Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187062 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anni Zahara Putri
"Air tanah dipandang sebagai salah satu sumber air baku yang sangat potensial dalam memenuhi kebutuhan air perorangan. Air tanah menjadi sumber air baku yang banyak dimanfaatkan sebagai air bersih dan air minum. Namun, pemanfaatan air tanah belum memenuhi standar air bersih yang aman sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 karena terjadinya penurunan kualitas air tanah. Penurunan kualitas air tanah dapat dipengaruhi oleh keberadaan sumber pencemar yang terlalu dekat dengan sumber air. Untuk mengetahui informasi terkait dengan kualitas air tanah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air tanah di kawasan gedung non fakultas UI dengan menganalis hubungan jarak sumur sumber air dengan sumber pencemar septic tank dan danau, serta mengetahui peta persebaran kualitas air tanah. Sampel air tanah dikumpulkan dari 34 sumur bor dan dilakuan pengujian secara in situ terkait parameter pH dan TDS, sedangkan parameter nitrat, mangan dan E. coli menggunakan teknik standar di laboratorium. Hasil analisis menunjukkan sebanyak 73,53% titik lokasi penelitian dengan meneliti lima parameter kualitas air menunjukkan kualitas air tanahnya belum sesuai standar peraturan. Rata- rata kualitas air tanah pada gedung non fakultas adalah sebagai berikut: pH (6,36), TDS (91,86 mg/L), nitrat (4,20 mg/L), mangan (0,82 mg/L), dan E. coli (5,01 CFU/100ml). Berdasarkan analisis statistik chi-square, jarak sumur dengan danau tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap keseluruhan parameter kualitas air. Sedangkan jarak sumur dengan septic tank memiliki hubungan yang signifikan terhadap parameter E. coli, namun tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap parameter pH, TDS, nitrat, dan mangan. Peta persebaran yang telah dikerjakan dengan penerapan Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan teknik interpolasi spasial menunjukkan bahwa persebaran kualitas air tanah pada kawasan Kampus UI termasuk kedalam kategori risiko pencemaran rendah dengan luasan 2,36 km2 (92,44 %) dan risiko pencemaran sedang dengan luasan 0,19 km2 (7,56 %).

Groundwater is seen as one of the most potential sources of raw water in meeting individual water needs. Groundwater is a source of raw water which is widely used as clean water and drinking water. However, the utilization of ground water has not met the standard of safe clean water in accordance with the Minister of Health Regulation Indonesia Number 32 of 2017 due to a decrease in groundwater quality. The decline in groundwater quality can be influenced by the presence of pollutant sources that are too close to water sources. To find out information related to groundwater quality, this study aims to determine the quality of groundwater in the area of non-faculty UI buildings by analyzing the relationship between the distance of water wells and the pollutant sources of septic tanks and lakes, as well as knowing the distribution map of groundwater quality. Groundwater samples were collected from 34 boreholes and tested directly in the field regarding pH and TDS parameters, while nitrate, manganese and E. coli parameters used standard laboratory techniques. The results of the analysis showed that 73.53% of the research location points by examining five water quality parameters showed that groundwater quality did not meet regulatory standards. The average groundwater quality in non-faculty buildings is as follows: pH (6.36), TDS (91.86 mg/L), nitrate (4.20 mg/L), manganese (0.82 mg/L), and E. coli (5.01 CFU/100ml). Based on the chi-square statistical analysis, the distance between the well and the lake does not have a significant relationship with all water quality parameters. While the distance between the well and the septic tank has a significant relationship to the parameters of E. coli, but does not have a significant relationship to the parameters of pH, TDS, nitrate, and manganese. The distribution map that has been done with the application of Geographic Information Systems (GIS) using spatial interpolation techniques shows that the distribution of groundwater quality in the UI Campus area is included in the category of low pollution risk with an area of 2.36 km2 (92.44%) and moderate pollution risk with an area of 0.19 km2 (7.56%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnainy Valencia Sari
"Pencemaran bioaerosol yang ada di dalam ruangan memiliki potensi 1.000 kali lebih berbahaya daripada di luar ruangan. Oleh karena itu, kualitas udara mikrobiologis pada ruang kuliah Gedung S di FTUI Depok perlu diteliti lebih lanjut. Sampel udara diambil menggunakan EMS bioaerosol single stage sampler selama dua menit dengan debit pemompaan 28,3 L/menit. Media pertumbuhan yang digunakan untuk bakteri dan jamur adalah TSA dan MEA. Konsentrasi bakteri tertinggi pada ruang kelas S101 2.407 362 CFU/m3 , terendah terdapat pada Lobby 1 384 142 CFU/m3. Konsentrasi jamur tertinggi ditemukan pada ruang kelas S203 810 215 CFU/m3, terendah pada S503 195 51 CFU/m3. Sebagian besar konsentrasi bakteri di udara melebihi baku mutu, sedangkan konsentrasi jamur masih memenuhi baku mutu. Suhu seluruh ruangan 21-27oC sudah memenuhi baku mutu dan kelembapan 38-71 serta Intensitas cahaya 4,21-335 lux pada sebagian ruangan tidak memenuhi baku mutu. Uji-Independent T-test menunjukan terdapat perbedaan signifikan pada konsentrasi jamur dan bakteri lantai bawah dan lantai atas sig< 0,05. Korelasi Pearson Product Moment menunjukkan terdapat korelasi yang kuat antara jumlah orang dengan konsentrasi bakteri r=0,73 dan berkorelasi lemah dengan konsentrasi jamur r=0,47. Jenis aliran udara didominasi oleh aliran laminer dan kecepatan partikel bakteri dan jamur pada kisaran 0,002-0,16 cm/detik.

Indoor bioaerosol contamination has potency 1,000 times more dangerous than outdoor. Therefore, microbiological air quality in the classrooms of Building S Engineering Faculty UI City of Depok need to be further investigated. The air samples were taken by using EMS bioaerosol single stage sampler in two minutes with airflow rate 28.3 L minute. The growth media used were TSA and MEA for bacteria and fungi. Highest bacterial concentration found in classroom S101 2,407 362CFU m3 , lowest in Lobby 1 384 142 CFU m3. The highest fungi concentration found in classroom S203 810 215 CFU m3, lowest in classroom S503 195 51 CFU m3. Most of the bacteria concentrations exceeded whereas the fungi concentration still met the quality standard. For the environmental factors, the entire classroom temperatures 21 27oC have met the quality standard but not the humidity 38 71 and light intensities 4.21 335 lux. The Independent T test showed that there were significance differences between bacteria and fungi on lower and upper floor sig."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Afif Riansyah
"Kesehatan manusia merupakan salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan sehingga diperlukannya inovasi berupa terobosan yang dapat meningkatkan mutu bidang medis. Perkembangan ilmu di bidang medis juga didukung oleh instrument medis yang semakin canggih sehingga memerlukan energi listrik yang prima diikuti juga dengan banyaknya permintaan daya listrik. Kenaikan permintaan daya listrik perlu diimbangi dengan kualitas daya listrik yang baik. Pada Gedung IMERI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang merupakan pusat edukasi dan riset di bidang medis, menggunakan berbagai peralatan listrik untuk menyokong aktivitasnya dibidang medis.
Melalui analisis kualitas daya dapat diketahui mutu parameter-parameter listrik pada gedung tersebut. Melalui pengukuran, pengolahan data, dan analisis didapatkan nilai tegangan maksimum dan minimum sebesar 234.17 Volt 219.99 Volt. Nilai frekuensi maksimum dan minimum sebesar 50.25 Hz 49.38 Hz. Sementara itu untuk nilai harmonik didapatkannya nilai TDD terbesar pada item panel sistem pencahayaan yang dimana bebannya merupakan penyumbang harmonik terbesar sebesar 42.5 . Dengan dilakukannya analisis kualitas daya listrik dapat diperolah solusi untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu sistem kelistrikan Gedung IMERI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Human health is one of the main needs in life so it needs innovation in the form of a breakthrough that can improve the quality of the medical field. The development of science in the medical field is also supported by increasingly sophisticated medical instruments that require excellent electrical energy followed by also the demand for electric power. The increase in demand for electrical power needs to be balanced with good electrical power quality. In IMERI Building Faculty of Medicine University of Indonesia which is the center of education and research in the medical field, using various electrical equipment to support medical activities.
Through the analysis of power quality can be known the quality of electrical parameters in the building. Through measurement, data processing, and analysis obtained the value of maximum and minimum voltage of 234.17 Volt 219.99 Volt. Maximum and minimum frequency values of 50.25 Hz 49.38 Hz. Meanwhile the highest harmonic value stands for illumination panel is called TDD in the amount of 42.5 which is the biggest contributor of harmonic effects. With the analysis of electrical power quality can be obtained solutions to improve and improve the quality of electrical system IMERI Building Faculty of Medicine, University of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malik Adhi Wicaksono
"Kegiatan akademik di Fakultas Teknik Universitas Indonesia relatif tinggi. Gedung K salah satu gedung yang digunakan untuk kegiatan perkuliahan di FTUI. Sebagian besar fasilitas penunjang kegiatan akademis di FTUI menggunakan peralatan listrik, yang membuat pemakaian listrik bervariasi setiap harinya.
Maka dari itu diperlukan analisis kualitas daya untuk mengetahui mutu kelistrikan gedung tersebut. Diperoleh nilai tegangan maksimum dan minimum sebesar 227,86 Volt dan 213,4 Volt. Nilai frekuensi maksimum 50,366 Hz dan minimum 49,643 . THD arus berada diluar standar dengan nilai IHD maksimum mencapai 17,15 .
Hasil dari pengukuran tersebut kemudian disimulasikan untuk mendapatkan kualitas daya yang lebih baik. Simulasi pemasangan filter berhasil mereduksi IHD menjadi 3,9 sesuai standar. Dengan melakukan analisis audit kualitas daya maka dapat diperoleh solusi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem kelistrikan Gedung K Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Academic activity at the Faculty of Engineering University of Indonesia is becoming relatively high. Building K is one of the buildings that is used for lecture activities at FTUI. Most of the facilities that supports all academic activities at FTUI use electrical equipment, which make the use of electricity in that building varies every day.
Therefore it is necessary to analysis the quality of power to know the electrical quality of the building. Maximum and minimum voltage values of 227.86 Volt and 213.4 Volt are obtained. Maximum frequency value 50.366 Hz and minimum 49.643. However, the THD currents are out of standard with a maximum IHD value of 17.15.
The results of these measurements are then simulated to obtain better power quality. The filter installation simulation succeeded in reducing IHD to 3.9 by standard. By conducting a power quality audit analysis, a solution to fix and improve the electrical system Building K Faculty of Engineering Universitas Indonesia is obtained.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Ramdhani
"Pertumbuhan beban listrik pada gedung GK Fakultas Teknik Universitas Indonesia menimbulkan permasalahan baru yaitu semakin buruknya kualitas daya listrik pada gedung tersebut. Kualitas daya listrik merupakan setiap permasalahan daya listrik yang berbentuk penyimpangan tegangan, arus, atau frekuensi yang mengakibatkan kegagalan ataupun kesalahan operasi pada peralatan yang terjadi pada sisi konsumen energi listrik. Untuk memastikan apakah kualitas daya listrik pada gedung GK sudah baik maka diperlukan pengukuran terlebih dahulu.
Hasil yang didapat untuk parameter variasi nilai tegangan, ketidakseimbangan tegangan, variasi nilai frekuensi, faktor daya, dan harmonik tegangan sudah memenuhi standar yang berlaku. Tetapi untuk harmonik arus belum memenuhi standar yang berlaku dimana penyumbang nilai harmonik arus terbesar ada pada orde ketiga, kelima, dan ketujuh.
Peniliti telah berhasil merancang 2 buah single-tuned filter yang bertujuan untuk mereduksi harmonik orde kelima dan ketujuh. Untuk orde kelima berhasil tereduksi dari 10,9 menjadi 6,2 dan untuk orde ketujuh, berhasil tereduksi dari 8,9 menjadi 2,9 . Untuk mereduksi harmonik orde 3, digunakan transformator penggeser fasa Dy11 dan berhasil mereduksi 12,6 menjadi 0.

The growth of electricity load creates a new problem, a bad quality of electrical power in GK Building of Faculty of Engineering in Universitas Indonesia. Electrical power quality is a problem related to deviation of voltage, current, or frequency that can lead into failure or misoperation of equipments on GK building. To ensure that the power quality of GK building is fine, we have to make a measurement first.
The result of this research shows most of the parameters measured are qualified for passing the standards. Those parameters are variance of voltage, voltage unbalanced, variance of frequency, power factor, and voltage harmonic. However, the result of current harmonic parameter does not pass. The biggest contribution for current harmonic value occur on the third, fifth, and seventh orde.
Researcher has succeeded on designing 2 sets of single tuned filter that aim to reduce harmonic from fifth and seventh orde. For fifth ord, the filter has succeed to reduce harmonic from 10,9 to 6,2 and for seventh orde, the filter has succeed to reduce harmonic from 8,9 to 2,9 . For reducing the 3rd orde of harmonic, phase shifting transformer is used with configuration of Dy11 and success to reduce harmonic from 12,6 to 0 .
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Yasmine Cahyaningrum
"Klinik merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan berbagai macam pasien dan penyakit sehingga kualitas udara mikrobiologis dalam ruangan perlu diperhatikan terkait resiko kesehatan. Oleh karenanya tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sumber pencemar mikrobiologis pada Klinik, nilai konsentrasi bakteri dan jamur di udara, faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi bakteri dan jamur dan pengaruh jumlah pasien terhadap konsentrasi bakteri dan jamur di dalam ruangan. Identifikasi sumber pencemar dilakukan menggunakan ceklist dan skoring yang mengacu pada National Research Council (2005) dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Lampiran 3 Formulir Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) Rumah Sakit. Selanjutnya sampel udara diambil menggunakan alat EMS E6 Bioaerosol Sampler Single-Stage dengan debit aliran udara sebesar 28,3 L/menit. Sampel udara diambil selama 2 menit pada media Malt Extract Agar dan diinkubasi pada suhu 28°C selama ±48 jam untuk jamur, serta 1,5 menit pada media Triptone Soya Agar dan diinkubasi pada suhu 37°C selama ±24 jam untuk bakteri. Sumber pencemar potensial pada Klinik Satelit UI antara lain keberadaan manusia, adanya pertumbuhan mikroba pada dinding maupun langit-langit ruangan, adanya water reservoirs seperti wastafel dan keberadaan soft furniture yang menghasilkan beberapa lokasi yang diduga memiliki konsentrasi bioaerosol tinggi, yaitu Poli Umum, Poli Gigi, IGD, Laboratorium, Ruang Administrasi dan Ruang Tunggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri tertinggi terdapat pada Ruang Tunggu (743 ± 10) CFU/m3 dan terendah pada Ruang Administrasi (348 ± 24) CFU/m3. Konsentrasi jamur tertinggi terdapat pada Ruang Poli Gigi (689 ± 40) CFU/m3 dan terendah pada Ruang Administrasi (457± 14) CFU/m3. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan metode Spearman Rank dengan p value (<0,01) suhu udara, kelembapan dan jumlah pasien merupakan parameter yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bioaerosol. Dengan korelasi tertinggi antara konsentrasi bakteri dan jamur dengan suhu adalah (r = 0,689 ) dan (r = -0,695), korelasi tertinggi dengan kelembapan adalah (r = 0,574) dan (r = 0,761) dan jumlah pasien memiliki korelasi konsentrasi tertinggi dengan bakteri dan jamur sebesar (r = 0,829) dan (r = 0,855). Dimana berdasarkan Permenkes No 1204 Tahun 2004, standar untuk suhu udara di Fasilitas Kesehatan adalah (19-26)°C dan kelembapan yang baik berkisar antara (45-60)%. Untuk mencegah perkembangan bioaerosol pada lingkungan Klinik Satelit UI diperlukan pengaturan suhu dan kelembapan yang baik, serta perawatan berkala untuk peralatan Klinik dan berbagai furniture serta pengecatan dinding minimal 1 kali dalam 1 tahun.

Clinics are health care facilities that are related to various types of patients and diseases so that indoor microbiological air quality needs to be considered related to health risks. Therefore the purpose of this study is to determine the microbiological pollutant sources in the clinic, the concentration of bacteria and fungi in the air, environmental factors that affect the concentration of bioaerosols and the effect of the number of patients on the concentration of bacteria and fungi in the room. Identification of pollutant sources was carried out using checklists and scoring referring to the National Research Council (2005) and Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 1204 of 2004 concerning Hospital Environmental Health Requirements Appendix 3 Assessment Form for Hospital Environmental Health Inspections (Sanitation Inspection). Furthermore, the air sample was taken using the EMS E6 Bioaerosol Sampler Single-Stage with an air flowrate of 28,3 L/min. Air samples were taken for 2 minutes on Malt Extract Agar and incubated at temperature 28°C for ±48 hours for fungi, and 1,5 minutes on Triptone Soya Agar media and incubated at temperature 37°C for ±24 hours for bacteria. Potential pollutant sources at the Klinik Satelit UI include human presence, microbial growth in the walls and ceilings of the room, the presence of water reservoirs such as sinks and the presence of soft furniture which concludes that several locations are suspected of having high bioserosol concentrations, is General Poly, Poly Dental, IGD, Laboratory, Administration Room and Waiting Room. The results showed that the highest bacterial concentration was found in the Waiting Room (743±10) CFU/m3 and the lowest was in the Administration Room (348±24) CFU/m3. The highest fungal concentration was found in the Dental Poly Room of (689±40) CFU/m3 and the lowest was in the Administration Room of (457±14) CFU/m3. Based on statistical tests using the Spearman Rank method with p value (0,01), air temperature, humidity and number of patients are the most dominant parameters affecting the growth and development of bioaerosol. With the highest correlation between bacterial and fungal concentrations with temperature is (r=0,689) and (r=-0,695), with humidity is (r=0,574) and (r=0,761) with number of patients is (r=0,829) and (r=0,855). Where based on Ministry of Health Regulation No. 1204 of 2004 the standard for air temperature in Health Facilities is (19-26)°C and good humidity ranges between (45-60)%. To prevent the development of bioaerosol in the Klinik Satelit UI good temperature and humidity settings are needed, as well as periodic maintenance for Clinic equipment and furniture and painting wall at least 1 time a year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Dwi Astuti
"Kantin banyak digunakan oleh mahasiswa sebagai tempat untuk berbagai kegiatan sehingga kualitas udara mikrobiologis pada lingkungan kantin menjadi diperhatikan terkait dengan risiko kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sumber pencemar mikrobiologis pada kantin, seberapa besar konsentrasi bakteri dan jamur di udara, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bakteri dan jamur di udara, serta menganalisis penyebaran bakteri dan jamur yang dilakukan pada kantin FT dan FEB UI. Identifikasi sumber pencemar dilakukan menggunakan checklist yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran Lampiran II Formulir Inspeksi Pemeriksaan Kelaikan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Kemudian sampel udara diambil menggunakan EMS E6 Bioaerosol Sampler Single-Stage dengan debit aliran udara sebesar 28,3 L/menit. Sampel diambil selama dua menit pada media Tryptic Soy Agar dan diiinkubasi pada temperatur 35 C selama 24jam untuk bakteri serta pada media Malt Extract Agar dan diinkubasi pada temperatur 25 C selama 48jam untuk jamur. Pengambilan sampel dilakukan selama lima hari. Lokasi-lokasi yang diduga sebagai sumber pencemar berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan adalah Dapur Kantin Dosen FT; Depan Ruang Cuci Piring Kantin Mahasiswa FT; Depan Meja Piring Kotor Lantai 1 Kantin Mahasiswa FT; Kedai Pedagang Kantin Mahasiswa FT; Depan Meja Piring Kotor Lantai 2 Kantin Mahasiswa FT; Ruang Cuci Peralatan Kantin Mahasiswa FEB; serta Depan Kedai Pedagang dan Ruang Makan Kantin Mahasiswa FEB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Konsentrasi bakteri tertinggi ditemukan pada FT2 sebesar 561 100 CFU/m3 dan terendah pada FT5 156 69 CFU/m3. Konsentrasi jamur tertinggi pada FT5 461 224 CFU/m3 dan terendah pada FT1 144 81 CFU/m3. Berdasarkan uji statistik menggunakan metode korelasi Pearson didapatkan hasil dimana temperatur dan kelembaban udara memiliki korelasi yang lemah terhadap konsentrasi bakteri r=0,218;r=0,211 namun memiliki korelasi yang kuat terhadap konsentrasi jamur r=0,701;r=0,659 pada kedelapan lokasi sampling. Sedangkan intensitas cahaya memiliki korelasi yang sangat lemah terhadap konsentrasi bakteri r=0,115 dan korelasi lemah terhadap konsentrasi jamur r=0,226 pada kedelapan lokasi sampling. Kecepatan angin dan kegiatan manusia diduga menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran mikroorganisme. Sedangkan ukuran partikel menjadi salah satu faktor kecepatan pengendapan dimana jamur memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan bakteri sehingga kecepatan jatuh jamur lebih cepat dibandingkan bakteri. Kecepatan pengendapan partikel bakteri dan jamur berada pada kisaran 0,0005-0,28 cm/detik.

Canteen is widely used by students as a place for various activities so that microbiological air quality in the canteen environment to be considered related to health risks. Therefore, research needs to be completed to find out the source of microbiological pollutant in the canteen, knowing the concentration of bacteria and fungi in the air, analyze what factors influence the growth and expansion of bacteria and fungi in the air, and analyze the pathway of bacteria and fungi at Canteen of Faculty of Engineering and Faculty of Economic and Business UI. Identification of souce of microbiological pollutant using a checklist referring to the Minister of Health Decree No. 1098 MENKES SK VII 2003 about Hygiene Requirements for Sanitation of Restaurants. Air Sampling was conducteb by using EMS E6 Bioaerosol Sampler Single Stage and worked at a flowrate of 28.3 l min. Sampels were collected for two min on Tryptic Soy Agar and were incubated at 35 C for 24 h for bacteria and on Malt Extract Agar and were incubate at 25 C for 48 h for the fungal. Sampling was conducted for five days. Locations suspected to be souce of pollutants based on the results of identification that have been done are kitchen of FT rsquo s lecturer canteen In front of the dish washer room of FT 39 s student canteen In front of unwashed dish table 1st floor of FT rsquo s student canteen Between Food Stall of FT rsquo s student canteen In front of 2nd Floor FT rsquo s student canteen In washing room of FEB rsquo s student canteen and in front of food stall and dining room of FEB rsquo s student canteen. The results showed that the highest bacterial concentrations were found in FT2 561 100 CFU m3 and the lowest at FT5 156 69 CFU m3. The highest fungal concentration at FT5 461 224 CFU m3 and the lowest on FT1 144 81 CFU m3. Based on statistical test using Pearson correlation method got result where temperature and humidity have weak correlation to airborne bacteria concentration r 0,218 r 0,211 but have strong correlation to airborne fungal concentration r 0,701 r 0,659 at eight sampling location. While the light intensity has a very weak correlation to airborne bacterial concentration r 0,115 and weak correlation to airborne fungal concentrations r 0,226 in the eight sampling location. Wind speed and human activity are suspected to be several factors affecting the spread of microorganisms. While the particle size becomes one of the factors of settling speed where fungal have a larger size than bacteria so the speed falls faster than bacteria. The rate of deposition of bacterial and fungal particles in the range 0,0005 0,28 cm sec."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meydam Gusnisar
"Kelangkaan air merupakan suatu permasalahan utama yang dialami oleh negara berkembang. Berdasarkan jumlahnya air hujan merupakan suatu sumber yang potensial untuk dijadikan sumber air minum. Pada saat ini, keberadaan air bersih di Jakarta, Indonesia, sangat memprihatinkan. Kualitas air tanah mengalami penurunan dan membutuhkan suatu pengolahan sebelum digunakan. Penelitian pada air tanah ini dilakukan di bangunan gedung fakultas teknik Universitas Indonesia, dimana terdapat sumur resapan dan yang tidak terdapat sumur resapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari sumur resapan terhadap kualitas air tanah pada daerah yang dekat dengan sumur resapan dengan yang jauh dari sumur resapan. Kualitas air tanah diteliti berdasarkan parameter fisik-kimia yaitu Fe, Mn, pH, kekeruhan, warna, Cl-, dan TDS. Terjadinya perubahan material pengisi sumur resapan mempengaruhi beberapa nilai parameter seperti nilai kekeruhan dari nilai awal 0.77 meningkat menjadi 4.42 NTU dan turun kembali menjadi 0.51 NTU dan nilai warna dimana pada awalnya memiliki nilai 1 TCU meningkat hingga 35 TCU dan turun kembali menjadi 5 TCU. Penemuan ini membuktikan bahwa sumur resapan yang terdapat di fakultas teknik berpengaruh terhadap kualitas air tanah yang berada dekat dengan sumur resapan. Oleh karena teknologi ini dapat menyediakan akses air bersih maka teknologi ini dapat diaplikasikan di perkotaan yang mempunyai populasi tinggi.

Water scarcity is a major problem in many developing country. Despite the degradation of surface water as raw water, people still used it for drinking water supply. The present, the existences of fresh water in Jakarta, Indonesia, is very apprehensive. The quality of groundwater is being decline and requiring treatment before usage. The present study on groundwater was conducted in the building structure of faculty of engineering University of Indonesia where rainwater-harvesting system were installed and where rainwater-harvesting system were not installed. The objective of the study is to show the difference of water quality which is located near and far from rainwater harvesting. The quality of groundwater was assessed by determining the physic-chemical parameters. The physic-chemical parameters which were observed are Fe, Mn, pH, turbidity, color, Cl-, and TDS. Because of the material in rainwater harvesting is change. Its affecting several parameters such us turbidity from 0,77 NTU increased to 4,42 NTU and decreased to 0,51 NTU and color value from 1 TCU increased to 35 TCU and decreased to 5 TCU. The findings from this study provide evidence that rainwater harvesting in faculty of engineering influence the groundwater quality. Hence, providing sustainability of drinking water supply. This technology can applied in city that has high density population."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42861
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sandi Mulya
"Listrik merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari. Untuk itu suatu gedung membutuhkan instalasi listrik. Gedung S Fakultas Teknik Universitas Indonesia merupakan gedung yang diperuntukkan sebagai tempat belajar mengajar bagi mahasiswa dan dosen.
Gedung yang sudah berdiri sejak beberapa tahun yang lalu ini dirasa perlu untuk dilakukan audit terutama audit kualitas daya pada panel AC karena merupakan beban terbesar yang ada di gedung S. Audit kualitas daya ini untuk memberikan rekomendasi agar instalasi yang digunakan sesuai yang diharapkan.
Hasil audit visual menunjukkan bahwa kondisi panel tidak perlu dilakukan perawatan atau pergantian untuk sekarang ini karena masih terlihat rapi. Hasil pengukuran menunjukkan beberapa parameter kualitas daya telah memenuhi standar seperti tegangan pada rentang 213.03-220.37 V, arus pada rentang 49.6-159.8 A, frekuensi pada rentang 49.867-50.153 Hz, sedangkan beberapa tidak memenuhi standar seperti harmonik dimana IHDi orde 3 bernilai diatas 7% dan faktor daya ≤ 0.85.

Electricity is a need that cannot be separated from everyday human life. For that a building requires electrical installation. Building S, Faculty of Engineering, University of Indonesia is a building intended as a place of teaching and learning for students and lecturers.
The building that has been established since decades ago is deemed necessary to conduct an audit, especially the AC installation audit because it is the biggest burden in the S building. The AC installation audit is to provide recommendations for the installation to be used as expected.
The results of monitoring indicate that the panel conditions do not need to be treated or changed for now because it still looks neat. The measurement results show several power quality parameters that meet standards such as voltages in the range 213.03-220.37 V, currents in the range 49.6-159.8 A, frequencies in the range 49.867-50.153 Hz, while some do not meet standards such as harmonics where IHDi is 3 abov power factor ≤ 0.85.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alamsyah Prasetia
"Penelitian ini membahas mengenai Analisis Sistem Proteksi Kebakaran pada Gedung Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dengan Menggunakan SNI dan NFPA tahun 2013. Tujuan dari penelitian ini ingin melihat apakah sistem proteksi kebakaran pada gedung Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sudah bisa dikatakan baik atau buruk. Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan ceklis sebagai cara untuk mengetahui baik buruknya sistem proteksi kebakaran, yang tiap-tiap variabelnya mengacu pada SNI dan NFPA. Variabel yang menjadi alat ukur penelitian kali ini adalah baik buruknya sprinkler, APAR, titik panggil manual, alarm, hidran, detekor, dan laboratorium. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara mendalam untuk mendapatkan pengayaan informasi kepada pihak-pihak yang dirasa memiliki informasi terkait sistem kebakaran yang ada.
Pada hasil penelitian, berdasarkan hasil ceklis ke enam variabel yang mengacu pada SNI dan NFPA terkait sistem proteksi kebakaran pada gedung Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, disimpulkan bahwa sistem proteksi kebakaran yang ada pada Fakultas Farmasi Universitas Indonesia masih belum bisa dikatakan baik. Tidak sesuainya keadaan sistem proteksi kebakaran yang ada dengan ketentuan yang berlaku pada SNI dan NFPA, serta kurang baiknya managemen dalam pengelolaan sistem proteksi kebakaran di gedung Fakultas Farmasi Universitas Idonesia menjadi alasan penulis, mengapa sistem proteksi kebakaran pada gedung Fakultas farmasi Universitas Indonesia belum dapat diakatakan baik.

This study discusses the Fire Protection System Analysis at the University of Indonesia Faculty of Pharmacy Building in 2013 by using SNI and NFPA. The purpose of this study wanted to see if the fire protection system in the building of the Faculty of Pharmacy, University of Indonesia can be said to be good or bad. In this study, the authors use the checklist as a way to determine the merits of fire protection systems, which each variable refers to the SNI and NFPA. The variables in this study are the good and bad sprinkler, fire extinguisher, manual call point, alarm, fire hydrant, detector, and laboratory. In addition, the authors also conducted in-depth interviews for the benefit of the information to the parties are deemed to have information related to the existing fire system.
On the results of the study, based on the results of the checklist to six variable that refers to the relevant SNI and NFPA fire protection systems in the building of the Faculty of Pharmacy, University of Indonesia, it was concluded that the existing fire protection system at the Faculty of Pharmacy, University of Indonesia was not good. Incompatibility of the state of the existing fire protection system with the applicable provisions of SNI and NFPA, as well as the lack of good management in the management of the fire protection system in the building of the Faculty of Pharmacy, University of Indonesia become the reason the author, why the fire protection systems in buildings Pharmaceutical Faculty, University of Indonesia can not be said good.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>