Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156167 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adianty Kartika
"Latar belakang: Asuhan antenatal atau antenatal care (ANC) merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan tenaga kesehatan kepada ibu hamil dengan salah satu asuhan yang dilakukan adalah pemantauan pertumbuhan janin. Salah satu modalitas pemantauan pertumbuhan janin yang sederhana dan memiliki sensitivitas tinggi adalah pengukuran tinggi fundus uteri secara serial. Berbagai studi internasional tentang normogram tinggi fundus uteri sesuai populasi tertentu telah dilakukan dan diaplikasikan sebagai pemantauan pertumbuhan janin. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian nomogram tinggi fundus uteri dengan populasi normal di Jakarta agar mendapatkan normogram tinggi fundus uteri sebagai salah satu modalitas pemantauan pertumbuhan janin. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain longitudinal yang dilakukan pada ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di 4 Rumah Sakit dan 4 Pusat Kesehatan Masyarakat di DKI Jakarta selama bulan Juli 2020 sampai April 2021. Pemeriksaan tinggi fundus uteri dilakukan pada usia kehamilan 16 sampai 42 minggu berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT) dan pengukuran CRL trimester I. Nomogram tinggi fundus uteri dipresentasikan dalam model regresi quadratic dengan persentil 10, 50, 90. Hasil: Sebanyak 947 pengukuran tinggi fundus uteri dari 321 subjek penelitian dilakukan analisis dan diolah menjadi nomogram tinggi fundus uteri dengan persentil 10, 50, 90. Dan didapatkan rumus persamaan regresi kuadrat TFU (cm) = -9,355 – 0.008(usia kehamilan)2 + 1.4(usia kehamilan) dengan R Square 0.912 (p < 0.05). Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan nomogram tinggi fundus uteri pada populasi normal di Jakarta dengan persentil 10, 50 dan 90 yang diharapkan dapat menjadi salah satu modalitas untuk memantau pertumbuhan janin dan mendeteksi kelainan pertumbuhan janin. Kata kunci: nomogram, tinggi fundus uteri, usia kehamilan.

Background: Antenatal care (ANC) is a health care service provided by health workers to pregnant women, including monitoring fetal growth. Serial measurement of the fundal height (FH) is simple and sensitive modality for monitoring fetal growth. International studies on FH nomograms according to certain populations have been carried out and applied for monitoring of fetal growth. Therefore, it is necessary to conduct a research on FH nomogram with normal population in Jakarta as one of modality for monitoring fetal growth. Objective: To obtain a nomogram of FH according to gestational age in uncomplicated pregnant women based on the normal population in Jakarta. Methods: A descriptive observational study with a longitudinal design was conducted on pregnant women who met the inclusion but not exclusion criteria at 4 Hospitals and 4 Public Health Centers in Jakarta from July 2020 to April 2021. FH measurements were carried out from pregnant women with gestational age 16 to 42 weeks based on the first day of last menstrual period (LMP) and 1st trimester CRL measurement. The nomogram for FH was presented in a quadratic regression model with 10th, 50th, 90th percentiles. Results: FH nomogram with the 10th, 50th, 90th percentiles were derived from 947 measurements of 321 subjects. The quadratic regression equation formula is FH (cm) = -9.355 - 0.008 (gestational age)2 + 1.4 (gestational age) with R Square 0.912 (p <0.05). Conclusion: It was found that the fundal height nomogram of the normal population in Jakarta is expected to be one of the modalities for monitoring and detecting fetal growth abnormalities. Keywords: nomogram, fundal height, gestational age
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rumondang, Amanda
"Latar Belakang : Pertumbuhan janin merupakan hasil interaksi kompleks faktor maternal-fetal-plasenta. Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan antenatal, terutama mencegah morbiditas dan menurunkan mortalitas perinatal, maka penilaian pertumbuhan janin perlu dilakukan agar dapat mendeteksi dini adanya gangguan pertumbuhan janin. Hingga saat ini, cara terbaik dalam menilai pertumbuhan janin dilakukan melalui penggunaan nomogram biometri janin. Akurasi penilaian pertumbuhan dan deteksi dini gangguan pertumbuhan semakin meningkat jika nomogram yang digunakan berdasarkan populasi normal tertentu. Selain menggunakan nomogram biometri, penilaian pertumbuhan janin juga dapat dilakukan dengan mengukur taksiran berat janin. Belum ada publikasi penelitian nomogram biometri janin serta formula taksiran berat janin berdasarkan populasi normal yang dipublikasikan di Indonesia. Adanya nomogram biometri janin dan formula taksiran berat janin berdasarkan populasi normal sangat bermanfaat dalam menilai pertumbuhan janin dan deteksi dini gangguan pertumbuhan janin dengan akurasi yang lebih baik.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nomogram biometri janin dengan pendekatan persentil dan formula taksiran berat janin yang dapat direkomendasikan berdasarkan populasi.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan dua tahapan penelitian. Tahap pertama merupakan penelitian deskriptif retrospektif untuk mendapatkan nomogram biometri janin dengan pendekatan persentil. Tahap kedua penelitian merupakan penelitian analitik retrospektif untuk melihat kesesuaian formula taksiran berat janin berdasarkan populasi. Penelitian menggunakan data pemeriksaan USG di Divisi Fetomaternal-Klinik Anggrek dan data rekam medis RSUPN Cipto Mangunkusumo sepanjang Januari 2015 hingga April 2016. Data penelitian didokumentasikan pada case report form dan ditabulasi menggunakan software Microsoft Excell 2011 Version 14.7.0 161029 . Analisis data kedua tahap penelitian menggunakan SPSS 20.0 dan Matlab R2016a.
Hasil Penelitian : Dari total 6169 data wanita hamil yang melakukan pemeriksaan USG , didapatkan 2205 sampel data yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Keseluruhan data dilakukan distribusi selanjutnya melalui metode persentil dihasilkan nomogram biometri janin berdasarkan populasi dengan pendekatan persentil mulai dari usia kehamilan 20 minggu hingga 40 minggu. Hasil penelitian selanjutnya didapatkan Formula Hadlock 3 BPD, AC dan FL merupakan formula paling sesuai digunakan pada populasi dikehamilan aterm -401,46 - 645,79; 1047,25; SD 267,16 ; dan dikehamilan preterm -225,64 - 361,17; 586,80; SD 149,69.
Kesimpulan : Gambaran nomogram yang didapatkan merupakan nomogram biometri serta nomogram taksiran berat janin modifikasi Hadlock 3 berdasarkan populasi normal dan formula taksiran berat janin yang direkomendasikan paling sesuai berdasarkan populasi normal adalah Hadlock 3 BPD, AC, FL.

Background Fetal growth is a result from a complex interaction between maternal fetal placenta factors. In order to increase quality of ante natal care in preventing perinatal morbidity and decreasing perinatal mortality, an evaluation of fetal growth must be conducted with the aim of early detection of fetal growth disturbances. Therefore, application of fetal biometry nomogram is the best method in monitoring and detecting fetal growth disturbances. Evaluation of fetal growth and detection of fetal growth disturbance will be more accurate if based on specific normal population. Other method in monitoring fetal growth is by calculating estimated fetal weight. Fetal biometry nomogram and estimated fetal weight formula based on population are very useful and more accurate in evaluating and early detecting fetal growth disturbances.
Objectives To establish fetal biometry nomogram using percentile and the most appropriate estimated fetal weight formula based on population.
Methods A retrospective study devided into two stage of research. First stage, a descriptive retrospective study in order to get fetal biometry nomogram using percentile. Second research, an analytic retrospective study to determine the most appropriate estimated fetal weight formula based on population. Data collected from ultrasonography examination result in Fetomaternal Division Anggrek Clinic and from medical record Cipto Mangunkusumo General Hospital, from January 2015 until April 2016. Data being documented using case report form and being tabulated using Microsoft Excell 2011 Version 14.7.0 161029. Both data were analyzed using SPSS 20.0 dan Matlab R2016a.
Results From 6169 pregnant women underwent ultrasonography examination, 2205 data were collected according to inclusion criteria. All data were being distributed and by using percentile method fetal biometry nomogram were established, from 20 wga until 40 wga. For second research, the most appropriate formula recommended to use based on population were Hadlock 3 BPD, AC, FL in term pregnancy 401,46 645,79 1047,25 SD 267,16 and preterm pregnancy 225,64 361,17 586,80 SD 149,69.
Conclusion A fetal biometry and modified estimated fetal weight nomogram were established and the most appropriate estimated fetal weight formula being recommended based on normal population were Hadlock 3 BPD, AC, FL."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rossy Yulianti
"ABSTRAK

Latar belakang. Meningkatnya usia harapan hidup menambah jumlah populasi dewasa dan usia lanjut yang menyebabkan meningkatnya gangguan fungsi kognitif, salah satunya adalah fungsi eksekutif. Pemeriksaan Trail Making Test merupakan salahsatu instrumen untuk pemeriksaan fungsi eksekutif. Trail Making Test dapat dipengaruhi faktor demografi seperti usia dan tingkat pendidikan, selain itu, saat ini belum ada nilai normal waktu rerata Trail Making Test di Indonesia.

Metode. Studi ini dilakukan secara potong lintang pada 200 subyek dengan kognitif normal yang terdiri atas 55 subyek laki-laki dan 145 subyek perempuan berusia >18 tahun.

Hasil. Pada penelitian ini, dari keseluruhan subyek didapatkan waktu rerata dari TMT-A adalah 41,39±17,877 detik dan TMT-B adalah 82,82±35,05 detik. Pada kelompok berdasar tingkat pendidikan, waktu rerata TMT-A &TMT-B kelompok dengan tingkat pendidikan ≤12 tahun adalah 47,21±17,97 detik & 98,12±33,70 detik dan kelompok dengan tingkat pendidikan >12tahun adalah 36,62±16,39 detik & 70,29±31.04 detik. Pemeriksaan TMT-A dan TMT-B berdasarkan kelompok usia dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok usia 18-39 tahun, 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun dan ≥70 tahun. Untuk kelompok usia 18-39 tahun, waktu rerata TMT-A dan TMT-B adalah 22,85±6,15 detik dan 44,90±14,69 detik, kelompok usia 40-49 tahun 37,45±11,82 detik dan 71,60±25,51 detik, kelompok usia 50-59 tahun 44,15±16,39 detik dan 86,72±27,91 detik, kelompok usia 60-69 tahun 48,52±17,48 detik dan 98,50±27,26 detik, sedangkan kelompok usia ≥70 tahun 53,95±16,97 detik dan 112,35±33,35 detik. Tidak ada perbedaan bermakna waktu rerata TMT-A & TMT-B pada kelompok berdasar jenis kelamin.

Kesimpulan. Telah didapatkan rerata waktu Trail Making Test pada kognitif normal. Usia dan tingkat pendidikan secara bermakna mempengaruhi waktu rerata Trail making Test.


ABSTRACT

 


Background.  With a rapidly aging population would increase the incidence of cognitive impairment, which one of them was executive function. The Trail Making Test is among the most widely used neuropsychological assesment instrument as an indicator of executive functioning. The demografic factor such as age and level of eductaion could effect on the performance of the trail Making Test and this study would provide normative information in normal cognitive population in Indonesia

Method. The study was a cross sectional study involving 200 normal cognitive subject consist of 55 males and 145 females which age ranging more than 18.

Results. In this study, the whole mean score for TMT-A & TMT-B were  41,39±17,877 sec & 82,82±35,05 sec. Based on level of education, the mean score of TMT-A & TMT-B for education ≤12 years were 47,21±17,97 sec & 98,12±33,70 sec & for education >12 years were 36,62±16,39 sec & 70,29±31.04 sec. The mean score of TMT-A & TMT-B for age 18-39 year, were 22,85±6,15 sec & 44,90±14,69 sec, for 40-49 year were 37,45±11,82 sec & 71,60±25,51 sec,  for age 50-59 year were 44,15±16,39 sec & 86,72±27,91 sec, for age  60-69 year were 48,52±17,48 sec & 50±27,26 sec & for age ≥70 year were 53,95±16,97 sec & 112,35±33,35 sec. There is no significant differences of mean scores TMT between male and female.

Conclusion. The mean score of Trail Making Test in normal cognitive has been found. Age as well as level of education have significant effect on mean score of the Trail Making Test.

 

 

"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yonian Gentilis Kusumasmara
"Latar belakang: Refluks cairan lambung ke struktur laring dapat menyebabkan kerusakan pada pita suara. Stroboskopi adalah pemeriksaan penunjang untuk melihat struktur dan fungsi vibrasi pita suara yang dapat mendeteksi secara dini kelainan pada pita suara dan dapat menunjang diagnosis refluks laringofaring (RLF).
Tujuan penelitian: Mengetahui struktur dan fungsi vibrasi pita suara pada pasien RLF dibandingkan dengan pasien normal, serta mengetahui skor temuan refluks (STR) dengan menggunakan stroboskopi laring pada pasien RLF dibandingkan dengan menggunakan rinofaringolaringoskopi serat lentur.
Metode: Penelitian komparatif cross sectional yang dilakukan di URJT Departemen THT FKUI-RSCM pada bulan Agustus 2018 hingga Februari 2019 dengan subyek penelitian terdiri dari 27 orang pada masing-masing kelompok pasien RLF dengan pasien normal.
Hasil: Delapan dari 10 parameter stroboskopi laring pada kelompok RLF berbeda secara bermakna dibandingkan dengan kelompok normal, antara lain parameter amplitudo, gelombang mukosa, sifat vibrasi, aktifitas supraglotis, tepi pita suara, simetri, periodisitas, dan perbandingan fase tertutup dan terbuka. Selain itu terdapat perbedaan bermakna Skor Temuan Refluks (STR) yang dinilai dengan rinofaringo-laringoskopi (RFL) serat optik lentur cahaya konstan dibandingkan dengan stroboskopi laring, khususnya pada parameter edema subglotis, edema plika vokalis, dan hipertrofi komisura posterior.

Background: Reflux of gastric juice may damage the vocal cords. Stroboscopy is one of supporting examination to explore the structure and vibratory function of vocal cords that has main role in early diagnosis of vocal cords abnormality and sharpened laryngopharyngeal reflux (LPR) diagnosis.
Purpose: To determine differences of structure and vabratory function in LPR patients compared with normal patients, and to determine the differences of reflux finding score (RFS) using stroboscopy with flexible rhinopharyngolaryngoscopy.
Methods: Comparatif cross sectional study was conducted in ENT Outpatient Clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital since August 2018 untill February 2019 with 27 subjects in each group of patient with LPR and normal group.
Result: Eight from 10 stroboscopy parameters is significantly different between LPR group and normal group, ie. vibratory amplitude, mucosal wave, vibratory behaviour, supraglottic activity, vocal folds edge, symetry, periodicity, and open closed phase comparation. Besides, there was a significant difference between Reflux Finding Score (RFS) evaluated using flexible rhinopharyngolaryngoscopy and using laryngeal stroboscopy, particularly in subglottic edema, vocal cords edema, and hypertrophy of posterior commisure.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Rahmania
"Besar pembukaan mulut dapat digunakan untuk menilai fungsi sendi temporomandibula. Ukuran besar pembukaan mulut bervariasi, namun di Indonesia belum ada data mengenai rata-rata besar pembukaan mulut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata besar pembukaan mulut masyarakat Indonesia dan menganalisis hubungannya dengan jenis kelamin dan tinggi badan. Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang pada 182 subjek berusia 17–22 tahun dari mahasiswa Universitas Indonesia. Hasil uji analisis t tidak berpasangan menunjukkan perbedaan yang signifikan antara rata-rata besar pembukaan mulut wanita dan laki-laki (p<0.05), dengan rata-rata laki-laki (44.8-4.9mm) lebih besar dibandingkan wanita (37.6-4.9mm). Hasil uji analisis ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan pada rata-rata besar pembukaan mulut antar kelompok tinggi badan (p<0.05). Oleh karena itu, terdapat hubungan antara besar pembukaan mulut dengan jenis kelamin dan tinggi badan.

Mouth opening can be used for assessing the function of temporomandibular joint. The average of mouth opening data differs in various population and the aim of this study is to investigate the mean of normal mouth opening in Indonesian population and to analyze the difference in between gender and height groups. Cross sectional study was conducted on 182 subjects aged 17 - 22 from Universitas Indonesia. Independent t test showed significant differences between male and female (p<0.05), with male (44.8-4.9mm) significantly higher than female (37.6-4.9mm). One way ANOVA test also showed significant difference between the higher and lower height groups (p<0.05). Thus, mean mouth opening differ significantly in between gender and height groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Afriansyah
"Model prediksi kesintasan kanker prostat metastasis tulang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Namun, model prediksi kesintasan kanker prostat metastasis tulang pra-terapi belum pernah dialukan sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor klinis yang mempengaruhi ketahanan hidup (survival) pada kanker prostat dengan metastasis tulang serta mengembangkan nomogram prognostik ketahanan hidup pada pasien dengan kondisi tersebut. Terdapat 392 subyek dengan kanker prostat dengan metastasis tulang yang mendapat terapi Androgen Deprivation Therapy (ADT) dalam penelitian ini. Parameter pra-perawatan dianalisis menggunakan model cox-proportional untuk mengidentifikasi prediktor ketahanan hidup secara keseluruhan. Kovariat yang menunjukkan nilai signifikansi secara statistik pada analisis multivariat akan dipakai untuk membentuk nomogram. Model prediktor linier digunakan untuk mengembangkan nomogram. Nilai median ketahanan hidup keseluruhan adalah 40,3 bulan (95% CI: 32.2 - 48.5). Analisis univariat menunjukkan bahwa T-stage, Gleason Score, nilai antigen spesifik prostat inisial, dan jumlah lesi metastasis merupakan faktor-faktor prognostik independen terhadap angka ketahanan hidup keseluruhan. Semua prediktor ini tetap menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik sebagai faktor prognostik independen pada analisis model multivariat cox-regression. Nomogram yang terbentuk dari faktor-faktor prediktor tersebut menunjukkan diskriminasi yan baik dalam memprediksi ketahanan hidup dalam 5 tahun dengan area under the curve (AUC) sebesar 0.69. Kesepakatan yang diterima dari probabilitas yang diamati dan diprediksi telah dinilai dalam plot kalibrasi. Nilai median ketahanan hidup keseluruhan adalah 40,3 bulan. Prediksi nomogram ini dapat berguna sebagai alat untuk memprediksi angka ketahanan hidup keseluruhan pada sebelum terapi kanker prostat metastasis, secara spesifik pada populasi Indonesia. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memberikan validasi eksternal untuk mendukung penggunaan nomogram ini.

A survival prognostic model of prostate cancer with bone metastasis had been done before. However, a prognostic model of pre-treatment prostate cancer with bone metastasis had not yet done. This study aims to analyze the clinical factors among bone-metastatic prostate cancer and their relationships with survival as well as to develop a prognostic nomogram for overall survival in patients with this condition. This study included 392 patients with bone metastatic prostate caner treated with androgen deprivation therapy. Pre-treatment parameters were analyzed using cox-proportional hazard model to identify the predictors of overall survival. Covariates, which showed statistical significance on multivariate analysis, were used to develop a nomogram. Linear predictor model was utilized to develop the nomogram. Median overall survival was 40.3 months (95% CI: 32.2 to 48.5). Univariate analysis showed that clinical T-stage, Gleason Score, initial prostate specific antigen value, and number of metastatic lesion were independent prognostic factors for OS. These predictors still remained significant as independent prognostic factors for overall survival following analysis using multivariate cox-regression model. The nomogram constructed from those prognostic factors showed good discriminaton for predicting the 5-year OS with an Area Under the Curve of 0.69. Acceptable agreement of the observed and predicted probabilites was observed in the calibration plot. The median overall survival of patient with bone metastatic prostate cancer was 40.3 months. The prediction nomogram might be a useful tool for predicting overall survival in pre-treatment bone metastatic prostate cancer, specifically among Indonesian patients. Further studies are needed to provide external validation to support the utilization of this nomogram."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pricilla Yani Gunawan
"ABSTRAK
Latar Belakang
Obstructive Sleep Apnea (OSA) merupakan faktor risiko stroke yang belum lama
diketahui dan salah satu metode skrining OSA adalah kuesioner STOP-Bang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi risiko OSA menggunakan
kuesioner STOP-Bang dan melihat hubungannya dengan faktor risiko stroke lain.
Metode
Studi secara potong lintang. Sebanyak 202 subjek berusia ≥ 35 tahun non stroke,
dari lima wilayah Jakarta bulan April hingga Juni 2013, diwawancara tentang
kuesioner STOP-Bang dan faktor resiko vaskular lain, kemudian dianalisa.
Hasil
Sebanyak 100 subjek (49.5%) memiliki risiko tinggi OSA, dimana 70%
diantaranya adalah pria dan risiko meningkat seiring dengan peningkatan usia.
Item pertanyaan dengan nilai estimasi kemungkinan risiko paling tinggi adalah
lingkar leher (p=0.000, OR 23.5; 95%CI 5.5-101.5), diikuti dengan berhenti
bernapas saat tidur (p=0.000, OR 22.9; 95%CI 6.8-77.4), mendengkur (p=0.000,
OR 19.1; 95%CI 9.3-38.9), jenis kelamin (p=0.000, OR 5.9; 95%CI 3.2-10.8),
kelelahan di siang hari (p=0.000, OR 4.3; 95%CI 2.4-7.7), usia (p=0.000, OR 4.1;
95%CI 2.3-7.3) dan riwayat pengobatan tekanan darah (p=0.000, OR 3.9; 95%CI
1.9-8). Item indeks massa tubuh tidak dapat dianalisa. Faktor-faktor risiko stroke
lain berhubungan dengan risiko tinggi OSA dengan kontribusi secara berturutan
dari yang paling tinggi adalah aritmia (p=0.000, OR 9.5; 95%CI 2.1-42.6),
diabetes melitus (p=0.000, OR 4.5; 95%CI 1.9-11), merokok (p=0.000, OR 3.7;
95%CI 1.9-6.9), hipertensi (p=0.000, OR 3.6; 95%CI 2-6.5), obesitas sentral
(p=0.002, OR 2.6; 95%CI 1.4-4.7), dan dislipidemia (p=0.046, OR 2.1; 95%CI 1-
4.1).
Kesimpulan
Semua item pertanyaan kuesioner, kecuali indeks massa tubuh, menunjukkan
perbedaan yang bermakna antara risiko tinggi dan risiko rendah OSA. Faktor
risiko stroke lain yang memiliki estimasi risiko OSA dari yang paling tinggi
adalah aritmia, diikuti dengan diabetes melitus, merokok, hipertensi, obesitas
sentral, dan dislipidemia

ABSTRACT
Background
Obstructive Sleep Apnea (OSA) is one of the recent stroke risk factor to be
discovered. One screening method is the STOP-Bang questionnaire. The purpose
of this study is to know the prevalence of high risk OSA using the STOP-Bang
questionnaire and analyze its correlation to other stroke risk factors.
Methods
As much as 202 subjects age ≥ 35 years old who never had a stroke, were
analysed cross sectionally, from five regions of Jakarta, between April 2013 until
June 2013. Each subject was interviewed using the STOP-Bang questionnaire,
and other stroke risk factors, and then analysed
Results
As much as 100 subjects (49.5%) had high risk OSA, whereas 70% of them were
male and the risk of developing OSA increases with age. Questionnaire’s item
with the highest odds ratio were neck circumference (p=0.000, OR 23.5; 95%CI
5.5-101.5), followed by observed of not breathing(p=0.000, OR 22.9; 95%CI 6.8-
77.4), snoring (p=0.000, OR 19.1; 95%CI 9.3-38.9), sex (p=0.000, OR 5.9;
95%CI 3.2-10.8), daytime sleepiness (p=0.000, OR 4.3; 95%CI 2.4-7.7), age
(p=0.000, OR 4.1; 95%CI 2.3-7.3) and history of hypertensive treatment
(p=0.000, OR 3.9; 95%CI 1.9-8). Body mass index could not be analysed. Other
stroke risk factors that correlate with high risk OSA from the greatest likelihood
were arrhytmia (p=0.000, OR 9.5; 95%CI 2.1-42.6), diabetes melitus (p=0.000,
OR 4.5; 95%CI 1.9-11), smoking (p=0.000, OR 3.7; 95%CI 1.9-6.9),
hypertension (p=0.000, OR 3.6; 95%CI 2-6.5), central obesity (p=0.002, OR 2.6;
95%CI 1.4-4.7), and dyslipidemia (p=0.046, OR 2.1; 95%CI 1-4.1).
Conclusions
All of the questionnaire items, except body mass index, revealed significant
difference between high risk and low risk OSA. Other stroke risk factors from the
greatest likelihood to coincide with high risk OSA were arrhtmia, diabetes
mellitus, smoking, hypertension, central obesity, and dyslipidemia"
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Tahfizul Ramadhani
"ABSTRAK
Tujuan: Untuk mengetahui distribusi hasil uji DNA HPV pada populasi serviks normal dengan hasil IVA negativ di Jakarta. Metode: Studi deskriptif, retrospektif, consecutive sampling. Data penelitian diambil dari rekam medis pasien di Poliklinik Ginekologi, Kolposkopi, dan Onkologi Ginekologi Departemen Obstetri dan Ginekologi RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, Puskesmas, dan fasilitas kesehatan lain yang ditunjuk pada See and Treat Female Cancer Program (FCP) di Jakarta, dan di Poliklinik Women s Health Center (WHC) Kencana RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Hasil: 1210 subjek, prevalensi infeksi HPV pada IVA negatif sebesar 4,4. Prevalensi HPV positif dihubungkan dengan jumlah pernikahan (satu kali vs lebih dari satu kali) 94,3% vs 5,7%; awitan berhubungan seksual dini (<20 tahun vs ≥20 tahun) 20,8% vs 79,2%; kebiasaan merokok (ya vs tidak) 5,7% vs 94,3%. Kesimpulan: IVA merupakan metode yang memiliki akurasi yang baik, sehingga hasil penelitian ini memperkuat rekomendasi bahwa IVA dapat dijadikan metode skrining di Indonesia. Perlu diberikan perhatian khusus agar metode ini dapat dijadikan metode skrining pada praktik klinik sehari-hari, dalam bentuk penggiatan pelatihan secara periodik dan pengayaan praktik.

ABSTRACT
Objective: To investigate the distribution of HPV DNA result in normal cervical population with negative VIA result in Jakarta. Methods: Descriptive study, retrospective, consecutive sampling. Study data was taken from patient s medical record in gynecology, colposcopy, and gynecology oncology polyclinic of obstetrics and gynecology department Cipto Mangunkusumo Hospital in Jakarta, public health center, and other health facilities which were appointed at See and Treat Female Cancer Program (FCP) in Jakarta, and Women s Health Center (WHC) Kencana Polyclinic in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Results: 1210 subjects, 4,4% HPV infection prevalence on negative VIA. Positive HPV prevalence associated with number of marriage (once vs more than once) was 94,3% vs 5,7%; onset of sexual intercourse (< 20-year-old vs ≥ 20-year-old) was 20,8% vs 79,2%; smoking habits (yes vs no) was 5,7% vs 94,3%. Conclusion: VIA is one of the methods with good accuracy, therefore this study result reinforces the recommendation that VIA can be used as a screening method in Indonesia. A special attention is needed in order for this method to become screening method on daily practice, in the form of periodic training activities and enrichment practices."
2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widya
"ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Penggunaan ultrasonografi USG pada penderita sindrom terowongan karpal STK telah banyak dilakukan, tetapi belum diketahui nilai normal luas penampang lintang nervus medianus pada populasi Indonesia.Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang komparatif menggunakan data primer. Penelitian dilakukan dari bulan Februari sampai Maret 2017. total sampel 40 orang, 20 orang masing-masing kelompok subjek normal dan STK. Subjek normal dan STK yang telah terbukti melalui pemeriksaan konduksi hantaran saraf KHS , dilanjutkan dengan pemeriksaan USG pada level proksimal inlet. Dilakukan evaluasi pengukuran luas penampang lintang nervus medianus dan dibandingkan antara kedua subjek.Hasil: Nilai rata- rata luas penampang lintang nervus medianus proksimal inlet pada subjek normal 8,3 mm2 SD /- 1,4 , sedangkan populasi STK 15,4 mm2 SD /- 4,4 . Kurva receiver operating characteristics ROC memperlihatkan titik potong 10,6 mm2 dengan sensitivitas 95 dan spesifisitas 95 p

ABSTRACT
Background and purpose The use of ultrasound US in patients with carpal tunnel syndrome CTS has been done, but not yet known the normal value of cross sectional area of the median nerve in the Indonesian population.Methods The study used a comparative cross sectional design using primary data. The study was conducted from February to March 2017. a total sample of 40 people, 20 individuals in each normal and CTS subject group. Normal and CTS proven subjects through nerve conduction studies NCS , followed by US examination at the inlet proximal level. We evaluated the measurements of the cross sectional area of the median nerve and compared between the two subjects.Result The mean value of the cross sectional area of the proximal inlet nodes in the normal subjects is 8.3 mm2 SD 1.4 and the CTS population 15.4 mm2 SD 4.4 . The receiver operating characteristics ROC curve shows cutting point 10.6 mm2 with a sensitivity of 95 and a specificity of 95 p "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martini
"Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia 228/ 100.000 KH dan AKB 34/1000 KH. Salah satu dari tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah tercapainya Millenium Development Goals (MDG?s) tahun2015, yaitu terjadinya penurunan AKB 23/1000 KH, mengurangi jumlah AKI saat hamil dan melahirkan menjadi 102/100.000 KH, melalui Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Penelitian bertujuan mengidentifikasi hubungan IMD dengan tinggi fundus uteri postpartum hari ketujuh. Variabel penelitian terdiri dari variabel independen utama IMD dan variabel kontrol (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, mobilisasi dini dan ASI eksklusif 7 hari, variabel dependen adalah TFU. Penelitian kohort prospektif ini menggunakan sampel 78 responden, masing-masing kelompok 39 responden. Data dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan chi square dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil penelitian, usia terbanyak 20-30 tahun 71,8%, pendidikan responden terbanyak pendidikan tinggi 73%, paritas responden terbanyak primipara 60,3%, status pekerjaan adalah tidak bekerja 82,1%, responden dengan TFU normal 61,5%. Ratarata waktu yang diperlukan bayi untuk IMD adalah 61,1 menit. Hasil analisis multivariat, ibu yang memberikan ASI eksklusif sampai 7 hari mempunyai peluang mendapatkan proses TFU normal 29,8 kali lebih tinggi, dibanding yang tidak menyusui ekslusif (95% CI : 4,921-138,131) setelah dikontrol variabel mobilisasi dini, IMD, pendidikan dan paritas.

Indonesian Health and Demographic Survey 2007 indicate that a high level the point of Maternal Mortality Rate (MMR) is 228/100.000 life births. While Infant Mortality Rate (IMR) of 34/1000 life births. One of the MDG?S purposes 2015 are to increase maternal health and decrease IMR down to ¾ of the MMR for both of pregnant and delivery women to become 102/100.000 life births by Early Initation of Suckling.
This research is purpose to identify the relationship between early initiation and the impact of fundus uteri at a postpartum women in seventh day. The variable of this research consist of independent variable which are early initation and control variable (age, parity, education, work, early mobilization and exclusive breastfeeding up to seventh day). While dependent variable is the high impact fundus of a postpartum women in seventh day. The research of this prospective kohort use 78 responder as a samples, with each group are exsposure group and control group which amount to 39 responder. The data which have been gathered will be analysed by univariate, bivariate analyse use chi square and multivariat with double logistics regression.
From the result of univariate analyse, the most age is around 20-30 year 71,8%, the most responder education is to higher education 73%, the most responder parity is to primipara 60,3%, work status of responder is a housewife 82,15%, women with a normal high uteri fundus counted 61,5%, the avarage time for a baby to do early initation is around 61,1 minute. The Result of multivariate analyse shows that the opportunity of a mother who gives exclusive breastfeeding up to seventh day has a better involution process 29,8 higher times than a mother without exclusive breastfeeding (95% CI: 4,921-138,131) after controlled with early mobilization variable, early initation, parity and education. Sugested to a stakeholder or health worker especially for midwife should be doing this early initation program as a part of professional practice midwifery.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31318
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>