Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158279 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pardamean, David Tua
"Latar Belakang: Chronic Limb Threatening Ischemia (CLTI) adalah bentuk terberat dari penyakit arteri perifer kronis . Sekitar 25% dari pasien dengan CLTI akan berisiko mengalami amputasi tungkai mayor dalam 1 tahun. Sistem skoring Wound, Ischemia, and foot Infection (WIfI) dipakai untuk memprediksi angka amputasi selama 1 tahun. Tindakan revaskularisasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk pemulihan perfusi pada bagian tubuh atau organ yang mengalami iskemia baik dengan cara bedah terbuka atau secara endovaskular
Tujuan: Untuk mengetahui korelasi antara tindakan revaskularisasi dengan perubahan amputation rate pada pasien CLTI dengan skor WIfI
Metode: Desain yang digunakan adalah desain kohort retrospektif. Penelitian ini dilakukan di Divisi Bedah Vaskuler dan Endovaskuler Departemen Medik Ilmu Bedah dan Unit Rekam Medik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo selama periode Oktober hingga Desember 2020 dengan mengumpulkan data seluruh pasien CLTI yang menjalani perawatan dan tata laksana selama tahun 2009-2019.
Hasil: Total sampel 312, sampel terbanyak berjenis kelamin pria 182 (58,3%) sedangkan wanita sebanyak 130 (41,7%) dengan rerata usia 58 tahun. Komorbid yang tersering adalah diabetes (82,1%). Sebaran skor WIfI derajat sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi secara berurutan adalah 20 (6,4%), 30 (9,6%), 112 (35,9%), 150 (48,1%). Sebaran tatalaksana adalah amputasi mayor 147 (47,1%), revaskularisasi 80 (25,6%), amputasi minor 42 (13,5%), debridement 28 (9%) dan perawatan luka 15 (5%). Terdapat korelasi bermakna (p<0,001; RR 0.029 (0.004-0.207)) antara tindakan revaskularisasi terhadap perubahan amputation rate selama 1 tahun pada pasien CLTI. Terdapat korelasi yang bermakna (p=0,001; RR 0.061 (0.008-0.44)) antara tindakan revaskularisasi dengan penurunan amputation rate pada pasien CLTI dengan skor WIfI derajat sedang.
Simpulan: Tindakan revaskularisasi menurunkan amputation rate pada pasien CLTI dengan skor WIfI derajat sedang.

Background: Chronic Limb Threatening Ischemia (CLTI) is the most severe form of peripheral arterial disease. Approximately 25% of patients with CLTI will be at risk of having a major limb amputation within 1 year. The Wound, Ischemia, and Foot Infection (WIfI) scoring system was used to predict the amputation rate for 1 year. Revascularization is an action performed to restore perfusion to parts of the body or organs that experience ischemia either by open surgery or endovascular.
Objective: To determine the correlation between revascularization measures and changes in amputation rate in CLTI patients with WIfI score.
Method: The design used was a retrospective cohort design. This research was conducted in the Vascular and Endovascular Surgery Division of the Department of Medical Surgery and the Medical Records Unit of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital during the period from October to December 2020 by collecting data on all CLTI patients who underwent treatment and management during 2009-2019.
Results: Total sample was 312, most samples were male 182 (58.3%), while female as much as 130 (41.7%) with an average age of 58 years. The most common comorbid was diabetes (82.1%). The distribution of the WIfI score of very low, low, medium and high degrees was 20 (6.4%), 30 (9.6%), 112 (35.9%), 150 (48.1%), respectively. The treatment distribution was major amputation 147 (47.1%), revascularization 80 (25.6%), minor amputation 42 (13.5%), debridement 28 (9%) and wound care 15 (5%). There was a significant correlation (p <0.001; RR 0.029 (0.004-0.207)) between revascularization measures and changes in amputation rate for 1 year in CLTI patients. There was a significant correlation (p = 0.001; RR 0.061 (0.008-0.44)) between revascularization measures and a decrease in amputation rate in CLTI patients with moderate WIfI scores.
Conclusion: Revascularization reduces the amputation rate in CLTI patients with moderate WIfI score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Fadhil Ardianov
"Penggunaan prosthesis Modular menjadi salah satu solusi terbaik untuk mengobati kanker tulang meskipun mengalami amputasi. Studi ini mengembangkan modular femur MegaProsthesis Distal baru dengan memberikan beberapa modifikasi pada geometri dan juga beberapa fitur. Oleh karena itu, model baru ini dirancang dan disimulasikan dengan menganalisis analisis stres. Desain terdiri dari 4 segmen: segmen distal femur, segmen fiksator, segmen konektor, dan segmen porksimal tibia. Desain terpilih nantinya akan dibuat prototipe menggunakan mesin CNC. Untuk proses pengujian prototipe menggunakan konsep simulasi dari ISO 10328 dan ASTM F1800. Masing masing konsep tersebut mewakili skema uji biomekanik untuk sistem modular implan megaprosthesis distal femur. Terdapat 4 mode uji dari ISO 10328 dan 1 mode uji dari ASTM F1800. Berdasarkan hasil simulasi desain dinyatakan aman dan dapat dimanufaktur untuk nantinya di uji menggunakan skema uji biomekanik yang telah disimulasikan.
Kata Kunci : Kanker Tulang , modular megaprosthesis distal femur, Analisis tegangan

The use of a Modular prosthesis is one of the best solutions to treat bone cancer despite an amputation. This study developed a new modular MegaProsthesis Distal femur by providing some modifications to the geometry as well as some features. Therefore, this new model was designed and simulated by analyzing stress analysis. The design consists of 4 segments: the distal femur segment, fixator segment, connector segment, and proximal tibia segment. The selected design will be prototyped using a CNC machine. For the prototype testing process using the simulation concept of ISO 10328 and ASTM F1800. Each of these concepts represents a biomechanical test scheme for the distal femoral megaprosthesis implant modular system. There are 4 test modes from ISO 10328 and 1 test mode from ASTM F1800. Based on the simulation results, the design is declared safe and can be manufactured for later testing using a simulated biomechanics test scheme.
Keywords: Bone cancer, modular mega prosthesis distal femur, internal load, Internal moment, stress analysis
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah
"Imobilitas sering dijumpai pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit, yang menyebabkan sulit dilakukan penimbangan. Kondisi lain seperti amputasi, organ tubuh tidak lengkap kongenital, tumor, pembesaran organ, kehamilan, edema atau asites, menyebabkan penimbangan berat badan tidak akurat. Berat badan diperlukan untuk menentukan kebutuhan energi, protein, cairan, serta pemantauan kecukupan tatalaksana nutrisi pada pasien, serta untuk perhitungan dosis obat dan fungsi ginjal. Formula berat badan estimasi telah dikembangkan dengan berbagai parameter antropometri, salah satunya Formula Cattermole yang menggunakan komponen lingkar lengan atas (LILA), dengan beberapa keuntungan yaitu mudah dan cepat dengan alat ukur yang efisien dan mudah dibawa. Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahui kesahihan rumus estimasi berat badan dengan berat badan (BB) aktual pada pasien rawat inap dewasa di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta (n=96). Didapatkan hasil rerata BB aktual 58,98 ± 13,80 kg, rerata BB estimasi berdasarkan LILA posisi tegak 60.1±17.28 kg, median BB estimasi berdasarkan LILA posisi baring 60.6 (21,2-114), beda rerata BB aktual dengan BB estimasi berdasarkan LILA posisi tegak -1.12 kg (p=0.16), beda rerata BB aktual dengan BB estimasi berdasarkan LILA posisi baring -1.38 (p=0.17). Dilakukan analisis Bland Altman, didapatkan limit of agreement (LOA) minimal dan maksimal berada di luar batas LOA 5 kg. Pola sebaran titik banyak di luar batas garis LOA baik minimal maupun maksimal pada kurva scatter plot Bland Altman. Sebagai kesimpulan, terdapat selisih antara berat badan estimasi menggunakan formula Cattermole dengan berat badan aktual, serta penelitian masih terbatas dilakukan pada pada pasien rawat inap di Indonesia. Fomula Cattermole belum dapat digunakan pada populasi umum di Indonesia. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada populasi lain di Indonesia dengan kriteria subjek yang lebih beragam

Immobility is often found in patients undergoing hospital treatment, which makes weighing difficult. Other conditions such as amputation, congenital incomplete organs, tumors, organ enlargement, pregnancy, edema or ascites, cause inaccurate weight measurement. Body weight is needed to determine energy, protein, fluid requirements, as well as monitoring the adequacy of nutritional management in patients, as well as for calculating drug doses and kidney function. The estimated body weight formula has been developed with various anthropometric parameters, one of which is the Cattermole Formula which uses the upper arm circumference component, with several advantages, namely being easy and fast with efficient and easy-to-carry measuring instruments. This study was a cross-sectional study to determine the validity of the formula for weight estimation with actual body weight in adult inpatients at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta (n = 96). The results obtained mean actual body weight was 58.98 ±13.80 kg, mean estimated body weight based on upright MUAC was 60.1±17.28 kg, median estimated body weight based on supine MUAC was 60.6 (21.2-114) kg, the average difference is -1.12 kg (p=0.16) between actual body weight and estimated body weight based on upright MUAC and -1.38 (p=0.17) between actual body weight and estimated body weight based on supine MUAC. Bland Altman analysis was performed, limit of agreement (LOA) minimum and maximum, all outside the LOA limit of 5 kg. The distribution pattern of many points outside the LOA line on the Bland Altman scatter plot curve. In conclusion, there is a difference between the estimated body weight using the Cattermole formula and the actual body weight, and the research is still limited to inpatients in Indonesia. Cattermole formula can not be used in the general population in Indonesia. Further research is needed on other populations in Indonesia with more various subject criteria."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dedy Alkarni
"Pendahuluan: Osteosarkoma adalah tumor tulang ganas primer pada anak-anak dan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil dan kelangsungan hidup pada pasien osteosarkoma pasca operasi di RSCM Jakarta dari tahun 2010 hingga 2022 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Subjek adalah pasien osteosarkoma femoralis distal yang menjalani disartikulasi pinggul atau amputasi transfemoral pada 2010-2020. Data yang dikumpulkan dan dianalisis meliputi karakteristik pasien, kelangsungan hidup, metastasis dan skor MSTS.
Hasil: Jumlah subjek penelitian adalah 42. Subjek amputasi transfemoral lebih tua dibandingkan disartikulasi pinggul (p=0,048). Insiden metastasis lebih banyak pada amputasi dibandingkan dengan disartikulasi pinggul (p=0,001). Subjek disartikulasi pinggul memiliki diameter tumor yang jauh lebih besar daripada subjek amputasi transfemoral (p=0,031).
Pembahasan: Hubungan yang signifikan antara diameter tumor dan kelangsungan hidup terjadi karena diameter tumor terkait dengan kejadian metastasis  dan kejadian metastasis terkait dengan kelangsungan hidup. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor MSTS dan jenis amputasi karena kedua kelompok subjek menggunakan kruk, faktor sosial ekonomi untuk membuat prostesis, dan kesulitan dalam mencapai ukuran tunggul yang ideal dalam kasus tumor.
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara diameter tumor dan metastasis dengan kelangsungan hidup dan diameter tumor dengan metastasis.

Pendahuluan: Osteosarkoma adalah tumor tulang ganas primer pada anak-anak dan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil dan kelangsungan hidup pada pasien osteosarkoma pasca operasi di RSCM Jakarta dari tahun 2010 hingga 2022 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Subjek adalah pasien osteosarkoma femoralis distal yang menjalani disartikulasi pinggul atau amputasi transfemoral pada 2010-2020. Data yang dikumpulkan dan dianalisis meliputi karakteristik pasien, kelangsungan hidup, metastasis dan skor MSTS.
Hasil: Jumlah subjek penelitian adalah 42. Subjek amputasi transfemoral lebih tua dibandingkan disartikulasi pinggul (p=0,048). Insiden metastasis lebih banyak pada amputasi dibandingkan dengan disartikulasi pinggul (p=0,001). Subjek disartikulasi pinggul memiliki diameter tumor yang jauh lebih besar daripada subjek amputasi transfemoral (p=0,031).
Pembahasan: Hubungan yang signifikan antara diameter tumor dan kelangsungan hidup terjadi karena diameter tumor terkait dengan kejadian metastasis dan kejadian metastasis terkait dengan kelangsungan hidup. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor MSTS dan jenis amputasi karena kedua kelompok subjek menggunakan kruk, faktor sosial ekonomi untuk membuat prostesis, dan kesulitan dalam mencapai ukuran tunggul yang ideal dalam kasus tumor.
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara diameter tumor dan metastasis dengan kelangsungan hidup dan diameter tumor dengan metastasis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Agung Alamsyah
"Latar Belakang: Chronic limb threatening ischemia (CLTI) merupakan bentuk paling parah dari peripheral arterial disease (PAD). Sebanyak 25% pasien CLTI memiliki risiko amputasi tungkai mayor dan 25% lainnya akan meninggal karena penyakit kardiovaskular dalam 1 tahun. Risiko amputasi ini dapat diprediksi menggunakan sistem skoring Wound, Ischemia, and foot Infection (WIfI). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil amputasi menggunakan skor Wound, Ischemia, foot Infection pada subjek chronic limb threatening ischemia di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Pengambilan data retrospektif dari data registrasi divisi bedah vaskular dan rekam medis pada subjek dengan CLTI di RSCM berupa profil subjek, skor WIfI, dan status amputasi mayor dalam 1 tahun pasca diagnosis CLTI ditegakkan. Data selanjutnya dimasukkan ke program SPSS, dan dilakukan analisa data. Hasil analisa lalu dipaparkan dalam bentuk narasi dan tabel.
Hasil: Pada penelitian ini usia rerata subjek adalah 58,1 ± 12,9 tahun dengan predominasi jenis kelamin laki-laki (58,3%). Komorbid pada subjek dari yang tersering adalah diabetes (82,1%), hipertensi (67,9%), gagal ginjal kronis (51,3%), dan penyakit jantung (33%). Derajat skor WIfI dengan derajat sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi secara berurutan adalah 6,4%, 9,6%, 35,9%, dan 48,1%. Angka amputasi mayor yang sesungguhnya pada subjek CLTI di RSCM untuk skor WIfI derajat sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi adalah 5%, 7%, 35%, dan 70%, sedangkan pada kepustakaan adalah 3%, 8%, 25%, dan 50%.

Background: Chronic limb threatening ischemia (CLTI) is the most severe form of peripheral arterial disease (PAD). As many as 25% of CLTI patients have a risk of major limb amputations and 25% will die due to cardiovascular event within 1 year. The risk of this major amputation can be predicted using the Wound, Ischemia, and foot Infection (WIfI) scoring system. This study aims to compare the amputation profile using Wound, Ischemia, foot Infection scores in chronic limb threatening ischemia patients at the RSCM.
Methods: Retrospective data collection from registry in vascular surgery division and medical records for patients with CLTI in RSCM were take, that is a patient profile, the comorbid disease, WIfI score, and the patient's major amputation status within 1 year after diagnosis of CLTI was established. The data then inputed to the SPSS program, and data analysis is performed. The results of the analysis are then presented in the form of narratives and tables.
Result: The mean age of the subjects in this study was 58,1 ± 12,9 years with male as gender predominance (58,3%). The comorbids in the subjects were diabetes (82,1%), hypertension (67,9%), chronic kidney failure (51,3%), heart disease (33%). The WIfI scores with very low, low, medium, and high degrees are 6,4%, 9,6%, 35,9%, and 48,1% respectively. The major amputation rates in for WIfI scores with very low, low, medium, and high degrees are 5%, 7%, 35%, and 70%, while in the literature are 3%, 8%, 25%, and 50%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budhi Arifin Noor
"Latar belakang: Chronic limb threatening ischemia (CLTI) merupakan bentuk terparah peripheral arterial disease. Pasien kaki diabetik dengan CLTI memiliki risiko amputasi mayor dan mortalitas paska revaskularisasi dan dipengaruhi beberapa faktor seperti usia lanjut, gagal ginjal kronik, komorbid penyakit jantung dan hipertensi. Indonesia belum memiliki data amputasi mayor dan mortalitas kaki diabetik dengan CLTI setelah revaskularisasi dan faktor-faktor yang berpengaruh. Penelitian ini bertujuan mengetahui angka amputasi mayor dan mortalitas satu tahun pasca revaskularisasi beserta faktor-faktor yang memengaruhi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Kohort retrospektif pasien kaki diabetik dengan CLTI setelah revaskularisasi di RSCM Januari 2010 – Desember 2020. Pengambilan data rekam medis. Luaran utama amputasi mayor dan mortalitas satu tahun setelah revaskularisasi. Dilakukan analisis bivariat dengan uji Kai Kuadrat, jika persyaratan tidak terpenuhi maka menggunakan Fischer-exact, variabel bermakna diuji lebih lanjut dengan regresi logistik.
Hasil: Penelitian melibatkan 150 subjek. Amputasi mayor dan mortalitas satu tahun setelah revaskularisasi sebesar 27,3% dan 24,7%. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara faktor-faktor yang diteliti dengan amputasi mayor dan mortalitas satu tahun.
Kesimpulan: Didapatkan angka amputasi mayor dan mortalitas 1 tahun pasca revaskularisasi. Usia lanjut, gagal ginjal kronik, komorbid penyakit jantung dan hipertensi bukan merupakan faktor yang memengaruhi angka amputasi dan mortalitas satu tahun.

Background: Chronic limb threatening ischemia (CLTI) is the most severe form of peripheral arterial disease. Diabetic foot patients with CLTI have major amputation and mortality risk after revascularization and affected by factors such as elderly, chronic kidney disease (CKD), cardiac morbidity and hypertension. In Indonesia there are no data regarding diabetic foot major amputation and mortality with CLTI after revacularization and influencing factors. Study aims to determine one year major amputation and mortality and factors that can affect diabetic foot pastients with CLTI after revascularization.
Methods: Retrospective cohort study on diabetic foot patients with CLTI undergoing revascularization at Cipto Mangunkusumo National Hospital from January 2010 to December 2020. The primary outcome was one-year major amputation and mortality after revascularization. Factors included were age, CKD, cardiac comorbidity and hypertension. We conducted bivariate analysis using Chi Square or Fisher-exact test. Variables were further tested using multivariate test.
Result: 150 subjects were enrolled. One-year major amputation and mortality was 27.3% and 24.7%. There are not significant correlations between factors with major amputation and mortality.
Conclusion: Major amputation and mortality rate one year after revascularization at RSCM are gained. Elderly, CKD, cardiac comorbidity and hypertension are not factors affecting one-year major amputation and mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novinda Herwirastri
"Pendahuluan: Chronic Limb Threatening Ischemia (CLTI) adalah stadium lanjut penyakit arteri perifer (PAD). The society for Vascular Surgery Lower Extremity Guidelines Committee menciptakan sistem klasifikasi yang lebih komprehensif untuk stratifikasi risiko amputasi pada pasien di seluruh spektrum CLTI. Sistem ini didasarkan pada nilai objektif Wound (W), Ischemia (I) dan Foot Infection (fI) untuk menghitung stadium klinis tungkai terancam dari 1 hingga 4 yang telah divalidasi dalam beberapa penelitian untuk dapat sangat memprediksi risiko amputasi ekstremitas mayor dalam satu tahun. Berbagai pedoman profesional saat ini merekomendasikan terapi statin untuk semua individu dengan PAD. Temuan para peneliti tentang hubungan yang kuat dan bergantung pada intensitas antara terapi statin dan amputasi serta mortalitas di antara individu dengan insiden PAD adalah hal yang penting secara klinis, baik untuk pasien maupun dokter yang merawat mereka. Namun demikian, protokol pemberian statin masih bervariasi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran konsumsi statin pada pasien CLTI dengan berbagai skor WIfI terhadap amputasi mayor yang diamati hingga satu tahun di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) berdasarkan skor CLTI. Metode: Dilakukan studi kohort retrospektif dari data pasien yang didiagnosis CLTI di RSCM pada tahun 2010-2019. Subjek dibagi menjadi grup statin dan non statin. Dilakukan Uji bivariat dengan chi-square untuk melihat bagaimana pengaruh pemberian statin, komorbid dan skor WIFI pada subjek CLTI terhadap amputasi mayor. Kemudian dilakukan analisis stratifikasi untuk melihat pengaruh statin pada subjek CLTI dengan berbagai spektrum. Dilakukan pula analisis bagaimana kecendrungan statin bekerja jika diberikan pada pasien dengan berbagai jumlah komorbid. Uji multivariat dilakukan menggunakan regresi logistik menghadirkan nilai p dengan adjusted relative risk (RR).Hasil: Mayoritas pasien adalah laki-laki (59,5%). Sebanyak 83,2% subjek penelitian menderita diabetes melitus, 70,5% subjek mengalami hipertensi, 47,7% subjek mengalami gagal ginjal kronis, dan 26,4% subjek menderita penyakit jantung. Selain itu, hampir setengah dari total subjek penelitian memiliki skor WIfI yang parah (45,5%). Subjek yang diberi statin berpeluang menjalani amputasi mayor sebesar 0,562 kali dibandingkan subjek yang tidak diberikan statin (95% CI 0,407 - 0,777). Dengan kata lain, pemberian statin mampu mencegah amputasi mayor pada pasien CLTI. Namun hal tersebut hanya dapat diterapkan pada subjek CLTI dengan skor WifI yang rendah, karena semakin tinggi skor WifI pasien memiliki faktor komorbid yang lebih banyak (p <0,05; 95% CI 0,008 - 0,783). Amputasi mayor pada subjek CLTI secara statistik signifikan dengan diabetes komorbid (p = 0,001), penyakit jantung (p <0,001), skor WIfI (p = 0,001) dan penggunaan statin (p <0,001). Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian statin dapat mencegah kejadian amputasi mayor pada pasien CLTI dengan skor WIfI rendah meskipun terdapat faktor komorbid.

Background : Chronic limb threatening ischemia (CLTI) is an advanced stage of peripheral artery disease (PAD). The society for Vascular Surgery Lower Extremity Guidelines Committee created a more comprehensive threatened limb classification system intended to stratify amputation risk in patients across the spectrum of CLTI. The system is based on objective grades Wound (W), Ischemia (I) and Foot Infection (FI) to calculate a threatened limb clinical stage from 1 to 4 has been validated in multiple studies to be highly predictive of 1-year major limb amputation risk. Current professional society guidelines recommend statin therapy for all individuals with PAD. The investigators’ finding of a strong and intensity-dependent association between statin therapy and both amputation and mortality among individuals with incident PAD is of considerable clinical importance, both to patients and the physicians who care for them. Yet, there is no study available for this and statin protocol vary in our country. This study aims on revealing the role of statin consumption prior to major amputation on CLTI patients in Cipto Mangunkusumo based on CLTI score. Methods: We performed retrospective cohort study from a database of CLTI patients diagnosed at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2010-2019. Subjects were divided into statin and nonstatin groups. A bivariate test with chi-square was performed to see how the effect of statin, comorbid and WIFI scores on CLTI subjects on major amputations. Then a stratification analysis was performed to see the effect of statins on CLTI subjects with various spectra. An analysis of how the statin likelihood of working when given to subjects with varying amounts of comorbidities was also conducted. Multivariate tests was performed used logistic regression presenting p values ​​with adjusted relative risk (RR). We performed cohort retrospective analysis study from a database of CLTI patients diagnosed at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2010- 2019. Subjects were divided into 2 groups, the CLTI patients with statin and without statin based on their database. We also analyse comorbid factors (diabetes mellitus, hypertension, chronic renal failure and heart disesase) related to CLTI and WIfI score to major amputation incidence Results: Majority of the patients were male (59.5%). A total of 83.2% of study subjects suffered from diabetes mellitus, 70.5% of subjects had hypertension, 47.7% of subjects had chronic kidney failure, and 26.4% of subjects had heart disease. In addition, almost half of the total study subjects had a severe WIfI score (45.5%). Subjects who were given statins had a chance to undergo major amputation by 0.562 times compared to subjects who were not given statins (95% CI 0.407 - 0.777). In other words, statin administration was able to prevent major amputation in CLTI patients. However, it only can be applied to CLTI subjects with low WifI score, as higher WifI score patients have more comorbid factors (p <0,05; 95%CI 0,008 – 0,783). Major amputation in CLTI subjects was statistically significant with comorbid diabetes (p = 0.001), heart disease (p <0.001), WIfI score (p = 0.001) and statin use (p <0.001)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yonathan Adi Purnomo
"Infeksi kaki diabetik adalah faktor predisposisi utama amputasi ekstremitas bawah pada penyebab non trauma. Namun baru sedikit studi yang menyelidiki faktor - faktor risiko spesifik. Metode penelitian studi kohort retrospektif sampel besar dengan melakukan observasi data rekam medik 201 pasien dengan diagnosis infeksi kaki diabetic di RS Dr. Cipto Mangunkusumo antara tahun 2008 hingga tahun 2010. Faktor - faktor risiko kami lakukan analisis univariat, bivariat serta multivariat kemudian dilakukan model regresi logistik dan mengkonversi koefisien model ke risk score numerik. Pada hasil sebanyak 25.7% menjalani amputasi ekstremitas bawah diperoleh persamaan dengan kalibrasi Hosmer and Lemeshow Test yang baik dan nilai AUC adalah sebesar 82%. Penelitian pendahuluan ini menghasilkan sistem skoring yang sederhana dan mudah digunakan untuk mengetahui risiko amputasi ekstremitas bawah pada pasien yang menderita infeksi kaki diabetik.

Diabetic foot infection is the primary predisposition for lower extremity amputation in non-trauma etiology. There were only few studies that has determined specific risk factors. This pilot study methods used large sample retrospective cohort study by observing 201 medical records of patients with diabetic foot infection diagnosis in Cipto Mangunkusumo Hospital for 2008 to 2010. We did univariate, bivariate, multivariate analysis continue with logistic regression model and converting coefficient model to numeric risk score. Result, there were 27.7% had lower extremity amputation, logistic regression with good equation result on Hosmer and Lemeshow test and AUC score were 82%. This pilot study produce a simple scoring system and easy to use to identify lower extremity amputation risks on diabetic foot infection patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Hendriek
"Pendahuluan
Kaki Diabetik merupakan penyebab utama amputasi ekstremitas non traumatik. Pengenalan dan manajemen awal terhadap faktor-faktor predisposisi amputasi dapat mencegah tindakan amputasi.
Metode
Kami mengumpulkan data klinis dan laboratorium, data komplikasi-komplikasi diabetes, dan data riwayat komorbiditas pada 242 pasien yang dirawat dengan permasalahan kaki diabetik untuk menilai faktor-faktor predisposisi amputasi. Kami membagi pasien-pasien ini menjadi 2 grup (amputasi dan tidak amputasi) dan melakukan anasisis komparatif menggunakan variabel faktor-faktor predisposisi amputasi pada kedua grup.
Hasil
Dari dua buah grup dibandingkan apakah terdapat hubungan yang signifikan dengan faktorfaktor predisposisi amputasi sebagai variabel independen.Secara analisis univariat didapatkan pada grup amputasi terdapat insidens yang lebih tinggi signifikan (p<0,05) pada faktor predisposisi sepsis, ketoasidosis, neuropati perifer dan iskemia diabetik. Didapatkan odds ratio 2,57 untuk sepsis (95% CI:1,44-4,60; P=0,001); 2,67 untuk ketoasidosis (95% CI:1,16-2,58;
P=0,018); 1,79 untuk iskemia diabetik (95% CI:0.970-3,37; P=0,041); dan 4,30 untuk neuropati perifer (95% CI:0.95-19,2; P=0,030).
Kesimpulan
Sepsis, ketoasidosis, neuropati perifer dan iskemia diabetik merupakan faktor-faktor predisposisi amputasi yang signifikan pada pasien-pasien kaki diabetik.

Introduction
Diabetic foot is the main cause of nontraumatic lower extremity amputation. Early recognition and management of predisposing factors for amputation may prevent amputations.
Method
We collected clinical and laboratory data, details of diabetes complications and history of comorbidities in 242 patients who were admitted for management of diabetic foot to determine the predisposing factors of amputation in these patients. We devided these patients into two groups, those whose treatment included amputation and those who were treated conservatively
and carried out a comparative analysis of the variables in the two groups.
Result
From the two groups we compared if there is significant relationship with the predisposing factors for amputation as independent variable. In univariat analysis we found higher incidence (p<0,05) of sepsis, ketoacidosis, peripheral neuropathy and diabetic ischemia on amputated group. Univariat adjusted odds ratios was 2,57 for sepsis (95% CI:1,44-4,60; P=0,001); 2,67 for
ketoacidosis (95% CI:1,16-2,58; P=0,018); 1,79 for diabetic ischemia (95% CI:0.970-3,37; P=0,041); and 4,30 for peripheral neuropathy (95% CI:0.95-19,2; P=0,030).
Conclusion
Sepsis, ketoacidosis, peripheral neuropathy and diabetic ischemia are significant predisposingfactors for amputation in patients hospitalized for diabetic foot lesions.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2103
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghany Hendra Wijaya
"Latar belakang. Pada CLTI didapatkan iskemik yang progresif sehingga menyebabkan timbulnya nyeri tungkai saat istirahat dan terbentuknya ulkus atau gangren. Intervensi revaskularisasi tungkai bawah merupakan lini pertama tata laksana CLTI, dengan pilihan prosedur berupa pembedahan secara terbuka maupun tindakan endovaskular. Pasien CLTI di RSCM datang dengan kondisi lanjut dan angka reamputasi yang tinggi, sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keluaran angioplasti endovaskular yaitu penyembuhan ulkus.
Metode. Studi potong lintang dilakukan di RSCM dengan melibatkan pasien CLTI Rutherford 5-6 yang menjalani tindakan angioplasti. Usia, jenis kelamin, riwayat merokok, hipertensi, fibrilasi atrium, gagal jantung, CKD, DM merupakan variabel yang diteliti terhadap penyembuhan ulkus yang merupakan penilaian klinis pascatindakan angioplasty yang dinilai adalah epitelisasi sempurna ulkus dalam kurun waktu 4 bulan pascatindakan.
Hasil. Pada 133 subjek penelitian, didapatkan 60,9% pasien mengalami epitelisasi sempurna. Faktor-faktor yang memengaruhi penyembuhan ulkus pada pasien CLTI antara lain, jenis kelamin, riwayat merokok, hipertensi, fibrilasi atrium, gagal jantung, CKD, dan diabetes. Faktor yang paling berhubungan dengan penyembuhan ulkus pascaangioplasti endovaskular berdasarkan uji regresi logistik adalah diabetes.
Kesimpulan. Faktor-faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan penyembuhan ulkus pada pasien chronic limb threatening ischemia (CLTI) antara lain adalah jenis kelamin, riwayat merokok, hipertensi, fibrilasi atrium, gagal jantung, CKD, dan diabetes. Faktor yang dinilai paling berhubungan adalah diabetes melitus.

Background. Chronic limb threatening ischemia (CLTI) can cause rest pain in lower extremities and the formation of ulcers or gangrene. Revascularization which can be done using open surgery or endovascular procedures, is the first line treatment in CLTI management. CLTI patients at RSCM usually came with advanced conditions and high re-amputation rates even after revascularization. This study aimed to determine factors associated with the outcome of endovascular angioplasty, especially ulcer healing.
Method. A cross-sectional study was conducted at RSCM involving CLTI patients with Rutherford grade 5 and 6 that underwent angioplasty. Age, gender, history of smoking, hypertension, atrial fibrillation, heart failure, chronic kidney disease (CKD), and diabetes mellitus were the independent variables studied in this study. The dependent variable was ulcer healing which is a clinical assessment after angioplasty that was assessed as complete ulcer epithelialization within four months after the procedure.
Results. In 133 study subjects, it was found that 60.9% of patients underwent complete epithelialization. Factors that affect ulcer healing in CLTI patients include gender, history of depression, hypertension, atrial fibrillation, heart failure, chronic kidney disease, and diabetes mellitus. The factor with the highest association to ulcer healing after endovascular angioplasty based on logistic regression test is diabetes mellitus.
Conclusion. Factors that have a significant relationship with ulcer healing in patients with CLTI include gender, smoking, hypertension, atrial fibrillation, heart failure, CKD, and diabetes. The factor that was considered to have the highest association was diabetes mellitus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>