Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130742 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bianca Permata Aulia
"Metarhizium majus UICC 295 memiliki kemampuan menginfeksi serangga Oryctes rhinoceros Linnaeus, dan menggunakan tepung cangkang Crustacea yang mengandung kitin sebagai substrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan M. majus UICC 295 pada variasi konsentrasi tepung cangkang lobster 10% (b/v), 15% (b/v), 20% (b/v), dan 25% (b/v) dalam Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10% (b/v), serta melihat kemampuan M. majus UICC 295 dalam menggunakan tepung cangkang lobster sebagai substrat pada SDYA 10% menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Block agar yang mengandung M. majus UICC 295 umur 7 hari ditumbuhkan pada variasi konsentrasi tepung cangkang lobster dan diinkubasi dalam keadaan gelap pada suhu inkubasi 26,5°C selama 10 hari. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 tumbuh pada semua variasi konsentrasi tepung cangkang lobster dalam SDYA 10%. Morfologi koloni yang terbentuk bervariasi berdasarkan pigmentasi, sporulasi, dan kerapatan miselium. Ukuran diameter koloni terbesar rata-rata menunjukkan penurunan sebesar 18,77% dibandingkan diameter koloni pada SDYA 10%. Hasil SEM memperlihatkan pertumbuhan M. majus UICC 295 pada tepung cangkang lobster 10% dalam SDYA 10% dengan adanya miselia, konidia dan menyebabkan perubahan struktur tepung cangkang lobster yang ditandai dengan adanya rongga. Hasil penelitian mengindikasikan M. majus UICC 295 menggunakan tepung cangkang lobster sebagai substrat dan nutrien untuk pertumbuhan.

Metarhizium majus UICC 295 has the ability to infect Oryctes rhinoceros Linnaeus, and utilizes crustacean shells containing chitin as substrates. This study aims were to observe the growth of M. majus UICC 295 on lobster shell powder with various concentrations of 10% (w/v), 15% (w/v), 20% (w/v), and 25% (w/v) in 10% (w/v) Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA), and to observe M. majus UICC 295 ability to utilize lobster shell powder as a substrate in 10% SDYA using a Scanning Electron Microscope (SEM). Block agar containing 7-days old M. majus UICC 295 was grown on various concentrations of lobster shell powder and incubated in the dark at 26.5°C for 10 days. The results showed that M. majus UICC 295 was able to grow in various lobster shell powder concentrations in 10% SDYA. Colony morphology showed variations in pigmentation, sporulation, and mycelium density. The largest average colony diameter size showed a 18.77% decrease compared to colony diameter in SDYA. The SEM results showed growth of M. majus UICC 295 on 10% lobster shell powder in 10% SDYA by the formation of mycelia and conidia, and changes in the lobster shell powder structure which were indicated by the presence of cavities. This study indicated that M. majus UICC 295 utilized lobster shell powder as a substrate and nutrient for growth."
Depok: Fakultas Matematika Dan ILmu Pengetahuan Alam, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bianca Permata Aulia
"Metarhizium majus UICC 295 memiliki kemampuan menginfeksi serangga Oryctes rhinoceros Linnaeus, dan menggunakan tepung cangkang Crustacea yang mengandung kitin sebagai substrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan M. majus UICC 295 pada variasi konsentrasi tepung cangkang lobster 10% (b/v), 15% (b/v), 20% (b/v), dan 25% (b/v) dalam Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10% (b/v), serta melihat kemampuan M. majus UICC 295 dalam menggunakan tepung cangkang lobster sebagai substrat pada SDYA 10% menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Block agar yang mengandung M. majus UICC 295 umur 7 hari ditumbuhkan pada variasi konsentrasi tepung cangkang lobster dan diinkubasi dalam keadaan gelap pada suhu inkubasi 26,5°C selama 10 hari. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 tumbuh pada semua variasi konsentrasi tepung cangkang lobster dalam SDYA 10%. Morfologi koloni yang terbentuk bervariasi berdasarkan pigmentasi, sporulasi, dan kerapatan miselium. Ukuran diameter koloni terbesar rata-rata menunjukkan penurunan sebesar 18,77% dibandingkan diameter koloni pada SDYA 10%. Hasil SEM memperlihatkan pertumbuhan M. majus UICC 295 pada tepung cangkang lobster 10% dalam SDYA 10% dengan adanya miselia, konidia dan menyebabkan perubahan struktur tepung cangkang lobster yang ditandai dengan adanya rongga. Hasil penelitian mengindikasikan M. majus UICC 295 menggunakan tepung cangkang lobster sebagai substrat dan nutrien untuk pertumbuhan.

Metarhizium majus UICC 295 has the ability to infect Oryctes rhinoceros Linnaeus, and utilizes crustacean shells containing chitin as substrates. This study aims were to observe the growth of M. majus UICC 295 on lobster shell powder with various concentrations of 10% (w/v), 15% (w/v), 20% (w/v), and 25% (w/v) in 10% (w/v) Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA), and to observe M. majus UICC 295 ability to utilize lobster shell powder as a substrate in 10% SDYA using a Scanning Electron Microscope (SEM). Block agar containing 7-days old M. majus UICC 295 was grown on various concentrations of lobster shell powder and incubated in the dark at 26.5°C for 10 days. The results showed that M. majus UICC 295 was able to grow in various lobster shell powder concentrations in 10% SDYA. Colony morphology showed variations in pigmentation, sporulation, and mycelium density. The largest average colony diameter size showed a 18.77% decrease compared to colony diameter in SDYA. The SEM results showed growth of M. majus UICC 295 on 10% lobster shell powder in 10% SDYA by the formation of mycelia and conidia, and changes in the lobster shell powder structure which were indicated by the presence of cavities. This study indicated that M. majus UICC 295 utilized lobster shell powder as a substrate and nutrient for growth."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Gayatri Widayana
"Metarhizium majus UICC 295 memiliki kemampuan untuk menggunakan cangkang Crustacea yang mengandung kitin sebagai substrat. Penelitian bertujuan untuk mengamati pertumbuhan M. majus UICC 295 pada tepung cangkang kerang tahu dengan variasi konsentrasi 10% (b/v), 15% (b/v), 20% (b/v) dan 25% (b/v) dalam Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10%. Selain itu, mengamati kemampuan M. majus UICC 295 dalam menggunakan tepung cangkang kerang tahu sebagai substrat pada SDYA 10% menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Metarhizium majus UICC 295 pada SDYA 100%, suhu 26,5°C, umur 7 hari dalam kondisi gelap diinokulasikan ke medium dengan variasi konsentrasi tepung cangkang kerang tahu dalam SDYA menggunakan metode peletakan langsung blok agar, suhu 26,5°C, selama 10 hari dalam kondisi gelap. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 tumbuh pada semua variasi konsentrasi tepung cangkang kerang tahu dalam SDYA 10%. Morfologi koloni yang terbentuk bervariasi berdasarkan pigmentasi, sporulasi, dan kerapatan miselium. Ukuran diameter koloni rata-rata tertinggi pada medium dengan penambahan tepung cangkang kerang tahu 15% dalam SDYA 10% menunjukkan penurunan sebesar 9,25% dibandingkan pada SDYA 10% (kontrol). Hasil SEM memperlihatkan pertumbuhan M. majus UICC 295 dengan adanya konidia dan hifa, serta menyebabkan perubahan struktur pada tepung cangkang kerang tahu 15% dalam SDYA 10% dengan terbentuknya rongga dan retakan. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 memiliki kemampuan untuk menggunakan tepung cangkang kerang tahu sebagai substrat dan nutrien untuk pertumbuhan.

Metarhizium majus UICC 295 has the ability to utilize crustacean shells containing chitin as substrates. This study aims were to observe the growth of M. majus UICC 295 on hard clam shell powder with concentrations of 10% (w/v), 15% (w/v), 20% (w/v) and 25% (w/v) in 10% (w/v) Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA), and to observe M. majus UICC 295 ability to utilize hard clam shell powder as a substrate in 10% SDYA using a Scanning Electron Microscopy (SEM). Block agar containing 7-days old M. majus UICC 295 was grown on various substrate concentrations and incubated in the dark at 26.5°C for 10 days. The results showed that M. majus UICC 295 was able to grow in various concentrations of hard clam shell powder in 10% SDYA. Colony morphology showed variation in pigmentation, sporulation, and mycelium density. The largest average colony diameter size in 15% hard clam shell powder in 10% SDYA showed a 9.25% decrease compared to colony diameter in SDYA 10% (control). The SEM result showed growth of M. majus UICC 295 on 15% hard clam shell powder in 10% SDYA by the presence of conidia and hyphae, and changes of the hard clam powder structure as indicated by the formation of cavities and cracks. These results showed that M. majus UICC 295 has the ability to utilize hard clam shell powder as a substrate and nutrient for growth.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasti Nindyan Hapsari
"Metarhizium majus UICC 295 memiliki kemampuan untuk menggunakan cangkang Crustacea yang mengandung kitin sebagai substrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan M. majus UICC 295 pada variasi konsentrasi tepung cangkang kerang hijau 10% (b/v), 15% (b/v), 20% (b/v), 25% (b/v) dalam Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10%. Selain itu, melihat kemampuan M. majus UICC 295 menggunakan tepung cangkang kerang hijau sebagai substrat melalui Scanning Electron Microscopy (SEM). Metarhizium majus UICC 295 umur 7 hari ditumbuhkan pada variasi konsentrasi tepung cangkang kerang hijau dalam SDYA dengan blok agar di suhu 26,5°C selama 10 hari dalam kondisi gelap. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 dapat tumbuh pada semua variasi konsentrasi tepung cangkang kerang hijau dalam SDYA 10%. Morfologi koloni yang terbentuk bervariasi berdasarkan pigmentasi, sporulasi, dan kerapatan miselium. Ukuran diameter koloni rata-rata terbesar pada tepung cangkang kerang hijau 10% dalam SDYA 10% menunjukkan penurunan 0,35% dibandingkan SDYA 10% sebagai kontrol. Hasil SEM memperlihatkan kemampuan M. majus UICC 295 menggunakan tepung cangkang kerang hijau 10% dalam SDYA 10% berdasarkan adanya hifa dan konidia, dan perubahan struktur berupa rongga pada permukaan substrat. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 dapat menggunakan tepung cangkang kerang hijau sebagai substrat dan nutrien untuk pertumbuhan.

Metarhizium majus UICC 295 has the ability to use chitin-contained crustacean shells as a substrate. This study aims to determine the growth of M. majus UICC 295 at various concentrations of green mussel shell powder at 10% (w/v), 15% (w/v), 20% (w/v), 25% (w/v) in Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10%, and, to investigate the ability of M. majus UICC 295 to use green mussel shell powder as a substrate using a Scanning Electron Microscopy (SEM). Agar blocks containing 7-days old M. majus UICC 295 were grown on various concentrations of green mussel shell powder in SDYA at 26.5°C for 10 days under dark conditions. The results showed that M. majus UICC 295 showed growth on all variations of green mussel shell concentration in SDYA 10%. Colony morphology varied based on pigmentation, sporulation, and mycelium density. The largest average colony diameter size in 10% green mussel shell powder in 10% SDYA showed a decrease of 0.35% compared to 10% SDYA as a control. The SEM results showed the ability of M. majus UICC 295 to use 10% green mussel shell powder in 10% SDYA by the presence of hyphae and conidia and structural changes of the substrate in the form of cavities on the substrate surface. The results showed that M. majus UICC 295 was able to use green mussel powder as a substrate and nutrient for growth."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raynaldi Prabowo
"Kapang entomopatogen Metarhizium majus UICC 295 dapat tumbuh pada substrat yang mengandung kitin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan M. majus UICC 295 pada konsentrasi tepung jangkrik 10% (b/v), 15% (b/v), 20% (b/v), dan 25% (b/v) dalam Sabouraud Dextrose Yeast extract Agar (SDYA) 10% (b/v) dan mengetahui kemampuan kapang dalam menggunakan tepung jangkrik sebagai substrat pada SDYA 10% (b/v) yang dilihat dengan Scanning Electron Microscope (SEM). Metarhizium majus UICC 295 ditumbuhkan pada variasi konsentrasi tepung jangkrik dalam SDYA mengggunakan metode blok agar (diameter 6 mm) di suhu 26,5°C dalam kondisi gelap. Hasil menunjukkan penambahan variasi konsentrasi tepung jangkrik dalam SDYA mampu meningkatkan diameter koloni rata-rata dibandingkan dengan kontrol (SDYA 100% dan 10%). Diameter koloni rata-rata terbesar diperoleh pada penambahan tepung jangkrik 10% dalam SDYA 100% dan penambahan tepung jangkrik 15% dalam SDYA 10% dengan persentase kenaikan masing-masing sebesar 73,38±4,11% dan 69,78±3,56%. Penambahan tepung jangkrik juga menghasilkan sporulasi berwarna olive green secara merata dan pertumbuhan miselia yang rapat pada koloni. Hasil SEM memperlihatkan pertumbuhan M. majus UICC 295 dengan adanya konidia dan hifa (miselia) pada substrat, dan perubahan struktur substrat (tepung jangkrik 15% dalam SDYA 10%) berupa rongga dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan M. majus UICC 295 dapat menggunakan tepung jangkrik sebagai substrat dan nutrien untuk pertumbuhan.

Entomopathogenic fungus Metarhizium majus UICC 295 is able to grow on substrates containing chitin. The objectives of this study were to investigate the growth M. majus UICC 295 on 10% (w/v), 15% (w/v), 20% (w/v), and 25% (w/v) cricket powder in 10% (w/v) Sabouraud Dextrose Yeast extract Agar (SDYA) and to observe the ability of M. majus UICC 295 to utilize cricket powder as a substrate in 10% SDYA (w/v) using Scanning Electron Microscope (SEM). Agar blocks (6 mm in diameter) containing M. majus UICC 295 colonies were inoculated on the media with addition of various concentrations of cricket powder in SDYA, then incubated at 26.5°C for 10 days in the dark. The results showed that M. majus UICC 295 were able to increase the average colony diameter in all concentrations of cricket powder in SDYA compared to control (100% and 10% SDYA). The largest average colony diameter was observed in 10% cricket powder in 100% SDYA and 15% cricket powder in 10% SDYA with increase percentage 73,38±4,11% and 69,78±3,56%, respectively. All concentrations of cricket powder supported colony’s growth with olive green sporulation and dense mycelia. SEM results showed M. majus UICC 295 growth by the presence of conidia and hyphae (mycelia) on the substrate and changes in the substrate (15% cricket powder in 10% SDYA) as cavities compared to control. This study showed that M. majus UICC 295 utilized cricket powder as a substrate and a nutrient for growth.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sentot Imam Suwaji
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan tekanan Oksigen dan propane pada proses pelapisan dengan bahan JK 7184 Jetkote pada substrat baja yang dibuat dengan teknik HVOF terhadap sifat-sifat mekanik bahan. Untuk mengetahui topografi permukaan dan komposisi bahan pada lapisan dilakukan dengan SEM-EDX, analisis struktur kristal dan komposisi fasa dilakukan dengan XRD serta uji kekerasan dengan menggunakan microhardness tester.
Hasil karakterisasi diperoleh struktur dan komposisi fasa sangat bergantung pada rasio tekanan antara Oksigen dan Propane. Adapun fasa-fasa yang terbentuk pada lapisan ini adalah fasa CrCo, WC, Co. Pada rasio tekanan (Oksigen : Propana ) = 6 : 1 merupakan komposisi optimum yang diperoleh untuk mendapatkan kerapatan yang maksimal pada lapisan tersebut, sedangkan hasil pengukuran kekerasan pada lapisan JK 7184 Jetkote pada substrat baja yang dibuat dengan teknik HVOF diperoleh bahwa pada komposisi ini memiliki nilai kekerasan yang paling tinggi yaitu sebesar 440 Hv.

The purpose of the research is to identify influence of change Oxygen pressure and propane at coating process with materials of JK 7184 Jetkote with technique of HVOF to nature of materials mechanic. To know surface topography and materials composition at coat with SEM-EDX, crystal structure analysis and composition of phase with XRD and also test hardness by using tester microhardness.
Result of Characterization obtained by composition and structure of phase to have influence on pressure ratio between Oxygen and Propane. As for phase formed this coat is CrCo , WC, Co. At pressure ratio ( Oxygen : Propana ) = 6 : 1 is optimum composition which obtained to have maximal density at coat, while result measurement of hardness at coat of JK 7184 Jetkote for steel substrate with technique of HVOF obtained that this composition to have highest hardness value that is equal to 440 Hv.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21401
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andrias Steward Samusamu
"ABSTRAK
Penangkapan lobster di Pangandaran sudah berlangsung sejak tahun 1990-an. Perkembangan produksi lobster selama satu dasawarsa terakhir menunjukan kecenderung penurunan. Penurunan produksi lobster ini dapat dipengaruhi atau sebaliknya mempengaruhi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat dan kelembagaan pengelolaan lobster di wilayah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi sumber daya lobster di Pangandaran dan melihat hubungan antara kriteria pada masing-masing domain EAFM (Ecosystem Approach to Fisheries Management), serta menganalisis solusi ideal sebagai alternatif pengelolaan sumber daya lobster di Pangandaran. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, dengan metode campuran kuantitatif dan kualitatif, serta analisis MSY (Maximum Sustainable Yield), AHP (Analytic Hierarchi Process) dan TOPSIS (Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution). Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai upaya penangkapan lobster di wilayah Pangandaran selama tahun 2008-2017 telah melebihi fMSY kurang lebih sebesar 67,94% sedangkan nilai rata-rata produksi lobster di wilayah ini hanya sebesar 9.031 kg atau kurang lebih 43,59% di bawah nilai MSY dengan nilai CPUE yang mengalami penurunan sebesar 31,75% antara tahun 2016 dan 2017 sehingga status potensi lobster di wilayah Pangandaran telah mengalami overfishing. Hubungan antara kriteria pada masing-masing domaian EAFM berdasarkan hasil pembobotan setiap kriteria menunjukan bahwa kriteria luas tutupan karang (C6) pada domain habitat dan ekosistem menempati urutan tertinggi (0,13239), setelah itu diikuti oleh kriteria JTB lobster (C1) pada domain sumber daya (0,09639) dan kriteria ukuran lobster (C3) pada domain sumber daya merupakan kriteria yang menempati urutan ketiga (0,09566). Sedangkan, hasil analisis yang terkait dengan solusi ideal untuk pengelolaan lobster di Pangandaran adalah sesuai dengan alternatif dioptimalkan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sumber daya lobster di Pangandaran telah mencapai overfishing sebagai akibat dari jumlah upaya penangkapan yang tinggi. Penurunan produksi ini turut dipengaruhi oleh penurunan luas tutupan karang yang adalah habitat lobster sehingga hal ini perlu mendapat perhatian atau, dengan kata lain perlu diprioritaskan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan sumber daya lobster di Pangandaran. Solusi ideal bagi pengelolaan lobster yang berkelanjutan di Pangandaran adalah pengelolaan lobster berdasarkan alternatif dioptimalkan.

ABSTRACT
The arrest of lobsters in Pangandaran has been going on since the 1990s. The development of lobster production over the past decade has shown a downward trend. This decrease in lobster production may be affected or otherwise affect the socio-economic life of the community and the institutional management of lobsters in the region. The purpose of this study was to analyze the potential of lobster resources in Pangandaran and to see the relationship between the criteria in each EAFM (Ecosystem Approach to Fisheries Management) domain, and to analyze the ideal solution as an alternative to the management of lobster resources in Pangandaran. The approach used in this research is quantitative, with the method of quantitative and qualitative mix, and analysis of MSY (Maximum Sustainable Yield), AHP (Analytic Hierarchi Process) and TOPSIS (Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution). The results showed that the value of lobster catch effort in Pangandaran area during 2008-2017 has exceeded fMSY approximately 67.94% while the average value of lobster production in this region is only 9,031 kg or less 43,59% below value MSY with CPUE value decreasing 31,75% between 2016 and 2017 so that potency status of lobsters in Pangandaran area has been overfishing. The relationship between the criteria in each EAFM domain based on the weighting result of each criterion indicates that the criteria for coral cover (C6) extent in the highest domain and ecosystem habitats (0.13239), followed by JTB lobster (C1) criteria on resource domain (0.09639) and lobster size criterion (C3) on resource domain existing (0.09566). Meanwhile, the analysis results related to the ideal solution for lobster management in Pangandaran is in accordance with the optimized alternatives. The conclusion of this research is that the lobster resources in Pangandaran have reached overfishing as a result of the high number of fishing effort. The decline in production is done by coral habitats that are habitat for habitat lobsters that need attention or, in other words, need to be prioritized as resources in the management of lobster resources in Pangandaran. The ideal solution for existing lobster management in Pangandaran is optimized alternative lobster management."
2018
T50995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Spiny lobster have been recognized and consumed by the human being, and also own high economic value. In Wonogiri waters, therea arpotential spiny lobster resourceses.... "
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widharma Jaya Sentosa
"State capture corruption yang terjadi dalam pengiriman benih lobster keluar dari wilayah Indonesia merupakan bentuk kejahatan korupsi terorganisir dalam ranah legal dan dilakukan melalui pembentukan aturan Permen KP No. 12 Tahun 2020.  Metode penelitian kualitatif dilakukan dengan teknik wawancara terarah terhadap sumber informan dan studi dokumen untuk menganalisis korupsi dalam 3 (tiga) periode. Hasil analisis dalam penelitian ini menggambarkan tahapan korupsi pada kondisi terjadinya overfishing, korupsi administratif oleh individu birokrat dalam periode larangan pengiriman benih lobster, hingga terbentuk persekongkolan jahat birokrat-korporat secara sistematis dan terorganisir yang bertujuan untuk "melegalkan" penyelundupan benih lobster dalam bentuk state capture corruption.  Kasus suap ekspor benih lobster yang melibatkan menteri kelautan dan perikanan RI tahun 2020 dengan eksportir benih lobster terjadi untuk kepentingan pribadi dengan memanfaatkan diskresi jabatan menteri. Untuk kepentingan itu, maka dibuatlah pengaturan terhadap pengelolaan benih lobster yang sejatinya bertujuan untuk melegalkan penyelundupan benih lobster dengan modus cost-enhancing pada perusahaan patungan antara birokrat dan korporat melalui nominee.

State capture corruption that occurred in the export of lobster seeds out of the territory of Indonesia is a form of organized corruption in the legal aspect and carried out during the establishment of Regulation of the Minister of Maritime Affairs and Fisheries No. 12 year 2020. Qualitative research methods are carried out using structured interviews with informant sources and document literature studies to analyze corruption in 3 (three) periods. The results of the analysis in this study describe the stages of corruption starting conditions of overfishing, administrative corruption by individual bureaucrats in the period of prohibition of export lobster seeds, until the formation of a systematic and organized bureaucrat-corporate conspiracy that aims to "legalize" lobster seed smuggling in the form of state capture corruption. The lobster seed export bribery case involving the Indonesian Minister of Maritime Affairs and Fisheries in 2020 where the lobster seed export occurred for personal interests by taking advantage of the minister's discretion. For this purpose, an arrangement is made for the management of lobster seeds, which is actually aimed at legalizing the smuggling of lobster seeds, with a cost enhancing mode under joint venture company between bureaucrats and corporations through nominees."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tomi Suwartono
"Sumberdaya perikanan lobster merupakan komoditas bahan makanan populer yang memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga banyak dicari dan ditangkap secara global dan mempunyai harga jual yang sangat tinggi. Hal tersebut menyebabkan penangkapan lobster dilakukan secara terus menerus dan tidak memperhatikan kondisi sumberdaya dan lingkungan. Teluk Palabuhanratu merupakan salah satu sentra perikanan lobster di Jawa Barat. Spesies lobster di Teluk palabuhanratu yaitu lobster pasir (Panulirus homarus) telah mengalami penurunan tangkap.
Tujuan penelitian ini (1) mengkaji populasi lobster pasir berdasarkan aspek biologi dan aspek dinamika populasi; (2) mengetahui status pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya lobster pasir; (3) menyusun strategi pengelolaan sumberdaya lobster pasir di perairan Palabuhanratu yang berkelanjutan.
Penelitian dilaksanakan dengan pengambilan sampel setiap satu bulan sekali. Analisis parameter populasi digunakan program FISAT II dan pengkajian potensi Maximum Sustainable Yield (MSY) dianalisis dengan model surplus produksi, strategi pengelolaan dan A`WOT. Hasil penelitian menunjukkan kisaran panjang karapas lobster pasir sebesar 30-101 mm dengan ukuran panjang karapas dibawah 8 cm sebanyak 97,6%. Pola pertumbuhan lobster pasir bersifat allometrik negatif. Nilai Lc< Lr menunjukkan bahwa lobster pasir betina sudah banyak tertangkap sebelum mencapai ukuran rata-rata pertama kali mengerami telur. Panjang asimtotik (L) lobster pasir jantan lebih kecil dari betina, sedangkan koefisien pertumbuhan (K) jantan lebih cepat dari betina. Nilai laju eksploitasi (E) untuk lobster pasir jantan maupun betina diperoleh hasil diatas nilai optimum yaitu 0,59 dan 0,61. Potensi lestari dan tingkat pemanfaatan sumberdaya lobster di perairan WPP 573 sebesar 662,93 ton/tahun dan 910 ribu trip dengan alat tangkap standar jaring. Hasil tangkapan terjadi fluktuasi dengan trend menurun dan laju eksploitasi diatas nilai optimum, hal ini mengindikasikan terjadinya overfishing.
Berdasarkan analisis alternatif strategi pengelolaan yang dapat dilakukan berdasarkan skala prioritas adalah (1) optimalisasi pemanfataan sarana dan prasarana (2) peningkatan kualitas sumber daya manusia, (3) peningkatan layanan transportasi distribusi pemasaran, (4) penegakkan aturan untuk menghindari overfishing.

Lobster fishery resources are popular food commodities with high economic value so they are captured globally and have very high selling prices. This causes lobster capture to be condunted continuously and does not notice to resource condition and environment. Palabuhanratu bay is one of the lobster fishing centers in West Java. Scalloped spiny lobster (Panulirus homarus), one of the lobster species in Pelabuhanratu bay, was run into overexploitation.
The purpose of this study (1) study the population of scalloped spiny lobsters in Palabuhanratu waters based on aspects of biology and aspects of population dynamics; (2) know the status of utilization and management of scalloped spiny lobster resources in the waters of Palabuhanratu and its surroundings; (3) develop a strategy for managing sustainable of scalloped spiny lobster resources in the waters of Pelabuhanratu.
The study was conducted from October 2017 to September 2018 with sampling every once a month. Population parameter analysis used the FISAT II program and the assessment of Maximum Sustainable Yield (MSY) potential was analyzed by the production surplus model, management strategy and A`WOT. The results showed a range of scalloped spiny lobster carapace length of 30-101 mm with a carapace length below 8 cm as much as 97.6%. The growth pattern of scalloped spiny lobster both of female and male was negative allometric. The value of Lc
Based on an analysis of alternative management strategies that can be carried out based on priority scale is (1) optimization of utilization of facilities and infrastructure; (2) The increasing of human resources quality; (3) improvement of marketing distribution transportation services; (4) enforce rules to avoid overfishing."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>