Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64279 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Karindhiya Syahira
"Tulisan ini mengeksplorasi penggunaan framing dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan theatricality. Theatricality adalah sebuah process of gaze yang diinisiasi oleh sebuah framing sehingga dapat menjadikan kejadian apapun dapat diingat oleh siapapun yang melihat. Dengan adanya theatricality, spektator dapat menangkap fragmen memori akan semua informasi yang ada pada saat itu, seperti tempat, pelaku, kejadian, dan lainnya melalui framing. Framing memiliki berbagai macam metode serta pemicu dalam pengaplikasiannya, serta kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Walaupun fenomena tersebut terjadi umumnya dalam pertunjukkan teater, theatricality dapat juga terjadi dalam keseharian. Ruang publik adalah salah satu ruang yang digunakan dalam keseharian manusia untuk berbagai kegiatan. Kejadian yang dilihat untuk theatricality dalam keseharian tidak perlu berupa sesuatu hal yang signifikan, yang penting berbeda dari biasanya. Dengan adanya berbagai kegiatan dalam sebuah ruang publik, kejadian yang dilihat dengan framing para pengunjung sebagai spektator akan beragam pula. Stadion Gelora Bung Karno adalah salah satu ruang publik yang menghasilkan beragam macam framing dengan juxtaposisi sebagai pemicu. Framing yang ada dipengaruhi oleh beragam faktor external yang dapat mempengaruhi metode yang dipakai sehingga membuat sebuah memori tersendiri bagi sang spektator.

This study explores the use of framing in producing theatricality in daily lives. Theatricality is a process of gaze initiated by framing that could make any occurrences memorable by the spectator. With theatricality, the spectator could capture fragments of memories that contain information that existed at that time, such as place, event, subject, and others through framing. Framing itself has a variety of methods with its strengths and weaknesses. Even though theatricality occurs mainly in theater, it could also occur in everyday life. Public space is one of the spaces that humans use in everyday life for numerous activities. Occurrences captured by theatricality do not have to be a significant event, but what is essential is it is distinct from the usual. Many activities in public spaces bring out many occurrences that its spectators can capture. Gelora Bung Karno Stadium is one of the public spaces that produce various types of framing with juxtaposition as its trigger. The framing itself is heavily influenced by external factors that can influence the method to produce a memory for the spectator."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Rachmintan Septira
"Skripsi ini membahas mengenai theatricality sebagai pembentuk space of modesty dan variasinya pada lingkup domestik wanita muslimah. Secara khusus, skripsi ini mengeksplorasi bagaimana theatricality dalam proses penggunaan hijab pada ruang-ruang arsitektur menentukan area on-stage dan off-stage sebagai pembentuk konfigurasi space of modesty tiap individu dalam kesehariannya. Theatricality merupakan bagian dari konsep performativity dalam perspektif feminis yang berpotensi memperluas pemahaman akan teori front-stage dan backstage yang dinyatakan oleh Goffman (1956), dengan memberikan kemungkinan yang berbeda-beda akan bagian yang dianggap front dan back untuk setiap individu. Penulis melakukan studi kasus terhadap pembentukan space of modesty terhadap tiga subjek yang tinggal bersama dalam satu rumah. Hasil temuan dari studi tersebut menunjukan bahwa theatricality penggunaan hijab masing-masing individu bergantung pada pengalaman keseharian individu terkait dengan ownership ruang, interaksi berdasarkan relasi, proses transisi dan peralihan ruang, serta visibilitas ruang. Aspek-aspek ini pada akhirnya akan mempengaruhi pembentukan space of modesty yang berbeda-beda sehingga memberikan makna ruang domestik yang beragam bagi tiap individu. Hal ini mempertegas bagaimana representasi individu merupakan interaksi timbal balik dan adaptasi antara subjek individu dengan lingkungan ruang di sekitarnya.

This thesis discusses theatricality as a concept that constructs a womens space of modesty and its variations within a scope of domestic spaces. Specifically, this thesis explores how theatricality shapes the process of wearing hijab in architectural spaces assigning on-stage and off-stage areas that drives the configuration of space of modesty for every individual. Theatricality is part of feminist perspective concept of performativity, which potentially expands Goffman (1956) front-stage and backstage theory by providing opportunities on every individual to adapt their own understanding of spatiality that can be considered as front and back. A case study is performed to analyse the construction process of space of modesty for three different subjects that share living spaces together. It is found that the theatricality of ways each subjects represent themselves with hijab are shaped by their experience in relation with spatial ownership, relational interaction, transition between spaces, and visibilities of spaces to its surroundings. These aspects create different configurations of space of modesty, giving different meanings of the domestic spaces for each individual. This different meaning reinforces how individual representations to others is part of reciprocal interactions and adaptations between individual subjects and its surrounding environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Baina
"Penulisan skripsi ini membahas tentang bagaimana pembentukkan Mediated Space dapat terjadi melalui interaksi secara tidak langsung dengan melibatkan Real Environment dan Virtual Environment. Kedua lingkungan dapat terekstensi karena mediasi teknologi yang memanfaatkan layar. Layar berperan untuk membuka akses menuju Virtual Environment kepada User di Real Environment. Pada penulisan ini, proses pembentukan Mediated Space terjadi melalui dua konsep utama yaitu Framing dan Presence. Framing mempengaruhi pengalaman User dalam menangkap informasi yang sedang dimediasi, sementara Presence adalah bentuk kesadaran diri yang hadir melalui penggunaan Framing tertentu. Penggunaan Framing terbagi menjadi 3 jenis yaitu Miniaturisation, Immersion, dan Mapping. Masing-masing penggunaan Framing menghasilkan pengalaman Presence tertentu yang terbagi menjadi 3 jenis yaitu Spatial, Social, dan Self Presence. Dalam membentuk Mediated Space, penggunaan medium menjadi aspek penting. Medium yang digunakan untuk studi kasus adalah Video Game Persona 5. Studi kasus dilakukan dengan mengklasifikasikan ketiga jenis Framing dan Presence yang tengah terjadi ketika permainanan pada video game sedang berlangsung. Untuk membentuk Mediated Space, diperlukan penggunaan kombinasi Framing guna menghasilkan pengalaman Presence secara berkelanjutan. Hal tersebut bertujuan untuk dapat memediasikan aktivitas dan ruang immersive pada Virtual Environment layaknya hal tersebut terjadi di Real Environment.

This Paper is focused on how the formation of Mediated Space can occur through indirect interactions involving the Real Environment and Virtual Environment. The two Environments can be connected because of technological mediation that utilizes screens. The screen becomes an access to the Virtual Environment for the User in the Real Environment. In this paper, the process of forming the Mediated Space occurs through two main concepts, Framing and Presence. Framing affects the User's experience in capturing the information that is being mediated, while Presence is a form of self-awareness that is present through the use of certain Framing. The use of Framing is divided into 3 types, specifically Miniaturization, Immersion, and Mapping. Each use of Framing produces a certain Presence experience which is divided into 3 types, specifically Spatial, Social, and Self Presence. To form a Mediated Space, the usage of mediums becomes an important aspect. The media that will be used as a study case material in this Thesis is “Persona 5” video game. The case study is carried out by classifying the three types of Framing and Presence experiences that occur when playing a video game. To form a Mediated Space, it is necessary to use a combination of Framing to produce a continuous Presence experience. It aims to be able to mediate activities and immersive spaces in the Virtual Environment as it happens in the Real Environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Nugrahati Rahardi
"Ruang dialami oleh manusia melalui interaksi indera dan entitas dalam ruang. Pengalaman tersebut akan diolah melalui persepsi dan membentuk konstruksi ruang dalam pikiran manusia. Proses pembentukan anime sebagai media dua dimensi dapat dilihat sebagai hasil rekonstruksi pikiran kreator anime. Anime direkonstruksi melalui mental image, memori dan pengetahuan kreator dari dunia nyata yang dikomposisi melalui konfigurasi Teori Gestalt dalam multi-layers dan framing anime. Proses analisis dilakukan menggunakan cuplikan adegan anime guna melihat pembentukan ruang di dalamnya. Analisis dilakukan melalui bagaimana konfigurasi Teori Gestalt hadir dalam komposisi multi-layers dan framing guna membentuk visualisasi ruang anime sebagai proses rekonstruksi spasial kreator untuk menghasilkan visualisasi ruang tiga dimensi dalam media dua dimensi.

Human feels space through interaction of senses and entities inside space. The experience will be processed through perception and construct the space in the human's mind. The process of forming anime as a two-dimensional medium can be seen as a result of anime creators' mind reconstruction. Anime is reconstructed through creators' mental images, memory and knowledge from the real world. Then, it is arranged through Gestalt Theory configuration in its composition of multi-layers and framing. The analysis process is using anime scenes to see the formation of space in it. The analysis is generated with how configuration of the Gestalt Theory is presented in composition of multi-layer and framing anime to form the space. This process is seen as creator's spatial reconstruction in order to produce a visualization image of three-dimensional space in two-dimensional media."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrellita Tjahyadiguna
"Cermin... satu kata yang melukiskan sebuah benda, kita biasa memandangnya ketika kita merapikan wajah kita. Merapikan rambut atau melihat apakahada sesesuatu yang salah pada wajah kita. Apakah yang membuat kita membutuhkan alat ini? kita bisa melihat orang lain, semua benda di alam ini, tetapi apakah kita bisa melihat punggung belakang diri kita sendiri? Mata kita tidak mampu untuk melihat diri kita sendiri?
Cermin menampilkan benda persis sama seperti benda itu ada. Tak peduli cantik atau buruk, rapi atau berantakan, cermin adalah benda yang menampilkan kejujuran.
Arsitektur... ruang.... dan permasalahannya... tidak akan pernah habis selama manusia masih hidup dalam dunia. Permasalahan yang kadang kala terjadi di kota besar adalah terbatasnya lahan yang ada sehingga ruang yang tersediapun tidak memadai. Bila ruang sudah terasa sempit dan penambahan jumlah ruang atau besaran ruang sudah tidak memungkinkan, maka salah satu cara yang diambil adalah mengubah kesan ruang.
Dari berbagai macam cara mengubah kesan ruang, pemakaian cermin merupakan satu pilihan yang sering kali dipakai oleh sang arsitek untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sifatnya yang memantulkan setiap benda yang ada di depannya, dipergunakan untuk memantulkan ruang, cahaya dan juga warna. Hal yang menarik adalah cermin seringkali diletakkan pada ruang-ruang dalam yang semula hanya diperuntukkan sebagai pemanis ruang. Tetapi baik itu disengaja (dirancang) ataupun tidak, ternyata peletakan cermin tersebut mempengaruhi suasana dan memberikan nilai tersendiri bagi ruang tersebut.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Frestiana
"Melalui SK Gubernur No. 36/2002, Pemerintah DKI Jakarta melakukan pemagaran terhadap Monumen Nasional, sebuah ruang publik yang salah satu fungsinya adalah sebagai ruang demokrasi. Skripsi ini akan mengungkap fenomena pemagaran Moumen Nasional sebagai sebuah representasi kuasa dalam ruang publik, khususnya ruang demokrasi. Metode analisa yang digunakan dalam pembahasan pemagaran Monas ini, lebih melihat kepada hubungan antara representasi kuasa dalam ruang publik, khususnya ruang demokrasi, serta pemaparan sejarah kuasa dan representasinya di Jakarta, untuk menunjukkan hadirnya kuasa dalam ruang publik sebagai ruang demokrasi dan mengetahui latar belakang pemagaran Monumen Nasional. Hipotesis dari skripsi ini adalah bahwa kuasa hadir dalam ruang demokrasi dengan berbagai bentuk. Pemagaran Monas merupakan salah satu bentuk representasi kuasa dalam ruang publik, khususnya ruang demokrasi.

Using SK Gubernur No.36/2002, the government of DKI Jakarta framing Monumen Nasional, a public space that have a function as a democratic space. This thesis will pronounce the phenomenon of framing Monumen Nasional as a representation of power in a public space , especially democratic space. The method of analysis which used in the discussion of framing Monumen NAsional is by seeing relation of representation of power in a public space, especially democratic space, also explained about the history of power and the representation of power in Jakarta, for showing the power in a public space as democratic space and know the reason of framing Monumen Nasional. The hippotesis of this thesis is framing Monas is a form of representation of power ini a public space, especially democratic space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51625
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Maghroby Rahman
"Penelitian ini hendak memahami bagaimana aktor-aktor pada konflik agraria di Kampung Merak, Situbondo, Jawa Timur, memproduksi dan mengkontestasi makna realitas konflik yang terjadi. Penelitian ini menggunakan metode etnografi, dengan pengamatan terlibat (participant observation), wawancara mendalam (in-depth interview), open ended interview, dan pengumpulan data sekunder. Dengan menggunakan konsep framing dan counter-framing dari Snow dan Bendord (2000), skripsi ini hendak menjelaskan bagaimana proses produksi dan kontestasi makna tersebut terjadi. Skripsi ini menemukan bahwa aktor-aktor melakukan konstruksi dan kontestasi makna melalui framing dan counter-framing terhadap realitas terkait konflik yang terjadi, dari mulai sejarah, dasar legalitas, gerakan, situasi dan kondisi Kampung Merak, peristiwa yang relevan dengan konflik, pengalaman pribadi, cerita-cerita, letak geografis, hingga individu-individu dari aktor-aktor. Upaya framing dan counter-framing tersebut tidak terlepas dari upaya aktor-aktor menghimpun dukungan dan mendemobilisasi lawan. Penelitian ini juga menjadi gambaran baru bagi studi framing dan counter-framing di mana aktor-aktor tidak hanya melakukan framing dan counter-framing terhadap klaim, tuntutan, dan gerakan, tetapi juga terhadap individu aktor.

Situbondo, East Java, produce and contest the meaning of the reality of the conflict that occurs. This study used ethnographic methods, with participant observation, in-depth interviews, open ended interviews, and secondary data collection. By using the concepts of framing and counter-framing from Snow and Benford (2000), this thesis aims to explain the production and contestation of meaning by actors. This research found that actors carried out the construction and contestation of meaning through framing and counter-framing towards realities related to the conflict, from history, legal basis, movements, situations and conditions of Kampung Merak, events relevant to the conflict, personal experiences, stories, geographic location, to the figures of the actors. The framing and counter-framing efforts are inseparable from the efforts of the actors to garner support and demobilize opponents. This research is also a new illustration for the study of framing and counter-framing where actors do not only frame and counter-frame claims, demands and movements, but also the figure of actors."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Ruth Thertina
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5329
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alberta Christina Cahya Pertiwi
"Persoalan mengenai penyintas 1965 dapat dilihat secara kompleks dan tidak terbatas pada segi gerakan sosial atau melihat hanya sebagai kelompok rentan. Tulisan ini berfokus pada agensi pada Dialita, suatu kelompok musik yang berisi para penyintas perempuan dari peristiwa penangkapan dan penganiayaan massal yang diawali Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30SPKI) tahun 1965, dan Sahabat Dialita, sebuah istilah yang digunakan Dialita untuk menyebut individu-individu yang membantu Dialita untuk mencapai tujuannya, dalam membentuk ruang berekspresi. Berangkat dari pemaparan mengenai pengalaman yang dialami para penyintas 1965 dan upaya yang dilakukan kini, diketahui bahwa agensi dimiliki oleh para individu sebagai agen untuk membentuk ruang berekspresi yang turut berfungsi sebagai pemulih atas trauma terhadap kejadian tahun 1965. Agensi yang dimiliki Dialita dan Sahabat Dialita turut membentuk karya seni yang tercipta karena adanya pengalaman yang dialami Dialita dan Sahabat Dialita. Proses berkesenian yang dilakukan Dialita dan Sahabat Dialita membutuhkan ruang. Ruang berekspresi merupakan ruang para anggota Dialita dan Sahabat Dialita bertemu, bercerita dan mengutarakan pikiran, serta berlatih menyanyi. Upaya Dialita dan Sahabat Dialita untuk menciptakan ruang berekspresi merupakan bentuk dari ruang sosial. Bentuk resistensi terhadap apa yang mereka alami dan usaha untuk menyampaikan wacana kemanusiaan juga bentuk dari ekspresi yang disebabkan agensi.

Agency as the Maker of The issue of 1965 survivors can be seen in a complex way and not limited to the social movement aspek or seeing only as a vulnerable group. This paper focuses on the agency at Dialita, a music group that contains female survivors from the events of mass arrests and persecution that began with the Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30SPKI) in 1965, and Sahabat Dialita, a term used by Dialita to refer to individuals who help Dialita to achieve its goals, in forming expression space. Drawing from the presentation of the 1965 survivors’ experiences, it is known that the agency is owned by individuals as agents to form an expression space which functions as a restorer of the trauma because the events in 1965. Agency, that Dialita and Sahabat Dialita have, also forms artworks which are created by Dialita and Sahabat Dialita’s experiences. The process of making artworks needs space. The expression space is the space for Dialita dan Sahabat Dialita members to tell stories, express thoughts, and practice singing. The efforts of Dialita and Sahabat Dialita to create expression space are a form of social space. The resistance from the experience and effort to convey human discourse are also forms of expressions caused by agencies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dic Fla Vidya Kriss Tanny
"Arsitektur dan proses pembuatan roti baking terdengar seperti dua dunia yang berbeda. Namun ternyata pembentukan ruang menjadi kunci penting dalam proses pembuatan roti. Ruang-ruang yang terbentuk dalam proses pembuatan roti terjadi secara alami dan menjadi struktur dalam rigiditas roti. Tugas akhir ini mencoba untuk memandang transformasi yang terjadi pada proses pembuatan roti baking dari kacamata arsitektur. Dengan melakukan pemahaman mengenai bagaimana setiap elemen material berperan dalam transformasi ruang yang terjadi. Studi ini bertujuan untuk memahami, merekam dan mencari potensi untuk mengontrol pertumbuhan ruang yang terjadi secara mandiri namun ternyata memiliki elemen kontrol.

The architecture and the baking process sound like two different worlds. But it turns out the formation of space becomes an important key in the process of making bread. The spaces formed in the baking process occur naturally and become structures in bread rigidity. This final project tries to look at the transformation that occurs in the baking process from the architectural view. By understanding how each material element plays a role in the transformation of space. This study aims to understand, record and seek the potential to control the growth of space that occurs independently but apparently has a element of control."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>