Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174402 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vonni
"Film remaja merepresentasikan masa transisi remaja beranjak dewasa yang penuh keraguan dan kegelisahan. Film Goodbye Berlin merupakan film remaja yang menampilkan pertemanan antara dua remaja yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Film ini juga menampilkan proses pendewasaan diri keduanya melalui perjalanan yang mereka lakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan paham pluralisme yang terkandung dalam film
Goodbye Berlin serta menunjukkan bagaimana strategi film menampilkan proses pendewasaan diri tokoh Maik dan Tschick melalui perjalanan yang mereka lakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan teori semiotika Ferdinand de Saussure untuk menganalisis perbedaan antara kedua tokoh. Paham pluralisme yang ada dalam film dikemas melalui lima cara, yaitu melalui latar belakang ekonomi, latar belakang budaya, kepribadian, pandangan
hidup serta orientasi seksual kedua tokoh. Pendewasaan diri tokoh Maik dan Tschick dapat dilihat melalui perkembangan kepribadian dan perubahan pandangan hidup.
.....Teen films represent the transitional period of adolescents into adulthood which are full of doubts and anxiety. Goodbye Berlin is a teen film that shows the friendship between two teenagers with different cultural backgrounds. This film also shows their process of maturity
through the journey they took. This study aims to show the pluralism elements contained in the film and the film's strategy in showing Maik and Tschick's process of maturity. This study uses qualitative research methods and Ferdinand de Saussure's semiotic theory to analyze the differences between the two characters. The pluralism elements in the film is shown through five ways, namely through economic background, cultural background, personality, outlook on life and sexual orientation of the two characters. Maik and Tschick's process of maturity can be seen through their development of personalities and changes in life views."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salwa Husna Lisvia
"Imaji dari perempuan metropolis adalah perempuan dengan karakteristik yang kuat, mandiri, dan percaya diri. Hal ini disebabkan oleh kehidupan metropolis yang bercirikan money economy sehingga berdampak pada karakteristik orang-orang yang tinggal di kota metropolitan dan menghasilkan salah satu stereotip terhadap perempuan urban, yaitu Gamma Woman. Wacana tersebut dapat dilihat dari sebuah film bernama Berlin, Berlin: Lolle on the Run. Sebagai perempuan metropolis, karakter utama bernama Lolle ini direpresentasikan sebagai perempuan yang mandiri, berprinsip kuat, dan kooperatif. Namun, karakteristik tersebut sebenarnya hanya upaya Lolle untuk mengikuti stereotip Gamma Woman yang dikonstruksi oleh masyarakat. Dengan demikian, penelitian ini akan membahas terkait bagaimana Lolle mencoba untuk menempatkan dirinya terhadap stereotip tersebut yang dianalisis oleh teori "The Metropolis and Mental Life" dari Georg Simmel dan teori "Representation: Cultural Representation and Signifying Practices" oleh Stuart Hall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi stereotip Gamma Woman terwakili oleh tokoh utama, namun tidak sepenuhnya sesuai dengan imaji masyarakat.

Image of metropolis women is having a personality that is tough, independent, and confident which caused of the money economy in metropolis life. Therefore, money economy influences personality of the metropolis people itself. That kind of personality is called as Gamma Woman. A term of Gamma Woman itself is a result of the stereotype that is made by the society towards women. This discourse can be seen in a film called Berlin, Berlin: Lolle on the Run. As a metropolis woman, Lolle is being represented as an independent, strong principles, and cooperative woman that led her to be a Gamma Woman. However, Lolle is actually just trying to befit herself into the Gamma Woman's stereotype that is constructed by society. With that being said, this study will discuss how Lolle tries to follow the stereotype by being a Gamma Woman which is analysed with "The Metropolis and Mental Life" theory by Georg Simmel and "Representation: Cultural Representation and Signifying Practices" theory by Stuart Hall. The result of this study shows that the construction of Gamma Woman's stereotype is being represented by the main character. However, Lolle doesn't fully live up to the society's stereotype."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Young, Iris Marion
"Summary:
A work of feminist political thought that challenges the prevailing reduction of social justice to distributive justice. It critically analyzes basic concepts underlying most theories of justice, including impartiality, formal equality, and the unitary moral subjectivity"
Princeton, N.J.: Woodstock : Princeton University Press, 2011
320.011 YOU j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yohana Yessi Kostensius
"Skripsi ini membahas mengenai representasi sejarah Jerman Timur dalam film Goodbye, Lenin!. Penelitian ini menggunakan teori Reperesentasi dan Identitas dari Stuart Hall dalam menganalisis keseharian masyarakat Jerman Timur dalam narasi film. Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat paradoks dalam rekonstruksi sejarah yang direpresentasikan dalam sumber resmi (film dokumenter, siaran televisi, koran dan sebagainya) dengan keseharian masyarakatnya. Perbedaan ini memperlihatkan adanya propaganda ideologi rezim yang berkuasa dalam sejarah yang ditampilkan ke hadapan masyarakat melalui sumber-sumber resmi tersebut. Sejarah sebagi produk budaya adalah media propaganda bagi pemerintah dan tidak pernah tampil sebenar-benarnya.

This thesis is about the representation of East Germany_s history in the film Goodbye, Lenin!. This thesis is using the theory of Stuart Hall i.e. the representation and cultural identity as the tool to analyze the images of East German_s daily life. The research proves that there is an oppositional image in the reconstruction of history that is represented in official sources (documentary film, broadcast television, newspaper and so on) and in everyday life. Furthermore it also proves that ideological propaganda of the ruling regimes does exist in the history through those official sources. History as a cultural product is media propaganda for the government and never appears in truth, whereas the daily routine of ordinary people is the opposite of the ideology. This film also shows that the aftermath of the German Reunification, which was propagated as a success still has another side of the story, the dissatisfaction of the former people of GDR."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S14261
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Maulana
"Skripsi ini membahas tentang variasi bahasa Arab dalam Film Kartun Al-Fatih yang diteliti dari kajian sosiolinguistik. Metode analisis yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif dan komparatif. Signifikansi analisis ini adalah memaparkan kepada pembaca tentang bentuk-bentuk variasi bahasa Arab yang digunakan dalam film Al-Fatih. Kajian sosiolinguistik sangat penting agar kita dapat mengetahui adat istiadat dan bentuk pengungkapan sopan santun yang tepat dalam bahasa Arab. Data-data dalam skripsi ini semuanya didapat dari film kartun al-Fatih berbahasa Arab resmi yang bercerita tentang penaklukkan Konstantinopel yang sekarang disebut Istanbul. Penulis mengambil teori dari Nababan tentang variasi bahasa dari segi keformalan yang akan dibahas adalah ragam beku, ragam baku, ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab. Selain itu juga ditambahkan tentang konsep SPEAKING yang diutarakan oleh Gumperz dan Hymes. Dari segi penutur, penulis akan membahas tentang fungsiolek dan dialek sosial. Pembahasan akan dibagi menjadi lima bagian; yaitu analisis variasi berdasarkan usia, variasi berdasarkan pendidikan, variasi berdasarkan pekerjaan, variasi berdasarkan tingkat kebangsawanan, dan variasi berdasarkan keadaan sosial dan ekonomi.

This research discusses about the analysis sociolinguistic of Arabic variety in cartoon Al-Fatih, by using descriptive and comparized-analized. This research purpose to explain about Arabic variety used in cartoon ?Al-Fatih?. Analyzed sociolinguistic is very important for us to know about culture, custom, and how to respectfull with anybody in Arabic. The data in this research all from dialogue and monologue in Al-Fatih cartoon about opened Constantine or Istanbul. In formalized aspect, we will discuss about frozen register, formal register, consultative register, casual register, and intimate register. On the other side, we will discuss abut SPEAKING teory by Hymes and Gumperz from sociolinguistic. In speaker aspect, we will discuss about fungsiolect and sosiolect. Analisys will be from five aspects is variety from the age, variety from education, variety from jobs, variety from level of nobility, and variety from social and economic condition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43383
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Melodya Zefanya Supriyatno
"Penelitian ini membahas padanan Jugendsprache (bahasa remaja Jerman) dan bahasa gaul (bahasa remaja Indonesia) dalam takarir film Berlin, Berlin: Lolle On The Run. Film ini merupakan film berbahasa Jerman yang mengisahkan kehidupan percintaan seorang Wanita yang bernama Lolle. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menganalisis teks subtitle (takarir) yang mengandung Jugendsprache. Data diambil dari takarir film Berlin, Berlin: Lolle On The Run. Penelitian ini menganalisis karakteristik Jugendsprache yang digunakan dalam takarir film berdasarkan karakteristik yang dikemukakan oleh Bahlo, dkk dalam bukunya yang berjudul Jugendsprache: Eine Einführung (2019) dan menganalisis apakah terjemahan takarir dalam film ini sepadan dengan bahasa gaul bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 53 ujaran yang mengandung Jugendsprache dalam film Berlin, Berlin: Lolle On The Run dan terdapat dua ujaran yang sepadan dengan bahasa gaul bahasa Indonesia. Dalam proses penerjemahan takarir, padanan Jugendsprache dan bahasa gaul dapat ditemukan dengan memperhatikan konteks, situasi komunikasi, dan kesesuaian budaya. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pemahaman dan penerjemahan Jugendsprache dan bahasa gaul dalam film Jerman.

This research discusses the equivalence of Jugendsprache (German teen language) and Bahasa Gaul (Indonesian teen language) in the subtitles of the film Berlin, Berlin: Lolle On The Run. This German-language film that tells the story of the love life of a woman named Lolle. The research method used is qualitative by analyzing the subtitle text containing Jugendsprache. The data is taken from the subtitles of the film Berlin, Berlin: Lolle On The Run. This research analyze the characteristics of Jugendsprache used in film subtitles based on the characteristics proposed by Bahlo, et al in their book entitled Jugendsprache: Eine Einführung (2019) and analyze whether the subtitle translation in this film is equivalent to Bahasa Gaul. The results showed that there were 53 sayings containing Jugendsprache in the film Berlin, Berlin: Lolle On The Run and two sayings equivalent to Bahasa Gaul. In the process of subtitle translation, the equivalent of Jugendsprache and Bahasa Gaul can be found by paying attention to the context, communication situation, and cultural compatibility. This research contributes to the understanding and translation of Jugendsprache and Bahasa Gaul in German films."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Regita Maharani Wibisono
"Kehidupan urban di Berlin yang sangat menarik bagi banyak orang pada kenyataannya memunculkan beragam masalah. Salah satunya adalah fenomena anak jalanan. Anak muda dan remaja memutuskan untuk hidup di jalan karena mereka telah mengalami stress yang tinggi saat berada di rumah. Jalanan dianggap sebagai tempat mengekspresikan diri. Karya ilmiah ini akan membahas tentang potensi anak jalanan melakukan tindakan kriminal dan menjadi korban dari tindakan kriminal yang direpresentasikan melalui film Victoria (2015). Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode kualitatif dan dianalisis dengan Teori Representasi dari Stuart Hall. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak jalanan melakukan kejahatan dan penyimpangan karena faktor psikologis yang belum stabil, menerima nilai-nilai baru, hubungan dengan kelompok sebaya, dan terjadinya pemaksaan. Sementara, anak jalanan menjadi korban akibat intimidasi dari pihak yang tertentu dan tekanan dari kelompok sebayanya. Penelitian ini juga memberikan upaya meminimalisir kejahatan yang dilakukan oleh anak jalanan dengan melibatkan peran orang tua, lembaga pendidikan, masyarakat, dan pemerintah setempat.

Urban life in Berlin might be appealing to some people, though in reality, it raises various problems. One of the problems is the phenomenon of street youth. The youth and adolescents decide to live on the street due to the severe stress they experience at home. Streets are considered a place to express themselves. This scientific work will discuss the potential of street youth to commit crimes and become crime victims as represented in Victoria (2015). This study is conducted using the qualitative method and analyzed using Hall's Theory of Representation. The results of this study indicate that street youth commits crime and deviations because of unstable psychological factor, acceptance of new values, relationships with their peer groups, and coercion. Meanwhile, street youth become a victim because of intimidation from the authorities and pressure from their peers. This study also provides alternatives to minimize crimes that are committed by street youth by involving the role of parents, educational institutions, community, and local government."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Aprillia Setiawan
"Rasisme sudah menjadi permasalahan umum di masyarakat khususnya bagi kelompok kulit hitam hingga saat ini. Di Jerman sendiri ujaran rasisme sudah diutarakan oleh Hitler sejak tahun 1933 yang pada saat itu menganggap bangsa Arya di atas segalanya, sehingga bangsa Yahudi dinilai tidak pantas untuk berada di Jerman. Peristiwa tersebut masih berdampak hingga saat ini, yaitu terdapat ujaran dan tindakan rasisme terhadap kelompok minoritas. Film Berlin Alexanderplatz (2020) yang menjadi korpus data dalam penelitian ini menampilkan bagaimana kehidupan imigran kulit hitam bertahan hidup dan mencapai kehidupan yang layak, sehingga penelitian ini berfokus pada bagaimana rasisme ditampilkan dan kelompok minoritas direpresentasikan dalam film Berlin Alexanderplatz (2020). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kajian pustaka serta teori sinematografi Joseph V. Mascelli dan teori representasi Stuart Hall untuk mencari makna dari percakapan dan adegan dalam film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan rasisme dan representasi kelompok minoritas ditampilkan melalui tiga tahapan kehidupan yang dialami oleh Franz, yaitu ketika dirinya belum memiliki apa- apa, ketika dirinya telah berhasil mencapai kehidupan yang layak, dan ketika dirinya kembali ke tahap kehidupan awal yang tidak memiliki apa-apa. Pemaparan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok minoritas masih diperlakukan secara semena-mena dan keberadaannya dianggap remeh.

Racism has been a common society issue, especially for black people. In Germany racism had been uttered by Hitler since 1933, which the Aryans were on the top amongst the other. Therefore, the Jewish were not considered fit to live in Germany. The event still has an impact until now, namely there are racism actions and speech against the minorities. The film Berlin Alexanderplatz (2020) which is the corpus of this research shows how the lives of black immigrants survive and achieve a decent life, so this research focuses on how racism is showed and minority groups are represented in the film Berlin Alexanderplatz (2020). Theory of cinematography by Joseph V. Mascelli, theory of representation by Stuart Hall, qualitative methods and literature review are used to find the meaning of conversation and scenes in the film. The results show that act of racism and the representation of minorities showed through three Franz’s life stages, namely when he has nothing, when he has succeeded in achieving a decent life, and when he returns to his empty life. This research also shows that the minorities are still treated arbitrarily and their existence is underestimated. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Milla Ayu
"Skripsi ini membahas kontestasi narasi resmi yang terdapat dalam buku-buku sejarah Jerman dengan narasi-narasi kecil yang digambarkan dalam film Liebe Mauer (2009) karya Peter Timm. Narasi kecil tersebut antara lain narasi tentang korban penembakan di Tembok Berlin, permasalahan kebebasan di DDR, ideologi negara sosialis, demokrasi di DDR, dan peristiwa runtuhnya Tembok Berlin. Skripsi ini juga membahas memori kolektif masyarakat Berlin terhadap peristiwa atau kejadian pada masa berdirinya Tembok Berlin. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan bahasa untuk merekonstruksi dan merepresentasi makna yang disampaikan Peter Timm melalui filmnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui film Liebe Mauer, Peter Timm berusaha untuk mengkritik narasi resmi mengenai penggambaran peristiwa sejarah pada masa berdirinya Tembok Berlin. Ia juga ingin menampilkan memori kolektif masyarakat Berlin mengenai peristiwa tersebut yang tidak terdapat di dalam narasi resmi.

The focus of this thesis is the contestation of the official narratives found in German history books and individual narratives that are depicted in Liebe Mauer (2009) film by Peter Timm. Individual narratives are narratives of Berlin wall shooting victims, freedom problems in east Germany, the daily practice of state ideology, problem of democracy in east Germany, and the fall of the Berlin wall. This thesis tried to describe about collective memories of Berlin society to Berlin wall during the years of the wall. This research method used is qualitative based on language to make reconstruction and representation of meaning which is conveyed by Peter Timm through his film. The result of this research shows that Peter Timm, through Liebe Mauer, tries to criticize the official narratives of historical events during the years of the Berlin wall. Peter Timm, through his film, shows collective memories of Berlin society to Berlin wall, which can't be found in the official narratives."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S1879
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Ayu Rahma Syifa
"Film Papicha (2019) yang berasal dari Aljazair menceritakan perjuangan perempuan untuk mendapatkan hak dan kebebasan dalam berbusana dan perlakuan setara dengan laki-laki. Artikel ini meneliti gerakan perlawanan dan perjuangan perempuan dalam mempertahankan hak dan meraih kebebasan berdasarkan aspek naratif dan sinematografi film serta analisis perlawanan perempuan melalui kain haïk. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan konsep kajian film Boggs dan Petrie (2018) dan skema aktan A.J Greimas (1983). Untuk memperdalam analisis perlawanan perempuan akan digunakan konsep power feminism Naomi Wolf (1994) dan pendekatan feminisme Islam Mernissi (1991) untuk membahas busana muslim perempuan. Temuan analisis menunjukkan bahwa ada kesadaran perempuan akan kekuasaan atas dirinya sendiri yang direpresi oleh kelompok Islam fundamentalis. Perlawanan yang dilakukan Nedjma dan teman-temannya dalam mendapatkan hak dan kebebasan perempuan dilakukan melalui ekspresi berbusana, pemaknaan baru atas kain haïk, dan tindakan menolak peraturan kelompok Islam fundamentalis.

The film Papicha (2019) from Algeria tells the story of women's struggle to gain rights and freedom in clothing and equal treatment with men. This article examines the resistance movement and women's struggle to defend their rights and achieve freedom based on the narrative and cinematographic aspects of the film as well as an analysis of women's resistance through haïk cloth. This research uses qualitative methods with the film study concept of Boggs and Petrie (2018) and the actant scheme of A.J Greimas (1983). To analyze more about women's resistance, Naomi Wolf's (1994) concept of power feminism and Mernissi's (1991) Islamic feminist approach will be used to discuss Muslim women's clothing. Analysis of the findings shows that there is women's awareness of power over themselves which fundamentalist Islamic groups repress. The resistance carried out by Nedjma and her friends in gaining women's rights and freedom was carried out through expressions of clothing, new meanings for the haïk cloth, and actions to reject the rules of fundamentalist Islamic groups."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>