Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179125 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Oktika Amran
"Penelitian ini menjelaskan rutinitas produksi berita di tengah tren otomatisasi dan implikasinya di ruang redaksi. Untuk melihat implikasi otomatisasi, penelitian ini membandingkan produksi berita pertandingan sepak bola dan pergerakan saham di Lokadata.id yang menggunakan sistem otomatisasi dan Bisnis.com yang tidak menggunakan otomatisasi. Metodologi penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Unit analisis penelitian ialah unit organisasi. Hasil penelitian menunjukkan Lokadata.id dan Bisnis.com memiliki rutinitas produksi berita yang berbeda sebagai adaptasi organisasi atas respons perubahan industri media di tengah tren otomatisasi. Implikasi efisiensi dari otomatisasi menunjukkan bahwa tidak terjadi substitusi sumber daya manusia di redaksi karena peran redaksi masih dibutuhkan pada praproduksi, pascaproduksi, dan penarikan data wawancara; pemilihan sumber berita pada set data statistik di otomatisasi menghasilkan berita yang tidak lengkap dibandingkan media yang tidak menggunakan sistem otomatisasi; dan kecepatan produksi berita lebih ringkas pada media yang tidak menggunakan sistem otomatisasi.

This research explains that the routines of news production amidst the trend of automation and its implications in the newsroom. Thus, this research compares the production of football match news and stock movements at Lokadata.id which uses an automation system and Bisnis.com which does not use automation. This research uses qualitative approach. The research analysis unit is an organizational unit. The result show that Lokadata.id and Bisnis.com have different news production routines as an adaptation strategy of the organization in response to the changing media industry amidst the trend of automation. The efficiency implications of automation shows that there are no substitution of human resources in the editorial teams, because the editorial role is still needed in pre-production, post-producation, and interview data collection; selection of news sources in statistical data sets in automation results in incomplete news compared to media that do not use automation; and the speed of news production is more concise in media that do not use automation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Y. Ellasari
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S4036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nerissa Angelina
"Skripsi ini membahas tentang penerapan regulasi yang berkaitan dengan bencana alam dan media untuk melihat proses pembuatan berita bencana pada satu lembaga penyiaran publik dan dua lembaga penyiaran swasta. Proses dari sisi seorang reporter dan kepala peliputan masing-masing stasiun televisi. Berita bencana alam menjadi tinjauan dari penelitian ini karena berita ini masih mengambil banyak perhatian publik namun pemberitaannya tidak seimbang dari aspek manajemen bencana serta masih mengabaikan beberapa etika yang berlaku.
Penelitian ini menganalisis aturan yang ada mengenai penyiaran bencana dan menguji bagaimana implementasinya pada lembaga penyiaran ketika sedang melakukan proses praproduksi hingga pascaproduksi sebuah berita bencana. Metode yang dilakukan adalah wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga penyiaran publik cenderung tidak tegas dalam menjalankan regulasi dalam proses pembuatan berita bencana, sementara lembaga penyiaran swasta menerapkan regulasi dalam pembuatan liputan dengan penerapan yang berbeda.

This thesis discussesthe implementation of regulations that relate to natural disaster and mediato see the process of making disaster news in a public broadcasting institution, and two private broadcasting institutions.The process of making disaster news is seen from the side of a reporter and news manager of each broadcasting station. Natural disaster news become a main object of this research because disaster news is still taking much public attention but its news coverage is unbalanced from the aspects of disaster management and still ignores some of the prevailing ethics.
This study analyzes the existing regulation on disaster broadcasting and tests how they are implemented in broadcasting stations while preproduction to postproduction of making a natural disaster news. The methods used are in depth interviews and document studies. The results of this theses show that public broadcasting agencies are the least assertive in carrying out regulations in the process of making disaster news, and private broadcasters implement some regulations in the making of coverage, although the level of implementation is much different.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cohen, Akiba A.
California: Sage Publications, 1987
070.1 COH t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Wiryandari
"Menurut Dimmich & Rothenbuhler (1984) dalam perkembangan Teori `Niche' atau celung, bahwa kelangsungan hidup suatu industri media sama halnya dengan makhluk hidup tergantung pada sejumlah sumber penunjang yang ada di sekitarnya. Menurut teori ini ada tiga sumber utama penunjang kehidupan media, yakni: capital (iklan), types of content (jenis isi media) dan types of audience (jenis penonton).
Dari survey yang dilakukan oleh organisasi Cooper sejak tahun 1959 menunjukkan bahwa televisi merupakan sumber berita yang paling banyak digunakan dan dipercaya oleh masyarakat untuk memperoleh berita (Dominick, 1996). Bagi stasiun TV sendiri program acara berita sangat penting artinya karena merupakan representasi image dari stasiun TV itu sendiri. Daya jual sebuah stasiun tv dapat dipengaruhi oleh departemen pemberitaannya.
Hal inilah yang membuat stasiun TV berusaha menampilkan program acara berita yang baik dan berkualitas, sehingga diminati oleh penonton yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan iklannya. Dengan kehadiran 10 stasiun TV swasta membuat pilihan audiens terhadap acara berita makin banyak. Menurut data ACNielsen acara berita sore merupakan acara yang paling banyak ditonton oleh audiens dibandingkan acara berita pagi maupun siang harinya dan kondisi ini berlaku di hampir semua stasiun TV swasta yang menayangkan program berita secara regular.
Dari teori yang pernah dilakukan sebelumnya, diketahui ada banyak faktor yang mempengaruhi audiens menonton acara berita antara lain pengeluaran, pendapat terhadap isi, penilaian tentang penyiaran, akivitas promosi, pendapat kelompok, minat, media use dan penilaian terhadap packaging (Kotler, 2000; Barwise & Ehrenberg,1988; Turrow, 1997; McQuail & Windahl, 1996; Sutisna, 2001; Webster & Wakshlag, 1983; Rubin, 2002). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini akan menjawab beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Diketahuinya faktor yang paling dominan mempengaruhi intensitas menonton a audiens terhadap program berita sore pilihan di TV.
2. Diketahuinya topik-topik berita yang diminati audiens terhadap program acara berita sore pilihan di TV.
3. Diketahuinya Intensitas audiens dalam menonton program acara berita sore pilihan di televisi
Penelitian yang bersifat ekspanatif ini dilakukan pada populasi penduduk usia 17 tahun ke atas dan sampelnya dipilih secara simple random sampling. Sedangkan yang menjadi sample adalah warga 3 RT di Kelurahan Kelapa Gading Barat dengan total responden 100 orang.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa program acara berita Liputan 6 Petang, Seputar Indonesia dan Metro Sore merupakan acara favorit pilihan responden. Sementara, topik-topik yang paling diminati oleh responden dalam tayangan suatu berita antara lain masalah metropolitan dan kesehatan masing-masing sebesar (9%) diikuti oleh topik yang mengupas masalah nasional (8,8 %), bencana alam (8,5%) dan kriminalitas sebesar (7,8%). Hasil pengolahan data dalam penelitian ini memaparkan bahwa media use menjadi satu-satunya faktor yang mempengaruhi secara langsung intensitas menonton audiens.
Setelah dilakukan elaborasi berdasarkan acara berita favorit pilihan responden seperti Liputan 6 Petang, Seputar Indonesia dan Metro Sore, menunjukkan bahwa hanya acara berita Metro Sore yang memperlihatkan adanya 3 variabel yang signifikan mempengaruhi secara langsung intensitas menonton audiens, yaitu: pengeluaran, motivasi penilaian terhadap packaging dan pendapat kelompok. Oleh karena itu, pihak-pihak yang berkepentingan dalam perencanaan dan pengelolan televisi perlu mempertimbangkan faktor -faktor di atas dalam menyusun program atau format berita.
Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa sebanyak 66% dari total responden memiliki intensitas menonton di atas rata-rata. Responden, umumnya, menonton acara berita sore pilihan sebanyak 6-7 kali per minggu dengan durasi menonton selama 20-30 menit per harinya. Dengan demikikian bisa dikatakan bahwa intensitas menonton berita sore pilihan oleh responden cukup tinggi. Hal ini juga didukung oleh strategi stasiun televisi yang menayangkan program acara berita sore dengan durasi yang tidak terlalu panjang, sehingga mampu membuat audiens cukup intens melihat tayangan tersebut.
Ada beberapa rekomendasi akademis yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini. Disamping menggali lebih dalam lagi teori-teori komunikasi mengenai perilaku audiens terhadap program acara berita TV. Perlu juga diperhatikan dalam setiap penelitian tentang proses konsumsi media yaitu pengaruh berbagai jenis media yang terdapat di lingkungan audiens. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan kajian teoritis yang lebih luas dan mendalam agar didapatkan model regresi yang lebih baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Langer, John
London: Routledge , 1998
070.195 LAN t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Junaedi
"Kehadiran televisi baru di tanah air semakin menambah keberadaan stasiun televisi, baik swasta maupun TVRI yang sudah terlebih dahulu ada Kebangkitan jurnalisme di televisi, yang dimulai dengan kemunculan Seputar Indonesia di RCTI dan Liputan 6 SCTV kini diikuti dengan kehadiran program berita sejenis di berbagai televisi.
Tidak sedikit gaya manajemen pemberitaan di media cetak diterapkan begitu saja di dunia televisi karena ketiadaan pengalaman para wartawan televisi, yang sebelumnya memang bergiat di media cetak. Terus terang saja, dunia jurnalistik televisi swasta tergolong lahan baru bagi jurnalis Indonesia untuk berkarya.
Demikian pula halnya dengan pendirian televisi swasta tidak terlepas dari alokasi sumber-sumber ekonomi di seputaran lingkaran rezim Soeharto. Gaya-gaya patronisasi dan nepotisme kerap melekat dalam pengelolaan televisi di Indonesia. Latar belakang pemilik dan pendiri stasiun televisi swasta pun juga beragam. Sebagian besar malah berasal dari pengusaha.
Dengan latar belakang sebagai pengusaha, maka ukuran untung rugi selalu menjadi dasar utama bagi penyiaran program-program di televisi. Terkadang karena alasan penghematan dan efisiensi, sebuah program direposisi atau dipindahkan tanpa ada parameter yang baku atau periodisasi tertentu. Jika sebuah program direposisi tanpa ada parameter yang jelas maka hal tersebut sangat berpengaruh terhadap minat pemasang iklan dan pemirsa untuk menonton. Pemasang iklan akan dirugikan karena strategi segmentasi dan sasaran khalayak akan mengalami perubahan jika sebuah program tayangan direposisi tanpa ada periodisasi. Pemirsa akan kebingungan dengan program acara yang mulai digemarinya, karena perubahan jam tayang yang mendadak.
Penelitian ini lebih memfokuskan kepada metode penelitian analisis deskriptif dengan menitikberatkan kepada pengamatan di lapangan serta wawancara secara mendalam dengan narasumber yang berkompeten.
Dan pendekatan ekonomi media, gaya pengelolaan manajemen televisi di Lativi ditelaah dengan kajian ilmu komunikasi maupun dari aspek-aspek ekonomi. Seharusnya, gaya pengelolaan manajemen televisi bersifat fleksibel dengan menerapkan azas-azas organisasi yang modern. Penguasaan manajemen secara terpusat atau komando jelas sangat tidak cocok diterapkan di stasiun televisi swasta. Gaya otoriter yang tidak mau mendengarkan saran saran dari pekerja profesional jelas suatu kemunduran dalam pengelolaan manajemen media televisi.
Oleh karena itu dengan memahami pengelolaan manajemen media diharapkan carut marut pengelolaan televisi di Indonesia bisa berkembang ke arah penyempurnaan. Diharapkan pula, hasil penelitian ini menjadi masukan yang berharga bagi pengembangan dan pengelolaan program berita di televisi swasta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Tigor Christian
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
S26330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research intends to reveal how simulation process works on TV news. Emplouing Baudrilliards's theory on hyperreality and taking Metro TV as a case study, it concludes that news reality on TV is manufactured by simulation process called simulacra. In other words, TV news itself is a production of hyperreality."
Thesis: Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi, VI (1) Januari-April 2007: 1-18, 2007
TJPI-VI-1-JanApr2007-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"[Nama Noviyani NuraeniProgram Studi SosiologiJudul Pergeseran Wewenang Struktur Formal Dalam Proses Produksi Program Hiburan Televisi Dengan Soft Systems Methodology Kasus Program Hiburan Susuya Penelitian ini ingin melihat pergeseran wewenang struktur formal yang diakibatkan oleh kuatnya struktur informal dalam program Susuya MNC TV Hasil observasi awal menunjukkan adanya pergeseran wewenang dari Produser kepada Host Dengan menggunakan metode Soft Systems Methodology ditemukan beberapa kondisi problematik yang terjadi yaitu Host secara tidak langsung menjadi pemimpin leader dalam proses produksi program Susuya terutama yang berhubungan dengan konten dan gimmick lalu dilapangan pun terlihat seolah olah Produser itu sejajar dengan Kreatif Selain itu ternyata Host lah yang mempunyai andil yang besar dalam pembuatan konsep program Susuya tersebut sedangkan Produser belum memiliki pengalaman dalam memproduksi program seperti program Susuya sehingga Host merasa memiliki kewenangan lebih dalam program tersebut Sistem Pengembalian Wewenang dari Host Kepada Produser dengan Pengawasan dan Evaluasi yang terdiri dari delapan human activity system dan Sistem Pengembalian Wewenang ke tangan Produser dengan Peningkatan Kemampuan dan Keahlian Produser yang terdiri dari sembilan human activity systems ini dipilih oleh peneliti sebagai sistem yang akan dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan berbagai perangkat yang ada dalam Soft Systems Methodology seperti CATWOE PQR dan 3E Lalu hasil implikasi teori dalam penelitian ini adalah pada dimensi Legitimization of legitimacy studi ini menunjukkan bahwa konsep yang dikemukakan oleh Meyer dan Rowan mengenai cara mempertahankan legitimasi dengan menggunakan cara ceremonial inspection and evaluation kurang tepat untuk menggambarkan kondisi yang terjadi pada program Susuya tersebut Dengan menggunakan kritik dari Courpasson mengenai kontrol dan koordinasi ldquo lunak rdquo yang juga didukung oleh Gordon Kornberger dan Clegg ini menunjukkan bahwa cara tersebut justru memunculkan struktur dominasi dari Host Lalu pada dimensi yang kedua yaitu sensemaking and legitimacy studi ini menunjukkan bahwa konsep dari Meyer dan Rowan yang mengatakan bahwa untuk memenuhi kendala kontekstual biasanya organisasi menggunakan strategi retoris dan teknik ini cukup sesuai untuk menggambarkan apa yang terjadi pada organisasi produksi program Susuya Namun mengacu kepada konsep sensemaking and legitimacy yang dikemukakan oleh Gordon Kornberger dan Clegg ini menjelaskan bahwa mereka mengasosiasikan legitimasi menjadi sesuatu yang tidak hanya harus terlihat sah tetapi juga masuk akal Maka dari itu apabila Produser ingin meraih kembali kewenangannya maka Produser perlu melakukan upaya upaya tindakan langsung yang terlihat lebih masuk akal agar dapat mengurangi dominasi Host dalam produksi program Susuya tersebut Kata Kunci Pergeseran wewenang legitimasi struktur formal dan informal kekuasaan struktur dominasi legitimization of legitimacy sensemaking and legitimacy program televisi Susuya MNC TV dan Soft Systems Methodology , Name Noviyani NuraeniMajor SosiologiTitle Shifting Authority Formal Structure In Entertaintment Television Program Production Process With Soft Systems Methodology Case Susuya Entertainment Program This study wants to see a shift in the formal structure of authority caused by strong informal structure in Susuya MNC TV programs Results of preliminary observations indicated a shift of authority from the producer to the Host By using the Soft Systems Methodology found some problematic conditions that occur are hosts indirectly become the leader in the production process of the Susuya program especially relating to the content and gimmick and the field also looks as though it is parallel between Creative and Producer In addition The host have a significant role in drafting the program Susuya while the Producer has no experience in producing programs such as Susuya program that hosts feel has authority over the program The process Transformation of Authority Returns Systems Authority of Host To Producer with Control and Evaluation which consisted of eight human activity system and The Transformation Process of Authority Returns Systems with Upgrades of Producer Ability and Skill which consisted of nine human activity systems have been selected by the researchers as a system to be analyzed further by using a variety of devices that exist in the Soft Systems Methodology as CATWOE PQR and 3E Then the results of the theoretical implications of this research is on the dimensions of Legitimization of legitimacy this study shows that the concept proposed by Meyer and Rowan on how to maintain the legitimacy of the use of inspection and evaluation ceremonial way less up to describe the conditions that occur in the Susuya program By using criticism of Courpasson of ldquo soft rdquo control and coordination which is also supported by Gordon Kornberger and Clegg have demonstrated that it actually led to the dominance of the Host structure Then in the second dimension is sensemaking and legitimacy this study shows that the concept of Meyer and Rowan who said that to meet the contextual constraints usually organizations use rhetorical strategies and techniques is quite appropriate to describe what is happening in the organization of production Susuya program However referring to the concept of sensemaking and legitimacy proposed by Gordon Kornberger and Clegg explained that they associate legitimacy into something that does not just have to look legitimate but also reasonable Therefore if the producer wants to regain its authority the producer needs to make efforts to direct action that looks more reasonable in order to reduce the dominance of Hosts in the production of the Susuya program Keywords Shifting authority legitimacy formal and informal structures power dominance structure Legitimization of legitimacy sensemaking and legitimacy television programs Susuya MNC TV and Soft Systems Methodology ]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>