Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164720 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Fadhil Ilham
"Latar belakang: Kanker payudara merupakan bentuk kanker yang paling sering ditemukan pada wanita. Jamur putih (Tremella fuciformis) menjadi kandidat agen terapi kimia karena memiliki berbagai kandungan fitokimia yang berpotensi sebagai antioksidan dan agen sitotoksik terhadap sel kanker.
Tujuan: Untuk mengetahui komponen senyawa fitokimia, aktivitas antioksidan, serta aktivitas sitotoksik Tremella fuciformis sebagai inhibitor sel kanker payudara MCF-7.
Metode: Maserasi dan ekstraksi Tremella fuciformis dilakukan menggunakan pelarut polar, semipolar, dan nonpolar (etanol, etil asetat, dan n-heksana). Komponen fitokimia ekstrak Tremella fuciformis dianalisis melalui uji fitokimia, analisis kadar total fenolik dan flavonoid, serta kromatografi lapis tipis (KLT). Evaluasi aktivitas antioksidan ekstrak Tremella fuciformis dilakukan dengan menggunakan DPPH dan evaluasi aktivitas sitotoksik terhadap sel MCF-7 dilakukan dengan metode MTT.
Hasil: Ekstrak etanol dan etil asetat Tremella fuciformis mengandung flavonoid dan triterpenoid, sedangkan ekstrak n-heksana mengandung glikosida dan triterpenoid. Kandungan total fenolik dan flavonoid ditemukan lebih tinggi pada ekstrak etil asetat dibandingkan dengan ekstrak etanol. Uji KLT menunjukkan bahwa terdapat lima komponen senyawa pada ekstrak etil asetat dan n-heksana, serta tiga komponen senyawa pada ekstrak etanol. Aktivitas antioksidan yang sangat aktif ditunjukkan oleh ekstrak etil asetat (IC50 = 44,64 µg/mL) dan aktivitas antioksidan yang lemah ditunjukkan oleh ekstrak etanol (IC50 = 367,87 µg/mL). Ekstrak etil asetat dan n-heksana menghasilkan efek sitotoksik moderat terhadap sel MCF-7 dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 39,04 µg/ml dan 43,2 µg/ml, sedangkan ekstrak etanol menghasilkan efek sitotoksik yang lemah dengan nilai IC50 sebesar 154,87 µg/ml.
Simpulan: Ekstrak Tremella fuciformis berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen terapi mutakhir dalam tata laksana kanker payudara.

Background: Breast cancer is the most common cancer found in women. White fungus (Tremella fuciformis) is a candidate for the therapeutic agent because it contains various phytochemical components that potentially become antioxidants and cytotoxic agents against cancer cells.
Aim: To determine the phytochemical components, antioxidant activity, and cytotoxic activity of Tremella fuciformis against MCF-7 breast cancer cells.
Methods: Maceration and extraction of Tremella fuciformis were done using polar, semipolar, and nonpolar solvents (ethanol, ethyl acetate, and n-hexane). The phytochemical components were analyzed through phytochemical tests, determination of total phenolic and flavonoid contents, and thin-layer chromatography (TLC). The evaluation of antioxidant activity was carried out using DPPH while the evaluation of cytotoxic activity against MCF-7 cells was carried out using the MTT method.
Result: The ethanol and ethyl acetate extracts of Tremella fuciformis contained flavonoids and triterpenoids, while the n-hexane extract contained glycosides and triterpenoids. The TLC test showed that there were five compounds in the ethyl acetate and n-hexane extracts, and three compounds in the ethanol extract. Highly active antioxidant activity was shown in the ethyl acetate extract (IC50 = 44.64 g/mL) and weak activity was shown in the ethanol extract (IC50 = 367.87 g/mL). The ethyl acetate and n-hexane extract had moderate cytotoxic effects on MCF-7 cells (IC50 = 39.04 g/ml and 43.2 g/ml, respectively). In addition, the ethanol extract had a weak cytotoxic effect (IC50 = 154.87 g/ml.)
Conclusion: Tremella fuciformis has the potential to be developed as a novel therapeutic agent in the management of breast cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jerrie Syauqi Hartinta
"Latar belakang: Kanker kolon merupakan kanker dengan tingkat prevalensi yang tinggi dan menempati urutan ketiga dari kanker yang paling mematikan di seluruh dunia. Tatalaksana kanker kolon sejauh ini memberikan efek samping yang besar dan memerlukan biaya yang tinggi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ekstrak tanaman dapat berfungsi sebagai antikanker, salah satunya adalah daun sirih (Piper betle). Metode: Serbuk daun sirih dimaserasi dengan menggunakan 3 macam pelarut, yaitu etanol, etil asetat, dan n-heksana sehingga diperoleh masing-masing ekstrak etanol, ekstrak etil asetat, dan ekstrak n-heksana daun sirih. Uji fitokimia, kadar total flavonoid dan total fenol, serta kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan untuk mengetahui kandungan fitokimia ekstrak daun sirih. Uji aktivitas antioksidan ekstrak daun sirih dilakukan dengan metode DPPH, sedangkan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker kolon HT-29 diketahui melalui uji MTT. Hasil: Ekstrak daun sirih memiliki komponen senyawa fitokimia, yaitu glikosida, alkaloid, triterpenoid, tanin, dan flavonoid. Kadar total flavonoid dan total fenol paling tinggi dimiliki oleh ekstrak etanol. Uji KLT dengan penampak noda lampu UV dan pewarnaan ninhidrin menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih memiliki 14 komponen senyawa fitokimia. Ketiga jenis ekstrak daun sirih menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat terhadap DPPH dengan nilai IC50 berkisar antara 14,20-25,78 μg/mL. Aktivitas sitotoksik ekstrak etanol daun sirih terhadap sel HT-29 termasuk kategori aktif (IC50 = 82,46 μg/mL), sedangkan ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksana termasuk kategori cukup aktif dengan nilai IC50 masing-masing adalah 115,29 μg/mL dan 105,30 μg/mL. Kesimpulan: Ekstrak daun sirih memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi salah satu agen terapeutik dalam tatalaksana kanker kolon.

Introduction: Colon cancer is a cancer with high prevalence rate and ranks third of the deadliest cancers worldwide. Treatment of colon cancer so far has had major side effects for patients and requires high treatment costs. Various studies have shown that plant extracts can function as anticancer, such as betel leaf (Piper betle).
Method: Betel leaf powder was macerated using 3 kinds of solvents, namely ethanol, ethyl acetate, and n-hexane to form betel leaf extract. Phytochemical tests, total flavonoid and phenol levels, along with thin layer chromatography (TLC) were used to determine the phytochemical compounds. The antioxidant activity of betel leaf extract was tested with the DPPH method, while the cytotoxic activity against HT-29 cells was determined by the MTT assay.
Result: Betel leaf extract contains phytochemical compounds, namely glycosides, alkaloids, triterpenoids, tannins, and flavonoids. The highest levels of total flavonoids and phenol was in the ethanol extract. TLC test with UV lamp stains and ninhydrin staining showed that the betel leaf extract had 14 components of phytochemical compounds. The three types of betel leaf extract showed a very strong antioxidant activity against DPPH with IC50 values ​​ranging from 14.20-25.78 μg/mL. Cytotoxic activity of betel leaf ethanol extract against HT-29 cells was categorized as active (IC50 = 82.46 μg/mL), while ethyl acetate and n-hexane extracts were categorized as moderately active with IC50 values ​​of 115.29 μg/mL and 105.30 μg/mL.
Conclusion: Betel leaf extract has the potential to be developed as a therapeutic agent in the treatment of colon cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafsa Hapsari
"Kanker serviks menduduki peringkat keempat penyebab kematian akibat kanker pada wanita. Insidensi, prevalensi, serta tingkat mortalitas akibat kanker serviks di Indonesia terus mengalami peningkatan. Modalitas terapi yang tersedia memiliki keterbatasan, sehingga perlu dikembangkan penelitian mengenai potensi bahan alam sebagai terapi alternatif, salah satunya daun kelor (Moringa oleifera). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi senyawa fitokimia, aktivitas antioksidan, serta aktivitas sitotoksik ekstrak daun Moringa oleifera tehadap sel kanker serviks HeLa. Ekstraksi daun kelor dilakukan dengan teknik maserasi sehingga didapatkan ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana. Analisis fitokimia dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Aktivitas antioksidan diukur menggunakan metode DPPH sedangkan aktivitas sitotoksiknya terhadap sel kanker serviks HeLa menggunakan metode MTT. Komponen senyawa fitokimia yang terkandung di dalam ekstrak daun Moringa oleifera mencakup alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, triterpenoid, dan steroid. Ekstrak etanol mengandung total fenol tertinggi sedangkan kandungan total flavonoid tertinggi ditemukan pada ekstrak etil asetat. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun kelor bersifat aktif (IC50: 50,54 µg/ml), ekstrak etil asetat moderat (IC50: 206,71 µg/ml) sedangkan ekstrak n-heksana tidak memiliki aktivitas antioksidan (IC50: 5397,43 µg/ml). Ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana daun Moringa oleifera menunjukkan aktivitas sitotoksik moderat terhadap sel kanker serviks HeLa dengan nilai IC50 berturut-turut 53,17 µg/ml; 28,79 µg/ml; 48,65 µg/ml.

Cervical cancer is the fourth leading cause of cancer death in women. Incidence, prevalence, and mortality rates due to cervical cancer in Indonesia continue to increase. The current therapeutic choices have some limitations, thus it is necessary to explore the potential of natural materials as alternative treatment, one of which is Moringa oleifera leaf. This study aimed to determine the content of phytochemical compounds, antioxidant activity, and cytotoxic activity of Moringa oleifera leaf extract against HeLa cervical cancer cells. Maceration technique on Moringa leaves produced ethanol, ethyl acetate, and n-hexane extracts. Phytochemical analysis was conducted qualitative and quantitatively. Antioxidant activity was measured using the DPPH method, while its cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells was determined using the MTT method. Moringa leaves extract contains alkaloids, flavonoids, glycosides, saponins, tannins, triterpenoids, and steroids. The ethanol extract has the highest total phenol content while the highest total flavonoid content is found in the ethyl acetate extract. The ethanol extract has active antioxidant activity (IC50: 50.54 µg/ml), the ethyl acetate extract has moderate activity (IC50: 206.71 µg/ml) while the n-hexane extract shows no antioxidant activity (IC50: 5397.43 µg/ml). Ethanol, ethyl acetate, and n-hexane extracts of Moringa oleifera leaves shows cytotoxic activity against HeLa cells with moderate intensity with IC50 values as follows, 53.17 µg/ml; 28.79 µg/ml; 48.65 µg/ml, respectively."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinsensia Maharani Kanya Dhira Pradipta
"Latar belakang: Penelitian sistematik untuk kanker payudara dilakukan di Indonesia dengan
flora dan potensi terapeutik yang berlimpah berkesempatan sebagai prospek terhadap sel
kanker melalui studi tentang kandungan fitokimia, aktivitas antioksidan, dan antikanker.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan potensi Ulva lactuca yang terdapat di
Indonesia sebagai antioksidan dan inhibitor pertumbuhan kanker payudara terhadap sel kanker
payudara MCF-7.
Metode: Ulva lactuca diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut n-heksana,
etil-asetat dan etanol dan menghasilkan ekstrak n-heksana, ekstrak etil-asetat, dan ekstrak
etanol Ulva lactuca. Hasil ekstraksi diuji dengan analisa fitokimia dan KLT. Aktivitas
antioksidan sebagai radical scavenger dinilai melalui uji DPPH, sedangkan sitotoksisitas
terhadap sel kanker payudara MCF-7 dievaluasi melalui uji MTT.
Hasil: Analisa fitokimia menunjukan senyawa metabolit sekunder triterpenoid, steroid, dan
glikosida terkandung dalam Ulva lactuca. KLT menunjukan adanya 11 komponen fitokimia.
Dari uji DPPH, ekstrak Ulva lactuca dengan etanol dan etil asetat diklasifikasikan memiliki
aktivitas antioksidan yang sangat aktif terhadap radikal bebas DPPH, dengan nilai IC50 3.514
μg/mL dan 33.770 μg/mL secara berurutan. Dari uji MTT, ekstrak n-heksana Ulva lactuca
memberikan nilai IC50 70.496 μg/mL dan ekstrak etil asetat Ulva lactuca memberikan nilai
50.883 μg/mL terhadap sel kanker payudara MCF-7, dimana keduanya memiliki aktivitas
antikanker sedang. Sedangkan ekstrak etanol Ulva lactuca menunjukan nilai IC50 11.920
μg/mL pada sel MCF-7 yang memiliki aktivitas antikanker yang aktif.
Kesimpulan: Ekstrak etanol Ulva lactuca yang memiliki kandungan antioksidan dan aktivitas
sitotoksik yang kuat terhadap sel MCF-7 perlu dikembangkan lebih lanjut sebagai agen antikanker
payudara.

Background: Systematic researches for breast cancer is ran in Indonesia with its flora
resources and therapeutic potentials as prospective towards cancer cells through studies
concerning phytochemical contents, antioxidant activity, and cytotoxicity. The aim of this
research is to obtain Ulva lactuca abundant potential that is available in Indonesia as
antioxidant and anticancer towards breast cancer cell MCF-7.
Method: Ulva lactuca is extracted by maceration with solvents which are n-hexane, ethylacetate,
and ethanol, ensuing extracts of n-hexane, ethyl-acetate and ethanol. The extracts later
collected and tested through phytochemical and TLC analysis. The DPPH assay determines the
extracts’ antioxidant activity as a radical scavenger and MTT assay evaluates the cytotoxicity
towards MCF-7 cells.
Results: Phytochemical screening revealed secondary metabolites triterpenoids, steroids, and
glycosides in Ulva lactuca. The TLC resulted that there are 11 phytochemical components.
From DPPH assay, ethanol and ethyl acetate extracts of Ulva lactuca are classified to have
very active antioxidant activity against DPPH free radicals, with IC50 of 3.514 μg/mL and
33.770 μg/mL, respectively. From MTT assay, n-hexane extract gives IC50 value of 70.496
μg/mL, and ethyl-acetate extract gives IC50 value of 50.883 μg/mL towards MCF-7 cells, both
have moderate anticancer activity. Whereas the ethanol extract gives IC50 value of 11.920
μg/mL on MCF-7 cells which considered to have active anticancer activity.
Conclusion: Ethanol extract of Ulva lactuca that has a strong antioxidant and cytotoxic activity
against MCF-7 cells should be further develop as an anti-breast cancer agent.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Brenda Cristie Edina
"

Latar Belakang: Tanaman temu kunci (Kaempferia pandurata) telah diteliti memiliki efek antikanker dan berpotensi sebagai terapi target kanker payudara dengan ekspresi reseptor estrogen positif.

Tujuan: Penelitian ini menguji kandungan metabolit sekunder dalam ekstrak n-heksana temu kunci dan menguji efek ekstrak tersebut dan sediaan nanopartikelnya terhadap pertumbuhan sel kanker payudara ER (reseptor estrogen) positif MCF-7. 

Metode: Rimpang temu kunci diekstraksi dengan menggunakan pelarut n-heksana, kemudian diuji fitokimia dan kromatografi lapis tipis untuk mengetahui kandungan fitokimia dalam ekstrak tersebut. Selanjutnya, dilakukan sintesis nanopartikel dari ekstrak n-heksana temu kunci. Kemudian, dilakukan uji MTT dari ekstrak n-heksana temu kunci dan nanopartikelnya terhadap sel MCF-7 untuk mengetahui laju inhibisi dan nilai IC50 sebagai tolak ukur efek antikanker kedua sampel.

Hasil:. Rimpang temu kunci berhasil diekstraksi dalam pelarut n-heksana. Berdasarkan hasil uji fitokimia, ekstran n-heksana temu kunci mengandung senyawa organik flavonoid, triterpenoid, dan tanin. Uji kromatografi lapis tipis dengan eluen non-polar (n-heksana : etil asetat = 5 : 1) menunjukkan delapan noda dengan nilai Rf masing – masing  0,12; 0,18; 0,23; 0,29; 0,41; 0,55; 0,62; 0,80. Dari hasil uji MTT, nilai IC50 dari ekstrak n-heksana temu kunci dan nanopartikelnya secara berturut – turut adalah 94,387 ± 11,667 μg/mL dan 31,298 ± 0,242 μg/mL.

Diskusi: Kandungan fitokimia dalam ekstrak n-heksana (flavonoid, triterpenoid, tanin) memiliki efek antikanker pada sel kanker payudara. Ekstrak n-heksana temu kunci dan sediaan nanopartikelnya memiliki efek antikanker yang cukup aktif terhadap sel kanker payudara ER positif MCF-7. Pembuatan sediaan nanopartikel meningkatkan transpor ekstrak n-heksana temu kunci ke dalam sel MCF-7.

Kesimpulan: Ekstrak n-heksana temu kunci dan nanopartikelnya memiliki potensi sebagai agen antikanker terhadap kanker payudara ER positif MCF-7.

 


 

Background: Finger root (Kaempferia pandurata) is a medicinal herb which has shown anticancer activity as potential targeted-therapy towards estrogen receptor positive breast cancer.

 Objective: This research was conducted to analyze the phytochemical contents of n-hexane extract of Kaempferia pandurata and its nanoparticle to the growth of estrogen positive breast cancer MCF-7 cells.

Methods: Kaempferia pandurata rhizome was extracted in n-hexane, and its phytochemical contents was analyzed by simple phytochemical test and thin layer chromatography. Nanoparticle was then synthesized from n-hexane extract of Kaempferia pandurata. Finally, the n-hexane extract of Kaempferia pandurata and its nanoparticle were then tested using MTT Assay to MCF-7 cells in order to determine their inhibition rate and IC50.

Results:. The extraction of Kaempferia pandurata rhizome in n-hexane extract was conducted successfully. Through simple phytochemical testing, n-hexane extract of Kaempferia pandurata contained flavonoids, triterpenoids, and tannins. Thin layer chromatography using non-polar eluent (n-hexane : ethyl acetate = 5 :1) showed eight spots with Rf values of 0,12; 0,18; 0,23; 0,29; 0,41; 0,55; 0,62; 0,80. MTT assay resulted in IC50 value of 94.387 ± 11.667 μg/mL and 31,298 ± 0,242 μg/mL for n-hexane extract of Kaempferia pandurata and its nanoparticle respectively.

Discussion: The phytochemical contents of n-hexane extract of Kaempferia pandurata (flavonoid, triterpenoid, tannin) was shown to have anticancer activities on breast cancer cells n-hexane extract of Kaempferia pandurata and its nanoparticle has moderately active anticancer activities towards estrogen positive breast cancer MCF-7 cells. Nanoparticle enhances n-hexane extract of Kaempferia pandurata’s entry to cancer cells.

Conclusion: N-hexane extract of Kaempferia pandurata and its nanoparticle can be a potenial anticancer agent towards estrogen positive breast cancer.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafael Erlangga Bagas Pratama
"Kanker payudara menempati urutan kedua penyebab kematian akibat kanker tertinggi di Indonesia. Keterbatasan tatalaksana kanker payudara yang tersedia saat ini mendorong potensi tanaman herbal sebagai pengobatan alternatif, salah satunya daun suruhan (Peperomia pellucida) yang studinya masih terbatas di Indonesia. Serbuk daun suruhan dimaserasi menggunakan tiga jenis pelarut sehingga diperoleh ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana. Uji fitokimia dan KLT dilakukan untuk mengetahui jenis dan jumlah komponen fitokimia. Aktivitas antioksidan diketahui melalui uji DPPH, sedangkan sitotoksisitas terhadap sel kanker payudara MCF-7 diketahui melalui uji MTT. Adapun korelasi antara aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas ekstrak daun suruhan ditentukan melalui uji korelasi Pearson. Komponen fitokimia yang terkandung dalam ekstrak daun suruhan mencakup alkaloid, flavonoid, tannin, steroid, dan triterpenoid. Uji KLT menunjukkan bahwa ekstrak daun suruhan mengandung 20 komponen fitokimia. Ekstrak etanol dan etil asetat daun suruhan menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat (IC50 = 14,45 µg/ml dan 22,12 µg/ml), sedangkan ekstrak n-heksana memiliki aktivitas antioksidan yang sedang (IC50 = 102,71 μg/mL). Ketiga jenis ekstrak memiliki efek sitotoksisitas yang kuat terhadap sel kanker payudara MCF-7 dengan kisaran nilai IC50 = 10,68 - 62,73 µg/ml. Adapun aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas ekstrak daun suruhan menunjukkan korelasi yang sangat tinggi dan bernilai positif (r = 0,99). Ekstrak daun suruhan memiliki kandungan senyawa fitokimia, aktivitas antioksidan, dan efek sitotoksisitas terhadap sel kanker payudara MCF-7. Semakin kuat aktivitas antioksidan ekstrak daun suruhan, semakin kuat juga efek sitotoksisitasnya. Oleh karena itu, ekstrak daun suruhan berpotensi untuk dikembangkan menjadi agen terapeutik dalam tatalaksana kanker payudara.

Breast cancer is the second most common cancer to cause mortality in Indonesia. Suruhan leaf (Peperomia pellucida), whose research is still limited in Indonesia, has the potential to be used as an alternative treatment for breast cancer due to the limitations of currently existing therapies for the disease. Suruhan leaf powder was macerated in three solvents to produce ethanol, ethyl acetate, and n-hexane extract. The type and amount of phytochemical were determined using phytochemical and TLC assays. Antioxidant activity was assessed using the DPPH method, and cytotoxicity effect on MCF-7 cells was determined with the MTT method. The correlation between antioxidant activity and cytotoxicity was determined using the Pearson correlation test. The suruhan leaf extract comprises alkaloids, flavonoids, tannins, steroids, and triterpenoids. TLC assay identified 20 phytochemical components within the suruhan leaf extract. The ethanol and ethyl acetate extracts displayed very strong antioxidant properties (IC50 = 14.45 µg/ml and 22.12 µg/ml), while the n-hexane extract exhibited moderate antioxidant activity (IC50 = 102.71 µg/ml). All three extract types demonstrated strong cytotoxicity effect against MCF-7 breast cancer cells, with IC50 values ranging from 10.68 - 62.73 µg/ml. The antioxidant activity and cytotoxicity effect showed a very high correlation and had a positive value (r = 0.99). Suruhan leaf extract possesses phytochemicals, antioxidant activity, and cytotoxicity against MCF-7 breast cancer cells. The stronger the antioxidant activity of suruhan leaf extract, the stronger the cytotoxic effect. Therefore, suruhan leaf extract has the potential to be developed as a breast cancer therapeutic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfi Rabbani
"Latar belakang: Kanker merupakan penyakit tidak menular dengan 18.1 juta kasus baru dan 9.6 juta kematian setiap tahunnya. Kanker payudara adalah jenis kanker kedua terbanyak setelah kanker paru-paru. Tata laksana kanker diperlukan biaya yang tinggi dan memiliki efek samping yang beragam. Komponen fitokimia aktif dari tumbuhan ataupun fungi yang memiliki kemampuan antioksidan dan sitotoksik terhadap sel kanker, dapat dikembangkan sebagai obat kanker. Salah satu jenis fungi yang berpotensi sebagai antikanker adalah genus Auricularia sp. atau Jamur Hitam-Putih. Studi ini bertujuan untuk mengetahui komponen fitokimia, aktivitas antioksidan dan efek sitotoksik dari ekstrak Auricularia sp. terhadap sel kanker payudara MCF-7.
Metode: Auricularia sp. yang telah dikeringkan dihaluskan menjadi bubuk. Selanjutnya dimaserasi secara bertingkat menggunakan n-heksana, etil asetat dan etanol. Pada ketiga ekstrak dilakukan uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT) dilanjutkan dengan pengujian aktivitas antioksidan, dan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker payudara MCF-7.
Hasil: Auricularia sp. mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid, serta memiliki 17 komponen senyawa lain. Ekstrak etil asetat Auricularia sp. menunjukkan aktivitas antioksidan lemah terhadap radikal bebas DPPH, dengan nilai IC50 sebesar 215.51 μg/mL, dan memiliki aktivitas sitotoksik sangat kuat terhadap sel MCF-7 dengan nilai IC50 sebesar 0.209 μg/mL. Sedangkan ekstrak etanol dan ekstrak n-heksana menunjukkan aktivitas sitotoksik yang tergolong aktif, dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 28.284 μg/mL dan 50.394 μg/mL.
Kesimpulan: Auricularia sp. memiliki komponen fitokimia aktif yang menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker MCF-7.

Background: Cancer is a non-communicable disease with over 18.1 million new cases and 9.6 million deaths annually according to WHO. Breast cancer is the number two highest count type of cancer trailing behind lung cancer. Treating cancer is expensive and have various side effects. Active components found in plants or fungi that have antioxidant and cytotoxic activity towards cancer cells, could be an alternative for anticancer. One of the fungi that is potentially developed as an anticancer, are the genus of Auricularia sp. also known as Black-White fungus. This study aims to determine the phytochemicals components, antioxidant activity and cytotoxic effect of the Auricularia sp. towards MCF-7 breast cancer cells.
Method: Dried Auricularia sp. grinded into a fine powder. Then, multilevel maceration is done with the n-hexane, ethyl acetate, ethanol. The extracts undergo phytochemical screening and thin layer chromatography (TLC), followed by measuring antioxidant and evaluating the cytotoxic activity towards MCF-7 breast cancer cells.
Results: Auricularia sp. contained secondary metabolites of flavonoids, alkaloids, and triterpenoids and a total of 17 other phytochemical components. Ethyl acetate extract of Auricularia sp. showed a weak antioxidant activity towards DPPH free radical with IC50 of 215.51 μg/mL and a very active cytotoxic evaluation with IC50 of 0.209 μg/mL. On the other hand, Ethanol and n-hexane is categorized with an active cytotoxic evaluation with 29.284 μg/mL and 50.394 μg/mL, respectively.
Conclusion: Auricularia sp. contained phytochemical components that had biological activity of antioxidant toward DPPH free radical and cytotoxic towards MCF-7 breast cancer cell.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raniindra Khalisha Soediro Abidin
"Latar belakang: Kanker payudara terjadi cukup tinggi dan merupakan salah satu penyebab utama kematian di Indonesia dan dunia. Pengobatan untuk kanker yang mahal dan memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda-beda dan dapat menyebabkan efek samping kepada pasien sehingga diperlukan pengembangan terapi alternatif untuk pengobatan kanker payudara dengan tanaman herbal yang biayanya terjangkau dan memiliki efek samping minimal, salah satunya kluwak (Pangium edule). Metode: Bubuk kluwak dimaserasi dengan menggunakan tiga jenis pelarut berbeda sehingga diperoleh ekstrak etanol, ekstrak etil asetat, dan ekstrak n-heksana kluwak. Uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan untuk mengetahui jenis dan jumlah komponen fitokimia ekstrak kluwak. Aktivitas antioksidan ekstrak kluwak dilakukan uji dengan metode DPPH dan efek sitotoksisitas terhadap sel kanker payudara MCF-7 diketahui melalui uji MTT. Hasil: Komponen fitokimia yang terkandung di dalam ekstrak kluwak mencakup flavonoid, alkaloid, triterpenoid, dan glikosida. Ekstrak etanol kluwak menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat lemah (IC50 = 26459 µg/ml), sedangkan ekstrak etil asetat dan n-heksana tidak dapat ditentukan aktivitas antioksidannya. Ekstrak etil asetat dan n-heksana kluwak juga memiliki efek sitotoksisitas yang sedang terhadap sel kanker payudara MCF-7 dengan nilai IC50berturut-turut 132,79 µg/ml dan 232,93 µg/ml sedangkan ekstrak etanol memiliki efek sitotoksisitas yang lemah dengan nilai IC50 667,91 µg/ml. Kesimpulan: Ekstrak kluwak (Pangium edule) memiliki kandungan senyawa fitokimia dan efek sitotoksisitas terhadap sel kanker payudara MCF-7 sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi salah satu agen terapeutik dalam tatalaksana kanker payudara.

Introduction: Breast cancer occurs quite high and is one of the main causes of death in Indonesia and the world. Current treatment for cancer is expensive and has varying degrees of success and can cause side effects for patients. Kluwak (Pangium edule), whose reseach is still limited has the potential to be used as an alternative treatment for breast cancer. Methods: Kluwak powder was macerated using three different types of solvents to obtain ethanol extract, ethyl acetate extract and n-hexane kluwak extract. Phytochemical tests and thin layer chromatography (TLC) were carried out to determine the type and amount of phytochemical components of kluwak extract. The antioxidant activity of kluwak extract was tested using the DPPH method and the cytotoxic effect on MCF-7 breast cancer cells was determined using the MTT test. Results: The phytochemical components contained in kluwak extract include flavonoids, alkaloids, triterpenoids and glycosides. The ethanol extract of kluwak showed very weak antioxidant activity (IC50 = 26459 µg/ml), while the antioxidant activity of the ethyl acetate and n-hexane extracts could not be determined. Ethyl acetate and n-hexane kluwak extracts also had a moderate cytotoxic effect on MCF-7 breast cancer cells with IC50 values respectively 132.79 µg/ml and 232.93 µg/ml while the ethanol extract had a weak cytotoxic effect with values IC50 667.91 µg/ml.Conclusion: Kluwak (Pangium edule) extract contains phytochemical compounds and cytotoxic effects on MCF-7 breast cancer cells, so it has the potential to be developed as a therapeutic agent in the management of breast cancer."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvira Lesmana
"ABSTRAK
Pendahuluan. Kanker adalah suatu pertumbuhan tidak terkendali dari suatu sel, salah satu yang terbanyak terjadi, terutama pada wanita adalah kanker payudara. Berbagai cara banyak ditempuh oleh para peneliti untuk menemukan cara terbaik untuk penanganan kanker payudara, termasuk melalui bahan-bahan alamiah, yakni rumput laut. Eucheuma cottoniidan Eucheuma spinosum menjadi sasaran dalam studi eksperimental ini untuk mengetahui struktur fitokimia masing-masing spesies ini dan mengetahui efek antikanker yang dapat dihasilkan oleh kedua spesies ini. Metode. Kedua spesies makroalgadipanen dari Kawasan Pantai Labuan Aji di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia yang kemudian dibersihkan, dikeringkan, serta ditimbang. Sampel kemudian melalui proses ekstraksi dan fraksinasi, melalui proses uji kromatografi lapis tipis, uji fitokimia, dan uji antikanker dengan metode MTT assaydengan 6 konsentrasi yang berbeda.Hasil.Eucheuma cottoniimemiliki kandungan flavonoid dan triterpenoid pada keseluruhan ekstrak, kandungan alkaloid pada ekstrak n-heksana dan etil asetat, dan kandungan tannin pada ekstrak etanol. Pada Eucheuma cottoniiyang memiliki efek antikanker tertinggi dengan nilai IC5014,589 g/mLadalah ekstrak n-heksana, diikuti dengan ekstrak etil asetat, etanol, dan klorofom (15,987 g/mL, 18,449 g/mL, dan 25,205 g/mL), sedangkan pada Eucheuma spinosumyang memiliki efek antikanker terbaik dengan nilai IC50terendah adalah ekstrak n-heksana juga dengan IC5033,841 g/mLdiikuti dengan etil asetat, etanol, dan kloroform (37,328 g/mL, 41,523 g/mL, dan 51,981 g/mL). Setelah didapatkan nilai IC50, dilakukan uji normalitas yang menunjukkan bahwa data memiliki sebaran normal. Uji one-wayANOVA yang kemudian dilakukan untuk melihat hasil komparatif perbedaan pada masing-masing IC50menunjukkan nilai yang tidak signifikan pada masing-masing kedua spesies. Kesimpulan. Eucheuma cottoniidan Eucheuma spinosumkeduanya memiliki efek antikanker pada masing-masing ekstrak di semua konsentrasi yang bersifat concentrationdependent hingga mencapai konsentrasi 50 g/mL.Meskipun begitu, perbedaan kemampuanantikankerdari berbagai ekstrak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Kedua jenis rumput laut ini merupakan makroalgayang menjanjikan untuk diteruskan penelitiannya hingga dapat menghasilkan suatu produk antikanker.

ABSTRACT
Introduction. Cancer is an uncontrollable and rapid deployment of cells. One of the most common cancer happened especially in women nowadays isbreast cancer. Many of ways have been tried and searched by researchers in order to find the best way possible for the treatment of breast cancer, through advanced technologies as well as natural resources, which one of those is seaweed. In this experimental study, we are using Eucheuma cottonii and Eucheuma spinosum to find out theirphytochemical components and to discover theiranticancer effect thoroughly. Methods.Both species of macroalgae wereharvested in Labuan Aji Beach Area in Lombok Island, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Macroalgaewere then cleaned, dried and weighed. Through extraction and fractionation, these species were then separated into four extracts which are n-hexane, chloroform, ethylacetateand ethanol. After that, they went through thin layer chromatography procedure, phytochemistry test and finally were proved its anticancer activity with MTTassay procedure with six different concentrations. Results.Eucheuma cottonii were proved to containflavonoid and triterpenoid in all of its extracts, the alkaloid in n-hexane and ethylacetateextracts, and tannin in ethanol extract. Data shown that N-hexane extract hadthe highest anticancer activity with IC5014,589 g/mL, followed by ethylacetate, ethanol and chloroform respectively (15.987 g/mL, 18.449 g/mL, dan 25.205 g/mL). Surprisingly, in Euchema spinosum, extract with most potent anticancer activity with lowest IC50wasalso n-hexane with IC5033.841 g/mL followed by other extracts, ethylacetate, ethanol and chloroform (37.328 g/mL, 41.523 g/mL, dan 51.981 g/mL). Subsequently, a normality test to IC50data were provednormally. Afterward, to identify its significance, one-way ANOVA test wasperformed and the output showedinsignificant scores in both species. Conclusion.Both Eucheuma cottonii and Eucheuma spinosum exhibitedanticancer activity fromeach extractinevery different concentration. The more concentrated the extract, the more potent its anticancer activity is. Nonetheless, there wereno significant differences towards all the extracts tested. Both of these macroalgae showeda promising potentialthrough further research towards finding cures for breast cancer. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isma Zahira Suhaima
"Latar belakang: Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum terjadi pada wanita dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Tata laksana yang dapat dilakukan antara lain pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi, meskipun metode tersebut tidak jarang menimbulkan berbagai efek samping serta biaya yang mahal. Pengobatan alternatif juga kerap dilakukan untuk membantu penanganan kanker, salah satunya dengan obat-obatan herbal. Hibiscus rosa-sinensis diketahui memiliki berbagai senyawa fitokimia yang berpotensi dikembangkan sebagai antikanker.
Metode: Hibiscus rosa-sinensis kering digiling menjadi serbuk, lalu dibuat menjadi ekstrak dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol. Analisis kandungan fitokimia ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan melalui uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT). Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan menggunakan metode DPPH, sedangkan aktivitas sitotoksik ekstrak Hibiscus rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dilakukan dengan metode MTT.
Hasil: Hibiscus rosa-sinensis memiliki kandungan fitokimia triterpenoid, alkaloid, flavonoid, tanin, dan steroid. Ekstrak Hibiscus rosa-sinensis menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 sebesar 1,56 µg/mL untuk ekstrak etil asetat dan 42,30 µg/mL untuk ekstrak etanol. Aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat H. rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dikategorikan moderat dengan nilai IC50 sebesar 79,37 µg/m, sedangkan ekstrak n-heksana dan ekstrak etanol H. rosa-sinensis yang masing-masing memiliki nilai IC50 sebesar 125,23 µg/mL dan 210,77 µg/mL, dikategorikan aktivitas sitotoksik lemah.
Simpulan: Hibiscus rosa-sinensis mengandung beberapa senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan menunjukkan aktivitas Metode: Hibiscus rosa-sinensis kering digiling menjadi serbuk, lalu dibuat menjadi ekstrak dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol. Analisis kandungan fitokimia ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan melalui uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT). Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan menggunakan metode DPPH, sedangkan aktivitas sitotoksik ekstrak Hibiscus rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dilakukan dengan metode MTT.
Hasil: Hibiscus rosa-sinensis memiliki kandungan fitokimia triterpenoid, alkaloid, flavonoid, tanin, dan steroid. Ekstrak Hibiscus rosa-sinensis menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 sebesar 1,56 µg/mL untuk ekstrak etil asetat dan 42,30 µg/mL untuk ekstrak etanol. Aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat H. rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dikategorikan moderat dengan nilai IC50 sebesar 79,37 µg/m, sedangkan ekstrak n-heksana dan ekstrak etanol H. rosa-sinensis yang masing-masing memiliki nilai IC50 sebesar 125,23 µg/mL dan 210,77 µg/mL, dikategorikan aktivitas sitotoksik lemah.
Simpulan: Hibiscus rosa-sinensis mengandung beberapa senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan menunjukkan aktivitas sit

Background: Breast cancer is the most common type of cancer in women with a very high mortality rate. Treatments for this malignancy are surgery, chemotherapy, and radiotherapy, however those methods can cause adverse effects and quite expensive. Complementary and alternative medicines (CAMs) are also used to support those treatments, one of them is herbal medicine. Hibiscus rosa-sinensis is known to have various phytochemical components which have the potential to be developed as anticancer.
Method: Dry Hibiscus rosa-sinensis was milled to a powder, then extracted by multilevel maceration method using n-hexane, ethyl acetate and ethanol as solvents. Phytochemical components of Hibiscus rosa-sinensis extracts was analyzed using phytochemical tests and thin layer chromatography (TLC). Its antioxidant activity was determined using DPPH method, meanwhile its cytotoxic activity towards MCF-7 breast cancer cells was evaluated using MTT assay.
Result: Hibiscus rosa-sinensis were proved to contain triterpenoids, alkaloids, flavonoids, tannins and steroids. Hibiscus rosa-sinensis extracts showed antioxidant activity towards DPPH free radicals with IC50 value of 1.56 µg/mL for ethyl acetate extract and 42.30 µg/mL for ethanol extract. Cytotoxicity of Hibiscus rosa-sinensis ethyl acetate extract towards MCF-7 cells was moderately active with the IC50 value of 79.37 µg/mL. Meanwhile, Hibiscus rosa-sinensis n-hexane extract and ethanol extract which had IC50 for 125.23 µg/mL and 210.77 µg/mL, are categorized into weakly active cytotoxicity.
Conclusion: Hibiscus rosa-sinensis contains several phytochemical compounds which showed antioxidant activiy towards DPPH free radicals and cytotoxic activity towards MCF-7 breast cancer cells, thus it can be developed further to be anti-breast cancer agents.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>