Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90676 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Hendra Setiawan Nugraha
"Kendaraan Listrik saat ini tengah digencarkan oleh pemerintah Indonesia karena kelebihannya untuk tidak menghasilkan emisi karbon dioksida. Kendaraan listrik memanfaatkan baterai sebagai sumber energi utama untuk menggerakan motor dan perangkat listrik yang digunakan. Pengisian ulang perlu dilakukan oleh baterai dikarenakan energi listrik yang terkandung akan habis diserap oleh komponen-komponen listrik yang digunakan. Perangkat pengisian baterai akan menerima energi listrik dari Jaringan Listrik Distribusi dengan sistem tegangan AC tiga fasa dan mengonversikannya menjadi sistem tegangan DC. Konversi tegangan tersebut akan dilakukan oleh perangkat yang disebut sebagai rectifier. Topologi 2 – level converter akan digunakan karena kemampuannya untuk mencapai sistem dengan unity power factor dan rendahnya tingkat harmonik arus. Metode kendali berorientasi tegangan dipilih dikarenakan tingkat dinamika yang tinggi serta performa statis yang baik melalui pengendalian arus lingkaran dalam. Pemilihan nilai parameter merupakan hal yang krusial dikarenakan dapat mempengaruhi kestabilan sistem. Pemodelan, simulasi, dan analisis sistem secara matematis perlu dilakukan sehingga sistem tetap berada di rentang kestabilan sesuai dengan batasan spesifikasi yang telah diperoleh.

The Indonesian government is currently intensifying electric vehicles because of their advantages of not producing carbon dioxide emissions. Electric vehicles utilize batteries as the primary energy source to drive motors and electrical devices used. The battery's recharging needs to be done by the battery because the electrical energy will be entirely absorbed by the electrical components used. The battery charging device will receive electrical energy from the Distribution Electric Network with a three-phase AC voltage system and convert it into a DC voltage system. The voltage conversion will be carried out by a device called a rectifier. The 2-level converter topology will be used to achieve a system with a unity power factor and low current harmonic levels. The voltage-oriented control method was chosen due to its high dynamics level and good static performance through inner circle current control. The selection of parameter values is crucial because it can affect the stability of the system. Mathematical modeling, simulation, and analysis of the system need to be carried out to remain in the stability range according to the specification limits obtained."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Gayatri Dharmaraditya
"Seiring dengan pengalihan penggunaan minyak bumi sebagai sumber energi listrik, energi terbarukan menjadi sumber energi menjanjikan salah satunya adalah pembangkit listrik tenaga angin. Namun tenaga angin memiliki kekurang dikarenakan sumber angin yang berubah ubah membuat sistem tidak linear. Permanent Magnet Synchronous Generator digunakan sebagai generator dikarenakan sangat cocok untuk turbin angin kecil sedangkan untuk konversi sinyal AC ke DC kali ini menggunakan rangkaian rectifier aktif dengan menggunakan metode kendali yang dikenal dengan voltage oriented control. Untuk membuat daya yang didapatkan dapat maksimal, turbin angin menggunakan MPPT maximum power point tracking untuk mencari tegangan referensi DC maksimum sehingga dapat berada pada daya maksimal. Hasil simulasi membuktikan bahwa menggunakan recitfier aktif dengan pengendali beroritentasi tegangan dapat dilakukan.

Due to the change of using crude oil as an energy source, renewable energi became a future souce energy for example wind energy. However, wind energy has a drawback because the source is change easily making a system non linear. Permanent Magnet Synchronous Generator is used to be a generator because it it iss suitable for small wind turbine. Meanwhile, for AC to DC signal conversion, this reseach using active rectifier circuit with a control metode called voltage oriented control For generate the maximum power, wind turbine use MPPT maximum power point tracking for searching the optimum of voltage reference thus the power can be steady in maximum value. The result of this simulation is wind turbine using active rectifier and use voltage oriented control can be implemented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Shanizal Hasny
"Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) merupakan salah satu topik yang menarik untuk dilakukan terutama di Indonesia. Dalam skripsi ini akan dibahas mengenai analisa kestabilan sistem pengendalian tegangan eksitasi pada PLTMH. Pengendalian tegangan eksitasi pada sistem ini dapat dilakukan dengan cara mengendalikan Mesin Sinkron Magnet Permanen (PMSM) dengan algoritma tertentu sehingga tegangan pada DC-link sistem dapat terkendali. Tanpa mengetahui spesifikasi dari parameter sistem yang tepat, maka kemungkinan besar akan terjadi ketidakstabilan. Oleh karena itu pada kesempatan ini akan dilakukan permodelan, simulasi, serta analisa kestabilan sistem secara matematis sehingga bisa didapat spesifikasi parameter agar sistem tetap stabil.

Micro Hydro Power Plant is one of the interesting topic to be researched especially in Indonesia. This final project will be discussing about the stability analysis on control system of excitation voltage on Micro Hydro Power Plant. The control of this voltage can be achieved by controlling the Permanent Magnet Synchronous Machine (PMSM) with particular algorithm so the voltage on DC-link part of the system can be controlled. Without knowing the exact specification of system parameters, the system will be most likely unstable. Therefore, on this occasion the system stability will be modelled, simulated, and mathematically analyzed so the parameter specification for the stable system can be obtained.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55748
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fakhrul Hadi
"Sumber 220V AC satu fasa dari PLN harus terlebih dahulu dikonversikan dengan menggunakan rangkaian penyearah, sehingga dapat digunakan dalam pengisian energi pada baterai. Rangkaian penyearah dengan tegangan keluaran yang dapat dikontrol dapat digunakan untuk mengisi berbagai jenis tipe baterai. Salah satu cara untuk mengatur nilai tegangan keluaran penyearah adalah dengan menggunakan IGBT sebagai switch. Sedangkan tipe rangkaian penyearah yang dipakai dalam simulasi menggunakan software PSIM adalah penyerah gelombang penuh transformator CT dengan menggunakan filter kapasitor untuk memperkecil besarnya riak tegangan. Transformator CT dengan perbandingan lilitan primer dan sekunder 11:4 dan kapasitor sebesar 0.833 F digunakan dalam simulasi. Terdapat dua mode pengaturan output penyearah yaitu variasi tegangan dengan arus konstan 60A yang dilakukan dengan mengatur rentang sudut penyalaan IGBT dan variasi arus dengan mengatur besarnya nilai variabel kapasitor. Pada mode variasi tegangan diperoleh tingkat error maksimum sebesar 2.94% pada VDC ref 72 V dengan sudut penyalaan (0o-64.75o) dan (180o-244.75o).

Source 220V AC single phase from PLN must first be converted using the rectifier circuit, so it can be utilized in charging the energy in the battery. Rectifier circuit with output voltage that can be controlled can be used to fill various types of batteries. One way to set the value of the output voltage rectifier is to use IGBT as switches. While type rectifier circuit used in the simulation using PSIM software is the full wave rectifier transformer CT by using the filter capacitors to minimize the magnitude of the voltage ripple. CT transformer with primary and secondary windings ratio 11: 4 and capacitor of 0.833 F used in the simulation. There are two modes, namely rectifier output setting voltage variation with a constant current of 60A is performed by adjusting the firing angle range IGBT and current variation by adjusting the value of the variable capacitor. In mode voltage variation obtained the maximum error of 2.94% at 72 VDC ref with the firing angle (0o-64.75o) and (180o-244.75o)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rustiawati Wijaya
"Kestabilan tegangan merupakan salah satu syarat sistem operasi tenaga listrik. Tegangan pada sistem tenaga listrik akan mengalami collapse seiring dengan kenaikan beban yang terus menerus hingga mencapai batas maksimumnya. Selain itu terlepasnya unit-unit pembangkit dan sirkit penghantar juga merupakan salah satu penyebab jatuhnya tegangan.
Dalam studi kasus ini, tegangan krititis pada Subsistem Bekasi Cibatu dan Kembangan akan dianalisis dengan menggunakan metode kurva PV. Kurva ini menjelaskan hubungan antara daya aktif dan tegangan pada suatu bus. Dengan menaikkan beban, maka nilai tegangan kritis pada pembebanan maksimum dapat diperoleh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa susbistem yang diterapkan skenario lepas pembangkit Unit 8 PLTU Suralaya memiliki tegangan kritis terendah sekaligus penurunan tegangan kritis terbesar yaitu subsistem Cibatu dengan tegangan kritis sebesar 423.087 kV atau mengalami penurunan sebesar 5.192 % dari tegangan kritis kondisi normalnya.

Voltage stability is one of requirements among operation of electrical power system. Voltage on electrical power system will collapse along with continuously rising load until its maximum limit and due to lose of generator unit and conductor circuit.
In this study case, critical voltage at these Subsystem Bekasi Cibatu and Kembangan will be analyzed using PV curve method. The curve explains relationship between active power and voltage on a load bus. Critical voltage value on maximum loading can be yielded when load is increased.
This research resulted that application of lose scenario of PLTU Suralaya Unit 8 has the biggest impact of critical voltage drop at Cibatu subsystem. Critical voltage of Cibatu subsystem is 423.087 kV or its critical voltage decrease to 5.192 % from its critical voltage at normal condition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58702
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Aryo Rahmatullah
"Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menekan emisi gas rumah kaca dan menargetkan konsumsi energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% dari bauran energi nasional. Salah satunya dengan pembangunan PLTP di Indonesia Bagian Timur. Dalam proses studi interkoneksi ini ditemukan kondisi tidak stabil pada sistem yang dapat menyebabkan blackout. Berdasarkan kondisi ini, sistem membutuhkan adanya tindakan mitigasi untuk meningkatkan ketahanan sistem terhadap gangguan. Penambahan Battery Energy Storage System (BESS) dalam sistem dapat dilakukan sebagai tindakan mitigasi gangguan serta untuk meningkatkan keandalan sistem sendiri. Pada penelitian ini, ketahanan sistem terhadap gangguan akan diuji. Sistem akan diuji dalam 2 kondisi yaitu kondisi sebelum penambahan BESS pada sistem, dan setelah penambahan BESS pada sistem. Simulasi kestabilan dengan menggunakan perangkat lunak DIgSILENT PowerFactory menghasilkan kondisi sistem yang lebih stabil setelah penambahan BESS. Saat sistem mengalami islanding, penambahan BESS membuat sistem dapat kembali stabil setelah gangguan dengan nilai frekuensi dalam rentang 49,5 Hz – 50,5 Hz dan tegangan 0,90 p.u. – 1,10 p.u sesuai dengan grid code.

The Indonesian government is committed to reducing greenhouse gas emissions and targets the consumption of new and renewable energy (EBT) at 23% of the national energy mix. One of them is the construction of PLTP in Eastern Indonesia. In the process of this interconnection study found unstable conditions in the system that can cause blackouts. Based on these conditions, the system requires mitigation measures to increase the system's resistance to disturbances. The addition of a Battery Energy Storage System (BESS) in the system is carried out as a disturbance mitigation measure and to increase the reliability of the system itself. In this study, the resistance of the system to disturbance will be tested. The system will be tested in 2 conditions, namely the condition when there is no BESS in the system, and after BESS is in the system. Stability simulation using DIgSILENT PowerFactory software resulted in a more stable system condition after the addition of BESS. After the addition of BESS, the system can return to stability after disturbances with a safe frequency limit of 49.5 Hz – 50.5 Hz and a voltage of 0.90 p.u. – 1.10 p.u. according to the grid code."
Depok: Fakultas Teknik, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilah
"Perkembangan teknologi saat ini akan sangat mempengaruhi penggunaan catu daya untuk komponen elekronik. Karena penggunaan yang sangat luas, maka diperlukan suatu system yang dapat mengkonversikan tegangan DC dari suatu tingkat tegangan ke tingkat tegangan lainnya. Salah satu cara untuk mengkonversikan tegangan adalah dengan Buck-boost converter sebagai salah satu jenis dari switching converter. Buck-boost konverter berfungsi untuk menurunkan dan menaikkan tegangan sesuai dengan yang diinginkan. Penggunaan supercapacitor adalah sebagai sumber tegangan pada rangkaian buckboost konverter, pengendali PID digunakan untuk mengendalikan tegangan agar dapat sesuai dengan yang diinginkan. perancangan dari keseluruhan model rangkaian disimulasikan dengan menggunakan CMex S-function pada Simulink Matlab. Dari hasil pemodelan system memiliki respon yang menyerupai sistem aslinya dan menunjukkan system dapat bekerja dengan baik, yang mana tegangan keluaran bisa mengikuti referensi. Dari hasil simulasi, untuk perubahan terhadap setpoint didapat nilai error pada kondisi SOC 100% lebih kecil dibandingkan saat kondisi 52%, untuk respon terhadap perubahan beban didapat kondisi SOC 52% lebih kecil dibandingkan dengan kondisi SOC 100% hal ini terlihat dari posisi steady state dan overshoot. Setelah dilakukan Analisa dari keseluruhan terdapat pole yang berada disisi sebelah kanan sumbu imajiner sehingga system tidak stabil.

Current technological developments will greatly affect the use of power supplies for electronic components. Because of its wide use, we need a system that can convert DC voltage from one voltage level to another. One way to convert voltage is with a Buck-boost converter as a type of switching converter. Buck-boost converter serves to lower and increase the voltage as desired. The use of a supercapacitor is as a voltage source in the buckboost converter circuit, the PID controller is used to control the voltage so that it can be as desired. The design of the entire circuit model is simulated using CMex S-function in Simulink Matlab. From the results of modeling the system has a response that resembles the original system and shows the system can work well, where the output voltage can follow the reference. From the simulation results, for changes to the setpoint, the error value at 100% SOC conditions is smaller than at 52% conditions, for the response to changes in load, the SOC conditions are 52% smaller than 100% SOC conditions, this can be seen from the steady state position and overshoot. After analyzing the whole, there is a pole that is on the right side of the imaginary axis so that the system is unstable."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Agus Budiansyah
"Fotovoltaik dikenal sebagai sumber energi intermiten sehingga dampak Kestabilan Tegangan perlu dihitung dengan baik oleh para pengembang Fotovoltaik (PV). Untuk memastikan pemasangan PV tidak menyebabkan keandalan sistem terganggu, pengembang PV diharuskan untuk melakukan studi stabilitas Kestabilan Tegangan pada jaringan setelah hubungan Integrasi PV. Dalam simulasi ini, studi stabilitas tegangan dilakukan dengan menggunakan berbagai kapasitas PV mulai dari 5 MWp, 10 MWp, 15 MWp. Studi dilakukan dalam sistem dengan kapasitas mampu 123 MW dengan pertimbangan bahwa pada manajemen jaringan dmungkinkan hingga 35 dari produksi listrik berupa sumber energi intermiten. Radiasi matahari yang digunakan adalah pada saat kondisi paling maksimum pada kapasitasnya. Analisis menunjukkan sistem stabil dalam waktu rata-rata kurang dari 50 detik di mana gangguan tegangan tidak melebihi 10 untuk PLTS berkapasitas 5 dan 10 MWp yang dihubungkan dengan jaringan distribusi. Sementara itu PLTS berkapasitas 15 MWp memerlukan pelebasan beban agar sistem dapat kembali stabil.

Photovoltaic is known as an intermittent energy source so that Kestabilan Tegangant impact needs to be well calculated by the Photovoltaic (PV) developer. In order to ensure the presence of PV does not cause the reliability of the system interrupted, PV developers are required to perform the Kestabilan Tegangant stability study of the network after the PV generation source linkage. In this simulation, voltage stability studies are carried out using various PV capacities ranging from 5 MWp, 10 MWp, 15 Mwp on a systems with a capable capacity of 168.6 MW given that sufficient grid management would allow up to 35 of the electric production to be intermittent. Solar radiation that used is at the maximum conditions in its capacity. The analysis shows that the system is stable in an average time of less than 50 seconds where the voltage disturbance does not exceed 10 for PLTS with a capacity of 5 and 10 MWp which is connected to a distribution network. Meanwhile PLTS with a capacity of 15 MWp requires load release to stable again.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Karima Suhartono
"Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan Indonesia Timur, maka diperlukan peningkatan kapasitas penyediaan energi listrik. Salah satu solusi dari peningkatan energi listrik yaitu dengan memasang pembangkit yang memanfaatkan sumber energi baru terbarukan, seperti energi surya. Dalam sistem kelistrikan, nilai tegangan dijaga di nilai nominalnya dengan cara mengendalikan keseimbangan daya antara pembangkit dan beban sistem. Untuk memastikan sistem yang andal dan stabil, Battery Energy Storage System (BESS) dapat menjadi salah satu solusi sebagai penyedia dan penyerap energi pada sistem kelistrikan untuk mempercepat proses pemulihan tegangan pasca gangguan. Pemilihan peringkat dan penempatan BESS yang tepat merupakan hal yang penting untuk menjamin kelayakan teknis dan ekonomis dalam memberikan layanan pemulihan berupa dukungan tegangan yang lebih optimal. Pada pengujian ini, metode indeks sensitivitas tegangan digunakan untuk menentukan bus yang lemah dan kuat yang kemudian dijadikan sebagai lokasi penempatan dari BESS. Metode ini bersama dengan pengujian peringkat BESS, dilakukan untuk menentukan penempatan serta nilai kapasitas yang optimal dari BESS. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dukungan daya dari BESS dengan kapasitas yang sesuai dapat mengembalikan tegangan ke nilai nominal 20 kV dengan batas kestabilan antara +5% dan -10%. Hasil simulasi juga menunjukkan bahwa penempatan BESS di bus yang lemah dengan peringkat BESS senilai 5 MVA, memberikan peluang untuk BESS memberikan dukungan tegangan secara maksimal pada sistem kelistrikan yang diuji, dengan menghasilkan pemulihan nilai tegangan yang lebih baik, serta waktu respons tegangan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan BESS yang ditempatkan di bus yang lebih kuat.

To support economic growth in Eastern Indonesia, it is necessary to increase the capacity of electricity supply. One of the solution is to install plants that utilize renewable energi sources, such as solar energy. In electric power systems, the voltage is maintained on its nominal value by balancing the electric power generation and the load. To ensure the system is reliable and stable, the Battery Energy Storage System (BESS) can be one of the solutions as a provider and absorbent of energy in the electrical system to speed up the recovery process after electrical faults. Choosing the right BESS rating and placement is important to ensure technical and financial feasibility in providing better safety guarantees. In this research, the sensitivity index method is used to determine the weak and strong buses which are then used as the location of the BESS. This method, together with the BESS ranking test, is carried out to determine the optimal placement and capacity value of BESS. The test results show that the power support from BESS with compatible capacity can return a nominal voltage of 20 kV with a stability limit between + 5% and -10%. The simulation results also show that placing BESS on a weak bus with a BESS rating of 5 MVA, provides an opportunity for BESS to provide support to the tested electricity system, by producing an improved voltage value and a faster voltage response when compared to the BESS placed on a stronger bus."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nayara Nabila
"Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang memanfaatkan energi matahari (energi surya) menjadi salah satu sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Dalam performa kerjanya, PLTS dipengaruhi oleh tingkatan solar iradiasi dari matahari dan temperature lingkungan sekitar. Selain faktor utama tersebut, terdapat faktor eksternal lain diantaranya cuaca, bayang-bayang, debu, dan yang lainnya. Fenomena bayang-bayang dapat terjadi disebabkan karena adanya awan, kabut, pepohonan, bangunan-bangunan tinggi, dan yang lainnya. Bayang-bayang yang mengenai permukaan modul surya ini menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan kinerja PLTS dalam hal keluaran dari PLTS tersebut diantaranya tegangan, arus, dan efisiensi. Pada PLTS yang terpasang dalam jaringan listrik (on-grid), banyak kriteria yang perlu diperhatikan untuk memastikan PLTS cukup aman dan tidak mengganggu kinerja sistem. Salah satu kriteria tersebut adalah kestabilan tegangan dimana dapat didefinisikan sebagai kemampuan sistem untuk mempertahankan tegangan pada semua bus dalam sistem setelah mengalami gangguan. Pada tugas akhir ini, sebuah sistem di Lombok didesain untuk melakukan uji kestabilan tegangan ketika diintegrasikan dengan PLTS. PLTS yang diintegrasikan divariasikan shadingnya diantaranya 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Perubahan shading akan mengakibatkan karakter tegangan masing-masing dimana semakin besar shading maka semakin besar ketidakstabilan yang dihasilkan.

Solar Power Generation is one of renewable energy type that utilizes solar energy to become one of the alternative energy sources that are environmentally friendly. In its work performance, PLT is influenced by the level of solar iradiance from the sun and ambient temperature. Apart from these main factors of solar cell performance, there are other external factors including weather, shadows, dusts, and others. Shadow phenomenon could occur due to the presence of clouds, fog, trees, high-rise buildings, and so on. The shadow which fall on the surface of the solar module is a major factor that reduce the performance of solar power plant in terms of the output of the solar power plant such are voltage, current and efficiency. In solar power plant which is installed in the elctricity network (on-grid), many components need to be considered to ensure that solar power plant is safe enough and does not interfere with system performance. One of those components is the voltage stability which can be defined as the ability of the system to maintain the voltage obtained by all buses in the system after experiencing interference. In this thesis, a system in Lombok is designed to test the voltage stability when intergrated with the solar power plant. Solar power plant which is integrated to the system varied by shading pattern such 20%, 40%, 60%, 80%, and 100%. The changes in shading phenomenon will result in the character of each output such voltage where the greater the shading, the greater the instability of the results"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>