Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72593 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Farah Lutfiputri
"Sebagai sebuah konstruksi sosial, pandangan masyarakat terhadap masa kanak-kanak terus berubah dari waktu ke waktu. Karya-karya sastra seperti film dan novel yang memiliki karakter anak-anak di dalamnya dari era yang berbeda-beda dapat menjadi media untuk melihat perubahan tersebut. Karya tulis ini menganalisa film Wendy (2020) sebagai sebuah adaptasi dari novel anak-anak klasik Peter Pan (1911) karya J.M. Barrie. Sebagai sebuah film adaptasi, terdapat sejumlah perubahan dari karya aslinya yang menjadikan ceritanya lebih relevan dengan konteks saat ini, termasuk bagaimana masa kanak-kanak digambarkan. Dengan melakukan analisis secara tekstual dan komparatif, penelitian ini bertujuan untuk melihat transformasi yang terjadi pada film Wendy (2020) serta bagaimana penggambaran masa kanak-kanak pada film ini memiliki sejumlah perbedaan dari novel aslinya. Merujuk pada teori postmodernisme yang dicetuskan oleh Jean Francis Lyotard, teori adaptasi oleh Linda Hutcheon, dan elemen-elemen analisis film oleh Bordwell dan Thompson, penelitian ini menunjukkan bagaimana film Wendy (2020) menampilkan konsep masa kanak-kanak postmodern melalui penggambaran peran atau tugas anak, agensi anak, dan juga hubungan anak-anak dengan orang dewasa.

The view towards childhood as a social construct remains to change from time to time. Literary works, such as films or novels from different periods of time which feature children's characters as the protagonists can be the right medium to identify those shifts. This article analyzes Wendy (2020) film as the latest adaptation of J.M. Barrie’s classic children novel Peter Pan (1911). This film has made some transformation from the original novel to put the story more relevant in today’s context, including how it showcases childhood that is experienced by the children’s characters. Using the textual and comparative analysis, this study attempts to see the transformations which occur in the film adaptation and how it shows a different childhood construction from the one appearing in the source novel. Referring to the concept of postmodern childhood, Linda Hutcheon’s adaptation theory, and Bordwell and Thompson’s elements of film analysis, this study reveals how Wendy (2020) has exemplified the concept of postmodern childhood through its portrayal of the children’s roles, children’s agency, and the children-adults relationship."
2021: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indoneisa, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
P. Pospos
Djakarta: Balai Pustak, 1967
899.221 POE a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini Annapurna
"ABSTRAK
This article is an excerpt from an undergraduate thesis of the same title and which focuses on A Series of Unfortunate Events, a children rsquo s book series by Lemony Snicket. This thesis explores how a culture of fear shapes childhood, which is represented in the series. This research uses qualitative textual analysis that focuses on the portrayal of the society and adult characters in its treatment of children. This research analyzes how the series represent the way that childhood is shaped by a culture of fear through the depiction of various characters and the society in the novels by analyzing the social institutions in the novels. This research also explores the author rsquo s attempts of challenging the notion of children as a vulnerable group that is represented in the novels, by analyzing the Baudelaires rsquo identity and vulnerability. Results suggest that A Series of Unfortunate Events demonstrate ambivalence in the perception of childhood. Social institutions that should create a safe space for children tend to further perpetuate the culture of fear for them. Furthermore, children rsquo s vulnerability is often taken advantage of by adults for their own interests. Results also suggest that for children, their childhood is shaped by a culture of fear that is created and maintained by adults.

ABSTRAK
Artikel ini adalah ringkasan dari skripsi berjudul sama yang membahas serial buku anak-anak A Series of Unfortunate Events karya Lemony Snicket. Skripsi ini membahas bagaimana culture of fear mempengaruhi masa kanak-kanak yang direpresentasikan oleh A Series of Unfortunate Events. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis tekstual yang berfokus pada penggambaran masyarakat dan karakter orang dewasa dalam perlakuannya terhadap anak-anak. Penelitian ini menganalisa representasi masa kanak-kanak dalam serial ini yang dibentuk oleh culture of fear melalui penggambaran berbagai karakter dan institusi-institusi sosial yang terdapat di dalam novel. Penelitian ini juga menganalisa upaya-upaya penulis untuk mematahkan asumsi identitas anak sebagai sosok yang rawan melalui penggambaran identitas dan kerawanan anak-anak Baudelaire. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ambivalensi dalam persepsi masa kanak-kanak. Institusi-institusi sosial yang semestinya menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak malah menempatkan mereka di situasi-situasi yang menakutkan. Selain itu, identitas vulnerability yang dimiliki anak-anak seringkali dimanfaatkan orang dewasa untuk kepentingannya sendiri. Penelitian juga menunjukkan bahwa masa kanak-kanak dibentuk oleh culture of fear yang diciptakan dan dipertahankan oleh orang dewasa."
2017
S69416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auliya Sholecha
"Penelitian ini memiliki tujuan utama untuk mengidentifikasi tindak tutur ilokusi direktif yang ditemukan dalam cerita pendek di buku cerita anak berjudul “Zomer met Jip en Janneke”. Cerita pendek yang dipilih untuk dianalisa yaitu Heel Veel Ijsjes, Eerste Aardbeiein, De Meloen, Dat Geeft de Zon Gedaan, In de Tent, Strand, De Ogels Eten de Kersen Op, dan Teil. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk penyajian data analisis. Teori utama yang dipakai dalam studi ini adalah teori tindak tutur oleh Searle (1969). Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa ada total empat tindak tutur permintaan, dua tindak tutur saran, empat tindak tutur perintah, dua tindak tutur peringatan yang diidentifikasi melalui tokoh-tokoh dalam buku cerita. Hasil selanjutnya juga menunjukkan bahwa buku cerita anak Zomer met Jip en Janneke mengandung tindak tutur ilokusi direktif dengan jenis permintaan, saran, perintah, dan peringatan yang penggunaan masing-masing jenis dipengaruhi konteks beserta status sosial penutur dan mitra tutur. Hal ini merefleksikan hubungan orang dewasa dan anak-anak. Orang dewasa memiliki kendali lebih terhadap anak untuk mendidik dan melindungi sedangkan anak-anak membutuhkan tuntunan orang dewasa akan apa yang mereka inginkan atau lakukan.

This research has the main aim to indetinfy illocutionary speech act in the type of directive speech act found in children book story entitled “Zomer met Jip en Janneke”. The short stories selected from the book are Heel Veel Ijsjes, Eerste Aardbeiein, De Meloen, Dat Geeft de Zon Gedaan, In de Tent, Strand, De Ogels Eten de Kersen Op, and Teil. This research applied qualitative research method to present the data analysis. The ground theory used in this study is the theory of speech act by Searle (1969). The results of this study shows that there are four types of directive speech acts found in the selected short stories that consist of four requesting speech acts, two advising speech acts, four commanding speech acts, and two warning speech acts. The types of directive speech acts are found from the characters portrayed in the stories. Another result shows that the use of the mentioned directive speech acts is related to the context and social status between the speaker and listener. This further portrayed the relationship between adults and children where adults have the authorities to educate and protect children while children need the adults’ supervision in guiding them towards their desire and behavior. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widyastuti Purbani
"Disertasi ini ditulis berdasarkan hasil penalitian terhadap lima fiksi anak unggulan Indonesia yang lahir pada masa akhir Orde Baru berjudul Pulau Sangta Penuh Misteri, Kabul Murungkayu, Si Perung, Tiga Sekawan di Rimba Belantara dan Raja Kate Dikepung Asap. Kelima fiksi tersebut merupakan pemenang sayembara penulisan naskah fiksi anak Depdiknas sekaligus penerima penghargaan buku bacaan anak nasional tahun 1996-2001. Penelitian tekstual dan kontekstual ini bertujuan mengungkap ideologi anak ideal yang mengada dalam kelima fiksi yang diperiksa, termasuk bagaimana level dan cara ideologi-ideologi tersebut beroperasi, serta relasi kekuasaan yang terbangun. Penelitian ini juga memeriksa wacana tentang pendidikan, tentang anak dan sastra anak yang berkembang pada masa Orde Baru.
Penelitian kajian budaya yang dilakukan menggunakan teknik kajian ideologi/relasi kekuasaan Hollindale, John Thompson dan Nodelman ini menemukan bahwa lima teks yang diperiksa mengandung ideologi perfeksionisme, yakni ideologi yang menempatkan anak-anak sebagai the perfect hero yang ditunjukkan dengan penggambaran anak-anak yang memiliki watak- watak bertakwa, pandai, berbudi pekerti, berjiwa kebangsaan, pemberani, cinta alam dan Iingkungan, berjiwa kepemimpinan, dan pada akhirnya dinobatkan menjadi pahlawan. Anak-anak yang diidealkan dalam teks ini juga hidup dalarn ideologi-ideologi paternalisme, patriarki dan instanisme yang menempatkan anak-anak dalam perlindungan kaum dewasa, merayakan kebebasan anak laki-laki, meminggirkan anak perempuan dan membiarkan anak-anak tanpa proses menjadi.
Ideologi-ideologi tersebut pada umumnya beroperasi secara eksplisit melalui narator dan fokalisator dewasa yang otoritatif dengan menggunakan strategi-strategi legitimasi, fragmentasi dan disimulasi yang semakin menampakkan pesan serta memperkuat didaktisisme teks. Teks-teks ini membangun relasi kekuasaan yang timpang yang mengerdilkan anak-anak, memahami mereka secara kelim dan menempatkan mereka sebagai objek. Ideologi-ideologi tersebut mengada melalui cara sedemikian karena teks-teks tersebut lahir pada masa Orba yang sangat menekankan pembangunan manusia seutuhnya. Kecuali itu, sayembara penulisan tiksi yang diselenggarakan dengan tatanan yang ketat mempakan kepanjangan tangan dari insititusi ideologis Orba untuk mencetak anak didik sebagai manusia yang utuh sesuai cita-cita pemerintah. Teks-teks itu lahir dalam masa yang mempercayai bahwa anak merupakan tabula rasa yang wajib dibina dan ditumbuhkembangkan secara baik oleh orang tua. Teks-teks tersebut Iahir pada konteks yang percaya bahwa astra anak merupakan wadah serta sarana pembelajaran tentang nilai-nilai luhur serta suri teladan bagi anak didik sehingga didaktisisme dianggap sebagai sesuatu yang lumrah.

This dissertation is based on a study on tive best Indonesian children's fictions written in the late New Order era. The five iictions entitled Puiau Sangia Penuh Misreri, Kabir! Munmgkayu, Si Perung; Tiga Selrawan di Rimba Belantara and Riga Kate Dikepung Asap are winners of Children's Fiction Writing Competition and Award Winners of National Children's Books in the year of 1996-2001. This textual and contextual study aims at revealing the idealized child ideology existing in the texts, including the kinds of ideology, the level, the mode of operation and the power relation established. This study also examined the discourses of education, children and children's literature that operate inthe time the texts were written.
This cultural study employing Hollindale's, John Thompson's and Perry NodeIman's theories of ideology finds out that the five texts under study embody perfectionism, paternalism, patriarchy and instant ideologies. The texts worship perfect heroes with the following traits: religious, intelligent, well-mannered, nationalist, brave, environmentalist, and leading. The texts place children under the control and protection of adults; celebrate freedom for boys, marginalize girls, and hinder children Hom the process of becoming. The dominant ideologies operate explicitly employing adult narrator and focalizer authoritatively.
The ideologies operate using legitimation, fragmentation, dissimulation strategies making the ideologies more explicit and strengthening the didacticism. The texts establish in-equal power relation which see children as inferior beings, and treat them more as objects rather than subjects. The texts were written when manusia seutuhnya or perfect individual ideology was entitled as an important agenda by the New Order govemment. In this era children were seen as rabula rasa or blank sheet, therefore always in need of parental guidance. Children's literature was considered to be the source of wisdom in which didacticism was viewed as a common sense.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
D966
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Hisyadiah
"ABSTRAK
Dalam sastra anak, emosi merupakan salah satu tema yang dibahas dan diyakini memiliki kontribusi besar bagi perkembangan kepribadian anak. Karya sastra anak yang dibahas dalam penelitian ini adalah Die Pinabriefe karya Martin Baltscheit tahun 2003. Karya ini menceritakan tokoh anak Henrietta yang kehilangan bonekanya. Selain boneka, ayah Henrietta juga baru saja pergi meninggalkan rumah tanpa memberikan pesan. Selama bonekanya hilang dan ayahnya pergi dari rumah, Henrietta mendapatkan surat-surat yang memiliki elemen fantasi dan sangat mempengaruhi emosinya. Die Pinabriefe merupakan cerita yang berakar dari unsur realita, namun terdapat elemen fantasi melalui model penceritaan Implizierte Sekund ? ? ? ? rwelt atau dunia sekunder secara implisit melalui surat fantasi Pina yang berpergian ke Regenbogenland atau pulau pelangi. Oleh karena itu, penelitian ini akan memperlihatkan bagaimana strategi narasi dalam penggambaran emosi yang diekpresikan oleh tokoh Henrietta terkait dengan tema kehilangan. Penggambaran emosi berfokus pada saat Henrietta dihadapkan antara unsur realitas dan elemen fantasi yang masuk ke kehidupannya. Hasil penelitian yang didapat dengan menggunakan strategi narasi terkait emosi yaitu perlu adanya fantasi pada dunia anak sebagai bentuk anak membutuhkan kesenangan, antisipasi, hiburan dan sebagai bentuk untuk mengimbangi permasalahan tokoh Henrietta dalam kehidupannya, salah satunya rasa kehilangan.

ABSTRACT<>br>
In children literature, emotion is one of themes that being discussed and believed to have a major contribution to the development of the child rsquo s personality. One of children rsquo s literature that discussed in this research is Die Pinabriefe by Martin Baltscheit in 2003. It tells about the character named Henrietta, who lost her doll named Pina. Besides her doll, Henrietta rsquo s father also just left her without leaving any message to her. During the time when Pina is lost and his father is gone, Henrietta gets letter that has a fantasy element and greatly affects her emotion. Die Pinabriefe is a story, which came from the element of reality, but there is also an elements of fantasy through narrations model named implizierte sekundarwelt or implicitly secondaryworld. This secondary world came through Pina rsquo s fantasy latter, who travels to Regenbogenland or the rainbow island. Therefore, this reasearch will show how the narrative strategy in emotional depiction that expressed by Henrietta rsquo s character is related to the theme of loss. Emotional depiction focused on when Henrietta is confronted between the reality and the element of fantasy that enters her life. The results that obtained by using narration strategy related to emotion is that fantasy is important to childrens rsquo world as a form that children requires a pleasure, anticipation, entertainment and to balance Henrietta rsquo s problems in her life, one of them is sense of loss. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Nur Safitri
"Sastra anak merupakan sarana potensial dan efektif untuk menyampaikan nilai-nilai sosial dalam membangun pemikiran pembacanya, termasuk gambaran mengenai gender. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah majalah anak Kunang-kunang terbitan Yayasan Santo Paulus Ende tahun pertama sebanyak 12 edisi pada tahun 1973—1974. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gender. Dalam melihat persoalan gender, penelitian ini menggunakan teori stereotip pada identitas, peran, dan relasi gender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam sastra anak, identitas, peran, dan relasi gender tergambarkan melalui cerita anak pada tokoh anak laki-laki, anak perempuan, ayah, ibu, suami dan istri. Identitas gender berkaitan dengan keadaan alamiah (nature) dan konstruksi sosial budaya (nurture). Peran gender yang ditemukan yaitu tradisional bahwa perempuan dominan di ranah domestik dan modern bahwa laki-laki dan perempuan berada di ranah publik. Selanjutnya, terdapat relasi gender atas bawah dan setara. Secara garis besar, gambaran identitas, peran, dan relasi gender dalam majalah Kunang-kunang merupakan hasil konstruksi sosial yang dibentuk oleh stereotip atau pelabelan dalam masyarakat.

Children's literature is a potential and effective medium for conveying social values in shaping the thinking of its readers, including portrayals of gender. This research employs a qualitative descriptive method. The data source used is Kunang-kunang, a children's magazine published by the Santo Paulus Ende Foundation, with twelve issues in its first year from 1973 to 1974. The conceptual framework employed in this study is the concept of gender. In examining gender issues, this research utilizes the concept of stereotypes in gender identity, roles, and relations. The findings reveal that children's literature portrays gender identity, roles, and relations through stories involving male and female child characters, fathers, mothers, husbands, and wives. Gender identity is linked to both natural (nature) and sociocultural (nurture) constructions. The discovered gender roles are traditional, with women being dominant in domestic realms, and modern, with both men and women in public domains. Additionally, gender relations involve hierarchical and egalitarian dynamics. In summary, the portrayal of gender identity, roles, and relations in Kunang-kunang magazine reflects a social construction shaped by stereotypes and labeling prevalent in society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kocan, Peter
Australia: Angus & Robertson, 1988
828.993 4 KOC f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Revita Ayu Andhini Priyanto
"ABSTRAK
Artikel ini mengkaji struktur cerita anak yang mengangkat tema kematian. Tujuan penulisan artikel ini untuk memperlihatkan tema kematian dalam buku anak melalui aspek penokohan dan aspek moral. Korpus penelitian adalah buku anak berjudul Robin Is Verliefd 2006 karya Sjoerd Kuyper. Metode kualitatif digunakan dengan menerapkan pendekatan Nurgiyantoro 2007 . Hasil penelitian menunjukkan tokoh anak dan dewasa dalam buku yang dikaji menerima kematian dengan cara yang berbeda. Aspek moral memberikan edukasi kepada pembaca tentang kematian dan cara menangani perasaan sedih dan berduka karena kematian.

ABSTRACT
This article examines the structure of children rsquo;s story with death as theme. The purpose of writing this article is to show death in children rsquo;s book through characterizations and moral aspect. The source of this research is a children rsquo;s book titled Robin Is Verliefd 2006 by Sjoerd Kuyper. Qualitative method is used by applying Nurgiyantoro 2007 approach. The result of this research show that children and adult characters perceive death in different ways. The moral value educates the reader about death and how to deal with sadness and grief caused by death."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Ichsan Andi
"Sebagai salah satu unsur yang membangun cerita pada karya sastra anak, tokoh melakukan berbagai tindakan. Sama halnya dengan manusia, motif tindakan tokoh dipengaruhi oleh aspek psikologis atau kejiwaannya, baik secara sadar, prasadar, maupun tidak sadar. Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti memfokuskan bahasan terhadap motif tidak sadar tindakan melarikan diri tokoh Matara yang ada di dalam Mata dan Rahasia Pulau Gapi  atau MDRPG (2018) karya Okky Madasari. MDRPG menceritakan seorang tokoh bernama Matara yang berusaha menjaga benteng tua di Pulau Gapi. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan teori psikoanalisis Sigmund Freud, terutama id, ego, dan superego. Penelitian dilakukan untuk menelaah motif tidak sadar tindakan melarikan diri tokoh Matara. Sebagai kesimpulan, penelitian ini menghasilkan temuan motif tidak sadar kedua tindakan melarikan diri Matara yang dilatari oleh instansi psikis id, ego, dan superego. Motif tidak sadar tindakan melarikan diri pertama adalah adanya dorongan instansi psikis id untuk memenuhi kepuasan rasa senang pada diri Matara dengan cara memunculkan rasa kebosanan. Selain itu, ego mengaktifkan mekanisme pertahanan represi, pengalihan, dan fiksasi. Juga, superego menilai bahwa Matara mendapatkan hukuman (punishment) tanpa pernah mendapatkan penghargaan (reward) atas usaha-usaha yang dilakukannya. Sementara itu, motif tidak sadar melarikan diri kedua adalah id dan ego menilai bahwa eksistensi ayah memiliki peranan yang penting. Dalam hal itu, ego mengaktifkan juga mekanisme pertahanan represi dan pembentukan reaksi.

As one of the intrinsic element that builds stories in children's literature, the character takes various actions. As well as human, the motive of the character's actions are influenced by psychological aspects of preconscious, conscious, and unconscious. In this research, the researcher focuses the discussion on the unconscious psychological motive of Matara`s flee action in Okky Madasari`s Mata dan Rahasia Pulau Gapi or MDRPG (2018). MDRPG tells of a character named Matara who tried to protect the old fort on Gapi Island. This qualitative research uses the approach of Sigmund Freud's psychoanalysis theory, especially on the id, ego, and superego. The study was conducted to examine the unconscious psychological motive of the Matara`s flee action. As the conclusion, this research resulted the discovery of the unconscious motive of two Matara`s flee actions which were based on the id, ego, and superego. The unconscious motive of the first act was the encouragement of the psychic aspect of the id to fulfill the satisfaction of Matara`s pleasure by giving rise to a feeling of boredom. In addition, the ego activates the defense mechanisms of repression, displacement, and fixation. Also, the superego considered that Matara received punishment without ever being rewarded for her efforts. Meanwhile, the unconscious motive of the second act is the id and ego assesses that the existence of her father has an important role. In that case, the ego also activates the defense mechanism of repression and reaction formation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>