school students. The study was conducted on 118 elementary school teachers in Jabodetabek. The measuring instruments used in this study are CFTI Scales (Soh, 2000), R-SLEQ (Johnson et al., 2007), and I-TSES (Rahayu & Wangid, 2021). The results showed that there was full mediation in the relationship between creative school climate and creativity fostering teacher behavior mediated by teacher self-efficacy. This shows that creative school climate can creativity fostering teacher behavior when mediated by teacher self-efficacy. The implication of the study emphasizes that schools should establish a creative learning climate and teachers need to have good self-efficacy in order to develop students' creativity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Chairina
"Dalam menghadapi tantangan selama proses Belajar dari Rumah (BdR), siswa perlu mengembangkan academic buoyancy, yaitu kemampuan untuk mengatasi kemunduran dan tantangan akademik sehari-hari. Peran orang tua selama pandemi menjadi penting karena siswa lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah strength-based parenting (SBP), sebuah pendekatan pengasuhan yang menekankan pada identifikasi dan pengembangan kekuatan anak, memprediksi academic buoyancy melalui academic self-efficacy, social self-efficacy, dan emotional self-efficacy. Penelitian dilakukan terhadap 238 siswa SMA di Indonesia. Alat ukur yang digunakan adalah Strength-Based Parenting Scale, Self-Efficacy Questionnaire for Children, dan Academic Buoyancy Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SBP berkorelasi positif dengan academic buoyancy (r = 0,33, p < 0,01). Academic self-efficacy dan emotional self-efficacy masing-masing memediasi hubungan antara SBP dan academic buoyancy (a1b1 = 0,05, BootCI 95% [0,03, 0,07]; a3b3 = 0,03, BootCI 95% [0,01, 0,05]). Social self-efficacy tidak ditemukan memiliki peran mediasi (a2b2 = -0,00, BootCI 95% [-0,02, 0,01]). Ketika orang tua mengenali dan mengembangkan kekuatan yang siswa miliki, maka siswa akan merasa yakin dengan kemampuannya untuk melakukan tugas akademik dan mengatasi emosi negatif. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah mengatasi kemunduran dan tantangan akademik yang dialami selama menjalani BdR.

To overcome adversities during Belajar dari Rumah (BdR) period, students need to develop academic buoyancy, described as ‘the ability to deal with daily academic setbacks and challenges’. Parents’ role during BdR is important since students spend more time at home. This study aims to investigate the relationship between strength-based parenting (SBP) and academic buoyancy through academic self-efficacy, social self-efficacy, and emotional self-efficacy. 238 high school students in Indonesia participated in this study. Strength-Based Parenting Scale, Self-Efficacy Questionnaire for Children, and Academic Buoyancy Scale were used to measure the variables. The results showed that SBP positively correlated with academic buoyancy (r = 0.33, p <0.01). Academic self-efficacy and emotional self-efficacy serve as unique mediators in the relationship between SBP and academic buoyancy (a1b1 = 0.05, BootCI 95% [0.03, 0.07]; a3b3 = 0.03, BootCI 95% [0.01, 0.05]). Meanwhile, the role of social self-efficacy as mediator is not significant (a2b2 = -0.00, BootCI 95% [-0.02, 0.01]). When parents identify and cultivate their children’s strengths, children will believe in their ability to carry out academic tasks and deal with negative emotions which in turn help them overcome setbacks and challenges during BdR."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>