Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93277 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Umi Fitriati Nasihah
"Penelitian intervensi dalam bentuk pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kebahagiaan psikologis guru dalam masa pandemi COVID-19. Desain penelitian pada pelatihan ini adalah one group pretest-posttest design. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 16 orang. Materi pelatihan yang diberikan dalam pelatihan ini adalah mindfulness dan komunikasi. Pengukuran dilakukan terhadap ketiga variabel sebelum dan sesudah pelatihan dilakukan. Meskipun dari perhitungan secara keseluruhan tidak ditemukan kenaikan signifikan, namun jika dilihat perindividu maka terdapat 9 orang mengalami kenaikan nilai pretest ke posttest pada kebahagiaan psikologis, 12 orang mengalami kenaikan pada pengukuran mindfulness dan 9 orang mengalami kenaikan pada pengukuran komunikasi. Kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan analisis statistik tidak terjadi peningkatan yang signifikan pada pengetahuan partisipan terhadap kebahagiaan psikologis, tapi secara kualitatif partisipan pelatihan merasakan pelatihan memiliki manfaat bagi mereka dan berpotensi positif meningkatkan kebahagiaan psikologis.

The intervention study in the form of training aimed to improve the psychological well-being of teachers during the COVID-19 pandemic. The research design in this training was one group pretest-posttest design with 16 participants. The raining materials provided in this form of training were mindfulness and communication. Measurements were made on the three variables before and after the training held. Although from the overall calculation there was no significant increase, but if the training was viewed individually, 9 people experienced an increase in the pretest to posttest psychological well-being, 12 people experienced an increase in mindfulness and 9 people experienced an increase in communication measurement. Even though there was an increase in the value, it was not significant. The conclusion of this study based on statistical analysis that there was no significant improvement in participants' knowledge of psychological well-being, but qualitatively the training participants felt that the training gave benefits for them and had the potential to positively increase psychological well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noori Lukman Pradipto
"Selama masa pandemi Covid-19, tantangan yang dihadapi oleh guru semakin berat
dengan strategi mengajar yang baru. Hal tersebut membuat guru kesulitan untuk
mempertahankan kesejahteraan psikologis mereka terutama guru perempuan yang mengajar di tingkat SD. Stres yang dirasakan oleh guru perempuan semakin bertambah dengan beban sebaga seorang ibu yang mengurus anak. Komunikasi antara anggota keluarga diasumsikandapat membantu guru untuk melewati masa sulit selama pandemi Covid-19. Penelitian inidilakukan untuk melihat peran pola komunikasi keluarga, baik dimensi conversation ataupun conformity, sebagai mediator dalam hubungan antara perceived social support dengan psychological well-being. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan teknik pengambilan sampel convenient sampling dari guru perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perceived social support
dengan psychological well-being baik secara langsung (β = 0.57, t(117) = 7.91, p = 0.000), maupun tidak langsung melalui pola komunikasi keluarga dimensi conversation (coefficient = 0.42, SE = 0.07, CI = 0.27 - 0.56). Di sisi lain, pola komunikasi keluarga yang mementingkan konformitas dalam berpendapat tidak berperan sebagai mediator karena tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan psychological well-being (coefficient = -0.11, SE = 0.10, CI = -0.32 - 0.10, p = 0.300). Salah satu limitasi penelitian ini adalah penelitian
ini hanya dapat dilakukan masa pandemi akan tetapi hasil yang didapatkan mengimplikasikan bahwa dukungan sosial dari berbagai pihak sangat dibutuhkan oleh guru dalam menghadapi masa pandemi agar dapat menjadi bahagia, terlepas dari pola komunikasi di rumah. Meskipun demikian, pola komunikasi yang mementingkan kehangatan dalam berpendapat dan keterbukaan dapat menjadi salah satu bentuk dukungan sosial yang menunjang psychological well-being guru di situasi pandemi.

During the Covid-19 pandemic, teachers are facing more challenges such as new teaching strategies. Thus, makes it difficult for teachers to maintain their psychological well-being especially female teachers who teach elementary students. Some of those female teachers have responsibilities as mothers at home. The burden of caring for children in home increasing the stress felt by these teachers. It is assumed that communication between family members can help teachers through difficult times during the Covid-19 pandemic. This
research was conducted to see whether conversation or conformity dimension within family communication pattern can act as mediator in the relationship between perceived social support and psychological well-being. This research is non-experimental study with convenient sampling technique given to female teachers. The result indicates that there is significant relationship between perceived social support and family communication pattern, either directly (β = 0.57, t(117) = 7.91, p = 0.000) or indirectly through the conversation
dimension within family communication family patterns (coefficient = 0.42, SE = 0.07, CI = 0.27 - 0.56). On the other hand, family with high conformity dimension do not act as mediator in relationship between perceived social support and psychological well-being (coefficient = -0.11, SE = 0.10, CI = -0.32 - 0.10, p = 0.300). One of the limitation of this study is this study can only be conducted in pandemic Covid-19 situation but the results obtained shows that social support from various sources is needed by teachers in order to be mentally healthy and happy regardless of communication patterns at home. However, communication patterns that emphasize warmth and openness can be one of the social
support that teachers needed in this pandemic situation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syahid
"Pasien yang diisolasi Covid-19 tidak dapat berinteraksi dan terpaksa dipisahkan dari lingkungan sosialnya. Keadaan ini tentu akan berdampak terhadap kebahagiaan psikologisnya, padahal kebahagiaan psikologis merupakan faktor yang penting dalam penyembuhan pasien Covid-19. Dalam penelitian ini ingin diketahui lebih lanjut bagaimana peranan dukungan sosial terhadap kebahagiaan psikologis pada saat pasien isolasi Covid-19, dan juga dukungan sosial apa yang signifikan berperan terhadap kebahagiaan psikologis. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur dukungan sosial adalah Multidimensional Scale of Perceived Social Support dan kebahagiaan psikologis dengan Ryff’s Psychological Well Being Scale. Partisipan pada penelitian ini adalah individu yang sedang diisolasi maupun penyintas Covid-19 dengan total partisipan 84 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear sederhana. Dari hasil penelitian diketahui adanya peran yang signifikan dari dukungan sosial terhadap kebahagiaan psikologis pada pasien disaat masa isolasi Covid-19 (r = 0.442, n= 84, R2 = 0.185, p<.05), dan baik dukungan keluarga, teman, maupun ‘orang yang spesial’ berperan secara signifikan. Juga diketahui bahwa dukungan orang spesial (tetangga) diketahui paling besar peranannya pada kebahagiaan psikologis.

Patients isolated from Covid-19 cannot interact and are forced to be separated from their social environment. This situation will certainly have an impact on his psychological well being, even though psychological well being is an important factor in healing Covid-19 patients. In this study, we want to find out more about the role of social support on psychological well being when patients are isolated from Covid-19, and also what social support has a significant role in psychological well being. The measuring instrument used to measure social support is the Multidimensional Perceived Social Support Scale and psychological well being with the Ryff Psychological Well-being Scale. Participants in this study were individuals who were isolated and survivors of Covid-19 with a total of 84 participants. The data analysis technique used is simple linear regression. From the results of the study, it is known that there is a role in social support for psychological well being during the Covid-19 isolation condition (r = 0.442, n = 84, R2 = 0.185, p < .05), and both support from family, friends, and significant other plays a significant role. It is also known that the support of significant others (neighbors) is known to have the greatest role in psychological well being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yovita Nuralifah Tafian
"Kesejahteraan psikologis merupakan aspek yang penting dalam mendukung perkembangan yang optimal pada masa kanak-kanak tengah. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kesejahteraan psikologis anak pada tahap ini adalah keterlibatan orang tua. Pada penelitian ini, peneliti hendak melihat perbedaan kesejahteraan psikologis siswa berdasarkan keterlibatan orang tua dalam pembelajaran. Teknik analisis uji independent-samples t-test dan one-way ANOVA digunakan untuk melihat perbedaan skor kesejahteraan psikologis berdasarkan keberadaan keterlibatan dan banyaknya cara keterlibatan belajar. Hasil analisis pada studi ini menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada skor kesejahteraan psikologis siswa berdasarkan keterlibatan orang tua dalam pembelajaran (t(1849)= -4.35, p< 0,05). Implikasi pada studi ini menyimpulkan bahwa keterlibatan orang tua merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis siswa.

Psychological well-being is an important aspect in supporting optimal development in middle childhood. One of the factors related to the psychological well-being of middle childhood is parental engagement. This study seeks to see differences in students' psychological well-being based on parental engagement in learning. Independentsamples t-test and one-way ANOVA were used to see the differences in psychological well-being scores based on the presence of parental engagement and the number of ways of parental engagement. The results of the study found that there was a significant difference in students' psychological well-being scores based on parental engagement in learning (t(1849)= -4.35, p<0.05). The implications of this study conclude that parental engagement is a significant factor in improving students' psychological well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofa Dzakiah
"Guru berperan penting dalam proses pembelajaran, bahkan ketika pembelajaran
berlangsung secara jarak jauh (PJJ). Beban kerja guru yang bertambah banyak di masa
PJJ, juga terdapat guru yang sekaligus berperan sebagai orang tua, dapat berdampak pada
kondisi kesejahteraan psikologisnya. Sulitnya memisahkan kehidupan pribadi dan
personal selama PJJ, serta keterbatasan dalam interaksi sosial secara langsung dapat turut
berperan pada kondisi kesejahteraan guru perempuan. Adanya peningkatan kesadaran
(mindfulness) pada diri guru diduga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan
psikologis pada guru, dengan cara membantu guru perempuan untuk mempersepsikan
ketersediaan dukungan yang dibutuhkan di lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji peran variabel persepsi dukungan sosial sebagai mediator pada hubungan antara
mindfulness dengan kesejahteraan psikologis. Penelitian ini melibatkan 117 orang guru
SD, perempuan, yang juga berperan sebagai orang tua bagi anak pada kelompok usia kelas 1-3 SD. Pengambilan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner secara dalam jaringan (daring) melalui berbagai jejaring media sosial. Penelitian ini
menggunakan alat ukur Psychological Well-Being Scale (α=.917), Five Facet of Mindfulness Questionnaire (α=.819), dan Social Provisions Scale (α=.928). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji mediasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi terhadap dukungan sosial berperan sebagai mediator sebagian (partially
mediated) dalam hubungan antara mindfulness dengan kesejahteraan psikologis.

Teachers play an essential role in the learning process, even when learning takes placeremotely, known as distance learningning (PJJ). With the increasing teachers' workload
psychological well-being. The difficulty of separating professional and personal life
during PJJ, as well as limitations in social interaction can also contribute to the
psychological well-being. Increasing awareness (mindfulness) in teachers is assumed to
improve the psychological well-being, by helping female teachers to perceive the
availability of support needed in their environment. This study aims to examine the role
of the perceived social support on the relationship between mindfulness and
psychological well-being. This study involved 117 primary school teachers, women, who
also act as parents for children in the 1-3 grade. Data was collected by distributing online
questionnaires through various social media. This study used measuring instrument of
the Psychological Well-Being Scale (α = .917), the Five Facet Mindfulness Questionnaire
(α = .819), and the Social Provisions Scale (α = .928). Data analysis was performed
using mediation test. This study indicates that perceived social support play a partially
mediated role in the relationship between mindfulness and psychological well-being.
Kata kunci: Mindfulness; perceived social support; psychological well-being; remote
learning, teachers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Rossallina
"Pandemi COVID-19 membuat berbagai pihak melakukan perubahan. Di dunia pendidikan, perubahan yang besar adalah bergantinya metode pembelajaran tatap muka menjadi metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Mahasiswa di tahun pertama perkuliahan, termasuk pihak yang turut terkena perubahan ini. Transisi dari SMA ke perguruan tinggi dapat menjadi tuntutan tersendiri, ditambah lagi mahasiswa baru juga perlu menyesuaikan diri dengan PJJ dan segala konsekuensinya. Hal tersebut dapat membawa dampak pada kesejahteraan psikologis mahasiswa. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh penyesuaian diri dalam memediasi hubungan dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis. Pengambilan data dilakukan pada mahasiswa angkatan 2020 (N=605), dengan teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Psychological Well-being Scales dan College Student Social Support Scales (CSSSS) yang sudah diadaptasi kedalam Bahasa Indonesia, serta alat ukur Student Attitudes and Perception Survey (SAPS) Indonesia. Hasil uji regresi menunjukkan penyesuaian diri signifikan memediasi hubungan dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis mahasiswa baru angkatan 2020 pada masa pandemi COVID-19. Semakin besar dukungan sosial yang diterima dari orang tua dan teman, maka akan membuat mahasiswa melakukan usaha-usaha penyesuaian diri, yang akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan psikologis

The COVID-19 pandemic causes various parties to make changes. In the world of education, the big change is the change of face-to-face learning methods to distance learning methods. Students in their first year of study are among those affected by this change. Transitioning from high school to tertiary education can be a special demand, plus new students also need to adjust to distance learning and all its consequences, this can have an impact on students' psychological well-being. This study aims to examine the role of adjustment in mediating the relationship between social support and psychological well-being. Data were collected from students of class 2020 (N=605), using convenience sampling techniques. The measuring instruments used are Psychological Well-being and College Student Social Support Scales (CSSSS) which have been adapted into Indonesian, as well as the Indonesian Student Attitudes and Perception Survey (SAPS) measurement tool. Regression analysis showed that self-adjustment significantly mediated the relationship between social support and the psychological well-being of new students of class 2020 during the COVID-19 pandemic. The more social support received from parents and friends, the more it encourages them to make efforts to adjust, which will affect the level of psychological well-being"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aristawidya Alyani
"Pandemi Covid-19 menimbulkan adanya kebijakan untuk menerapkan Bekerja dari Rumah (BDR). Karyawan tidak memiliki pilihan selain mengikuti kebijakan tersebut, karena itu perubahan kondisi dan metode kerja menimbulkan tekanan yang berdampak pada kesejahteraan psikologis para karyawan. Berdasarkan hal itu, kesejahteraan psikologis karyawan perlu diteliti, khususnya pada karyawan BDR di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Penelitian ini juga dilakukan untuk melihat hubungan antara thriving at work dan keterlibatan kerja dengan kesejahteraan psikologis para karyawan BDR di masa pandemi Covid-19, serta peran mediasi keterlibatan kerja. Responden penelitian berjumlah 205 karyawan BDR di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa thriving at work dan keterlibatan kerja mampu menjadi prediktor dari kesejahteraan psikologis karyawan BDR di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Thriving at work juga dapat menjadi prediktor dari keterlibatan kerja karyawan BDR di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Namun demikian keterlibatan kerja tidak memiliki peran sebagai mediator terhadap hubungan thriving at work dengan kesejahteraan psikologis. Selain itu, partisipan dengan frekuensi BDR sebanyak 1 sampai 2 hari per minggu memiliki skor kesejahteraan psikologis dan thriving at work yang lebih tinggi dibandingkan partisipan dengan frekuensi BDR sebanyak 3 sampai setiap hari per minggu. Hal tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa frekuensi BDR menjadi penentu kesejahteraan psikologis para karyawan.

Covid-19 pandemic led to implementation of Work from Home (WFH). Employees do not have other choices than to follow the policy, therefore changes in working conditions and methods create pressure that has an impact on the psychological well-being of employees. Therefore, the psychological well-being of employees needs to be re-examined, especially for WFH employees in Indonesia during the Covid-19 pandemic. This research was conducted to see the relationship between thriving at work and work engagement with psychological well-being of Indonesia's employees who work from home and whether work engagement has a mediating role on the relationship between thriving at work and psychological well-being. The participants of this research consist of 205 Indonesian WFH Employees. The results show that thriving at work and work engagement can be the predictors of psychological well-being of employees who work from home in Indonesia during Covid-19 pandemic. In this study, thriving at work can also be a predictor of work engagement of employees who work from home in Indonesia during Covid-19 pandemic. However, work engagement does not have a mediating role on the relationship between thriving at work and psychological well-being. Participants with WFH intensity of 1 to 2 days per week had higher psychological well-being and thriving at work than those of 3 to every day per week. This is in line with previous research which says that the WFH intensity is one of the determinants of the psychological well-being of employees."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Purnama Dinar
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kecerdasan emosi dapat memprediksi teacher well-being dalam konteks pembelajaran jarak jauh akibat pandemi Covid-19 di Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada guru sekolah dasar dan sekolah menengah di Indonesia (N = 494; M = 39,9 tahun). Alat ukur yang digunakan adalah Schutte Emotional Intelligence Scale oleh Schutte et al. (1998) dan Teacher Subjective Well-Being Questionnaire oleh Renshaw et al. (2015). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosi secara signifikan dapat memprediksi teacher well-being F(1,492) = 108,469, p < 0,05. Kecerdasan emosi ditemukan memiliki effect size kecil terhadap teacher well-being. Hasil penelitian memiliki implikasi bahwa terdapat faktor lain yang berperan dalam teacher well-being. Hal ini dapat menjadi pertimbangan penelitian selanjutnya mengenai teacher well-being.

This study aims to investigate the role of emotional intelligence in predicting teacher well-being in the context of online learning due to the Covid-19 pandemic in Indonesia. This research was conducted on elementary and secondary school teachers in Indonesia (N = 494; M = 39.9 years). The measuring instrument used is the Schutte Emotional Intelligence Scale from Schutte et al. (1998) and the Teacher Subjective Well-Being Questionnaire from Renshaw et al. (2015). Simple regression technique was used to analyze the data. The result of the analysis shows that emotional intelligence significantly predicts and has a small effect on teacher well-being F(1,492) = 108,469, p < 0,05. The results of the study have practical implications that can be considered for schools to carry out emotional intelligence development training for teachers. Furthermore, it is implied that other factors also play a role in teacher well-being and should be taken into consideration by future research on this topic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Purnama Dinar
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kecerdasan emosi dapat memprediksi teacher well-being dalam konteks pembelajaran jarak jauh akibat pandemi Covid-19 di Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada guru sekolah dasar dan sekolah menengah di Indonesia (N = 494; M = 39,9 tahun). Alat ukur yang digunakan adalah Schutte Emotional Intelligence Scale oleh Schutte et al. (1998) dan Teacher Subjective Well-Being Questionnaire oleh Renshaw et al. (2015). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosi secara signifikan dapat memprediksi teacher well-being F(1,492) = 108,469, p < 0,05. Kecerdasan emosi ditemukan memiliki effect size kecil terhadap teacher well-being. Hasil penelitian memiliki implikasi bahwa terdapat faktor lain yang berperan dalam teacher well-being. Hal ini dapat menjadi pertimbangan penelitian selanjutnya mengenai teacher well-being

This study aims to investigate the role of emotional intelligence in predicting teacher well-being in the context of online learning due to the Covid-19 pandemic in Indonesia. This research was conducted on elementary and secondary school teachers in Indonesia (N = 494; M = 39.9 years). The measuring instrument used is the Schutte Emotional Intelligence Scale from Schutte et al. (1998) and the Teacher Subjective Well-Being Questionnaire from Renshaw et al. (2015). Simple regression technique was used to analyze the data. The result of the analysis shows that emotional intelligence significantly predicts and has a small effect on teacher well-being F(1,492) = 108,469, p < 0,05. The results of the study have practical implications that can be considered for schools to carry out emotional intelligence development training for teachers. Furthermore, it is implied that other factors also play a role in teacher well-being and should be taken into consideration by future research on this topic"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosemary, Ariana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan pemberdayaan psikologis (psychological empowerment) terhadap perilaku inovatif (innovative behavior). Berdasarkan hasil diagnosis permasalahan organisasi berupa wawancara dan FGD, ditemukan bahwa secara umum terlihat bahwa karyawan PT ED belum menunjukkan perilaku inovatif secara optimal. Kondisi ini dianggap kurang selaras dengan keadaan PT ED yang sedang mengalami masa krisis. Perilaku inovatif karyawan yang belum maksimal antara lain disebabkan oleh pemberdayaan psikologis yang belum tinggi. Hal ini dibuktikan dengan mengukur pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap perilaku inovatif. Pemberdayaan psikologis karyawan diukur melalui kuesioner Psychological Empowerment yang dikembangkan oleh Spreitzer (1995) sejumlah 12 item (α = .779) dan perilaku inovatif diukur dengan kuesioner Innovative Work Behavior Scale yang dikembangkan oleh Janssen (2000) sejumlah 9 item (α = .901). Hasil penelitian pada 64 orang karyawan di Kantor Pusat menunjukkan pemberdayaan psikologis terbukti secara signifikan mempengaruhi perilaku inovatif (R2 = .287, p<0.01). Artinya, peningkatan pada pemberdayaan psikologis dapat memunculkan terjadi peningkatan perilaku inovatif. Peneliti kemudian merancang intervensi yang dapat meningkatkan pemberdayaan psikologis, berupa kegiatan pelatihan Empowerment for Innovation kepada karyawan dan atasannya, yang diharapkan dapat meningkatkan perilaku inovatif karyawan.

This research aims to determine the influence of psychological empowerment enhancement on employees' innovative behavior. Based on diagnose of organizational problems by conducting interview and FGD, it been estimated that employees' innovative behavior at PT ED should be increased. These condition do not in line with PT ED situations during company's crisis. Low level of employees' innovative behavior could be predicts by low level of employees' psychological empowerment. The influence of psychological empowerment on employees' innovative behavior is proven by quantitative measurement. Level of psychological empowerment is measured by 12-item Psychological Empowerment Questionnaire, which developed by Spreitzer (1995) (α = .779); meanwhile level of employees' innovative behavior is measured by 9- item Innovative Work Behavior Scale by Janssen (2000) (α = .901). Research on 64 Head Office Employees found the influence of psychological empowerment on innovative behavior (R2 = .287, p<0.01). Therefore, the enhancement of psychological empowerment will increase employees' innovative behavior. Researcher then design intervention program, that is Empowerment for Innovation Training for employee and their supervisor to increase employees' psychological empowerment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>