Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105095 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arbi Hasby Shadiqie
"Karet alam merupakan industri yang memiliki potensi sangat besar untuk terus dikembangkan di Indonesia, dengan ban kendaraan menjadi salah satu produk utamanya. Pembuatan ban membutuhkan penambahan filler untuk memberikan sifat kekakuan dan kekuatan yang baik. Serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) memenuhi kebutuhan sifat tersebut sekaligus memiliki keuntungan dari segi ketersediaannya yang sangat melimpah dan belum banyak dimanfaatkan. Proses untuk menyatukan karet dengan serat memerlukan penambahan coupling agent untuk mengatasi perbedaan sifat permukaan dari keduanya. Coupling agent yang ditambahkan adalah hibrida lateks-pati hasil sintesis dengan metode GDEP yang parameternya sudah teroptimasi pada penelitian sebelumnya. Komposisi coupling agent yang digunakan besarnya tetap sebesar 3 phr, sedangkan komposisi serat TKKS divariasikan sebesar 0, 5, 10, dan 15 phr. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh variasi komposisi serat TKKS terhadap kompatibilitas dan sifat termomekanik komposit karet alam serta mengetahui komposisi serat TKKS optimum untuk kedua hal tersebut. Pengujian yang dilakukan untuk membantu tercapainya tujuan penelitian ini adalah Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy dan Dynamic Mechanical Analysis (DMA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan komposisi serat TKKS terbukti meningkatkan kompatibilitas dan sifat termomekanik dengan komposisi optimum sebesar 15 phr.

Natural rubber is an industry that has enormous potential to continue to be developed in Indonesia, with vehicle tires being one of its main products. Tire manufacture requires the addition of filler to provide good rigidity and strength properties. Oil palm empty fruit bunch (OPEFB) fiber fulfills the need for these properties while at the same time having the advantage in terms of its availability which is very abundant and has not been widely used. The process of joining rubber with fiber requires the addition of a coupling agent to overcome the differences in surface properties of the two. The coupling agent added is a latex-starch hybrid synthesized by the GDEP method whose parameters have been optimized in previous studies. The composition of the coupling agent used was fixed at 3 phr, while the composition of the OPEFB fiber was varied at 0, 5, 10, and 15 phr. This research was conducted to study the effect of variations in OPEFB fiber composition on the compatibility and thermomechanical properties of natural rubber composites and to determine the optimum OPEFB fiber composition for both. The tests carried out to help achieve the objectives of this research are Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy and Dynamic Mechanical Analysis (DMA). The results showed that the addition of OPEFB fiber composition was proven to increase compatibility and thermomechanical properties with an optimum composition of 15 phr."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bilal Islam Diviva
"Indonesia merupakan negara dengan produksi karet terbesar kedua didunia. Bahan baku karet paling banyak digunakan umumnya pada industri otomotif khususnya aplikasi ban kendaraan. Ban diharuskan memiliki sifat mekanik yang tinggi pada aplikasinya. Penambahan pengisi umum dipakai untuk meningkatkan sifat mekanik pada aplikasi kompon ban. Pengisi yang umum dipakai ialah karbon hitam dan silika namun terkendala pada biaya yang mahal pada material tersebut. Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit(TKKS) berpotensi menjadi salah satu pengisi alternatif. Namun, Sifat permukaan serat TKKS yang sangat polar menjadi kendala dalam kompatibilitasnya terhadap karet alam yang non polar sehingga diperlukan coupling agent dalam aplikasinya. Hibrida karet alam-selulosa dapat menjadi agen pengikat antara karet alam dengan serat TKKS. Akan tetapi dalam pemrosesan karet setiap zat yang ditambahkan akan mempengaruhi proses vulkanisasi. Investigasi perilaku alir dari proses vulkanisasi dan kompatibilitas karet alam-serat TKKS yang ditambahkan coupling agent karet alam selulosa telah dilakukan. Hasil menunjukan penambahan coupling agent meningkatkan absorpsi ikatan hidrogen O-H serta menurunkan fiber pull-out dan meningkatkan distribusi dan dispersi serat. Perilaku alir menunjukan peningkatan torsi maksimum serta penurunan waktu scorch dan waktu optimal pematangan serta didapatkan optimum pada pemakaian suhu vulkanisasi 150°C dan coupling agent karet alam-selulosa sebesar 2 phr. Nilai konstanta laju reaksi menunjukkan kenaikan serta energi aktivasi mengalami penurunan terhadap temperatur dan komposisi coupling agent karet alam-selulosa.

Indonesia is the second largest natural rubber producer in the world. Raw material of natural rubber found most of its application in automotive industries espesially the main material of vehicle tires. The tires require good mechanical properties in its application. Addition of filler is a common method to enhance the mechanical strength in rubber mostly utilizing carbon black and silica. Another alternative is by using oil palm empty fruit bunch(OPEFB) as the filler. However, OPEFB has a polar characteristic on its surface, thus reducing its compatibilty with natural rubber significantly. Natural rubber-cellulose hybrid shows possibility to be utilized. However, in processing rubber, each added substance will affect the vulcanization process. Investigation of flow behavior of the vulcanization process and compatibility of natural rubber-fiber OPEFB which was added to the narutral rubber grafted cellulose coupling agent was carried out. The results show that the addition of coupling agents increases the absorption of O-H hydrogen bonds and lowers fiber pull-out and increases fiber dispersion. Flow behavior showed an increase in maximum torque and a decrease in scorch time and optimal maturation time and was obtained optimum at the use of 150°C vulcanization temperature and latex-cellulose coupling agent of 2 phr. The value of the reaction rate constant increase and the activation energy decreases with temperature and the composition of the latex-cellulose coupling agent."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belle Kristaura
"Karet merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat berlimpah dan memiliki potensi yang besar di negara Indonesia. Konsumsi karet di Indonesia sendiri kebanyakan diserap oleh industri-industri manufaktur yang sebagian besar dikonsumsi oleh industri ban kendaraan. Karet alam memiliki modulus kekakuan yang rendah, sedangkan pada ban, dibutuhkan karet yang memiliki kekakuan dan kekuatan yang baik. Untuk memperbaiki sifat tersebut dibutuhkan penguat sebagai pengisi pada karet. Penguat yang digunakan pada penelitian ini adalah serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) karena karbon hitam dan silika yang biasanya digunakan sebagai penguat memiliki harga yang sangat mahal dan sulit ditemukan di Indonesia. Namun, diperlukan coupling agent hibrida lateks-pati untuk meningkatkan kompatibilitas antarmuka karet alam dengan serat TKKS dikarenakan perbedaan kedua sifat permukaan antara karet dan serat. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh penambahan coupling agent terhadap kompatibilitas karet alam dengan serat TKKS serta sifat mekanik sehingga menghasilkan komposit dengan kekuatan dan kekakuan yang terbaik. Hal tersebut dapat dilihat dari pengujian Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy dan UTM. Variasi komposisi yang divariasikan adalah coupling agent sebesar 0, 1, 2 dan 3 phr coupling agent dengan 10 phr serat TKKS. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan coupling agent dapat meningkatkan kompatibilitas karet alam dengan serat TKKS serta dengan kekuatan dan kekakuan tinggi adalah pada variasi coupling agent 3 phr.

Natural rubber is one of the most abundant resources and have a great potential in Indonesia. Rubber consumption in Indonesia itself is mostly by manufacturing industry, such as the wheels industry. Natural rubber has a low stiffness modulus, whereas in wheels, rubber with high strength and stiffness is needed. To enchance those properties, we need reinforcement as a filler within the rubber. Reinforcement that are used in this research is Hybrid Oil Palm Empty Fruit Bunch (OPEFB) Fiber because of the carbon black and silica that are usually used as reinforcements that have very expensive price and are hard to found in Indonesia. But, latex-starch hybrid coupling agent is required to increase the compatibility of the interface between the natural rubber and the OPEFB Fiber because of the differences in surface properties of the two compounds. The purpose of this research is to observe the influence of adding coupling agent into the compatibility between natural rubber and OPEFB fiber and also into the mechanical properties, so that it resulted in the best strength and stiffness of the composite. The result can be observed with several tests, such as Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy and UTM. The coupling agent’s variation of the composition were 0, 1, 2 and 3 phr coupling agent, with 10 phr of OPEFB Fiber. The result showed that coupling agent addition can increase the compatibility between natural rubber and OPEFB Fiber, and also the best composition for a high strength and high stiffness is in the 3 phr coupling agent variation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Putri Purwidyasari
"Karet alam dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan ban kendaraan bermotor. Beberapa material seperti carbon black dan silika ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan produk karet alam. Namun industri di Indonesia harus mengimpor carbon black dan silika dari luar negeri, kekurangan lainnya adalah memiliki dampak bagi lingkungan karena material tersebut sulit terurai. Material biomassa berupa serat alam tandan kosong kelapa sawit mampu menggantikan carbon black dan silika sebagai produk karet alam. Namun terdapat perbedaan sifat antara karet alam (hidrofobik) dengan serat alam TKKS (hidrofilik). Oleh karena itu dibutuhkan suatu media berupa coupling agent hibrida karet alam selulosa untuk menyatukan karet alam dengan serat TKKS. Pada penelitian ini digunakan variasi coupling agent sebanyak 0, 1, 2 dan 3 phr dan variasi serat TKKS 5, 10 dan 15 phr untuk mengetahui kompatibilitas, morfologi dan temperatur degradasi dari produk komposit karet alam. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan coupling agent dapat meningkatkan kompatibilitas dan temperatur degradasi produk komposit karet alam yang semula 376oC menjadi 388oC pada pemakaian coupling agent sebanyak 3 phr. Sementara penggunaan serat TKKS meningkatkan temperatur degradasi produk komposit karet alam yang semula 382oC menjadi 389oC pada pemakaian serat TKKS sebanyak 15 phr.

Natural rubber used as raw material in the manufacture of tires. Carbon black and silica are added to improve the strength of natural rubber products. Industry in Indonesia must import carbon black and silica, another disadvantage is carbon black and silica difficult to decompose, so the environment has an impact. Biomass material form of natural fiber empty fruit bunch can replace carbon black and silica as natural rubber products. But there are differences in the nature between natural rubber (hydrophobic) and natural fiber TKKS (hydrophilic). Therefore cellulose natural rubber hybrid coupling agent needed to connect natural rubber with OPEFB fiber. In this study used variations of coupling agent 0, 1, 2 and 3 phr and variations in OPEFB fiber 5, 10, 15 phr to determine compatibility, morphology and degradation temperature of natural rubber composite products. The results showed that the use of coupling agents can improve compatibility and the degradation temperature of natural rubber composite products from 376oC to 388oC in the use of 3 phr coupling agents. While the use of OPEFB fiber increases the degradation temperature of natural rubber composite products from 382oC to 389oC on the use of 15 phr TKKS fibers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Poppy Shafira Widya Putri
"Serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah kelapa sawit yang pemanfaatannya masih sangat kurang di Indonesia. Serat ini memiliki potensi besar untuk menjadi bahan alternatif pengganti karbon hitam dan silika sebagai penguat dalam komposit karet. Akan tetapi, diperlukan coupling agent untuk meningkatkan kompatibilitas antarmuka karet alam dengan serat TKKS. Coupling agent hibrida poliisoprena-pati digunakan untuk meningkatkan kompatibilitas tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh komposisi serat TKKS dan coupling agenthibrida poliisopren-patiterhadap sifat mekanik komposit karet alam-serat TKKS. Karakterisasi Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy dan Scanning Electro Microscope (SEM), serta pengujian tarik dilakukan untuk medukung tujuan penelitian ini. Didapatkan kondisi optimal komposisi serat TKKS dan coupling agent hibrida poliisoprena-pati dalam komposit karet alam-serat TKKS yang meningkatkan kekuatan tarik hingga sebesar 26,568 MPa dan Modulus Young sebesar 1,117 MPa. Hal ini menandakan daya ikat antarmuka karet alam dengan serat TKKS meningkat dengan menggunakan coupling agent hibrida poliisoprena-pati. Peningkatan ini menunjukkan kompatibilitas karet alam dengan serat TKKS juga meningkat.

Oil palm empty fruit bunch (OPEFB) fiber is a palm waste that its utilization is lacking in Indonesia. This fiber has a great potential to be an alternative material to substitute carbon black and silica as fillers on natural rubber composite. However, a coupling agent is needed to enhance the compatibility of natural rubber and OPEFB fiber. Polyisoprene – starch hybrid based coupling agent was used to enhance this compatibility. This research was conducted to observe the effect of OPEFB fiber and polyisoprene – starch hybrid based coupling agent processes on mechanical properties of natural rubber – OPEFB fiber composite. Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy and Scanning Electron Microscope (SEM) characterizations, also tensile test was done to support the objective of this research. The optimum compositions of fiber and coupling agent were obtained in which the tensile strength and Young's Modulus were increased up to 26,568 MPa and 1,117 MPa, respectively. This result showed that polyisoprene – starch hybrid coupling agent enhanced the interface adhesion of natural rubber and OPEFB fiber. This enhancement meant the compatibility of natural rubber and OPEFB fiber was also enhanced."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Khaerunnisa
"Salah satu modifikasi ikatan rangkap yang ada dalam komponen metil ester dari minyak kelapa sawit (POME) adalah reaksi pemecahan oksidatif. Reaksi ini berpotensi menghasilkan senyawa-senyawa intermediat turunan asam dikarboksilat yang banyak digunakan dalam industri pelumas, plasticizer, poliamida, poliuretan, parfum, bahan sediaan farmasi, dll. Pada penelitian ini, proses pemecahan oksidatif dilakukan dalam fasa cair dengan pereaksi oksigen dan katalis heterogen dengan kondisi reaktor tunak atmosferik dengan variasi suhu operasi 120; 140; 160; dan 180 °C serta variasi waktu reaksi 1; 1,5; 2 dan 2,5 jam. Setelah reaksi, dilakukan pemisahan dengan distilasi pada suhu 300 °C. Pemilihan oksigen sebagai pereaktan didasari pertimbangan tidak beracun dan harganya lebih murah dibanding oksidator lain. Katalis heterogen yang digunakan adalah Cu-Zeolit alani. Cu digunakan untuk memenuhi kriteria katalis oksidasi sedangkan zeolit alam digunakan untuk meningkatkan luas permukaan. Katalis Cu-Zeolit alam dibuat dengan melakukan pertukaran kation yang menjadi komponen zeolit dengan Cu. Loading yang dihasilkan dari proses ini sebesar 2,61 % b/b dengan target awal loading 3%. Karakterisasi produk dilakukan dengan bilangan asam, GC-MS, FTIR, uji densitas, serta uji viskositas. Dari uji bilangan asam, densitas, serta viskositas menunjukkan semua produk oksidasi mengalami peningkatan bilangan asam, densitas, dan viskositas. Dari uji FTIR menunjukkan bahwa dalam produk yang terbentuk, perbandingan antara gugus C=O dan -CH2- mengalami peningkatan. Pada sampel dengan bilangan asam tertinggi (suhu 140 °C; waktu 2,5 jam) hasil GC-MS menunjukkan bahwa dalam produk distilat terdapat tiga jenis turunan senyawa asam dikarboksilat yang terbentuk, yaitu asam azelat dengan yield 0,71% dan konsentrasi dalam distilat 4,41%, asam suberat dengan yield 0,39% dan konsentrasi dalam distilat 2,39 %, serta asam sebacat dengan yield 1,99% dan konsentrasi dalam distilat 12,34%. Senyawa turunan asam mono- karboksilat yang terbentuk adalah asam heptanoat dengan yield 0,394% dan konsentrasi dalam distilat 2,44%, asam oktanoat dengan yield 0,296% dan konsentrasi dalam distilat 1,81%, dan asam nonanoat dengan yield 1,23% dan konsentrasi dalam distilat 7,53%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ambarwati
"Modifikasi minyak sawit untuk menjadi pelumas foodgrade yang telah dilakukan seperti transesterifikasi untuk menghasilkan Palm Oil Methyl Ester (POME) dan epoksidasi untuk menghasilkan EPOME serta pembukaan cincin epoksida dengan gliserol dan monoalkohol telah meningkatkan ketahanan oksidasinya menyamai pelumas foodgrade. Namun modifikasi tersebut belum memenuhi syarat untuk menjadikan minyak sawit sebagai pelumas foodgrade, yang menuntut warna yang bening, untuk diaplikasikan pada industri makanan. Untuk memperbaiki modifikasi ini maka dilakukan modifikasi lainnya yaitu dengan menghilangkan warna melalui proses decolorization. Proses decolorization POME dilakukan dengan menambahkan hidrogen peroksida sebesar 10 % v/v dari POME secara perlahan pada temperatur 65°C dan direaksikan dengan variasi waktu 30 menit, 1 jam, dan 3 jam serta variasi pengulangan proses untuk menghasilkan EPOME Decolorization. Dimana untuk menjadi pelumas foodgrade maka hanya perlu menambahkan gliserol atau monoalkohol untuk membuka cincin epoksidanya. Selain itu decolorization juga dilakukan dengan menggunakan bentonit pada temperatur yang sama selama 2 jam, produk yang dihasilkan diberi nama EPOME Bentonit. Untuk melihat keberhasilan modifikasi ini, dilakukan analisa wama secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 450 nm. Proses decolorization dengan hidrogen peroksida memiliki nilai absorbansi 0.0535 dan perubahan absorbansinya sebesar 76.74 %. untuk waktu reaksi 2 jam, absorbansi produk EPOME Bentonit 0.0865 dan perubahan absorbansi 62.39 %. Proses decolorization dengan hidrogen peroksida waktu reaksi 3 jam memberikan perubahan absorbansi yang lebih besar dibanding metode lain, absorbansi akhir yaitu 0.0431 dengan perubahan absorbansi sebesar 81.26 %, sedangkan dengan dengan waktu reaksi 1 jam absorbansi akhir 0.0508, perubahan absorbansi sebesar 77.91%. Semakin besar perubahan absorbansi yang dihasilkan, penambahan biaya bahan decoloran semakin besar, perubahan absorbansi sebesar 76 % membutuhkan biaya decoloran Rp. 8,600,- , perubahan absorbansi sebesar 81.26 % membutuhkan tambahan biaya sebesar Rp. 18,600,-."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Augustian Wijaya
"Perkembangan kendaraan bermotor yang semakin pesat, memicu naiknya konsumsi bensin di dunia. Namun naiknya konsumsi tidak diimbangi dengan naiknya produksi. Cadangan minyak bumi di dunia yang kian menipis menyebabkan perlu adanya sumber lain yang dapat diperbaharui untuk diolah menjadi hidrokarbon setaraffraksi gasoline. Minyak sawit (CPO) dipilih untuk dijadikan sumber baru dalam pembuatan gasoline karena CPO memiliki struktur rantai karbon yang dapat dikonversi dan diolah menjadi hidrokarbon setaraffraksi gasoline dengan metode perengkahan. Metode perengkahan pada penelitian ini dilakukan secara katalitik dengan menggunakan katalis ZSM-5/Alumina. Katalis alumina digunakan untuk merengkahkan struktur karbon yang panjang dari minyak sawit dan ZSM-5 digunakan sebagai aditif karena katalis ini merupakan katalis sintetik dengan keasaman yang sangat tinggi, sehingga sangat baik digunakan untuk reaksi perengkahan. Namun jumlah katalis ZSM-5 yang dipakai hanya sebagai aditif karena konsentrasi ZSM-5 yang tinggi akan menyebabkan produk reaksi perengkahan menjadi gas C2-C4 dan bukan produk bensin. Reaksi ini dilakukan pada fixed bed reactor sederhana. Umpan yang akan direngkahkan dipreparasi terlebih dahulu dengan cara oksidasi, transesterifikasi dan penambahan metanol. Temperatur reaksi akan dilakukan dari 350 °C sampai dengan 500 °C dengan space velocity 1,8 h-1 . Selain itujuga akan dilakukan variasi berat HZSM-5 dari 5 sampai 20 % berat total katalis. Metode yang digunakan dalam menguji hasil reaksi adalah GC-TCD dan FT-IR. Hasil reaksi dengan umpan POME menghasilkan yield tertinggi pada komposisi ZSM-5/Alumina 5 % yaitu sebesar 63,1 % pada saat temperatur reaksi sebesar 400 °C. Untuk reaksi dengan umpan minyak yang ditambah metanol, juga didapatkan yield tertinggi sebesar 26,75 % pada kondisi reaksi yang sama (temperatur reaksi 400 °C; 5 % berat H-ZSM-5 dalam katalis)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Fenjery
"Minyak sawit yang diperoleh dari CPO (Crude Palm Oil) adalah minyak nabati yang memiliki potensi untuk dijadikan minyak lumas karena secara alami minyak nabati memiliki gugus fungsi yang dapat menempel pada permukaan dan berfungsi mencegah kontak langsung, melindungi permukaan, mengurangi keausan dan friksi antara dua permukaan logam yang saling bergerak. Lebihjauh lagi, minyak sawit ini memiliki potensi untuk dijadikan pelumas foodgrade karena senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya tidak beracun (karena berasal dari alam). Namun, pemakaian minyak nabati sebagai pelumas untuk mesin-mesin modern tidak bisa dilakukan karena mudah terbentuk resin dan deposit yang akan menyebabkan penyumbatan. Resin dan deposit ini terbentuk karena minyak nabati mempunyai banyak ikatan rangkap karbon yang mudah teroksidasi dalam struktur molekulnya. Pada penelitian ini, minyak sawit akan diolah melalui tahapan proses kimia menjadi senyawa yang memiliki ketahanan oksidasi lebih baik sehingga cocok dipakai sebagai bahan pelumas. Minyak sawit ditransesterifikasi menggunakan metanol dan katalis NaOH menjadi POME (Palm Oil Methyl Ester). Kemudian dilakukan proses epoksidasi untuk menghilangkan ikatan C=C pada yang terdapat pada POME menjadi gugus oksirana. Setelah itu gugus oksirana ini disubstitusi dengan gliserol dan monoalkohol dengan menggunakan katalis heterogen H-zeolit. Tujuan penggunaan katalis heterogen adalah agar mudah dipisahkan dari produk yang dihasilkan sehingga tidak berbahaya dan produknya dapat digunakan sebagai pelumas foodgrade. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa produk dari reaksi epoksidasi (EPOME) mempunyai ketahanan oksidasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan minyak sawit dan POME. Reaksi pembukaan cincin EPOME menghasilkan EPOME gliserol dan EPOME monoalkohol yang merupakan hidrokarbon jenuh multi gugus fungsi (ester, eter, dan hidroksida) dan dapat melindungi permukaan logam dengan ketahanan oksidasi yang lebih baik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa EPOME heksadekanol sangat bagus untuk dijadikan minyak lumas dasar karena ketahanan oksidasinya paling baik Jika dibandingkan dengan EPOME gliserol, POME, minyak sawit, dan HVI 160 S."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>