Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115584 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Denisa Anggi Kurnia
"Latar Belakang: Sindroma Stevens-Johnson (SSJ) merupakan penyakit autoimun yang menyerang mukosa tubuh penderita dengan angka mortalitas mencapai 35%. Manifestasi okular pada SSJ dilaporkan antara 60-90% kasus. Manifestasi mata kering merupakan keluhan yang dapat ditemui pada fase akut maupun pada fase kronik serta ditemukan pada 46%-59% kasus. Masalah mata kering pada pasien SSJ okular menimbulkan gangguan subjektif seperti sensasi benda asing, nyeri, fotofobia, gangguan penglihatan, dan kesulitan dalam membuka mata. Tatalaksana mata kering pada SSJ okular bervariasi, namun belum didapatkan adanya baku emas terapi untuk pasien SSJ okular dengan mata kering. Tetes mata serum tali pusat saat ini mulai dikembangkan dan dipilih sebagai tatalaksana pada kelainan permukaan okular. Penelitian terdahulu melaporkan efektivitas yang baik dan keamanan dari pemberian tetes mata serum tali pusat pada kasus mata kering. Penelitian-penelitian ini melaporkan perbaikan baik secara subjektif maupum objektif pada kasus mata kering. Meskipun memberikan hasil yang memuaskan, belum terdapat penelitian yang menunjukkan efek pemberiannya pada kasus mata kering terkait SSJ. Tujuan: Menilai efek pemberian tetes mata serum tali pusat pada pasien SSJ okular dengan mata kering dibandingkan dengan penggunaan sodium hialuronat 0,1%. Metode: Uji eksperimental tersamar ganda pada dua kelompok. Kelompok pertama mendapat tetes mata serum tali pusat dan kelompok lain mendapat tetes mata sodium hialuronat 0,1% Hasil: Penelitian berlangsung pada bulan April 2020-Desember 2020 dengan jumlah sampel sebanyak 10 pasien. Rerata usia yaitu 41,8 ± 15,7 dengan jumlah subyek perempuan lebih banyak dari laki-laki (7 vs 3). Sebanyak 6 pasien sudah menjalani operasi mata. Perubahan nilai NIBUT, Schirmer I, dan skor keratoepiteliopati lebih besar bermakna pada kelompok serum tali pusat (1,3 vs 0,15; 2 vs 0,5; 6 vs 0). Perubahan skor OSDI kelompok serum tali pusat lebih tinggi pada kelompok serum namun tidak bermakna secara statistik. Kesimpulan: Secara klinis pemberian tetes mata serum tali pusat menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tetes mata sodium hialuronat 0,1%.

Background: Stevens-Johnson syndrome (SJS) is an autoimmune disease that attacks the mucosa of the patient with a mortality rate of up to 35%. Ocular manifestations in SJS are reported in 60-90% of cases. Dry eye manifestation is found in the acute phase as well as in the chronic phase and counted in 46%-59% cases. Dry eye problems in ocular SJS patients cause subjective complaints such as foreign body sensation, pain, photophobia, visual disturbances, and difficulty in opening the eyes. The management of dry eye in ocular SJS varies, but there is no gold standard therapy for with dry eye in ocular SJS patients. Umbilical cord serum eyedrops are currently being developed and used as the treatment for ocular surface disorders. Previous studies have reported good efficacy and safety in dry eye patients receiving umbilical cord serum eyedrops. These studies reported both subjective and objective improvements in dry eye cases. Although it gives satisfactory results, there are no studies that show the efficacy in of dry eye patients associated with SJS. Objective: to evaluate the efficacy of umbilical cord serum eyedrops for severe dry eye in ocular SJS, compared with sodium hyaluronate 0,1% eyedrops. Method: a double-blind randomized control trial comparing two groups. Result: From April 2020 – December 2020 there were 10 eyes from 10 patients included in this study. Mean age of our study is 41,8 ± 15,7 and women is more frequent than men (7 vs 3). Six patients had underwent ocular surgeries prior the study. Changes in NIBUT, Schirmer I, and keratoepitheliopathy scores were significantly greater in the cord serum group (1.3 vs 0.15; 2 vs 0.5; 6 vs 0). Changes in the umbilical cord serum OSDI score were higher in the serum group but not statistically significant. Conclusion: Administration of umbilical cord serum eyedrops showed better clinical outcome compared to sodium hyaluronate 0,1% eyedrops."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beryl Alodia
"ABSTRACT
Penelitian ini menganalisis kemampuan Human Serum Albumin (HSA), Umbilical cord blood (UCB) serum dan Fetal Bovine Serum (FBS) dalam menjaga stabilitas ekspansi ex vivo kultur sel punca hematopoetik (SPH). Sel yang digunakan adalah sel mononuklear dan sel CD34+ dari darah tali pusat yang disimpan beku dalam lingkungan nitrogen. Medium basal kultur yang digunakan adalah RPMI 1640 Biowest dan Stemspan. Jumlah sel hidup dihitung menggunakan metode eksklusi tryphan blue dan fenotipe sel CD34+ dianalisis menggunakan flow cytometry. Pewarnaan Giemsa dilakukan pada sel-sel yang dipanen pada hari ketujuh kultur untuk menganalisis morfologi sel. Besar sampel dalam penelitian ini adalah tiga dan jumlah pengulangan adalah dua kali. Penelitian ini menunjukkan bahwa kultur dengan suplementasi HSA menghasilkan jumlah sel yang lebih rendah namun memiliki persentase CD34+ yang lebih tinggi dibandingkan UCB serum dan FBS. Pewarnaan Giemsa menunjukkan sel-sel darah yang terdiferensiasi paling sedikit ditemukan pada HSA. Hasil tersebut menunjukkan bahwa, medium dengan suplementasi HSA lebih unggul dari UCB serum dan FBS dalam mempertahankan kepuncaan sel punca hematopoetik.

ABSTRACT
This study analyzed the ability of serum Human Serum Albumin (HSA), Umbilical cord blood (UCB) and Fetal Bovine Serum (FBS) to maintain the stability of ex vivo expansion of hematopoietic stem cell (SPH) cultures. The cells used are mononuclear cells and CD34 + cells from cord blood which are frozen in a nitrogen environment. The basal culture medium used was RPMI 1640 Biowest and Stemspan. The number of living cells was calculated using the tryphan blue exclusion method and the CD34 + cell phenotype was analyzed using flow cytometry. Giemsa staining was carried out on cells harvested on the seventh day of culture to analyze cell morphology. The sample size in this study was three and the number of repetitions was twice. This study shows that culture with HSA supplementation results in lower cell counts but has a higher CD34 + percentage compared to serum UCB and FBS. Giemsa staining shows the least differentiated blood cells are found in HSA. These results indicate that, medium with HSA supplementation is superior to serum UCB and FBS in maintaining hematopoietic stem cell stem cells."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syougie
"Latar Belakang: Penggunaan video display terminal VDT oleh pemandu lalu lintas udara PLLU dalam pekerjaan mereka dapat menyebabkan sindrom mata kering SMK yang berbahaya bagi keselamatan dan keamanan penerbangan.
Tujuan: Menilai efektifitas pemberian obat tetes mata sodium hyaluronate pada PLLU Bandara Soekarno Hatta dengan sindom mata kering.
Metode Penelitian: Penelitian potong lintang dengan total sampling dilakukan pada PLLU Bandara Soekarno Hatta untuk mencari prevalensi sindrom mata kering. Dilanjutkan penelitian intervensi pre-post pada lima puluh PLLU Bandara Soekarno Hatta yang didiagnosis SMK derajat ringan dengan tes Schirmer kemudian diberikan obat tetes sodium hyaluronate. Efektivitas obat dinilai secara obyektif dengan uji Schirmer dan secara subyektif dengan kuesioner Ocular Surface Disease Index OSDI sebelum dan sesudah pemberian obat.
Hasil: Prevalensi sindrom mata kering pada PLLU Bandara Soekarno Hatta sebanyak 60,3 . Ada peningkatan yang signifikan secara statistik untuk kedua uji Schirmer dari 14,58 2,56 menjadi 8,22 1,33 dan skor OSDI dari 16,7 0-46 menjadi 25 0-64,6 setelah tujuh hari pemberian obat. Hal ini juga sejalan dengan kondisi klinis yang menunjukkan pergeseran dari derajat ringan menjadi normal baik untuk tes Schirmer dan kuesioner OSDI.
Kesimpulan: Obat tetes Sodium hyaluronate efektif dalam mengatasi sindrom mata kering derajat ringan pada pemandu lalu lintas udara.

Background: The use of video display terminals VDT by air traffic guides ATC can lead to dry eye syndrome DES that rsquo s harmful for safety and security of aviation.
Objective: Assess the effectiveness of sodium hyaluronate SH eye drops on ATC of Soekarno Hatta Airport with DES.
Research Methods: Cross sectional studies with total sampling were conducted on ATC of Soekarno Hatta Airport to find prevalence of DES. Followed with pre post intervention study on fifty ATC of Soekarno Hatta Airport which was diagnosed DES mild degree with Schirmer test and then administered SH eye drops. The effectiveness of the drug was assessed objectively by Schirmer test and subjectively by Ocular Surface Disease Index OSDI questionnaire before and after drug administration.
Result: Prevalence of DES on ATC of Soekarno Hatta Airport is 60,3. There was a statistically significant increase for both Schirmer tests from 14.58 2.56 to 8.22 1.33 and OSDI scores from 16.7 0 46 to 25 0 64.6 after seven days administration of drugs. This is also in line with clinical conditions that indicate a shift from mild degrees to normal for both Schirmer test and OSDI questionnaire.
Conclusion Sodium hyaluronate eye drops are effective in treating mild DES on ATC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sumaryani
"Insiden kematian neonatal yang masih tinggi dan mencapai 20/1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2002). Penyebab utama kematian bayi di Indonesia adalah penyakit infeksi, sedangkan penyebab utama kematian neonatal kelompok umur 8-28 hari adalah infeksi yang disebabkan oleh tetanus neonatorum, diare, pneumoni dan infeksi tali pusat yang mencapai 57,1% (Djaja, 2003).
Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain deskriptif `comparative study' yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan waktu pelepasan tali pusat dan kejadian omphalitis pada perawatan tali pusat dengan ASI, alkohol 70%, dan perawatan keying terbuka. Populasi penelitian adalah bayi sehat yang lahir secara spontan di RB Sakina Idaman, RS PKU Muhammadiyah Kota Gede, dan RB Queen Latifa. Sampel daiam penelitian ini adalah 93 bayi baru lahir. PcngambiIan sampel dilakukan dengan quota sampling. Untuk menguji perbedaan rerata waktu pelepasan tali pusat digunakan uji Anova, dan untuk melihat perbedaan jumlah kasus omphalitis digunakan uji Fisher exact.
Hasil penelitian menunjukkan rerata waktu pelepasan tali pusat yang dirawat dengan ASI 5.32, alkohol 70% 6,87 hari, sedangkan kering terbuka 6,65. Waktu pelepasan tali pusat yang dirawat dengan alkohol 70% tidak ada perbedaan yang bermakna bila dibandingkan dengan kering terbuka (p=1,000) dan tidak ada perbedaan yang berrnakna kejadian infeksi lokal tali pusat atau omphalitis antara perawatan tali pusat dengan ASI, alkohol 70% maupun kering terbuka (p=1,000). Kesimpulan penelitian ini adalah waktu pelepasan tali pusat yang dirawat dengan ASI secara signifikan lebih cepat bila dibandingkan tali pusat yang dirawat dengan alkohol 70% maupun kering terbuka (p=4,001). Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan masukan untuk mengambil kebijakan dan memilih metode terbaik perawatan tali pusat yang aman, efektif dan efisien.

Incident of neonatal mortality in Indonesia is still high around 20/1000 life birth (Depkes, 2002). Infection disease leads to be the major cause of infants mortality in Indonesia, while infection due to tetanus neonatorum, diarrhea, pneumonia, and umbilical cord infection leads to be the major of neonatal mortality at the age between 8-28 days, which reaches about 57,1% (Djaja, 2003).
This study used `comparative study' descriptive design to identify the different time of umbilical cord separation, between umbilical cord care by using breast milk, alcohol 70%, and dry.care. Population of this study are healthy infants who were delivered spontaniously at Sakina Idaman hospital, PKU Muhammadiyah Kota Gede hospital, Queen Latifa hospital Yogyakarta. A total sample of 93 newborn were taken by quota sampling. The average time of umbilical cord separation was analyzed by Anova test, whereas, the different amount of omphalitis was analyzed by Fisher exact test.
The result of the study shown that the average time of umbilical core separation with breast milk care 5,32 days, alcohol 70% 6,87 days, and dry care is 6,65 days. There is significant different in time of umbilical cord separation between breast milk care and with alcohol 70% care (p=0,001), but there is no significant different in time of umbilical cord separation between alcohol 70% care and dry care (p=1,000). This study result is suggested to be one resource to decide the best umbilical care that very safe, effective and efficien. In another hand there is no significant different of the omphalitis incidens between three group (p=1,000). Conclusion of this study shown that the time of umbilical cord separation with breast milk is more faster than alcohol 70% and dry care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T17767
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Yesy Marianna, author
"Latar Belakang: Aktivasi mediator inflamasi diketahui menyebabkan kelahiran preterm. Sitokin dan penanda inflamasi yang terbentuk berhubungan dengan imun tubuh. Vitamin D diketahui berperan pada modulasi respon sistem imunitas tubuh. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara kadar vitamin D serum ibu dan tali pusat, dengan IL-6 tali pusat dan C Reactive Protein (CRP) darah bayi prematur.
Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain potong lintang pada subjek ibu hamil 28-34 minggu yang mengalami kelahiran prematur didahului KPD dan bayi yang dilahirkannya, di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta pada bulan Januari 2017 sampai Agustus 2018. Subjek diambil secara consecutive sampling. Variabel data adalah kadar serum vitamin D ibu dan tali pusat, kadar serum IL-6 tali pusat dan kadar CRP darah bayi. Dilakukan kategorisasi dikotomi dan polikotomi (tiga) kadar vitamin D dan dicari hubungannya dengan kadar IL-6 tali pusat dan CRP darah bayi, menggunakan uji Mann-Whitney dan Kruskal Wallis.
Hasil: Sebanyak 70 subjek telah memenuhi kriteria penelitian. Pada kategori dikotomi vitamin D ibu, kadar IL-6 tali pusat dan CRP bayi dari kelompok kadar vitamin D kurang, sedikit lebih tinggi (3,89 pg/ml dan 0,45 mg/dl) dibandingkan kelompok kadar vitamin D normal (3,29 pg/ml dan 0,30 mg/dl), tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna (IL-6 p=0,771 dan CRP p = 0,665). Pada kategori polikotomi vitamin D ibu, kadar IL-6 tali pusat dan CRP bayi dari kelompok ibu vitamin D defisiensi, lebih tinggi (20,31 pg/ml dan 0,50 mg/dl) dibandingkan kelompok ibu vitamin D insufisiensi (3,34 pg/mL dan 0,45 mg/dl) dan kelompok ibu vitamin D normal (3,29 pg/mL dan 0,30 mg/dl), tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna (IL-6 p=0,665 dan CRP p = 0,899). Pada kategori dikotomi maupun polikotomi vitamin D tali pusat, didapatkan perbedaan tidak bermakna yang terbalik dari kadar IL-6 tali pusat dan CRP bayi.
Simpulan: Tidak didapatkan hubungan antara kadar serum vitamin D ibu dan tali pusat dengan kadar serum IL-6 tali pusat dan CRP darah bayi prematur.

Background: Activation of inflammatory mediators is known to cause preterm birth. Cytokines and inflammatory markers formed are associated with the body's immune system. Vitamin D is known to play a role in modulating the body's immune system response. This study aimed to find out the relationship between the levels of serum of maternal and umbilical cord vitamin D, with umbilical cord IL-6 and C Reactive Protein (CRP) in premature infants.
Method: This research was an analytic study with a cross-sectional design on the subject of 28-34 weeks pregnant women who experience preterm birth preceded by premature rupture of membranes and their babies, at dr. Cipto Mangunkusumo and Persahabatan General Hospital, Jakarta, from January 2017 to August 2018. Data variables were the levels of serum of maternal and umbilical cord vitamin D, umbilical cord IL-6 and CRP in premature infants. Vitamin D levels were divided into dichotomy and polycotomy categories, and found out their relationship to the levels of IL-6 and CRP using the Mann Whitney and Kruskal Wallis tests.
Result: A total of 70 subjects met the research criteria. In the maternal vitamin D dichotomy category, the umbilical cord IL-6 and infants CRP levels from the group with low level were less slightly higher (3.89 pg/ml and 0.45 mg/dl) compared to the group with normal level (3.29 pg/ml and 0.30 mg/dl), but the difference was not significant (IL-6 p = 0.771 and CRP p = 0.665). In the maternal vitamin D polycotomy category, umbilical cord IL-6 and infants CRP levels from the deficiency group were higher (20.31 pg/ml and 0.50 mg/dl) compared to the insufficiency group (3.34 pg/mL and 0.45 mg/dl) and the normal group (3.29 pg/mL and 0.30 mg/dl), but the difference was not significant (IL-6 p = 0.665 and CRP p = 0.899). In both dichotomy and polycotomy categories of umbilical cord vitamin D, we found a non-significant difference inversely related to umbilical cord IL-6 and infants CRP levels.
Conclusion: There was no correlation between between the levels of serum of maternal and umbilical cord vitamin D, with umbilical cord IL-6 and C Reactive Protein (CRP) in premature infants."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlyani Khosama
"ABSTRAK
Latar belakang: Karbamazepin KBZ merupakan obat terpilih untuk epilepsi fokaldan dapat digunakan juga untuk pengobatan nyeri neuropatik dan gangguan bipolar,namun dapat menyebabkan reaksi obat yang berat berupa sindrom Stevens-Johnson SSJ /nekrolisis epidermal toksik NET . Saat ini banyak penelitian yangmembuktikan terdapat hubungan antara HLA-B 1502 dengan SSJ/NET yangdisebabkan oleh KBZ pada orang Asia.Tujuan: Meneliti apakah HLA-B 1502 dapat dijadikan marker terjadinya SSJ/NETyang disebabkan oleh KBZ di Indonesia.Metode: Subjek penelitian direkrut dari poliklinik saraf RSUPN CiptoMangunkusumo Jakarta, RS Hasan Sadikin Bandung 2 kasus dan RSUP Prof RDKandou Manado 2 kasus pada Mei 2015 sampai dengan Desember 2016. Subjekdengan riwayat SSJ/NET yang disebabkan KBZ dan toleran KBZ dilakukanpemeriksaan typing HLA-B dengan metode sequence specific oligonucleotidesprobes, dibaca dengan Luminex 200 dan dianalisis dengan perangkat lunak HLAfushion4.0. Dipilih beberapa subjek SSJ/NET dengan HLA-B 1502 positif dannegatif dan toleran dengan HLA-B 1502 positif dan negatif. Subjek yang dipilih inidilakukan kultur PBMC dengan perlakuan penambahan KBZ dan tanpa perlakuanselama 24 dan 48 jam, kemudian diukur kadar granulisin, granzim B dan perforindalam medium kultur dengan metode ELISA, untuk melihat peranan HLA-B 1502dalam terjadinya SJS/NET.Hasil: Total subjek 67 orang, 14 kasus dan 53 toleran. Pada semua subjek dilakukantyping HLA-B, sedangkan kultur dan pemeriksaan kadar granulisin, granzim B danperforin dilakukan pada 17 subjek 6 SSJ/NET dengan HLA-B 1502 positif dan 3negatif; 5 toleran HLA-B 1502 positif dan 3 negatif HLA-B 1502 positifditemukan pada 8 kasus 57,14 dan 14 toleran 26,42 , dengan rasio prevalensi2,73 dan p= 0,0353. Terdapat kecenderungan lonjakan kadar granulisin padakelompok subjek dengan SSJ/NET dibandingkan kelompok toleran KBZ.Kesimpulan: HLA-B 1502 dapat digunakan sebagai marker pada SSJ/NET karenaKBZ.Kata Kunci: HLA-B 1502, KBZ, SJS/NET, Indonesia

ABSTRACT
Background Carbamazepine CBZ is a drug of choice for focal epilepsy and canbe used for neuropatic pain and bipolar disorder, but it can also causes severe drugreaction in the form of Stevens Johnson Syndrome SJS toxic epidermal necrolysis TEN . Currently, there are many studies that prove the relationship between HLAB 1502and SJS TEN caused by CBZ in Asian ancestry.Objective To study whether HLA B 1502 can be used as marker for SJS TENcaused by CBZ in Indonesia.Method Subjects were recruited from neurology clinic RSUPN CiptoMangunkusumo, RS Hasan Sadikin Bandung two cases , and RSUP Prof. RDKandou Manado two cases , from May 2015 to December 2016. Subjectswith SJS TEN history caused by CBZ and CBZ tolerant went through HLA Btyping examination with sequence specific oligonucleotides probes method, readwith Luminex 200 and analyzed with HLA fusion 4.0 software. Some subjectswith SJS TEN with HLA B 1502 positive and negative, and tolerant subjects withHLA B 1502 positive and negative, were chosen. These subjects went throughPBMC culture with and without CBZ addition for 24 and 48 hours, then granulysin,granzyme B and perforin concentration in culture medium were measured usingELISA method to see the role of HLA B 1502 in SJS TEN occurrence.Result Total number of subjects were 67 with, 14 CBZ induced SJS NET cases and53 CBZ tolerants. All subjects went through HLA typing, while culture andgranulysin, granzyme B and perforin examination were conducted in 17 subjects 6with SJS TEN with HLA B 1502 positive and 3 negative 5 tolerant HLA B 1502positive and 3 negative . HLA B 1502 positive were found in 8 cases 57,14 and14 tolerant 26,42 , with prevalence ratio 2,73 p 0,035. There is a tendencyincreased of granulysin level in CBZ induced SSJ NET cases.Conclusion HLA B 1502 can be used as marker in SJS TEN induced by CBZ. "
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anesia Tania
"ABSTRAK
Latar belakang: Erupsi obat alergik EOA tipe sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik SSJ/NET adalah EOA berat yang jarang terjadi namun dapat mengancam nyawa. Tata laksana utama EOA tipe SSJ/NET saat ini adalah menghentikan pajanan obat penyebab. Di beberapa negara Asia, polimorfisme gen HLA-B telah digunakan sebagai metode skrining pada pemberian obat berisiko tinggi. Tujuan: Mengetahui sebaran obat penyebab dan polimorfisme gen HLA-B pada pasien EOA tipe SSJ/NET di Jakarta. Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada bulan April ndash; Juni 2017 di RSCM, RS Persahabatan, RS Fatmawati, RSUD Koja, dan RSUD Tarakan. Pemilihan sampel dilakukan secara total sampling pada pasien EOA tipe SSJ/NET di 5 RS tersebut selama 2 tahun. Dilakukan anamnesis dan penentuan obat dengan algoritma ALDEN dan pemeriksaan typing gen HLA-B dengan metode PCR ndash;SSOP. Hasil: Didapatkan 22 subjek dengan median usia 45,5 tahun dan sebagian besar perempuan. Obat penyebab tersering yang ditemukan adalah karbamazepin. Pada subjek, alel HLA-B yang tersering adalah HLA-B 15:02 dan HLA-B 18:01. Alel HLA-B 15:02 ditemukan pada lima 72 dari tujuh SP dengan obat penyebab karbamazepin. Simpulan: Obat penyebab EOA tipe SSJ/NET yang paling sering ditemukan pada SP adalah karbamazepin, dengan 5 dari 7 SP memiliki gen HLA-B 15:02.

ABSTRACT
Background Stevens Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis is a very rare but life threatening type of cutaneous drug eruption. The principle management of SJS TEN is withdrawal of causative drug and preventing reexposure to said drug. In other countries in Asia, spesific HLA B allele has already been utilized as a screening method to prevent SJS TEN. Objective to acquire data regarding causative drugs and HLA B allele polymorphism in SJS TEN patient in Jakarta. Method This cross sectional study was performed in RSCM, RS Persahabatan, RS Fatmawati, RSUD Koja, and RSUD Tarakan from April to June 2017. The sampling method is total sampling of all patient in all five hospital from March 2015 to March 2017. Subject fulfilling the inclusion and exclusion criteria was interviewed and their blood sample was taken for DNA extraction. The DNA was examined with PCR SSOP and Luminex technology for high resolution HLA B typing. Results We studied 22 subjects. The median age was 45,4 years old 14 74 and female gender predominate. The most common causative drug in this study is carbamazepine. HLA B 15 02 and HLA B 18 01 were the most common allele in all subjects. HLA B 15 02 was found in five 72 out of seven subjects whose condition was caused by carbamazepine. Conclusion The most common causative drug of SJS TEN in five hospitals in Jakarta is carbamazepine, with five 72 out seven subjects had HLA B 15 02 allele. "
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sastia Winda Astuti
"ABSTRAK
Latar belakang: Menurut WHO stroke merupakan penyebab kematian nomor duadi dunia, yaitu sebanyak sekitar 15 juta kasus dengan jenis kasus terbanyak adalahstroke iskemia. Populasi sel mononuklear MNC darah tali pusat manusiamengandung sel progenitor dan prekursor sel endotel dalam jumlah banyak yangsering digunakan dalam penelitian stroke. Dalam penelitian sebelumnya terbuktibahwa pemberian MNC darah tali pusat manusia secara intraarterial dan intravenadapat meningkatkan vaskulogenesis.Tujuan: Membandingkan efek neurogenesis dari pemberian MNC darah tali pusatmanusia secara intraarterial dan intravena kepada tikus model stroke.Metode: Penelitian eksperimental menggunakan tikus model stroke iskemia obstruksi arteri cerebri media, n=24 . Hewan coba dibagi menjadi empat kelompokyaitu normal kontrol , stroke dengan pemberian plasebo, stroke dengan pemberianMNC secara intraarterial dan stroke dengan pemberian MNC secara intravena. Duaminggu pasca perlakuan dilakukan terminasi dan pewarnaan sediaan otak denganHematoxylin Eosin HE untuk mengetahui perubahan bentuk sel dan morfologijaringan serta dengan pewarnaan imunohistokimia menggunakan antibodi anti-Neun untuk mengetahui jumlah neuron.Hasil: Dari hasil pewarnaan HE diketahui adanya gliosis dan shrunken cell padaarea korteks tikus stroke. Terdapat perbedaan hasil yang bermakna antara kelompokyang diberi plasebo dengan yang diberi MNC. Dari hasil pewarnaanimunohistokimia juga didapatkan peningkatan jumlah neuron yang signifikanantara kedua kelompok tersebut. Tidak ada perbedaan jumlah neuron yangsignifikan antara pemberian MNC darah tali pusat secara intraarterial denganintravena.Kesimpulan: Pemberian MNC darah tali pusat manusia secara intraarterial danintravena memiliki efek neurogenesis yang sama pada jaringan otak tikus pascastroke iskemia.

ABSTRACT
Background According to WHO, stroke is the second leading cause of death inthe world about 15 million cases with ischemic stroke as the most common type.Human umbilical cord blood derived mononuclear cell MNC populationcontains large numbers of progenitor cells and endothelial cell precursors that arefrequently used in stroke studies. In previous studies it has been shown thatintraarterial and intravenous administration of human umbilical cord blood MNCcan increase vasculogenesis.Objective Comparing the neurogenesis effect of intra arterial with intravenousdelivery of MNC to stroke model rats.Methods Experimental study using ischemic stroke model Wistar mice cerebralartery media obstruction, n 24 . The animals were divided into four groups normal control , stroke with placebo delivery, stroke with MNC intra arterialdelivery and stroke with MNC intravenous delivery. After two weeks treatmentmice were terminated and histologic preparations of brain are made and stainedwith Hematoxylin Eosin HE to determine cellular and tissue morphology changesand with immunohistochemical staining using anti Neun to determine the numberof neurons.Result Microscopic observation of HE staining slides showed existence of gliosisand shrunken cells in cortical area of stroke rats. There were significant differencesin outcomes between the placebo treated and MNC treated groups. From theimmunohistochemical staining results also obtained increasing numberof neurogenesis effect. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Deviriyanti Agung
"Latar Belakang: Preeklamsia merupakan masalah penting yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Preeklamsia berhubungan dengan stres oksidatif pada sirkulasi maternal. Preeklampsia merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan antioksidan sehingga terjadi reaksi inflamasi berlebihan pada kehamilan yang berakibat disfungsi endotel. Antioksidan dan inflamasi dalam tubuh ditentukan oleh status gizi ibu dan bayi yang dapat dinilai dari kadar serum ibu seperti zink, selenium, besi dan tembaga.
Tujuan: Diketahuinya perbedaan kadar zink, selenium, besi dan tembaga dalam serum maternal dan tali pusat pada preeklamsia.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan jumlah sampel 35 yang melakukan persalinan di RS Cipto Mangunkusumo. Setelah itu data disajikan dalam tabel dan dianalisis dengan uji T berpasangan dan uji Wilcoxon. Penelitian ini sudah lolos kaji etik dan mendapat persetujuan pelaksanaan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI-RSCM.
Hasil: Kadar rerata zink pada serum maternal dan tali pusat adalah 43,17 11,07 g/dl dan 86,66 25,54 g/dl dengan selisih rerata -43,49 27,83, nilai p

Background: Preeclampsia is a significant health problem and is the leading cause of maternal and perinatal mortality and morbidity. Preeclampsia is associated with oxidative stress in the maternal circulation. Preeclampsia was a manifestation of the free radical and antioxidant imbalance resulting inflammation and endothelial dysfunction. Antioxidant dan inflammation was determined by nutrition status that measured in maternal and fetal serum such zinc, selenium, iron and copper.
Objective: Investigate the mean difference of zinc, selenium, iron and copper in maternal serum and fetal umbilical cord in pregnancy with preeclampsia.
Methods: This was a cross sectional study enrolled 35 preeclampsia patients pregnancy visiting Cipto Mangunkusumo Hospital. Data was presented in table and was analyzed by paired T test and Wilcoxon test. This study had been granted ethical clearence and approved by Ethical Committee for Health Research Faculty of Medicine University of Indonesia Cipto Mangunkusumo Hospital.
Result: The zinc maternal level and fetal umbilical cord were 43,17 11,07 g dl and 86,66 25,54 g dl, p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Priya Darsini
"Tesis ini bertujuan untuk menilai stabilitas LAM mata kering terkait sindrom Sj gren SS yang diberikan terapi kombinasi tetes mata sodium hialuronat 0,1 SH dan hydroxypropyl HP -guar, atau monoterapi tetes mata sodium hialuronat SH. Sebanyak 17 pasien SS dalam penelitian ini dibagi ke dalam 2 kelompok. Kelompok pertama mendapatkan kombinasi SH dan HP-guar sementara kelompok kedua mendapatkan terapi SH. NIKBUT, Schirmer, skor pewarnaan okular dan sitologi impresi, serta keluhan subjektif yang dilakukan sebelum dan sesudah pemberian obat. Setelah terapi selama 28 hari, terdapat peningkatan median NIKBUT, Schirmer, skor pewarnaan okular, densitas sel Goblet dan keluhan subjektif pada mata kering terkait SS.

The objectives of the study is to assess the stability of dry eye LAM associated with Sj gren syndrome SS given combination therapy of sodium hyaluronate 0.1 SH and hydroxypropyl HP guar, or monotherapy sodium hyaluronic SH. A total of 17 SS patients in this study were divided into 2 groups. The first group received a combination of SH and HP guar while the second group received SH therapy. NIKBUT, Schirmer, ocular staining score and impression cytology, as well as subjective complaints made before and after drug administration. After 28 days of therapy, there was a median increase in NIKBUT, Schirmer, ocular staining scores, Goblet cell density and subjective complaints on SS related dry eyes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>