Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136484 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pardede, Carlos Margondo
"Tesis ini berusaha mengupas interpretasi jurnalis televisi atas kode etik jurnalis televisi Indonesia saat mereka melakukan endorse produk di Instagram, alasan mereka melakukannya dan apakah ada benturan antara kode etik jurnalis televisi dengan kegiatan komunikasi pemasaran digital itu. Dengan popularitas yang dimiliki, banyak jurnalis televisi yang menggunakan akun Instagram mereka menjadi medium pemasaran yaitu sebagai endorser. Dengan paradigma interpretif dan pendekatan kualitatif, penulis menggunakan pemikiran etika media yang menjadi patokan moral untuk jurnalis televisi sebagai seorang profesional. Konsep Self-regulation dalam self-regulatory bodies yang dibentuk tenaga profesional juga digunakan. Selain itu digunakan juga konsep transformasi jurnalisme kontemporer untuk menelaah adanya pergeseran peran jurnalis di era digital. Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dan observasi, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa jurnalis televisi endorser produk di Instagram tidak menganggap kegiatan pemasaran digital tersebut melanggar kode etik profesi. Mereka menilai tidak ada aturan bagi jurnalis televisi dalam berperilaku di media sosial.

This thesis tries to analyze television journalists' interpretation of Indonesian television journalists' code of ethics when they endorse products on Instagram, their reasons for doing so and whether there is a conflict between television journalists' code of ethics
and digital marketing communication activities. With their popularity, many television journalists use their Instagram accounts as a marketing medium, namely as endorsers. With an interpretive paradigm and a qualitative approach, the writer uses media ethical thinking which becomes the moral benchmark for television journalists as professionals. The concept of self-regulation in professional self-regulatory bodies is also used. In addition, the concept of transformation of contemporary journalism is also used to examine the shift in the role of journalists in the digital era. Based on data obtained from interviews and observations, the results of this study indicate that television journalists endorser products on Instagram do not think that digital marketing activities violate the professional code of ethics. They considered that there were no rules for television journalists in their behavior on social media.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tirza Reinata
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5288
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tirza Reinata
"Bias Gender dalam Media merupakan sebuah konsep yang tak terelakkan mengingat sejarah panjang dominasi kaum laki-laki di dalam kenyataannya Bias Gender juga terjadi didalam newsroom, tempat berta diprodoksi. Jurnalis Perempuan menghadapi berbagai macam bentuk bias genderdalam perlakuan ditempat kerjanya, termasuk menjadi kelompok minoritas di Lingkungannya, kesempatan yang lebih kecil untuk mencapai posisi kekuasaan di tangkat yang lebih tinggi, pembegian kerja berdasarkan gender, serta sudut pandang menggunakan stereotype gender oleh sesama pekerja dan atasan mereka. Penelitian ini mengamati keadaan kerja jurnalis perempuan dalam Liputan 6 SCTV, sebuah program berita ternama di Indonesia, dan mengungkap kebenaran bias gender dalam newsroom televisi, yaitu bahwa bias gender memang terjadi dan Jurnalis Perempuan memiliki sudut pandangnya masing-masing dalam menanggapi bias gender."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haryanto
"[ABSTRAK
Kode Etik Filantropi Media Massa adalah produk baru yang dihasilkan atas
insiatif pengelola filantropi media massa di Indonesia pada 11 Januari 2013.
Tujuannya untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana publik
dan juga sebagai dinding api fungsi jurnalistik dan fungsi filantropi di media
massa. Tesis ini meneliti bagaimana pelaksanaan Kode Etik Filantropi Media
Massa di dua media televisi yang melakukan kegiatan filantropi sebagai bagian
dari tanggungjawab sosial media massa. Teori Social Responsiblities Media
Massa dan Corporate Philantrophy menjadi teori yang peneliti gunakan dalam
menelaah mengenai Kode Etik Filantropi Media Massa ini. Hasil penelitiannya,
menunjukkan pelaksanaan prinsip-prinsip kode etik filantropi media massa belum
efektif, karena belum adanya konsepsi yang sama mengenai tanggungjawab sosial
dan filantropi media massa.

ABSTRACT
Mass Media Philantrophy Code of Ethics published as the initiative of Indonesia
mass media philantrophy manager on January 11, 2013. The code of ethics had
goal to maintain mass media transparency and accountability as well as firewall
between philanthropy functions and journalism functions. This thesis examines
the implementations of Mass Media Philantrophy Code of Ethics in two private
television that doing mass media philanthropy as a part of their social
responsibilities. Mass Media Social Responsibilities Theory and Corporate
Philanthropy is two of theories that used to review of implementations Mass
Media Philantrophy Code of Ethics. The result showing to us, implementation of
the principles of mass media philantrophy code of ethics has not been effective,
because there?s a lack of conception in mass media philantrophy managers about
mass media social responsibilities and mass media philantrophy.;Mass Media Philantrophy Code of Ethics published as the initiative of Indonesia
mass media philantrophy manager on January 11, 2013. The code of ethics had
goal to maintain mass media transparency and accountability as well as firewall
between philanthropy functions and journalism functions. This thesis examines
the implementations of Mass Media Philantrophy Code of Ethics in two private
television that doing mass media philanthropy as a part of their social
responsibilities. Mass Media Social Responsibilities Theory and Corporate
Philanthropy is two of theories that used to review of implementations Mass
Media Philantrophy Code of Ethics. The result showing to us, implementation of
the principles of mass media philantrophy code of ethics has not been effective,
because there’s a lack of conception in mass media philantrophy managers about
mass media social responsibilities and mass media philantrophy., Mass Media Philantrophy Code of Ethics published as the initiative of Indonesia
mass media philantrophy manager on January 11, 2013. The code of ethics had
goal to maintain mass media transparency and accountability as well as firewall
between philanthropy functions and journalism functions. This thesis examines
the implementations of Mass Media Philantrophy Code of Ethics in two private
television that doing mass media philanthropy as a part of their social
responsibilities. Mass Media Social Responsibilities Theory and Corporate
Philanthropy is two of theories that used to review of implementations Mass
Media Philantrophy Code of Ethics. The result showing to us, implementation of
the principles of mass media philantrophy code of ethics has not been effective,
because there’s a lack of conception in mass media philantrophy managers about
mass media social responsibilities and mass media philantrophy.]"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T43407
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Sue Suranta Billeam
"Konstruksi pemberitaan pada media televisi komersial dapat ditinjau antara lain dari kriminologi budaya yang salah satu teorinya resiprositas. Media sebagai agen kontrol masih ditemukan adanya pemberitaan yang melanggar aturan penyiaran dengan unsur kekerasan, sadisme dll. Sementara itu, latar belakang lembaga penyiaran program kriminalitas yang dikemas oleh jurnalis memiliki peran vital dalam penyajian berita berita kriminalitas. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Objek penelitian adalah berita kriminal khas pada empat stasiun televisi meliputi berita umum dan khusus kriminalitas. Teknik analisis data menggunakan framing dari Gamson & Modigliani (1989). Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiprositas dalam pemberitaan kriminalitas dalam program isi siaran terjadi sesuai dengan target dan visi misi pemilik stasiun televisi yang harus dijalankan oleh jurnalis pemberitaannya. Meskipun tidak ada arahan tertentu namun jurnalis pemberitaan kriminal tetap melihat potensi pasar, dimana berita yang dapat menjaring pemirsanya secara luas dan banyak untuk keberlangsungan program pemberitaan kriminalitas di stasiun televisi.

News construction on commercial television media can be reviewed among others from cultural criminology and one of which is reciprocity theory. The media as control agents are still found to have news that’s violates broadcasting rules with elemen of violence, sadism, etc. Meanwhile the background of broadcasting institutions of crime programs packaged by journalists has a vital role in presenting crime news. This research approach is descriptive qualitative. The object of research is the typical crime news on four television stations covering general and specific crime news. The data analysis technique usd from Gamson and Modiglani (1989). The results of study indicate the reciprocity in reporting on crime in broadcast conten programs occours in acccordance with the target and vision and mission of the television station owner that must be carried out by reporting journalist. Although there is no specific direction criminal reporting journalist still see the market potential, where news can attract a wide and large audience for the sustainability of crime reporting programs on television stations."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rezcky Ramadhan
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas bagaimana kebutuhan dan perilaku jurnalis televisi dalam melakukan pencarian informasi sebagai materi utama dalam produksi berita. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi pada 20 April sampai 30 Juni 2021. Informan dalam penelitian ini merupakan jurnalis yang bertugas sebagai produser program berita buletin dan non-buletin (magazine) di Metro TV. Kebutuhan dan perilaku informan dianalisis menggunakan model perilaku pencarian informasi berbasis kompleksitas tugas dari Byström dan Järvelin. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan riset untuk membangun naskah berita beserta dukungan audio visual adalah faktor yang membedakan perilaku pencarian informasi jurnalis televisi dengan jurnalis lainnya. Penugasan dari redaksi mencakup tema dan format berita akan mempengaruhi kompleksitas tugas yang harus diselesaikan. Perilaku pencarian informasi berdasarkan kompleksitas tugas pada produser yang bertugas dalam program buletin dan non-buletin memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Kesimpulannya adalah produser program berita berdasarkan kategori kompleksitas tugasnya adalah tugas keputusan normal dan tugas keputusan asli dengan pengetahuan; kebutuhan informasi diidentifikasi berdasarkan jenis berita dan format yang disajikan; sumber dan saluran informasi yang disadari pertama adalah sumber media online sebagai informasi awal untuk acuan membuat naskah; dan informasi dari sumber yang lebih kompleks dan beragam dapat menggunakan bantuan dari divisi riset dan library. Saran yang diajukan secara umum adalah pelatihan dan praktik di tempat kerja mengenai cara memanfaatkan sumber informasi tertentu secara efisien.

This study aims to discuss television journalists' needs and information searching behavior as the primary material in news production. The research methodology used is a qualitative method with a case study approach. In-depth interviews and observations carried out data collection from April 20 to June 30, 2021. The informants in this study were journalists who served as producers of bulletin and magazine news programs on Metro TV. The needs and behavior of the informants were analyzed using the task complexity-based information-seeking behavior model from Byström and Järvelin. The findings in this study indicate that research activities to build news scripts along with audio-visual support are factors that distinguish television journalists' information-seeking behavior from other journalists. The editor's assignment includes the theme and format of the news will affect the complexity of the task that must be completed. Information-seeking behavior based on task complexity among responsible producers in the bulletin and non-bulletin programs has a significant difference. The conclusion is news program producers based on the complexity category of the task are normal decision tasks, and in known, genuine decision tasks; information needs are identified based on the type of news and the format presented; the first recognized sources and channels of information are online media sources as initial information for reference in making scripts, and information from more complex and diverse sources can use assistance from the research and library divisions. Suggestions put forward, in general, are on-the-job training and practice on how to make efficient use of specific sources of information."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ragil Mulya Wikastoro
"Berita adalah salah satu sumber informasi bagi seseorang untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dilingkungan wilayah daerah, bahkan negara tempat tinggalnya. Tidak hanya itu, berita juga digunakan sebagai jendela untuk melihat sisi lain dunia, yang tidak bisa dilihat dengan panca indera yang kita miliki. Berita juga menjadi alat penyebaran nilai dan budaya. Selain juga menjadi ajang adu pendapat bagi para politisi dan intelektual. Para komunikator Massa sadar akan hal itu, namun mereka juga menyadari akan kekuatannya membentuk opini publik atas suatu permasalahan atau isu tertentu. Melalui media yang mereka kendalikan, para komunikator berusaha memberikan kepuasan akan informasi kepada khalayak dengan menyajikan selengkap mungkin fakta, peristiwa, laporan dan permasalahan yang tengah berkembang dalam masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
S4306
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Satwika Gemala Movementi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5366
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hutabarat,Timotius Parsaulian Aubriel
"Tulisan ini berfokus pada pembahasan fenomena kejahatan siber doxxing yang dialami oleh jurnalis media berita Liputan6 setelah melakukan publikasi artikel “cek fakta”. Doxxing merupakan kejahatan siber yang belakangan ini sering terjadi dalam ruang siber terhadap jurnalis dan ditujukan untuk menimbulkan kerugian signifikan pada korban meskipun dilakukan hanya melalui media siber seperti media sosial karena adanya fitur-fitur pada ruang siber terkait yang mendorong proses perilaku kejahatan siber dapat terjadi. Dengan mengacu kepada fenomena kejahatan siber sebagai data sekunder dan literatur-literatur terdahulu, tulisan ini menganalisis fenomena tersebut dengan mengidentifikasi fitur-fitur ruang siber pada kasus untuk mengetahui bagaimana kejahatan siber doxxing pada kasus menggunakan fitur-fitur tersebut. Kemudian, temuan tersebut selanjutnya diteliti dengan postulat-postulat pada teori space-transition untuk menjelaskan bagaimana fitur-fitur tersebut dengan teori space-transition menjadi sebuah proses yang mendorong kejahatan siber doxxing pada kasus dapat terjadi. Saran selanjutnya disusun berdasarkan penjelasan teoritis yang telah dilakukan.

This paper focuses on the discussion of the doxxing cybercrime phenomenon which happened to a journalist of Liputan6 news media following the publication of “fact check” article. Doxxing cybercrime has been prominent within the cyberspace directed at victimised journalists to impose significant harm in spite of the criminal act having only been done through cyber media such as social media due to the existence of cyberspace features which aided the said crime. Through referring to the criminal phenomenon as secondary data and to preceding literatures, this paper analyses the phenomenon by identifying cyberspace features within its context to discover how the doxxing cybercrime utilised the features. Furthermore, the findings are then contextually analysed with the postulates of space transition theory to expose how the cyberspace features and the postulates became a process which aided the doxxing against Liputan6 journalist to occur. Additional recommendations are also formed based on the theoretical analysis done."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>