Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108447 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Nadhira
"Latar belakang: Penggunaan kontrasepsi yang efektif merupakan salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu. Rendahnya tingkat penggunaan alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) yang merupakan metode kontrasepsi jangka Panjang (MKJP) yang sangat efektif antara lain disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai metode tersebut. Konseling kontrasepsi antenatal dianggap sebagai faktor potensial dalam meningkatkan penggunaan AKDR pascapersalinan. Akan tetapi, meskipun telah menjadi bagian dari layanan rutin, efektivitas konseling kontrasepsi antenatal di center pendidikan kami masih jarang dipelajari.
Metode: Tujuh puluh subjek yang menjalani pelayanan antenatal pada trimester ketiga di rumah sakit kami diikutkan dalam penelitian ini. Konseling kontrasepsi diberikan secara terintegrasi dalam kunjungan antenatal. Kuesioner yang mengukur pengetahuan, sikap dan pilihan kontrasepsi diberikan sebelum dan sesudah konseling kontrasepsi diberikan. Penggunaan metode kontrasepsi pascapersalinan dievaluasi setelah subjek melahirkan.
Hasil: Lima puluh delapan subjek dimasukkan dalam analisis akhir. Sebelum konseling hanya 39,7 persen subjek yang memiliki tingkat pengetahuan baik, dan hanya 36,2 persen subjek memiliki tingkat sikap yang baik. Sedangkan setelah penyuluhan 75,9 persen subjek memiliki tingkat pengetahuan baik dan 72,4 persen subjek memiliki tingkat sikap baik. Sebelum konseling, AKDR hanya dipilih oleh 15,5 persen subjek, sedangkan pasca konseling 77,6 persen subjek memilih dan menggunakan AKDR sebagai metode kontrasepsi pascapersalinan.
Kesimpulan: Konseling kontrasepsi yang diberikan antenatal dapat meningkatkan penggunaan AKDR pascapersalinan.

Background: Effective contraceptive use is one of a measure in decreasing maternal mortality rate. The low contraceptive prevalence rate of IUD as a LARC is partly caused by a lack of knowledge regarding the method. Antenatal contraceptive counselling is considered a potential factor in increasing the use of postpartum IUD. Though it has been a part of routine service, the effectiveness of antenatal contraceptive counselling in our center was seldom studied.
Methods: Seventy women who underwent antenatal care in the third trimester in our center were enrolled in the study. Contraceptive counselling was given integrated with antenatal care visits. A questionnaire for measuring knowledge, attitude, and contraceptive choice was given before and after contraceptive counselling. Postpartum contraceptive method usage was evaluated after birth.
Results: Fifty eight women were enrolled and included in the final analysis. Before counselling, only 39.7 percent of subjects had a good level of knowledge, and 36.2 percent subjects had a good level of attitude. While after counselling 75.9 percent of subjects had good level of knowledge and 72.4 percent subjects had a good level of attitude. Before counselling, IUD uptake was only 15.5 percent, while post-counselling, 77.6 percent of subjects chose and used IUD as their post-partum contraceptive method.
Conclusion: Contraceptive counselling given antenatal can increase postpartum IUD use.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meiriza Andarwati
"Metode kontrasepsi jangka panjang pasca persalinan merupakan strategi pemerintah yang efektif dalam meningkatkan kesehatan ibu nifas dan menekan tingginya laju pertumbuhan penduduk. Dalam upaya meningkatkan metode kontrasepsi jangka panjang pasca persalinan dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas pemasangan MKJP pasca persalinan khususnya IUD dan implant dibutuhkan peran bidan yang kompeten untuk terus mengajak ibu hamil bersedia menggunakan MKJP. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran kinerja bidan dalam jumlah pemasangan metode kontrasepsi jangka panjang pasca persalinan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan tersebut, tujuan ini bermaksud mengetahui kinerja bidan dalam terus berupaya meningkatkan kuantitas pemasangan MKJP dengan begitu bidan akan semakin terampil dan PUS/ ibu sebelum bersalin akan memilih MKJP tanpa ragu. Bidan yang semakin terampil dalam memasang KB maka akan meminimalisir resiko dari pemasangan MKJP. Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa sebanyak 5 puskesmas (50%) mempunyai kinerja baik dan 5 puskesmas (50%) mempunyai kinerja buruk, sedangkan dari 9 variabel (umur bidan, lama bekerja, domisili, status kepegawaian, disiplin, pelatihan, motivasi, kepemimpinan, supervisi) terdapat 3 variabel yang memiliki nilai probabilitas (p value <0,05) meliputi umur bidan, status kepegawaian, pelatihan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja bidan dalam pelayanan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pasca persalinan di puskesmas. Untuk itu perlu ditingkatkan dengan melakukan pelatihan secara berkala untuk memperbarui dan menambah motivasi dalam peningkatan KB pasca persalinan

The postpartum long-term contraceptive method is an effective government strategy in improving the health of postpartum mothers and suppressing the high rate of population growth. In an effort to improve long-term postpartum contraceptive methods by increasing the quantity and quality of postpartum MKJP installation, especially IUD and implants, a competent midwife role is needed to continue to invite pregnant women to be willing to use MKJP, especially postpartum. The purpose of this study is to determine the performance of midwives in the number of installations of long-term postpartum contraceptive methods and factors related to the performance of the midwife, this goal intends to know the performance of midwives in continuing to strive to increase the quantity of MKJP installations so that midwives will be more skilled and PUS / mothers before childbirth will choose MKJP without hesitation. Midwives who are increasingly skilled in installing kb will minimize the risk of installing MKJP. From the results of the study, it was found that as many as 5 puskesmas (50%) had good performance and 5 puskesmas (50%) had poor performance, while from 9 variables (midwife's age, length of work, domicile, staffing status, discipline, training, motivation, leadership, supervision) there were 3 variables that had a probability value (p value <0.05) includes midwife's age, staffing status, training has a significant relationship with the performance of midwives in the service of long-term contraceptive methods (MKJP) postpartum at puskesmas. For this reason, it needs to be improved by conducting training periodically to update and increase motivation in the improvement of postpartum birth control."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakta Sia Anita
"Prediksi pertambahan jumlah penduduk dunia menunjukkan Indonesia akan masuk ke dalam negara yang diprediksi akan mengalami pertambahan dalam jumlah besar. Penekanan nilai TFR menjadi salah satu cara dan mempresentasikan hasil kinerja dalam mengendalikan jumlah penduduk. Nilai TFR salah satunya dapat dipengaruhi oleh unmet need kontrasepsi karena berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi yang memengaruhi angka kelahiran. Nilai unmet need kontrasepsi di Indonesia masih jauh dari target yang ditetapkan. Terdapat perbedaan angka penurunan unmet need kontrasepsi yang cukup signifikan antara Provinsi Riau dan Kepulauan Riau dari tahun 2021 hingga 2023. Provinsi Riau dapat menurunkan nilai unmet need kontrasepsi sebesar 7,81% sedangkan Provinsi Kepulauan Riau hanya dapat menurunkan sebesar 3,12%. Padahal, kedua provinsi tersebut memiliki karakterisitk yang hampir sama, seperti kebudayaan dan kebiasaan masyarakat karena Provinsi Kepulauan Riau merupakan pemekaran dari Provinsi Riau. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang paling berhubungan dengan kejadian unmet need kontrasepsi di Provinsi Riau adalah keterpaparan informasi tentang KB dari petugas (AOR 0,030 CI 95% 0,010-0,084) dan diskusi dengan suami (AOR 2,833 CI 95% 1,352-5,934). Sedangkan di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan status pekerjaan (AOR 1,639 CI 95% 1,011-2,660) dan tempat tinggal (AOR 2,554 CI 95% 1,034-6,306) sebagai faktor-faktor yang memiliki hubungan paling kuat dengan kejadian unmet need kontrasepsi.

Population growth projections indicate that Indonesia will be among the countries expected to experience significant increases. Lowering the Total Fertility Rate (TFR) is one of the strategies to manage population growth effectively, and TFR serves as a key performance indicator in controlling population numbers. One of the factors influencing TFR is the unmet need for contraception, which is directly related to contraceptive use and birth rates. The level of unmet need for contraception in Indonesia is still far from the targeted goal. Between 2021 and 2023, there was a notable difference in the reduction of unmet need for contraception between Riau Province and the Riau Islands Province. Riau Province successfully reduced the unmet need for contraception by 7.81%, whereas the Riau Islands Province only managed a reduction of 3.12%. This is noteworthy because both provinces share similar characteristics, such as culture and societal habits, given that the Riau Islands Province was carved out from Riau Province. Research findings highlight that in Riau Province, the factors most associated with the occurrence of unmet need for contraception are exposure to family planning information from health workers (AOR 0.030, CI 95% 0.010-0.084) and discussions with husbands (AOR 2.833, CI 95% 1.352-5.934). In contrast, in the Riau Islands Province, employment status (AOR 1.639, CI 95% 1.011-2.660) and place of residence (AOR 2.554, CI 95% 1.034-6.306) are the strongest factors associated with the unmet need for contraception."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ross, John A.
New York: Columbia University, 1989
304.66 ROS m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Pelayanan KB di Indonesia masih tetap mengacu pada sistim kafetaria yang memberi keleluasaan kepada para peserta KB untuk memilih jenis alat kontrasepsi sesuai dengan keinginan masing-masing peserta. Menurut SDKI 2007, pemakaian metode kontrasepsi suntik memperlihatkan kecenderungan peningkatan, sebaliknya pemakaian metode kontrasepsi pil dan IUD cenderung menurun dari waktu kewaktu. Pemakaian metode IUD tahun 1991 sebesar 13,3%, 1994 menjadi 10,3%, 1997 menjadi 8,1%, 2003 menjadi 6,2% dan 2007 hanya 4,9%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu yang menggunakan kontrasepsi IUD, dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang ada di wilayah kerja Puskesmas Alai Ilir Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo Propinsi Jambi dengan jumlah sampel 210 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Variabel penelitian ini adalah usia, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, biaya pelayanan, jumlah anak, dukungan suami dan sikap ibu terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden yang menggunakan KB Non IUD sebesar 91% dan KB IUD hanya 9%. Ada perbedaan proporsi antara umur ibu, jumlah anak (paritas), biaya Pelayanan, pengetahuan dan sikap ibu terhadap penggunaan kontrasepsi IUD. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar Dinas terkait meningkatkan sosialisasi tentang kontrasepsi IUD sehingga dapat mengurangi sikap negatif yang ada dimasyarakat, meningkatkan kerja sama lintas sektoral dalam upaya peningkatan pencapaian akseptor KB IUD serta meningkatkan keterampilan petugas agar dapat memberikan pelayanan sesuai dengan standar.

Family planning services in Indonesia are still referring to cafeteria system which gives flexibility the planning participants to choose the type of contraceptives devices in accordance with the wishes of each participant. According to the Demographic and Health Survey 2007, the use of injectable contraceptive methods showed an increasing trend, whereas the use of pills and IUDs tended to decline over time. Use of the IUD method in 1991 at 13.3%, 1994 to 10.3%, 1997 to 8.1%, to 6.2% in 2003 and 2007 only 4.9%.
This study aims to determine the characteristic of women who uses contraceptive IUD, with cross sectional design. The population in this study were all of KB acceptors in working area of Health Center Alai Ilir Rimbo Ilir Subdistrict Regency of Tebo Jambi Province with a sample size of 210 respondents. The data was collected by direct interview method to respondents using questionnaire. The variables of this study are age, knowledge, education, employment, cost of service, number of children, support her husband and mother's attitudes toward contraceptive use IUDs.
The result showed that the proportion of respondents who use family planning Non IUD for 91% and KB IUDs only 9%. There is a difference between the proportion of maternal age, number of children (parity), the cost of service, knowledge and attitudes towards the use of contraceptive IUD's mother. Based on the research result suggested that the Departement-related increase socialization of IUD contraception in order to reduce the negative attitudes that exist in the community, enhance cross-sectoral cooperation in improving the achievement of family planning acceptor of IUD and to improve the skill of officers in order to provide services in accordance with the standards.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Radhica El Shalawa
"

Keberlangsungan pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu indikator keberhasilan program keluarga berencana. Tingkat putus pakai alat kontrasepsi modern di Indonesia masih terbilang cukup tinggi yaitu sebesar 25%. Angka tersebut masih di atas target nasional yaitu sebesar 24.6%. Kejadian putus pakai pada kelompok wanita yang masih membutuhkannya akan tergolong ke dalam unmet need dan berpotensi pada kejadian kehamilan yang tidak diinginkan. Terjadinya putus pakai kontrasepsi dapat dipengaruhi oleh kurang optimalnya pelayanan yang diberikan penyedia layanan keluarga berencana. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini menganalisis data hasil Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga tahun 2018 untuk mengetahui hubungan antara kualitas penyedia layanan keluarga berencana dengan tingkat putus pakai kontrasepsi modern dengan menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan keluarga berencana dengan putus pakai alat kontrasepsi modern setelah di adjust oleh paritas dan interaksi antara kualitas pelayanan keluarga berencana dengan paritas. Wanita yang mendapatkan kualitas pelayanan secara buruk memiliki risiko 2,2 lebih tinggi untuk putus pakai alat kontrasepsi modern dibandingkan dengan wanita yang mendapatkan kualitas pelayanan secara baik. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kualitas penyedia layanan secara merata pada seluruh fasilitas pelayanan keluarga berencana untuk dapat meningkatkan keberlangsungan pemakaian kontrasepsi dan meningkatkan cakupan pengguna kontrasepsi baru.

 


The continued use of contraception is one indicator of the success of the family planning program. The rate of discontinuation using modern contraceptives in Indonesia is still quite high at 25%. This figure is still above the national target of 24.6%. Contraceptive discontinuation in the group of women who still need it will be classified as unmet need and potential for unwanted pregnancy. The occurrence of contraceptive discontinuation can be influenced by suboptimal services provided by family planning service providers. This research is a descriptive analytic study using cross sectional research design. This study analyzes data of the 2018 Population and Family Development Population Program Performance and Accountability Survey to determine the relationship between the quality of family planning service providers with modern contraceptive discontinuation using the chi-square test and logistic regression. This study found that there was a significant relationship between the quality of family planning service providers with modern contraceptive discontinuation after being adjusted by parity and the interaction between the quality of family planning service providers with parity. Women who received poor quality of family planning services had a 2.2 higher risk of discontinuing use of modern contraceptives compared to women who received good quality of service. Therefore, it is necessary to improve the quality of services evenly in all family planning service facilities to be able to increase the continuity of contraceptive use and increase the coverage of new contraceptive users.

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Nathania Lomento
"Lupus eritematosus sistemik (LES) meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, dengan risiko kematian ibu meningkat 20 kali lipat. Maka, perencanaan dan pemantauan kehamilan yang ketat, dengan penggunaan kontrasepsi dan konseling kontrasepsi, harus dilakukan. Penelitian ini bertujuan meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap, perilaku pasien LES terhadap penggunaan dan konseling kontrasepsi. Studi dengan desain potong lintang ini merekrut perempuan usia 18 sampai 50 tahun yang terdiagnosis LES. Perempuan yang sudah melakukan sterilisasi, menopause, dan sedang hamil tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Kuesioner yang digunakan disusun melalui proses wawancara elisitasi dan uji reliabilitas. Penelitian ini melibatkan 114 pasien LES dengan median (IQR) usia 30,5 (25; 38,25) tahun. Mayoritas subjek memiliki pengetahuan rendah terhadap penggunaan kontrasepsi (89,5%) dan konseling kontrasepsi (75,4%). Hanya 32% subjek yang aktif berhubungan seksual menggunakan kontrasepsi secara efektif dan pernah menerima konseling kontrasepsi. Pengetahuan penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan pendidikan (p=0,007). Sikap penggunaan kontrasepsi (p=0,012) dan penggunaan kontrasepsi yang efektif (p=0,015) berhubungan dengan usia. Pengetahuan konseling kontrasepsi berhubungan dengan pendidikan (p=0,011) dan sosial ekonomi (p=0,014). Sikap konseling kontrasepsi berhubungan dengan usia (p=0,045) dan pengetahuan (p<0,001). Penerimaan konseling kontrasepsi berhubungan dengan riwayat kehamilan (p=0,04) dan pengetahuan (p=0,004). Usia berhubungan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi. Riwayat kehamilan dan pengetahuan berhubungan dengan penerimaan konseling kontrasepsi.

Systemic lupus erythematosus (SLE) increases the risk of pregnancy complications, with a 20-fold increase in maternal mortality. Therefore, strict pregnancy planning and monitoring, involving contraception use and contraceptive counseling, are necessary. This study aims to investigate factors associated with knowledge, attitudes, practices of SLE patients toward contraception use and contraceptive counseling. This cross-sectional study recruited women aged 18 to 50 diagnosed with SLE. Women who was sterile, reached menopause, or were currently pregnant were not included. The questionnaire used was developed through elicitation interviews and reliability testing. This study involved 114 patients with a median (IQR) age of 30.5 (25; 38.25) years. Most had low knowledge of contraception (89.5%) and contraceptive counseling (75.4%). Only 32% of sexually active individuals used contraception effectively and received counseling. Contraceptive knowledge showed association with education (p=0.007). Attitudes towards contraception (p=0.012) and effective contraception use (p=0.015) were associated with age. Contraceptive counseling knowledge was associated with education (p=0.011) and socioeconomic status (p=0.014). Attitudes towards contraceptive counseling were associated with age (p=0.045) and knowledge (p<0.001). Receipt of contraceptive counseling was associated with pregnancy history (p=0.04) and knowledge (p=0.004). Age is associated with effective contraception use, whereas pregnancy history and knowledge are associated with receipt of counseling. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deasy Apriyanah
"Latar Belakang: MKJP merupakan salah satu indikator kinerja utama pada rencana strategis BKKBN dalam meningkatkan kepesertaan keluarga dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, namun demikian capaiannya masih rendah.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan penggunaan MKJP pada Wanita Usia yang Tidak Menginginkan Anak Lagi di Pulau Kalimantan.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional, menggunakan data sekunder dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Sampel penelitian berjumlah 1034 responden. Analisis data menggunakan uji statistik regresi logistik.
Hasil: Hasil analisis didapatkan persentase penggunaan MKJP pada WUS yang tidak menginginkan anak lagi di pulau Kalimantan adalah sebesar 12,9%. Hasil uji bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara pendidikan PT (p=0,01, OR=3,04), status ekonomi atas (p=0,024, OR = 1,9), dan sumber pelayanan KB (p=<0,001, OR = 3,88) dengan penggunaan MKJP. Sedangkan tidak terdapat hubungan antara usia, pekerjaan, tempat tinggal, pengetahuan, paritas, dukungan suami, dukungan petugas kesehatan, pengambilan keputusan berKB dan keterpaparan informasi dengan dengan penggunaan MKJP pada WUS yang tidak menginginkan anak lagi. Hasil analisis multivariat didapatkan variabel yang dominan berhubungan dengan penggunaan MKJP adalah sumber pelayanan KB. WUS dengan sumber pelayanan KB sebelumnya di sektor pemerintah berpeluang 6,07 kali untuk penggunaan MKJP dibandingkan WUS dengan sumber pelayanan KB di sektor swasta/lainnya setelah dikontrol oleh variabel pendidikan, status ekonomi, sumber pelayanan KB dan keperpaparan informasi KB (pv=<0,001 OR=6,07 95% CI 3,371 -9,886).
Kesimpulan: Pemerintah perlu meningkatkan kerjasama dan kolaborasi dengan Rumah sakit / klinik/ bidan swasta dalam memberikan pelayanan MKJP.

Background: MKJP is one of the main performance indicators in the BKKBN strategic plan in increasing family participation in family planning and reproductive health, however, the results are still low.
Purpose: The aim of this study was to analyze the determinants of the use of MKJP in Women of the Age Who Do Not Want More Children on the Island of Borneo.
Method: This type of research is a quantitative study with a cross-sectional research design, using secondary data from the 2017 Indonesian Health Demographic Survey (IDHS). The study sample consisted of 1034 respondents. Data analysis used logistic regression statistical test.
Results: The results of the analysis showed that the percentage of the use of MKJP for WUS who did not want any more children on the island of Kalimantan was 12.9%. The results of the bivariate test showed that there was a relationship between PT education (p=0.01, OR=3.04), upper economic status (p=0.024, OR = 1.9), and sources of family planning services (p=<0.001, OR = 3.88) with the use of MKJP. While there is no relationship between age, occupation, place of residence, knowledge, parity, husband's support, support from health workers, family planning decision-making and information exposure with the use of MKJP in WUS who do not want more children. The results of the multivariate analysis showed that the dominant variable related to the use of MKJP was the source of family planning services. WUS with previous sources of family planning services in the government sector had a 6.07 times chance of using MKJP compared to WUS with family planning service sources in the private/other sectors after controlling for the variables of education, economic status, sources of family planning services and exposure to family planning information (pv=<0.001 OR = 6.07 95% CI 3.371 -9.886).
Conclusion: The government needs to increase cooperation and collaboration with private hospitals/clinics/midwives in providing MKJP services
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidatur Rohmah
"ABSTRAK
Pemakaian alat kontrasepsi terbukti memberikan manfaat bagi masyarakat. Terjadinya penurunan pemakaian alat KB menjadi isu yang harus untuk diperhatikan terutama dari segi keefektifan strategi komunikasinya. Strategi yang banyak digunakan dalam mempromosikan perilaku kesehatan adalah kombinasi framing pesan dan kredibilitas sumber. Menurut theory of planned behavior, perilaku dapat diprediksi berdasarkan niatnya, dan niat itu sendiri dipengaruhi oleh sikap. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh langsung framing pesan, kredibilitas sumber dan interaksi keduanya terhadap niat pemakaian alat kontrasepsi secara langsung, maupun pengaruh tidak langsung melalui attitude toward message dan pengetahuan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode kuasi eksperimental factorial design 2x2. Peneliti membagi 120 responden ke dalam 4 kelompok penelitian dengan memberikan stimulus pesan yang berbeda di tiap kelompok. Eksperimen dilakukan secara online dan offline. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode partial least square. Hasilnya menunjukkan bahwa dari 12 hipotesis penelitian yang diajukan, 7 hipotesis diterima dan 5 ditolak. Framing pesan, kredibilitas sumber, dan interaksi keduanya secara signifikan berpengaruh pada attitude toward message, namun tidak memiliki pengaruh pada niat. Pengetahuan dan attitude toward message juga mempengaruhi niat pemakaian alat kontrasepsi. Kredibilitas sumber terbukti memoderasi pengaruh pembingkaian pesan terhadap sikap dan niat. Dalam konteks pemakaian alat kontrasepsi, pesan dengan framing positif yang disampaikan oleh sumber yang kredibilitasnya tinggi merupakan kombinasi yang paling efektif dalam mempengaruhi sikap dan niat seseorang.

ABSTRACT
The use of contraception is proven to have many benefits for individuals. Decreasing of contraceptive prevalence rate is a problem that must be considered, especially in its communication strategy. The strategy that is widely used in health promotion is a combination of message framing and source credibility. According to the theory of planned behavior, a behavior can be predicted from intention, and the intention itself is influenced by attitude. This study aims to examine how the direct effect of, framing messages, source credibility and both interaction effect on intention in the use of contraceptives, and also indirectly effect through attitudes toward message and knowledge. This research was conducted with a quantitative approach and used a quasi-experimental method, 2x2 factorial design. Researcher divided 120 participant into 4 groups by giving different stimulus messages in each group. Data obtained from online and offline experiments were analyzed using partial least square method. The results show that from the 12 hypotheses submitted, 7 hypotheses were accepted and 5 were rejected. Message framing, source credibility and both interaction were found to have a significant effect on attitude toward message, but haven't significant effect on intention to use contraception. Knowledge and attitude toward message was also found to have a significant effect on intention. Source credibility is proven to moderate the effect of framing messages on attitudes and intentions. Positive framing message with credible source is the most effective combination in influencing the attitude and intention to use contraception."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, -
WP630 Pud N97]P
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>