Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172064 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elita Putri Fadliawati
"Ilmu magic adalah sebuah kepercayaan dan juga praktik, di mana praktiknya melibatkan alam bawah sadar dan juga hal-hal tak kasat mata. Magi oleh banyak orang dapat memengaruhi kekuatan alam dan diri mereka sendiri secara langsung, entah untuk tujuan baik atau buruk, dengan usaha-usaha mereka sendiri untuk memanipulasi daya-daya yang lebih tinggi. Praktek magi sebenarnya tak secara penuh bisa dilepaskan begitu saja dari praktik agama tertentu. Contohnya dalam agama Yahudi ritual Kabbalah dan Yoga dalam Hindu. Tetapi kemudian agama- agama monotheistik menganggapnya sebagai hal menyimpang dan berkonotasi buruk. Ini diawali dengan periodesasi agama-agama monotheistik yang membenci ritual yang dianggap bid’ah dan dianggap menyimpang dari ajaran Kristen maupun Islam murni. Di Asia Tenggara sendiri, magi masih menjadi hal yang dianggap tradisional dan hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu. Termasuk pula anggapan negatif bahwa shaman (dukun) lekat dengan dengan ilmu teluh dan mendatangkan nasib buruk bagi korbannya. Padahal, shaman juga memiliki kemampuan pengobatan tradisional, yang tergolong sebagai ilmu magi, entah karena diturunkan dari shaman terdahulu atau “melalui mimpi.” Namun, kedua hal tersebut masih dilanggengkan keberadaannya sampai sekarang dan tidak dianggap sebagai sesuatu yang primitif. Pengobatan tradisional dengan ritual tertentu, serta sihir (baik yang bertujuan mencelakakan atau menguntungkan orang lain) masih eksis di tengah masyarakat yang tinggal di kota, desa atau daerah suburban. Bahkan meski sudah mempraktikkan “sihir baik” sekalipun, dengan cara menjadi pemeluk agama yang taat, shaman-shaman di negara dengan mayoritas penduduk beragama monotheis rentan mendapat persekusi. Di sisi lain, jasa-jasa dalam pengobatan tradisional pun tetap dibutuhkan lantaran status beberapa negara Asia Tenggara sebagai negara berkembang, di mana ketersediaan fasilitas medis modern belum merata. Dalam tulisan ini, saya akan mencoba menyajikan data pustaka anotasi bibliografi tentang jurnal yang membahas ilmu magi di Asia Tenggara dan juga memberikan gambaran mengapa ilmu magi adalah salah satu sub-ilmu yang patut diperdebatkan dan diteliti lebih lanjut.

Magic is both a belief and a practice, where its practice involves the subconscious as well as the invisible. Magic, as seen by many people, can affect the forces of nature and themselves directly, for good or for bad, by their own efforts to manipulate higher powers. The practice of magic actually cannot be completely separated from the practice of a particular religion. For example in Judaism Kabbalah rituals and Yoga in Hinduism. But then monotheistic religions regard it as deviant and contains bad connotations. This begins with the periodization of monotheistic religions that opposing rituals that are considered heretical and deviate, especially by the religious scholars from Christianity and Islam. In Southeast Asia itself, magic is still a thing that is considered traditional and only done by certain people. This include the negative assumption that shamans are attached to witchcraft and bring bad luck towards their victims. In fact, shamans also have traditional medicinal abilities, which are classified as magic, either because they are passed down from previous shamans or "given through dreams." However, these two things are still preserved until now and are not considered as something primitive. Traditional medicine with certain rituals, as well as magic (whether aimed at harming or benefiting the others) still exist in people who live in cities, villages or suburban areas. Even if they’re practicing “white magic”, by becoming devout religious adherents, shamans in countries where the majority of the population are monotheists are still vulnerable to persecution. On the other hand, services in traditional medicine are still needed, regarding the status of Southeast Asian majority as developing countries, where the availability of modern medical facilities is not evenly distributed. In this paper, I will try to present bibliographic annotated literature on journals discussing magic in Southeast Asia and also provide an overview of why magic is one of the sub- sciences that deserves to be debated and researched further."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Greenwood, Susan
Oxford : Berg, 2000
301 GRE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Webster, Hutton
Stanford,California: Stanford University Press, 1948
306 Web m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Stein, Rebecca L.
Boston: Pearson Education, 2005
306.6 STE a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fedyani Saifuddin
Jakarta : Prenada Media , 2005
301 ACH a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Rachmat Arifianto
"Studi tentang pesantren selama ini masih banyak dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek fungsional kelembagaan dan struktur fungsi yang ada di pesantren. Misalnya Zamakhsyari Dhofier (1982), Manfred Ziemek (1986), Sindu Galba (1995), Nurcholis Madjid (1997), dan Azyumardi Azra (1998). Sementara itu, dinamika, gerak dan perubahan, telah menjadi wacana mutakhir dalam ilmu sosial di abad modern ini. Sehingga memengaruhi cara pandang dan paradigma seseorang dalam melihat gejala-gejala sosial di tengah-tengah masyarakat. Demikian pula pesantren, sebagai lembaga pendidikan di Indonesia yang indegenous juga tak luput dari dinamika, gerak dan perubahan. Penelitian ini adalah penelitian antropologi di pesantren yang mengharuskan turun di lapangan, keterlibatan peneliti dan penggalian fakta-fakta empirik. Penelitian ini hendak memahami bagaimana disiplin sebagai suatu teknik dan metode kekuasaan, dapat terlaksana di pesantren. Bagaimana relasi-relasi kuasa yang dibangun dan bekerja pada jaringan kekuasaan di pondok. Bagaimana para aktor-aktor sebagai sarana kekuasaan memproduksi dan mereproduksi kekuasaannya. Penekanan pada aspek kultural dilakukan melalui etnografi. Penelitian ini berusaha menggunakan paradigma konstruktivis untuk menganalisa isu-isu kekuasaan dan simbol-simbol yang ditemukan. Penelitian berlangsung di Pesantren Gontor. Salah satu pesantren modern yang dikenal dengan disiplinnya. Kenapa para santri mau berdisiplin, apa sasaran dan tujuan mereka berdisiplin. Dari analisa disimpulkan bahwa dinamika kegiatan santri yang interaktif, mentalitas saling mengatur, pribadi yang refleksif dan kreatif, menjadi kunci utama diterimanya disiplin. Proses kaderisasi menjadi rangkaian beroperasinya kekuasaan antara relasi-relasi santri, guru, kyai, yang cair, mengalir dan produktif, bekerja pada sistem-sistem sebagai sirkuit yang menggerakkan mesin-mesin disiplin secara efektif. Teknik dan metode di antaranya dengan norma, teknik penyeragaman, pengelompokan identitas, kegiatan terstruktur, pengawasan terpadu, dan ujian. Sasarannya adalah pendidikan mental dan daya tahan santri, agar menjadi pribadi yang produktif dan mampu mendisiplinkan diri (self discipline). Disiplin dimaknai sebagai latihan dan perbaikan (in uriidu illal islah).

In the past, major studies on pesantren (Islamic boarding school) were undertaken mostly to notice the institutional as well as structural functions of pesantren. We might refer to works such as of Zamakhsyari Dhofier (1982), Manfred Ziemek (1986), Sindu Galba (1995), Nurcholish Madjid (1997), and Azyumardi Azra (1998). For the time being, however, the dynamics, motion, and change have been becoming popular discourses in the contemporary modern social sciences. These have brought about a huge effect to the point of view and paradigm one embraces in dealing with social phenomenon among society. Even as an indigenous educational institution, Pesantrens have no way out to escape from these trends. The pesantren survives also by way of dynamics, motions, and changes. This research is an anthropological research which necessitates the researcher to descend and engage along with the subject. The research would identify with how discipline as a technique and method of power works in pesantren; how is the power relation maintained within the pesantren?s power network; and how would actors as the means of power produce and reproduce their powers. Stressing upon cultural aspects is made through ethnography. The research embarks on a constructivist paradigm to analyse issues of power and symbolic realm around them. The research was conducted in Pesantren Gontor, the so-called modern pesantren which is well-known with its discipline. Why should the pupils embrace discipline? What are their objectives in attaching with discipline? The analysis concludes that the dynamics of interactive santri's activities, the co-governing mentality, and the reflexive and creative personality constitute the key reason why discipline is accepted. The forming of cadres processes become a chain through which power operates within the flux, flowing, and productive relations among santri, teacher, and kyai. Those work systematically as a circuit that effectively generates disciplinary engines. Among techniques and methods which adopted are normalization, homogenization, identity-based classification, structured activities, incorporated surveillance, and examination. The target is mentality as well as survivability education each santri must have in order to become the productive person who is able to maintain self discipline. Thus, a discipline is meant to be exercise and correction (in urîdu illal ishlah)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T26769
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Puspitasari
"Skripsi ini menjelaskan tentang pengelolaan sumber daya alam berbasis pranata sasi di kawasan Desa Adaut, Kecamatan Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Sasi merupakan sebuah pranata yang menjadi tradisi di masyarakat Maluku yang sangat erat kaitannya dengan pengelolaan sumber daya alam yang bersifat common property. Dalam prakteknya sasi mengalami perubahan dari waktu ke waktu juga kaitan terhadap akses yang membentuk siapa saja yang memiliki hak dan keuntungan dalam pengelolaan sumber daya alam tersebut. Keberlangsungan sasi sebagai suatu pranata secara berkelanjutan terus dilakukan dengan pertimbangan ekonomi sebagai factor utama dan konservasi sebagai keuntungannya. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, pengamatan terlibat, dan studi literatur. Proses pengumpulan data dan penulisan secara keseluruhan dilakukan sejak Desember 2012 hingga Mei 2013.

This undergraduate thesis explains the management of natural resources that are Sasi-institution based in the area of Adaut Village, Selaru District, Maluku Tenggara Barat Regency, Maluku Province. Sasi is an institution that has become a tradition among people of Maluku which has a strong relation with natural resources management with common property characteristic. In the practice, Sasi encountered changes from time to time and also the relation to the access of those who can have rights and benefits in managing natural resources. Sasi as an institution os continously carried out by economic considerations as the main factor and the conservation benefits. The research methodology used in this research is qualitative method by collecting data through in-depth interview, participant observation, and literature study. The whole field observation and writing process has been done since December 2012 until May 2013."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fedyana Saifuddin
Jakarta: Kencana, 2015
301 ACH l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997
301 KOE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko S.
"Studi mengenai kegiatan ritual keagamaan dalam masyarakat, merupakan suatu hal yang penting untuk dapat memahami kebudayaan masyarakat tersebut. Upacara Ngalabuh yang dilakukan oleh masyarakat nelayan pantai Teluk Naga, dapat digunakan sebagai cara untuk mempalajari simbol-simbol religius sekaligus merupakan wujud kebudayaan masyarakat pemiliknya. Bagi masyarakat pantai Teluk Naga, upacara Ngalabuh merupakan suatu upaya penting untuk menyelamatkan diri mereka serta akan menolong manusia terhadap rasa aman dari kekuatan yang tidak .mereka diketahui. Pada sisi lain, kepercayaan yang dimiliki bersama serta kegiatan ritual yang mereka laksanakan bersama pula, mendorong ke arah solidaritas sosial yang terjadi di antara masyarakat tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>