Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157594 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rian Kurnia Defri
"Prasangka terhadap etnis Tionghoa sudah sering terjadi di Indonesia. Menariknya salah satu penyanyi tersukses di Indonesia adalah Chrisye, yang berasal dari etnis Tionghoa. Riset sebelumnya menunjukkan bahwa interaksi parasosial dengan persona media dan emosi positif terhadap kelompok berhubungan dengan prasangka. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran mediasi emosi positif terhadap kelompok etnis Tionghoa terhadap hubungan interaksi parasosial dengan Chrisye dan prasangka terhadap etnis Tionghoa. Penelitian ini dilakukan kepada 171 partisipan secara daring dengan karakteristik partisipan berusia 17-60 tahun, pernah mendengarkan lagu Chrisye, dan bukan berasal dari Etnis Tionghoa. Pengukuran pada penelitian ini menggunakan Skala Prasangka terhadap Etnis Tionghoa (Kiranti, 2017; α = .856), Celebrity-Persona Parasocial Interaction Scale (Bocarnea & Brown, 2007; dalam Saraswati, 2014; α = .844), dan Skala Emosi terhadap Kelompok (Miller, Smith, & Mackie, 2004; α = 848). Penelitian ini menemukan bahwa hubungan interaksi parasosial dan prasangka dimediasi secara penuh oleh emosi terhadap kelompok (γ = -.096, CI[-.182,-.031]. Temuan penelitian ini dapat diaplikasikan sebagai sarana penurunan prasangka.

Prejudice against Chinese-Indonesians has often occurred in Indonesia. Interestingly, one of the most successful singers in Indonesia, Chrisye, was a Chinese-Indonesian. Previous research has shown that parasocial interaction with media personas and positive emotions toward group are associated with prejudice. This study aims to examine the mediating role of positive emotions towards Chinese-Indonesians ethnic groups on the relationship between parasocial interaction with Chrisye and prejudice against Chinese-Indonesians. This research was conducted online on 171 participants with the characteristics of participants aged 17-60 years, had heard the Chrisye‘s song, and was not a Chinese-Indonesian. Measurements in this study used Skala Prasangka terhadap Etnis Tionghoa (Kiranti, 2017; α = .856), Celebrity-Persona Parasocial Interaction Scale (CPPI; Bocarnea & Brown, 2007; in Saraswati, 2014; α = .844), and Skala Emosi terhadap Kelompok (Miller, Smith, & Mackie, 2004; α = 848). This study found that the relationship between parasocial interaction and prejudice is fully mediated by emotions towards the group (γ = -.096, CI[-.182,-.031]. The findings of this study can be applied as a prejudice reduction media."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Wijaya
"Sampai pada hari ini etnis Tionghoa tidak terlepas dari berbagai prasangka dan sentimen. Mereka dipandang eksklusif, berpengaruh dalam ekonomi, dan diragukan nasionalismenya. Sosialisasi menggunakan media melalui kontak parasosial merupakan salah satu opsi untuk menunjukkan representasi etnis Tionghoa yang tidak stereotipikal. Penelitian ini menggunakan desain korelasional untuk menguji hubungan antara kontak parasosial dengan prasangka terhadap etnis Tionghoa yang dimediasi oleh kecemasan antarkelompok dan persepsi ancaman. Partisipan (N = 113) adalah Warga Negara Indonesia berusia 18 – 39 tahun (M = 23.4, SD = 4.1) yang bukan beretnis Tionghoa dan pernah menonton acara seri komedi “Cek Toko Sebelah: Babak Baru.” Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa kontak parasosial tidak mempengaruhi prasangka terhadap etnis Tionghoa baik secara langsung (b = 0.8, SE = 1.02, 95% CI [-1.24, 2.83]) maupun tidak langsung melalui kecemasan antarkelompok (b = 0.0105, SE = 0.0179, 95% CI [-0.028, 0.048]) dan persepsi ancaman (b = 0.053, SE = 0.0504, 95% CI [-0.101, 0.102]). Walaupun demikian, kontak tatap muka ditemukan secara negatif dan signifikan mempengaruhi prasangka. Penelitian ini menunjukkan bahwa kontak merupakan variabel penting untuk membangun hubungan antarkelompok yang harmonis. Penelitian selanjutnya dapat memperbaiki metode yang digunakan untuk melihat lebih baik pengaruh media terhadap persepsi antarkelompok.

To this day, Chinese Indonesian are inseparable from various prejudices and sentiments. They are seen as exclusive, influential in the economy, and their nationalism are doubted. Socialization with media through parasocial contact is one option to show a non-stereotypical representation of the Chinese Indonesian ethnicity. This study used a correlational design to examine the relationship between parasocial contact and prejudice against Chinese Indonesian mediated by intergroup anxiety and perceived threat. Participants (N = 113) are Indonesian citizens aged 18 – 39 years (M = 23.4, SD = 4.1) who are not Chinese Indonesian and have watched the comedy series “Cek Toko Sebelah: Babak Baru.” The results of the mediation analysis showed that parasocial contact did not affect prejudice against Chinese Indonesian either directly (b = 0.8, SE = 1.02, 95% CI [-1.24, 2.83]) or indirectly through intergroup anxiety (b = 0.0105, SE = 0.0179, 95% CI [-0.028, 0.048]) and perceived threat (b = 0.053, SE = 0.0504, 95% CI [-0.101, 0.102]). However, face-to-face contact was found to negatively and significantly influence prejudice. This study shows that contact is an important variable to build harmonious intergroup relations. Future research can improve the methods used to better see the influence of media on intergroup perceptions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaidan Fadillah
"Fenomena politik etnis masih banyak terjadi di Indonesia sampai saat ini. Peristiwa mengenai politik etnis salah satunya terjadi pada pemilihan Gubernur DKI pada tahun 2017. Faktor etnisitas Ahok, yang saat itu menjadi salah satu calon kandidat, mendorong banyak oposisi di kalangan pemilih Muslim (Sumaktoyo, 2021). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara etnis pemilih dan resentment atas etnis Tionghoa-Indonesia terhadap perilaku memilih calon kandidat beretnis Tionghoa dan Jawa. Resentment disertakan dalam penelitian ini karena banyaknya sentimen anti-Tionghoa di Indonesia. Terdapat 168 responden dalam penelitian ini, dengan kriteria Berkewarganegaraan Indonesia, berdomisili di JABODETABEK, dan berumur 18 hingga 25 tahun. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara individu beretnis Tionghoa dibandingkan dengan etnis non-Tionghoa terhadap perilaku memilih calon kandidat dengan etnis Tionghoa. Signifikansi hubungan juga terlihat pada individu beretnis Jawa jika dibandingkan dengan etnis Tionghoa dan Sunda terhadap perilaku memilih calon kandidat beretnis Jawa. Selain itu, resentment mempunyai hubungan yang signifikan terhadap perilaku memilih calon kandidat beretnis Tionghoa (β=-0.509, p<0.05) dan perilaku memilih calon kandidat beretnis Jawa (β=0.589, p<0.05). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang ekstensif mengenai hubungan etnis pemilih dan resentment terhadap perilaku memilih. Pengetahuan yang didapatkan dari penelitian ini juga diharapkan bisa memberikan konteks masalah politik di Indonesia yang masih rentan akan politik etnis.

The phenomenon of ethnic politics still occurs in Indonesia to this day. One of the incidents regarding ethnic politics occurred during the election for Governor of DKI in 2017. The ethnicity factor of Ahok, who at that time was one of the prospective candidates, encouraged a lot of opposition among Muslim voters (Sumaktoyo, 2021). This research aims to determine the relationship between voter’s ethnicity and resentment for ethnic Chinese-Indonesians towards voting behavior for ethnic Chinese and Javanese candidates. Resentments were included in this research because of the large number of anti-Chinese sentiments in Indonesia. There were 168 respondents in this study, with the criteria being Indonesian citizenship, domiciled in JABODETABEK, and aged 18 to 25 years. The research results show that there is a significant relationship between individuals of Chinese ethnicity in comparison with non-Chinese ethnicity and their voting behavior for candidates with Chinese ethnicity. The significance of the relationship was also seen among individuals of Javanese ethnicity in comparison with Sundanese and Chinese ethnicity regarding their voting behavior for ethnic Javanese candidates. Apart from that, resentment has a significant relationship with the voting behavior for ethnic Chinese candidates (β=-0.509, p<0.05) and the voting behavior for ethnic Javanese candidates (β=0.589, p<0.05). This research is expected to provide an extensive understanding of the relationship between voter’s ethnicity and resentment on voting behavior. It is also hoped that the knowledge gained from this research can provide a context for political problems in Indonesia which is still vulnerable to ethnic politics."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prawestri Bayu Utari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara ikatan orangtua-anak dan interaksi parasosial terhadap selebriti favorit pada remaja akhir. Pengukuran interaksi parasosial terhadap selebriti favoritnya dilakukan dengan menggunakan alat ukur Celebrity-Persona Parasocial Interaction Scale (CPPI) yang dikembangkan oleh Bocarnea dan Brown (2007). Pengukuran ikatan orangtua-anak dilakukan dengan menggunakan alat ukur Parental Bonding Instrument (PBI) yang dikembangkan oleh Parker, Tupling dan Brown (1979). Partisipan penelitian berjumlah 206 remaja akhir. Dengan melakukan teknik statistik Pearson Correlation, didapatkan hasil korelasi r = .037, n = 206, p > .05, two tailed pada PBI skor care dengan CPPI, dan r = -.031, n = 206, p > .05, two tailed pada PBI skor overprotection dengan CPPI. Hasil korelasi tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan yang signfikan antara ikatan orangtua-anak dan interaksi parasosial.

This research was conducted to find the correlation between parental bonds and parasocial interaction towards their celebrity favourite on late adolescence. Measurement of parasocial interaction towards their favorite celebrity was done by using an instrument named Celebrity-Persona Parasocial Interaction Scale (CPPI) developed by Bocarnea and Brown (2007). Measurement of parental was done by using an instrument named Parental Bonding Instrument (PBI) developed by Parker, Tupling and Brown (1979). This research was using 206 late adolescents as participants. The Pearson Correlation was used and the statistical results showed a correlation between PBI care score and CPPI with r = .037, n = 206, p > .05, two-tailed, and correlation between PBI overprotection score and CPPI with r = -.031, n = 206, p > .05, two tailed. Those results indicated there are no significant relationship between parental bonds and parasocial interaction towards favourite celebrity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farrel Radista
"Indonesia merupakan sebuah negara majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda. Sebagai negara yang majemuk, hal ini memunculkan individu yang terlahir sebagai bagian dari satu suku bangsa dan juga yang terlahir sebagai bagian dari dua dua suku bangsa yang berbeda, atau biasa disebut sebagai dual identity. Namun, terkadang Indonesia masih menyimpan permasalahan berupa adanya prasangka buruk terhadap etnis minoritas yang dilakukan oleh masyarakat yang berasal dari etnis mayoritas di Indonesia. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Shi, Dang, Zheng, dan Liu, (2017) mengatakan bahwa individu yang tergolong sebagai dual identity lebih memberikan prasangka yang rendah terhadap kelompok luarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan pada penurunan tingkat prasangka terhadap etnis minoritas dengan dual identification pada masyarakat Indonesia. Penelitian dilakukan dengan metode korelasional yang dilakukan pada partisipan berusia 18 hingga 28 tahun yang tergolong sebagai bagian dari dua suku bangsa. Hasil menunjukkan bahwa identifikasi sosial dua suku bangsa tidak berhubungan secara signifikan dengan prasangka terhadap etnis minoritas. Penjelasan mengenai hasil penelitian dibahasan pada bagian diskusi

Indonesia is a plural country consisting of many different ethnic groups. As a pluralistic country, this results in individuals born as part of one ethnicity and also two different ethnicities or commonly referred to as dual identities. However, Indonesia still has problems in the form of prejudice against ethnic minorities committed by people who come from the majority ethnicity in Indonesia. A study conducted by Shi, Dang, Zheng, and Liu, (2017) states that individuals who are classified as dual identities are more likely to give lower prejudice to outer groups. This study aims to determine whether there is a significant relationship in reducing the level of prejudice against ethnic minorities with dual identification in Indonesian society. The study was conducted using a correlational method that was conducted on participants aged 18 to 28 years who were classified as part of two ethnicities. The results show that dual ethnic social identifications are not significantly associated with prejudice towards ethnic minority. Explanations of the research results is discussed in the discussion section"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Anggraini Wijaya
"Penelitian ini membahas tentang kebijakan mengenai SBKRI dan praktik yang dilakukan oleh para aparatur penyelenggara negara terhadap kelompok etnis Tionghoa, pasca diberlakukannya UU No.12 Tahun 2006, dimana didalamnya menyebutkan bahwa persyaratan SBKRI telah ditiadakan. Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan perilaku yang bersifat diskriminatif, dengan memberlakukan persyaratan SBKRI dalam mengurus surat kependudukan bagi Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sejarah serta wawancara. Pada penelitian ini terlihat bahwa, masih terdapat kasus-kasus pemberlakuan SBKRI sebagai syarat dalam mengurus surat kependudukan terhadap Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa, yang membuktikan bahwa masih terdapat perilaku diskriminasi terhadap Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang dilakukan oleh sejumlah aparatur negara. Meskipun di era 2019 s/d sekarang SBKRI sudah tidak dijadikan prasyarat utama, namun masih dijadikan alat pembuktian kewarganegaraan bagi kelompok etnis Tionghoa.

This research discusses policies regarding SBKRI and practices carried out by state administration apparatus against Indonesian citizens of the Chinese ethnic group, after the enactment of Law No.12 of 2006, which stipulated the elimination of the SBKRI requirement. The purpose of this study is to explain the discriminatory behavior by implementing the SBKRI requirement for processing citizenship documents for Indonesian citizens of Chinese ethnic. The research adopts a qualitative method with historical study and interviews as the approach. It is evident from this study that there are still cases where SBKRI is imposed as a condition for processing citizenship documents for Indonesian citizens of Chinese ethnic, demonstrating the existence of discriminatory practices carried out by certain state officials. Although since 2019, SBKRI is no longer the main prerequisite, it is still used as a means of proof for Chinese ethnic Indonesian citizens.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Almukantar Fikriansyah
"Kegiatan pemasaran seperti periklanan yang dilakukan pada masa Pandemi Covid-19 masih menimbulkan banyak pertanyaan. Seperti apakah konsumen lebih memilih iklan dengan kesesuaian yang tinggi atau orisinalitas yang tinggi dalam menilai kreativitas iklan, serta apakah emosi positif berperan dalam memediasi kesesuaian dan orisinalitas iklan terhadap niat pembelian? Responden penelitian berjumlah 220 orang yang berdomisili di wilayah Jabodetabek dan sudah menggunakan Gojek. Pengumpulan jawaban responden menggunakan penyebaran kuesioner daring serta menggunakan skala 7 poin semantik diferensial terhadap tiga iklan Gojek yang diunggah selama masa pandemi. Penelitian menggunakan analisis mediasi sederhana dengan menggunakan metode Process Macro model 4. Hasil menunjukkan bahwa orisinalitas iklan memiliki efek positif yang signifikan terhadap niat pembelian Gojek. Kesesuaian iklan memiliki efek positif yang tidak signifikan terhadap niat pembelian Gojek, serta emosi positif memiliki efek mediasi orisinalitas dan kesesuaian iklan yang signifikan terhadap meningkatkan niat pembelian Gojek.

Marketing activities such as advertising during the Covid-19 pandemic still raises many questions. Such as whether consumers prefer ads with high appropriateness or high originality in assessing advertising creativity, and whether positive emotions play a role in mediating ad appropriateness and originality towards purchase intention? The research respondents amounted to 220 people who live in the Greater Jakarta area and already uses Gojek. The collection of respondents' answers uses online questionnaire and uses a 7-point differential semantic scale for the three Gojek advertisements uploaded during the pandemic. The research uses a simple mediation analysis using the Process Macro model 4 method. The results show that advertising originality has a significant positive effect on Gojek's purchase intention. Ad appropriateness has an insignificant positive effect on Gojek's purchase intention, and positive emotions have a significant mediating effect on originality and ad appropriateness on increasing Gojek's purchase intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosyana Lieyanty
"Keluarga etnis Tionghoa-Indonesia merupakan salah satu etnis di Indonesia yang mengalami sejarah panjang di dalam menghadapi tantangan etnis dan menunjukkan adanya kemampuan di dalam beradaptasi secara positif yang dikenal sebagai resiliensi keluarga. Literature review menunjukkan bahwa family ethnic-racial socialization berpengaruh pada resiliensi keluarga. Akan tetapi, masih ditemukan kesenjangan penelitian antara hubungan kedua variabel tersebut dan dibutuhkan peranan positive ethnic identity sebagai mediator untuk membuat hubungan ini menjadi signifikan. Partisipan terdiri dari 338 individu yang terbagi dalam kelompok generasi Y dan Z. Desain studi di dalam penelitian ialah cross- sectional dengan metode convenience sampling. Alat ukur yang digunakan ialah Walsh Family Resilience Questionnaire, Asian American Parental Racial-Ethnic Socialization, dan Multidimensional Inventory of Black Identity yang diadaptasi ke dalam konteks Etnis Tionghoa-Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa family ethnic-racial socialization memengaruhi resiliensi keluarga secara langsung maupun tidak langsung melalui mediasi positive ethnic identity pada kelompok generasi Z dan mediasi total pada kelompok generasi Y.

The Chinese-Indonesian Ethnic families is one of the ethnic groups in Indonesia that has experienced a long history of facing ethnic challenges and has demonstrated the ability to adapt positively, that known as family resilience. Literature review shows that family ethnic-racial socialization has an effect on family resilience. However, research gap is still found between the two variables and positive ethnic identity role is needed as a mediator to make this relationship significant. Participants in this research consist of 338 individuals who were divided into two groups of generation Y and Z. Study design in this research was cross-sectional with convenience sampling method. The measuring tools used were Walsh Family Resilience Questionnaire, Asian American Parental Racial-Ethnic Socialization, and Multi-dimensional Inventory of Black Identity that adapted into Chinese-Indonesian Context. Result shows that family ethnic-racial socialization affects family resilience direct or directly through positive ethnic identity in the generation Z group and total mediation in the generation Y group."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helena Dewi Justicia
"ABSTRAK
Studi ini menguji pengaruh faktor orientasi religius, diskriminasi dan
Right-Wing Aurhor-irarianism dalam membentuk prasangka. Sebanyak 128
responden berusia 21-35 tahun dari elnis Tionghoa yang, beragama Kristen
dan Katolik mengisi kuesioner untuk mengukur variabel-variabei
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diskriminasi dan right-wing authoritarianism dapat menjadi variabel moderator bagi orientasi
religius dalam membentuk prasangka. Saran bagi pcnelitian selanjutnya
adalah mengembangkan penelitian mengenai orientasi religius dan
pengaruhnya terhadap prasangka."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37931
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Amin Rais
305.895.98 E414
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>