Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50899 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adelia Rizky Agustine
"Manusia dalam menjalani kehidupannya harus senantiasa berhati-hati, karena pada dasarnya setiap perbuatan baik atau buruk akan menimbulkan balasan (karma) yang sesuai. Dalam budaya Jawa, istilah karma terdapat dalam proposisi ngundhuh wohing pakarti (NWP). Proposisi NWP tergambar pada kehidupan tokoh utama, Sarinem, dalam novel Ontran-Ontran Sarinem (OOS) karya Tulus Setiyadi. Penelitian ini mengkaji mengenai citra tokoh utama, Sarinem, dalam novel OOS dan proposisi NWP yang dikonstruksikan dalam novel OOS. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menggambarkan citra tokoh utama, Sarinem, dikonstruksi dalam novel OOS, 2) menggambarkan proposisi NWP dikonstruksi dalam novel OOS melalui citra tokoh. Hasil penelitian ini memberikan gambaran citra tokoh utama, Sarinem, yang durung njawani karena belum mampu mengendalikan dirinya yang masih melenceng dari etika perempuan Jawa sebagaimana mestinya, dan terdapat konstruksi proposisi NWP yang terdapat dalam novel OOS yang dibagi menjadi nafsu (hawa nepsu) dan egoisme (pamrih). Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa proposisi NWP merupakan gambaran karma yang diterima oleh manusia sesuai dengan perbuatan baik atau buruk yang dilakukannya. Istilah karma tersebut digunakan untuk dapat menjaga perbuatan manusia agar senantiasa menjaga keselarasan kosmos (memayu hayuning bawana) dengan selalu eling lan waspada agar dapat mencapai tujuan kehidupan di dunia yaitu keadaan slamet.

People should always be careful in their life, because everything that people do, no matter it’s good or bad, will return to them as they get what the deserve (karma) appropriately. In Javanese culture, word of karma in the proposition ngundhuh wohing pakarti (NWP). We can see the proposition of (NWP) in Sarinem, as the central character, in Ontran-Ontran Sarinem (OOS) novel by Tulus Setiyadi. This research examines about the image of the central character, Sarinem, in OOS novel and NWP proposition which is constructed in OOS novel. This research is aim for 1) describing image of the central character, Sarinem, constructed in the novel sarinem, 2) describing proposition of NWP constructed in OOS novel trough the characters. Result of this research is giving description of the central character, Sarinem that durung njawani because she hasn’t able to control herself from stray from the ethics of Javanese women as they should, and there are constructions of NWP proposition that we can found in OOS novel which consisting of desire (hawa nepsu) and selfishness (pamrih). This research give conclusion that NWP proposition is depiction that karma that people accept deserves of what they did, good or bad. The word of karma is used for keeping people’s behaviour, so that they can always keeping cosmic harmony (memayu hayuning bawana) by always eling lan waspada, so they can get their life goals in this world, to wit slamet condition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Laily Hikmah
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna kontekstual ungkapan bahasa Jawa dalam novel Ontran-ontran Sarinem karya Tulus Setiyadi. Ungkapan bahasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaya bercerita atau teknik bercerita yang menggunakan ungkapan-ungkapan bahasa dengan tujuan untuk menghidupkan situasi kontekstual yang berkaitan dengan suasana, imajinasi, dan realitas cerita sehingga pembaca merasakan kenyamanan dan kelancaran dalam memahami ceritanya. Ungkapan-ungkapan bahasa dengan sendirinya mengandung konteks ; tujuan atau setting apa yang diinginkan oleh ungkapan-ungkapan bahasa tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa makna kontekstual sangat penting dalam menyampaikan cerita dalam novel, makna kontekstual dapat sangat penting untuk menguatkan tujuan penulis novel, karena novel dapat dikatan bagus dan sempurna adalah dari tersampainya pesan-pesan yang bertujuan baik untuk para pembaca. Namun untuk memahami makna kontekstualnya harus dilakukan anilisis. Hasil dari penelitian yang bersumber dari novel Ontran-ontran Sarinem karya Tulus Setiyadi menyatakan bahwa makna kontekstual ungkapan dalam novel bertujuan untuk membuat cerita novel menjadi lebih hidup. Makna kontekstual dapat diketahui berdasarkan kata/kalimat penanda, peneliti memakai teori makna kontekstual Pateda yang berisi makna konteks orangan, situasi, tujuan, konteks formal/tidak formalnya pembicara, konteks suasana hati, konteks waktu, konteks tempat, konteks objek, konteks kelengkapan alat bicara/dengar pada pembicara/pendengar, konteks kebahasaan, dan konteks bahasa.

The purpose of this study is to describe the contextual meaning of Javanese language expressions in novel Ontran-ontran Sarinem by Tulus Setiyadi. The language expressions referred to in this study are storytelling or storytelling techniques that use language expressions with the aim of reviving contextual situations related to the atmosphere, imagination and reality of the story so that the reader feels comfort and fluency in understanding the story. Language expressions by themselves contain context; the purpose or setting what is desired by the expressions of the language. This shows that contextual meaning is very important in conveying stories in novels, contextual meanings can be very important to reinforce the purpose of the novelist, because the novel can be said to be good and perfect is the delivery of messages that aim well for the readers. But to understand the contextual meaning anilysis must be done. The results from the research of novel Ontran-ontran Sarinem by Tulus Setiyadi state that the contextual meaning of expressions in novels aims to make the novel's story more alive. Contextual meaning can be known based on the word / sentence sentence, the researcher uses the theory of contextual meaning Pateda which contains the meaning of the context of the person, situation, objective, formal / non-formal context of the speaker, mood context, time context, place context, object context, context of the tool / listen to the speaker / listener, language context, and language context."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Farda Fadilatul Alfaieni
"Penelitian ini berkaitan dengan kritik sastra feminis yaitu kajian mengarahkan pada isu perempuan. Persoalan perempuan pada saat ini dapat dihadirkaan melalui gambaran perempuan di kehidupan masyarakat. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini mengenai bagaimana citra perempuan Jawa dalam novel Ontran-Ontran Sarinem karya Tulus Setiyadi dan bagaimana relevansi perempuan dalam novel dengan perempuan ideal di Jawa. Tujuan dalam penelitian ini ialah memberikan gambaran citra perempuan Jawa dalam novel Ontran-Ontran Sarinem dengan implementasian citra perempuan ideal di Jawa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa teknik membaca, mencatat dan mengklasifikasi disertai menggunakan teknik showing dan telling. Hasil penelitian ini menyimpulkan beberapa hal yaitu (1) bahwa citra perempuan dalam novel terbagi menjadi dua yaitu aspek citra fisik dan non fisik. Citra fisik digambarkan tokoh utama Sarinem sebagai perempuan yang memiliki kecantikan yang menawan, pandai merawat diri serta memilik postur tubuh yang proposional. Selanjutnya citra non fisik Sarinem merupakan sosok perempuan yang pasrah, emosi, dan mudah tergoda apabila dilihat dari aspek lingkungan keluarga dan masyarakat. (2) Relevansi citra perempuan yang tergambar dengan perempuan Jawa di serat Suluk Residriya. Hal itu sebagai bahan pembelajaran bagi perempuan dalam menghadapi permasalahan, agar tidak mendekati perilaku buruk.

This research is related to feminist literary criticism, namely the study directs women's issues. Women's issues at this time can be presented through the description of women in people's lives. The problems that will be studied in this research are how the image of Javanese women in the novel Ontran-Ontran Sarinem by Tulus Setiyadi and how the relevance of women in the novel to the ideal woman in Java. The purpose of this study is to provide an overview of the image of Javanese women in the novel Ontran-Ontran Sarinem by implementing the image of an ideal woman in Java. This study used descriptive qualitative method. Data collection techniques include reading, recording and classifying techniques accompanied by showing and telling techniques. The results of this study conclude several things, namely (1) that the image of women in the novel is divided into two, namely aspects of physical and non-physical images. The physical image is described by the main character Sarinem as a woman who has charming beauty, is good at taking care of herself and has a proportional body posture. Furthermore, Sarinem's non-physical image is that of a woman who is submissive, emotional, and easily tempted when viewed from the aspects of the family and community environment. (2) The relevance of the image of women depicted with Javanese women in the Suluk Residriya fiber. This is a learning material for women in dealing with problems, so they don't approach bad behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Rizkinanda
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tema dan amanat atau pesan moral dalam bentuk ungkapan Jawa berbunyi Ngundhuh Wohing Pakarti yang terdapat dalam novel Dahuru Ing Loji Kepencil. Ngundhuh Wohing Pakarti adalah ungkapan Jawa yang memiliki makna memetik hasil perbuatan. Metode yang dilakukan untuk mengetahuinya adalah metode deskriptif-analitis dengan terlebih dahulu menentukan unsur-unsur intrinsik pembangun cerita seperti alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat. Setelah diketahui unsur-unsur tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cerita novel Dahuru Ing Loji Kepencil memiliki pesan moral yang sesuai dengan ungkapan Jawa Ngundhuh Wohing Pakarti yang artinya memetik hasil perbuatan.

Study aims to determine the theme and mandate or moral messages in the form of Javanese phrase reads Ngundhuh Wohing Pakarti contained in Dahuru Ing Loji Kepencil novel. Ngundhuh Wohing Pakarti is a Javanese phrase meaning reap the rewards of behaviour. The method is performed to find out is descriptive analytic method by first determining the intrinsic elements builders stories like plot, character and characterization, setting, theme, and mandate. Having in mind these elements, it can be concluded that the Dahuru Ing Loji Kepencil novel has a moral message that matches the Javanese phrase Ngundhuh Wohing Pakarti meaning reap the rewards of behaviour."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S66451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renny Risthya
"Penelitian ini mengangkat sebuah ungkapan yang dijadikan sebagai pengetahuan budaya oleh masyarakat. Konsep ngundhuh wohing pakarti bukan hanya mengacu pada hasil namun juga berkaitan dengan religiusitas, oleh karena itu menarik untuk diteliti. Untuk itu perlu adanya pembuktian dengan menggunakan analisis teks dalam teks yang berjudul Paramayoga, sehingga dapat memperkuat bahwa konsep karma merupakan cermin dalam segala tindakan masyarakat Jawa. Analisis teks difokuskan pada data yang berupa wacana, kemudian dipilah antara wohing (hasil) dan pakarti (tindakan). Untuk dapat memilah maka diperlukan pemaknaan secara semantis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 35 wacana yang menunjukkan adanya konsep karma (kausalitas). Pesan-pesan yang ditemukan pun terbagi menjadi 6 yaitu, hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan pribadi, hubungan antar personal, hubungan dengan kekuasaan, hubungan dalam pekerjaan, hubungan dalam kompetisi, yang kesemuanya masih relevan untuk diterapkan pada masa kini.

This thesis discusses about Javanese expression that are still exist until now as one of the local genius. The Concept of Ngundhuh Wohing Pakarti is not merely refers to a simple cause and effect relation, but also refers to the spirituality of the people who believe in the concept. This thesis is a research that proven that the concept of karma do exist in Javanese people daily life, through their personal and also social action. A discourse analysis method is being used in revealing the concept of Ngundhuh Wohing Pakarti in Paramayoga Manuscript. Furthermore, to classified the discourses into two parts that are reflect to the meaning of wohing (result/effect) and pakarti (action), a semantic explanation is a being used.
The result of this research reveals that there are 35 discourses that carry the concept of karma (causality). This research also discover 6 types of causality relation in Paramayoga Manuscript that are related to the concept of Ngundhuh Wohing Pakarti. There are: causality relation between man and God, causality relation beetwen ourselves, causality relation between other people, and also causality relation that are exist in a work society and a competition. All of that causality relation that are mentioned still can be found in our daily life, so the concept is still relevant until now.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1696
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tulus Setiyadi
Lamongan: Lentera Ilmu, 2017
899.222 TUL u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Anefia Safitri
"Novel Klelep Ing Samudra Rasa karya Tulus Setiyadi menceritakan tentang tokoh Dewi sebagai orang ketiga dalam pernikahan Panji dan Septi. Posisi tersebut menimbulkan konflik batin dalam diri Dewi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk serta gelaja-gejala konflik batin, serta menguraikan faktor pemicu konflik batin yang dialami tokoh Dewi pada novel Klelep Ing Samudra Rasa karya Tulus Setyadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori Psikologi sastra, sedangkan pembahasan mengenai konflik batin mendasarkan pada pendapat Muis (2009). Data penelitian ini adalah satuan peristiwa berupa teks kalimat yang berhubungan dengan konflik batin tokoh Dewi. Hasil penelitian ini adalah (1) Bentuk-bentuk konflik batin tokoh berupa perasaan depresi, obsesi, cemas, perasaan bersalah, perasaan takut, serta frustasi. (2) Faktor pemicu terjadinya konflik batin tokoh Dewi di antaranya; faktor latar belakang hidup Dewi, faktor ketertarikan fisik kepada Panji, dan perhatian serta kasih sayang yang oleh Panji. (3) Adanya kontradiksi antara sikap batin tokoh Dewi dengan sikap batin yang tepat menurut kebudayaan Jawa. Kesimpulan pada penelitian ini adalah dalam berfikir, berperilaku, serta bersikap sepatutnya mengedepankan akal budi dan memperhatikan apa yang ada di luar diri, serta mengesampingkan hawa nafsu jahat dan egoisme pribadi dengan tujuan meminimalisir terjadinya konflik-konflik supaya mendapat kehidupan yang tentram dan slamet.

The novel Klelep Ing Samudra Rasa by Tulus Setiyadi tells the story of Dewi as the third person in Panji and Septi's marriage. This position causes inner conflict in Dewi's self. The purpose of this study is to analyze the forms and symptoms of inner conflict, and to describe the factors that trigger inner conflict in Dewi's character in the novel Klelep Ing Samudra Rasa by Tulus Setyadi. The method used in this study is a qualitative descriptive method using literary psychology theory, while the discussion of inner conflict is based on the opinion of Muis (2009). The data of this research is the unit of events in the form of text sentences related to the inner conflict of the character Dewi. The results of this study are (1) The forms of inner conflict of the characters in the form of feelings of depression, obsession, anxiety, guilt, feelings of fear, and frustration. (2) The triggering factors for the inner conflict of Dewi's character include; Dewi's background, physical attraction to Panji, and Panji's attention and affection. (3) There is a contradiction between the inner attitude of the Dewi character and the appropriate inner attitude according to Javanese culture. The conclusion of this study is that in thinking, behaving, and acting, it is appropriate to prioritize reason and pay attention to what is outside of oneself, and to put aside evil desires and personal egoism with the aim of minimizing conflicts in order to have a peaceful and slamet."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Auliyaa Muhammad Hesa Putra
"Dalam kultur keluarga Jawa kerap kali terjadi situasi seorang anak dituntut untuk selalu menghormati orang tuanya. Hal ini sering memunculkan konflik dalam diri seorang anak karena ia dituntut untuk selalu mengikuti kemauan orang tuanya yang kemudian direpresentasikan oleh tokoh Fitri dalam novel Uran-Uran Katresnan. Penelitian ini membahas bagaimana Fitri menyikapi konflik batinnya yang dikaitkan dengan teori Id, Ego dan Super ego oleh Freud (1983) serta mengaitkannya dengan sikap nrima orang Jawa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dari Moleong (2002: 14) dengan pendekatan objektif dari Abrams (dalam Teeuw, 1984: 135), sikap nrima dalam budaya Jawa dari De Jong (1976: 19). Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah tokoh utama Fitri menerapkan nilai nrima melalui empat sikap, yaitu: sikap tidak memberontak, sikap menerima takdir, sikap bereaksi dengan rasional, dan sikap kesadaran diri.

In Javanese family culture, there is often a situation where a child is required to always respect their parents. This often creates conflict in a child because he/she is required to always follow the will of their parents who are then represented by the character Fitri in the novel Uran-Uran Katresnan. This research discusses how Fitri responded to his inner conflict associated with the theory of Id, Ego and Super ego by Freud (1983) and associated it with nrima of Javanese people. This research uses qualitative descriptive method from Moleong (2002: 14) with objective approach from Abrams (in Teeuw, 1984: 135), nrima in Javanese culture from De Jong (1976: 19). The results obtained in this study are the main figures of Fitri applying nrima values through four attitudes, namely: attitude of not rebellious, attitude of accepting destiny, attitude of reacting rationally, and attitude of self-awareness."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Luhur Pambudi
"Penelitian ini menganalisis karakter tokoh utama pada novel berbahasa Jawa yaitu novel Mitra Sejati karya Tulus Setiyadi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memaparkan karakter tokoh utama yang terdapat dalam Novel Mitra Sejati karya Tulus Setiyadi. Dalam menuliskan cerita pada novel ini, pengarang tidak begitu saja menyajikan karakter yang dimiliki para tokoh, namun pengarang menyajikannya melalui percakapan, tingkah laku tokoh, proses berfikir, serta reaksi yang diberikan oleh setiap tokoh dalam cerita. Peneliti perlu melakukan pengkajian yang lebih mendalam untuk memahami dan mengetahui karakter yang ada pada tokoh utama. Penelitian ini perlu dilakukan karena peneliti melihat suatu ide gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang novel melalui karakter tokoh yang ditampilkan dalam cerita novel Mitra Sejati. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, dengan pendekatan intrinsik serta fokus penelitian pada tokoh/penokohan. Penelitian ini menggunakan teori pelukisan tokoh dengan delapan teknik dramatik oleh Burhan Nurgiyantoro. Delapan teknik tersebut adalah: teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik pikiran dan perasaan, teknik arus kesadaran, teknik reaksi tokoh, teknik reaksi tokoh lain, teknik pelukisan latar, dan teknik pelukisan fisik. Dengan teori yang digunakan, peneliti menemukan karakter tokoh utama pada novel ini, antara lain: rajin, disiplin, optimis, rasa ingin tahu, peduli, bertanggung jawab, mandiri, sabar, teguh dengan pendirian, dan solidaritas yang tinggi.

This research analyzes the main character of the novel in Javanese language, named the novel Mitra Sejati by Tulus Setiyadi. This research aims to describe the characteristic of the main character in Novel Mitra Sejati by Tulus Setiyadi. In writing a story in this novel, the author does not just present the characteristic of the characters, but the author presents them through conversation, character behavior, thought processes, and reactions given by each character in the story. Researcher needs to do deeper review to understand the characteristic of the main character. This research needs to be done because the researcher sees an idea that the novel author wants to convey through the characters that are featured in the novel Mitra Sejati. This research uses a descriptive analysis method, with an intrinsic approach and a research focus on the characters/characterizations. This research uses character portrayal theory with eight dramatic techniques by Burhan Nurgiyantoro. The eight techniques are: conversational techniques, behavior techniques, mind and feeling techniques, awareness process techniques, character reaction techniques, other character reaction techniques, background visualize techniques, and physical depiction techniques. With the theory used, the researcher found the main characters in this novel, that are: diligent, disciplined, optimistic, curious, caring, responsible, independent, patient, persistent with a stand, and high solidarity"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Angelin
"Penelitian ini mengkaji konsep nrima ing pandum dalam novel Langit Mendhung Sajroning Pangangen karya Tulus Setiyadi 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkapkan dan menjelaskan konsep nrima ing pandum yang terwujud dalam novel Langit Mendhung Sajroning Pangangen. Pendekatan yang digunakan adalah perspektif antroporeligio sastra Harsojo, 1986; Koentjaraningrat, 2009. Hasil penelitian ini adalah pengetahuan mengenai konsep nrima ing pandum yang sangat penting karena konsep tersebut masih memiliki relevansi di masa kini.

The focus of this study is nrima ing pandum concept in Langit Mendhung Sajroning Pangangen novel by Tulus Setiyadi 2017. The purpose of this study is to reveal and explain about nrima ing pandum concept which is contained in Langit Mendhung Sajroning Pangangen novel. This study uses the anthroporeligio literature theory Harsojo, 1986 Koentjaraningrat, 2009. The result of this study is knowledge about nrima ing pandum concept which is important because the concept still has relevance in the present."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>