Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146857 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Darell Joel Harlis
"Tingginya tingkat penularan penyakit menular sepert Covid-19 pada pandemi telah membuat seluruh dunia menderita. Tenaga medis yang merupakan gardu terdepan dalam menanggulangi pandemi, para tenaga medis seringkali terpapar oleh penyakit menular yang diakibatkan oleh tinngginya frekuensi interaksi dengan pasien yang mengidap penyakit menular ini. Salah satu interaksi yang sering dilakukan adalah penggantian cairan infus kepada pasien. Untuk melakukan penggantian infus dibutuhkan tiang infus yang dapat mengganti kolf atau botol cairan infus secara otomatis dan dapat mengatur jumlah tetesan permenit dari kolf. Penggantian dan pengaturan kolf ini dapat dikendalikan secara jarak jauh oleh protokol MQTT dan terkoneksi dengan Wi-Fi yang diterima oleh Wi-Fi microcontroller module sehingga servo dapat dikendalikan dari jarak jauh oleh tenaga medis dan tidak berinteraksi langgsung dengan pasien yang terpapar virus. Tiang infus pun harus memenuhi standard keamanan oleh international standard IEC 60601-1 9.4.2. Sehingga terhindar dari darah yang naik ke selang infus atau terjadinya penyumbatan pada selang infus. Kecepatan dari infuspun dapat dikendalikan dengan mengatur aliran cairan yang mengalir pada selang. Dengan adanya pengganti infus otomatis ini diharapkan terjadinya penurunan interasksi tenaga medis dengan pasien dan mengoptimalkan waktu dari tim medis untuk menangani jumlah pasien yang membeludak tinggi akibat dari pandemi ini.

The high rate of transmission of infectious diseases such as Covid-19 in a pandemic has made the world suffer. Medical personnel who are at the forefront of tackling a pandemic, medical personnel who are carried out by infectious diseases caused by interactions with patients with infectious diseases. One of the interactions that is often carried out is the replacement of intravenous fluids to patients. In order to change the infusion, an infusion pole is needed that can change the intravenous bag of infusion fluid automatically and can adjust the number of drops per minute of intravenous bag. Changing and setting this kolf can be controlled remotely by the MQTT protocol and connected to Wi-Fi received by the Wi-Fi servo microcontroller module can be controlled remotely by medical personnel and does not interact with patients exposed to the virus. Infusion poles must also meet the safety standards by the international standard IEC 60601-1 9.4.2. So that it avoids blood rising to the infusion tube or the occurrence of the infusion hose. The speed of the infusion can be controlled by adjusting the flow of fluid flowing in the hose. With this automatic infusion replacement, it is hoped that there will be a decrease in the interaction of medical personnel with patients and optimizing the time of the medical team to handle the high number of patients due to this pandemic."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Chairani Sudarmin
"ABSTRAK
Penyebaran penyakit menular di Indonesia masih meningkat setiap tahunnya. Maka dari itu pemerintah mengeluarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang salah satu isinya adalah pengendalian penyakit menular. Vaksin diperlukan dalam pengendalian penyakit menular. Vaksin sensitif terhadap suhu tertentu, sehingga suhu penyimpanan yang tidak tepat akan merusak vaksin dan menghilangkan efektivitasnya. Vaksin membutuhkan cold chain di dalam rantai pasoknya yang dapat memastikan bahwa vaksin disimpan pada suhu yang sesuai. Kelalaian yang terjadi dalam rantai pasok dapat merusak vaksin dan dapat membahayakan pasien. Kendala yang dialami rantai pasok vaksin dapat menghambat pemberian vaksin kepada yang membutuhkannya dan menghambat upaya pengendalian penyakit. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prioritasi risiko yang mungkin terjadi pada rantai pasok vaksin di Indonesia serta mengembangkan strategi mitigasi risiko untuk membantu anggota rantai pasok dalam mengelola risiko yang ada. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah MCDM (Multi-criteria Decision Making) DEMATEL-Based ANP. Risiko yang didapat dari identifikasi sebanyak 32 risiko dengan lima dimensi yaitu pasokan dan pemasok, operasional, finansial, pemerintahan & permintaan pasar dan logistik. Hasil prioritasi dengan DANP menunjukkan bahwa terdapat 19 risiko yang perlu diprioritaskan. Selanjutnya dikembangkan strategi mitigasi risiko yang divalidasi oleh ahli. Hasil yang didapat adalah 23 strategi mitigasi risiko.

ABSTRACT
The spread of infectious diseases in Indonesia is still increasing every year. Therefore, the government issued a National Medium-Term Development Plan, one of which is the control of infectious diseases. Vaccines are needed in controlling infectious diseases. Vaccines are sensitive to certain temperatures, so improper storage temperatures will damage the vaccine and eliminate its effectiveness. Vaccines require cold chains in their supply chain that could ensure that vaccines are stored at the appropriate temperature. Negligence that occurs in the supply chain could damage the vaccine and could endanger the patient. Obstacles experienced by the vaccine supply chain can inhibit vaccine delivery to those who need it and hinder disease control efforts. Therefore this study aims to analyze the risk prioritization that might occur in the vaccine supply chain in Indonesia and develop a risk mitigation strategy to help supply chain members manage existing risks. The method used in this study is MCDM (Multi-criteria Decision Making) DEMATEL Based ANP. Risks obtained from the identification of 32 risks with five dimensions, namely supply and supplier, operational, financial, government & market demand, and logistics. The results of prioritization with DANP indicate that 19 risks need to be prioritized. Furthermore, risk mitigation strategies are validated by experts. The results obtained are 23 risk mitigation strategies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Andriani
"Dalam 25 tahun mendatang, angka mortalitas akibat penyakit infeksi diperkirakan akan menurun, namun penyakit infeksi di Indonesia hingga tahun 2007 masih menjadi penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan. Keluarga memiliki asosiasi yang kuat dengan kesehatan dan penyakit seseorang melalui hubungan dan dinamika kehidupannya.
Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik demografis, profil keluarga dan penyakit infeksi terbanyak di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2006-2008 serta hubungannya.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan 103 data sekunder dari laporan studi kasus pasien di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2006-2008 digunakan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa penyakit infeksi terbanyak adalah infeksi M. tuberculosis , infeksi saluran pernapasan akut, infeksi saluran pencernaan, infeksi kulit, dan infeksi yang belum diketahui penyebabnya. Terdapat hubungan bermakna antara bentuk keluarga dan jumlah anggota dalam satu rumah dengan infeksi M. tuberculosis. Terdapat hubungan bermakna antara usia pasien dengan infeksi saluran pencernaan, dan status pernikahan pasien dengan infeksi saluran pencernaan.
Jadi, penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa terdapat hubungan bermakna antara karakteristik demogafis dan profil keluarga dengan penyakit infeksi pasien di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2006-2008.

In the next 25 years, mortality rate of infectious diseases is estimated to decrease, but infectious diseases until 2007 still become the most frequent of diseases in clinical patients in Indonesia. Family has a strong association with health and disease through a relationship and the dynamics of life.
This study aims to determine the demographic characteristics, family profile, the most frequent of infectious diseases and their relationships in Clinic of Family Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia in 2006-2008.
It uses cross-sectional design and the data were collected by means of patient case reports.
The result of this study is the most frequent of infectious diseases are M. tuberculosis infection, acute respiratory tract infection, gastrointestinal tract infection, skin infection, and unknown infection. There are significant associaton between family profile (family structure and the amount of family member) and M. tuberculosis infection. There are significant association between demographic characteristics (age and marital status) and gastrointestinal tract infection.
From those results, this study concludes that there are significant association between demographic characteristics, family profile and infectious diseases in Clinic of Family Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia in 2006-2008.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Genta Rizkyansah
"Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pada tahun 2019, Kabupaten Pesawaran sebagai salah satu daerah endemis malaria di Provinsi Lampung memiliki jumlah kasus malaria tertinggi yaitu sebanyak 2006 kasus. Upaya yang dilakukan menuju daerah bebas malaria yaitu melalui kebijakan pembangunan manusia sektor kesehatan. Kebijakan tersebut merupakan kebijakan dengan pendekatan top down yang diimplementasikan melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Salah satu tujuan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yaitu pengendalian penyakit menular termasuk malaria. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan pembangunan manusia bidang kesehatan melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) di Kabupaten Pesawaran dan untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi kebijakan tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahap persiapan pelaksanaan, mekanisme perencanaan tingkat puskesmas, penggerakan-penguatan-pelaksanaan, pengawasan-pengendalian-penilaian sudah dilakukan dengan baik namun pada tahap pelatihan pendekatan keluarga serta langkah dan teknis manajerial belum dilakukan secara maksimal. Faktor pendukung dalam implementasi kebijakan pembangunan manusia bidang kesehatan melalui PIS-PK di Kabupaten Pesawaran yaitu faktor disposisi dan struktur birokrasi, sedangkan faktor penghambatnya yaitu faktor komunikasi dan faktor sumber daya yang meliputi sarana dan prasarana yang belum memadai, sumber daya manusia dan anggaran yang terbatas.

Malaria is one of infectious diseases which still becomes the health problem in Indonesia. In 2019, Pesawaran Regency as one of the endemic areas of malaria in Lampung Province has the highest score malaria case which is 2006 cases. The endeavour that is conducted to obtain a malaria-free region is through the human development policy in health sector. That policy is a policy that uses the top down approach which is implemented through the Indonesian Health Program with Family Approach. One of the goals of Indonesian Health Program with Family Approach (PIS-PK) is infectious disease control including malaria. This research is using descriptive research method with qualitative approach which aims to describe the implementation of human development policy in health sector through the Indonesian Health Program with Family Approach (PIS-PK) in Pesawaran Region and to describe the support and obstacle factors in that policy implementation. The result of the research shows that on the preparation stage of the implementation, the planning mechanism at the level of public health center, the movement-strengthening-implementation, the supervision-control-assessment have been conducted well but on the level of training on family approach and steps and managerial techniques have not been conducted maximally. The supporting factors in implementing the human resource development policy in health sector through Indonesian Health Program with Family Approach (PIS-PK) in Pesawaran regency are the disposition factor and bureaucratic structure, meanwhile the hindrance factors are the communication and resource factor which include the facilities and infrastructures which have not been sufficient, the human resource and budget which are limited."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Makmunarrasjid
"Bagian Proyek Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular Pusat merupakan bagian dari Proyek Upaya Pelayanan Kesehatan. Sebagian besar anggarannya dibiayai dari pinjaman luar negeri Intensified Communicable Disease Control Project Sector Loan ASDB No. 1523-INO. Bagian proyek ini telah dimulai sejak tahun anggaran 1997/1998, sampai tahun anggaran 2001 sudah merupakan tahun ke1ima. Namun realisasi anggaran dan pencapaian target sasaran fisik masih rendah. Hal tersebut menyebabkan manfaat proyek tidak dapat dinikmati sesuai rencana, Serta menyebabkan Pemerintah harus membayar commitment fee sebesar 0,75 % dad sisa pinjaman yang belum ditarik.
Pelaksanaan bagian proyek ini sebagaimana proyek-proyek pembangunan pemerintah Iainnya, dikendalikan dan dimonitoring melalui pelaporan umum keproyekan yang telah baku sebagaimana ketentuan yang berlaku. Apabila pelaksanaan pengendalian tersebut berjalan baik, seharusnya penyerapan anggaran dan pelaksanaan pencapaian target sasaran fisik setiap priode akan tercapai sesuai dengau rencana. Karena secara berkala dari hasil pengendalian tersebut, setiap perrnasalahan dapat diketahui secara dini, dan diupayakan tindakan korektif secara tepat dan cepat Kemampuan dalam merealisasikan target tahunan bagian proyek, secara kumulatif akan rnempercepat pencapaian hasil (results/outcomes) guna memperoleh manfaat (impacts) sebagai lujuan akhir dari proyek. Keberhasilan tersebut berkaitan erat dengan kinelja proyek.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran dan evaluasi terhadap kinerja bagian proyek, serta untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian keproyekan yang telah dilaksanakan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi. Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif dengan cara observasi eksploratif dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini akan dapat menjelaslcan hubungan peranan monitoring dan evaluasi terhadap kineija bagian proyek tersebut.
Hasil penelitian dari data sekunder menunjukan simpulan adanya hubungan sinergis negatif antara peiaksanaan monitoring dan evaluasi keproyekan yang lemah, dengan hasil evaluasi yang mengidentifikasikan kine|ja Bagian Proyek Intensifikasi P2M Pusat periode tahun anggaran 1997/1998 sampai 2001 yang sangat kurang. Hasil penelitian cara observasi eksplomtif pada data selcunder tersebut sesuai pula dengan hasil simpulan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan para informan kunci baik dari kelompok pengelola langsung bagian proyek, maupun kelompok informan pemantau dan penexima pelaporan keproyekan.
Kelemahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi tersebut bermuara dari kapasitas SDM yang kurang dipersiapkan, kurang perhatian dari pimpinan, tidak konsistenya ketentuan dengan pelaksanaan, serta belum dilakukanya sistem reward dan punishment. Monitoring dan evaluasi bukan menjadi penyebab rendahnya kineria, tempi lemahnya pelaksanaan kegiatan tersebut membuat situasi yang tidak kondusif untuk meningkatkan kinerja. Karena akar peemasalahan keproyekan tidak terpantau secara dini, sehingga tindakan korektif atau tindaklanjutnya tidak dapat dilaksanakan seciua cepat dan tepat.

The Sub Project of Center intensified Communicable Desease Control is part of Health Services Project. Most part of it is budget are allocate from Intensified Communicable Desease Control Project Loan Sector ADB No. 1523-INO. A part of thisproject has been started from 1997/1998 until 2001 fiscal year, which is the fifth years but budget realization and fulfilling physical target are still in low level. That makes project benefits can't enjoyed as it being planned, it also makes the Government had to pay commitment fee which is 0,75 % from the rest of loan that is not retake yet.
The implementation of this sub project likes another' Government project controlled and monitored through general project report based on rule being used. If the controlling face no problem the budget absorb and efforts to fulfill each period physical target supposed to be reach as it is being planned. Because film that periodic controlling, every single problem can be detected earlier and then try to 'rind corrective action correctly and as soon as possible. The ability in realized sub project yearly target cumulatively will makes faster result or outcomes fulfilling in purpose to reach the impact as a final target of the project That succesed is related with project performance. This research are purposed to evaluated and make a level to sub project performance also to know how the project controlling implemented through monitoring and evaluating activity. This research use qualitative method with explorative observation and indepth interview.
The research result will be able to explain the relation between monitoring and evaluating to project performance. Research result from secondary data is showing the conclution; that there is negative sinergic relationship between a weals project monitoring and evaluating implementation with evaluation result which is identified that sub project of center intensihed communicable control performance period 1997/1998 until 2001 very unsatisfied. Research result using explorated observation in that secondary data are same with primary data conclution which is gets &om indepth interview of all key informans from direct management sub project group, watcher informans group and the acceptor of the project report.
The weakness of that monitoring and evaluating implementation are come fiom the capacity of unprepair human resources, less attention from the leader, inconsistency between regulation and implernention, and not implemented yet reward and punishment system. The monitoring and evaluating wasn't a causes of a sub project low perfomtance, but the weaks of the activity implementation create inconducive situation to increasing performance, because the main problem were not detected early, so the corrective actions and it's follow up are can't implemented correctly and fastly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T4621
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Rizqitha Utami
"Stunting masih menjadi salah satu masalah gizi balita yang diperhatikan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Pusat yang berada di peringkat kedua dan ketiga tertinggi di DKI Jakarta. Penyakit infeksi yang berulang pada baduta merupakan salah satu faktor determinan stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian sakit pada anak usia 6 – 23 bulan di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat di masa pandemi COVID-19. Penelitian deskriptif ini dilakukan pada 246 responden dengan pengambilan data secara langsung yang dipilih melalui teknik consecutive sampling dan multiple stage cluster random sampling. Kuesioner penelitian mencakup data karakteristik anak, karakteristik ibu, dan riwayat kejadian sakit anak. Hasil penelitian yang dianalisis dengan uji univariat menunjukkan bahwa kejadian penyakit infeksi terbanyak adalah ISPA (64,2%) dengan mayoritas status gizi yang normal. Oleh karena itu, masih diperlukan intervensi yang bertujuan untuk mencegah kejadian sakit infeksi berulang pada baduta sekaligus mencegah terjadinya stunting di Indonesia.

Stunting is still one of the major nutritional problems of under-five-years children that is considered in Indonesia. This is indicated by the areas of North Jakarta and Central Jakarta which are ranked second and third highest in DKI Jakarta. Recurrent infectious diseases in under-two-years children are one of the determinants of stunting. This study aims to describe the incidence of illness in children aged 6 – 23 months in North Jakarta and Central Jakarta during the COVID-19 pandemic. This descriptive study was conducted on 246 respondents with direct data collection selected through consecutive sampling and multiple stage cluster random sampling. The research questionnaire included data on the characteristics of the child, the mother’s characteristics, and the history of the child's illness. The results of this study which were analyzed by univariate test showed that the highest incidence of infectious diseases was ARI (64.2%) with majority normal nutritional status. Therefore, interventions are still needed that aim to prevent the incidence of recurrent infections in children under two as well as prevent stunting in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Faisha
"

Pemakaian antibiotik yang tidak tepat pada penyakit infeksi akan menyebabkan resistensi bakteri dan akan memperburuk kondisi pasien. Sejumlah faktor yang memengaruhi, pola bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik dapat memengaruhi luaran perlu di nilai kembali. Penelitian ini bertujuan mengetahui profil sensitivitas bakteri, penggunaan antibiotik dan faktor yang berpengaruh terhadap mortalitas infeksi anak. Penelitian ini dilakukan secara kohort retrospektif serta studi deskriptif terhadap 254 pasien di RSCM pada Januari-Desember 2018. Riwayat medis, pola kuman, sensitivitas antibiotik dan penggunaan antibiotik didata serta faktor yang memengaruhi dianalisis menggunakan uji multivariat regresi logistik. Bakteri terbanyak adalah gram negatif 57,1% diikuti gram positif 42,8%. Hampir semua golongan bakteri sensitif dengan ampisilin sulbaktam (87,5-100%). Amoksiklav, tigesiklin dan vankomisin sensitif dengan bakteri gram positif (100%). Amikasin dan meropenem sensitif dengan bakteri gram negatif (80-100%). Faktor yang memengaruhi peningkatan mortalitas adalah usia > 5 tahun (OR 2,482; IK95% 1,139-5,408), penggunaan selang nasogastrik (OR 2,516; IK95% 1,083-5,847), antibiotik yang tidak sesuai (OR 2,159; IK95% 1,034-4,508), serta fokus infeksi pada aliran darah (OR 5,021; IK95% 2,411-10,459).


Inappropriate use of antibiotics in infectious diseases will lead to anti-microbial resistance and disease's complication. Among several contributing factors to disease outcome, anti-microbial pattern and antibiotics use need to be re-evaluated. This study aims to determine anti-microbial sensitivity profile, antibiotics use and factors affecting mortality in pediatric infection cases. Retrospective cohort study was conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital. There were 254 patients included for study analysis.  Data were obtained from medical records and electronic health records from January-December 2018. Patient’s medical history, anti-microbial pattern and sensitivity as well as antibiotic use were recorded and analyzed using a multivariate logistic regression test. The most common bacteria were gram negative bacteria (57.1%) followed by gram positive bacteria (42.8%). Majority of bacteria were sensitive with ampicillin sulbactam (87.5-100%). Antibiotics such as amoxicillin-clavulanic acid, tigecycline and vancomycin are sensitive to gram-positive bacteria (100%) while amikacin and meropenem are sensitive to gram-negative bacteria (80-100%). Factors  influencing  mortality were age > 5 years (OR 2.482; 95%CI 1.139-5,408), use of nasogastric tubes (OR 2.516; 95%CI 1.083-5.847), inappropriate antibiotics choice (OR 2.159; 95%CI 1.034-4.508), and presence of bloodstream infection (OR 5.021; 95%CI 2.411-10.459).

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Fera Ibrahim
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
PGB-pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Eleyna Farihah
"Sepsis merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat disebabkan oleh translokasi bakteri. B. animalis subsp. lactis merupakan salah satu bakteri yang berpotensi dalam mencegah translokasi bakteri. Gen grpE merupakan salah satu target spesifik dalam mendeteksi B. animalis subsp. lactis. Penelitian bertujuan untuk mengoptimasi primer dengan target gen grpE untuk kurva standar, mengetahui hubungan konsentrasi primer terhadap nilai Ct, serta mengetahui sensitivitas dan spesifisitas primer. Isolat diisolasi dari sampel feses bayi menggunakan metode fenol-kloroform. Pasangan Primer dirancang berdasarkan sekuens gen grpE B. animalis subsp. lactis (NZ_ABOT01000010.1) menggunakan program Primer3. Optimasi primer dilakukan menggunakan lima konsentrasi berbeda,yaitu 50/50 nM, 100/100 nM, 300/300 nM, 500/500 nM, dan 1.000/1.000 nM.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan primer F_HNO19_grpE dan R_HNO19_grpE dengan konsentrasi 1.000/1.000 nM menghasilkan kurva standar yang optimal dengan efisiensi dan koefisien korelasi (R2) masing-masing sebesar 99,095% dan 0,971. Berdasarkan uji sensitivitas dan spesifistas, pasangan primer F_HNO19_grpE dan R_HNO19_grpE konsentrasi 1.000/1.000 nM dapat mengamplifikasi DNA target sampai dilusi 10-5 , tetapi spesifisitasnya hanya sampai dilusi 10-2. Konsentrasi primer tidak berkorelasi terhadap nilai Ct. Pasangan primer F_HNO19_grpE dan R_HNO19_grpE dapat digunakan untuk kuantifikasi B. animalis subsp. lactis dengan kisaran nilai Ct sebesar 15,74--33,89.

Sepsis is a systemic disease that can be caused by bacterial translocation. B. animalis subsp. lactis is one of the bacteria that has the potential to prevent the bacterial translocation. grpE gene is a specific target in the detection of B.animalis subsp. lactis. The research aims to optimize primer pair with target gene grpE for generating standard curve, to know the correlation between primer concentration and Ct value, and to know the primer sensitivity and specificity. Isolates were isolated from infant stool samples using phenol-chloroform method. Primer pair is designed based on B. animalis subsp. lactis grpE gene sequence (NZ_ABOT01000010.1) using the Primer3 program. The primer optimization is done using five different concentrations, which are 50/50 nM, 100/100 nM,300/300 nM, 500/500 nM, and 1.000/1.000 nM. The results showed that the primer pair F_HNO19_grpE and R_HNO19_grpE with 1.000/1.000 nM concentration can be used to generate an optimal standard curve with efficiency and correlation coefficient (R2) each by 99.095% and 0.971. Based on sensitivity and specificity test, primer pair F_HNO19_grpE and R_HNO19_grpE with 1.000/1.000 nM concentration can amplify DNA targets up to 10-5 dilution, but its specificity is only up to 10-2 dilution. Primer concentration and DNA samples with different concentrations were not correlated to the Ct value. F_HNO19_grpE and R_HNO19_grpE primer pair can be used for quantification of B. animalis subsp. lactis with a range of Ct values of 15.74 to 33, 89."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45945
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gustiani
"Infeksi virus dengue merupakan masalah serius dengan angka kejadian yang terus meningkat setiap tahun dan hampir separuh populasi dunia beresiko terinfeksi. Infeksi sekunder virus dengue seringkali dihubungkan dengan tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkan. Oleh karenanya sangat penting untuk dapat membedakan infeksi primer dan sekunder virus dengue. Uji Hi merupakan uji serologi yang direkomendasikan oleh badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) untuk membedakan tipe infeksi tersebur. Namun selain secara teknis rnempunyai banyak kekurangan, uji ini juga seringkali kurang tepat dalam mengklasifikasikan antara infeksi primer dengan sekunder. Studi ini dilakukan untuk mengevaluasi performa uji HI dalam membedakan infeksi primer dan sekunder yaitu dengan membandingkan uji tersebut dengan PRNT. Penelitian ini juga mengeva1uasi performa ELISA lgG sebagai kandidat metode altematif. Dari 19 kasus infeksi primer berdasarkan PRNT, semua kasus (100%) juga ditetapkan sebagai infeksi primer dengan Hi dan ELISA lgG. Namun dari 73 kasus infeksi sekunder. hasil HI yang bersesuaian dengan PRNT hanya 31 5% sementara EUSA lgG sebanyak 98,6%. Dapat dikatakan HI merniliki performa yang baik dalam menentukan infeksi primer tetapi kurang baik pada infeksi sekunder. AnalisB; statistik juga memperkuat perbedaan performa uji HI dan ELISA tersebut dengan nilai p=O (p1280. Tipe infeksi pada titer H1 antara 160-640 tidak dapat didefinisikan.

Dengue infections have become a global concern since its increasing incidence with almost half of world's population at risk. Secondary or multiple dengue virus infection is often implicated in the severity of the diseases. Therefore, discriminating dengue infection between primary versus secondary is very important. World Health Organization recommends hem-agglutination inhibition (HI) assay as the reference test to distinguish the infection. But besides its technical drawbacks, HI interpretations often misclassified between primary and secondary. In this study, we try to evaluate HI performance by comparing the assay with Plaque Reduction Neutralization Test (PRNT). We also evaluate enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) lgG perfonnance as suggested alternative method. Of 19 primary infection cases determined by PRNT, all of them (100"/o) also defined as primary infection by both HI and ELISA lgG. From 72 of secondary infection cases, only 31.5 % of HI result that had agreement with PRNT, meanwhile ELISA lgG 98.6%. In this case, we found that HI is good in determination of primary but poor in secondary infection. Statistical analysis revealed that HI and ELISA IgG performance is significantly different with p O (p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32370
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>