Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12564 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rafly Parenta Bano
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara status penerimaan PKH terhadap intensi fertilitas perempuan berstatus kawin yang tidak ber-KB usia 15-49 tahun di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitan ini bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2017. Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah intensi fertilitas dari perempuan berstatus kawin usia 15-49 tahun yang tidak sedang menggunakan alat kontrasepsi. Variabel bebas meliputi variabel bebas utama, yaitu status penerimaan PKH dan variabel bebas kontrol yang mencakup faktor individu, yaitu jumlah anak lahir hidup, tempat tinggal (desa/kota), status bekerja perempuan, tingkat pendidikan perempuan, tingkat pendidikan suami, umur perempuan, umur suami, akses terhadap internet, tingkat pendapatan, status kepemilikan rumah, dan faktor kontekstual, yaitu TFR provinsi, IDG provinsi dan CPR provinsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dikontrol terhadap faktor individu dan faktor kontekstual, intensi fertilitas yang tinggi berasosiasi dengan menerima PKH. Perempuan yang berasal dari rumah tangga penerima bantuan PKH cenderung untuk memaksimalkan bantuan yang diterima dengan menambah jumlah anak (moral hazard). Perilaku moral hazard lebih mencolok pada perempuan dari rumah tangga yang pernah menerima PKH atau yang saat ini menerima PKH tetapi tidak dapat menunjukkan kartu.

The purpose of this study is to investigate the relationship between PKH acceptance status and the fertility intentions of married noncontracepting women aged 15-49 years in Indonesia. Data for this study came from the National Socio-Economic Survey (Susenas) 2017. The dependent variable in this study is the fertility intention of married women aged 15-49 years who were not contracepting. The independent variables include the main variable, namely PKH acceptance status and the control variables which include individual factors, namely parity, living area (rural/urban), women's working status, women's education, husband's education, women's age, husband's age, internet access, income, home ownership status, and contextual factors, namely the province TFR, IDG and CPR. The findings showed that after controlling for individual and contextual factors, high fertility intention was associated with PKH acceptance. Women from PKH beneficiary were more likely to maximize the cash assistance by increasing the number of children (moral hazard). Moral hazard behavior was more striking among in women from households who had received PKH or who currently received PKH but were unable to show their cards."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pincus, Gregory
New York: Academic, 1965
301.321 PIN c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Anisa
"ABSTRAK
Resiko seksual merupakan masalah yang kurang disadari oleh para remaja. Penelitian ini mencoba melihat bagaimana pengaruh tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksualitas terhadap tingkat kesadaran remaja dalam menghindari resiko seksual. Penelitian ini menggunakan metode survei di dua sekolah, yakni penerima program PKRS (SMK WANUS, 46 siswa) dan dibandingkan dengan bukan penerima program (SMK YPR, 59 siswa). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksualitas terhadap tingkat kesadaran remaja dalam menghindari resiko seksual meskipun hubungannya lemah. Menariknya hal ini berlaku di dua sekolah, baik penerima program maupun bukan penerima. Artinya, keberadaan program PKRS tidak berpengaruh secara positif.

ABSTRACT
Sexual risk is neglected topic yet very crusial to teenagers. This study observe the effect of reproductive health and sexuality knowledge to level of teenagers consciousness in sexual risk prevention. By using quantitative survey, this study compare two school theay are SMK WANUS (46 students) as receiver of reproductive health and sexuality education programme and SMK YPR (59 students) as non-receiver of the programme mention above. This study show the linked connection between level of reproductive health and sexuality knowledge to level of teenagers cousciousness in sexual risk prevention both in receiver and non-receiver programme. Therefore, this sexual education programme has no positive effect.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dharmesti Wulandari
"Skripsi ini membahas tentang ketepatan sasaran dalam Program Keluarga Harapan. Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu bantuan sosial yang diberikan kepada Rumah Tangga Sangat Miskin untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi ibu dan anak. Penulis menganalisa fenomena exclusivity, yaitu rumah tangga yang layak namun tidak menerima PKH dan inclusivity, yaitu rumah tangga yang tidak layak namun menerima PKH, serta membedah bagaimana karakteristik rumah tangga yang ter-exclude dan ter-include dari PKH tersebut. Standar kelayakan rumah tangga berdasarkan karakteristik rumah tangga sangat miskin dari Badan Pusat Statistik. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan data Program Pendataan Perlindungan Sosial Tahun 2011. Hasil penelitian ini adalah Program Keluarga Harapan tidak sepenuhnya tepat sasaran.

This thesis is about the appropriateness of targeting the Hopeful Family Program, better known as Program Keluarga Harapan (PKH). This is a Government program aimed at providing social assistance to very poor households in order to improve the human resource quality of mothers and children. Eligibility is based on the definition of very poor households used by the Indonesian National Statistics Board (Badan Pusat Statistik). This study examines the phenomena of exclusivity and inclusivity when poverty is measured according to a wealth index developed by Filmer and Pritchett (2001). Whereas exclusivity refers to households which are eligible for but are not beneficiaries of the program while inclusivity refers to those households which should not be eligible but nevertheless receive program benefits. In addition, the study further assesses relevant demographic and social characteristics of households excluded and included in the program. This is a quantitative study that relies on data compiled for the Social Protection Program in 2011 and it shows that program targeting has not been fully effective."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45842
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Purnama Cahya Sari
"Penelitian sebelumnya menemukan bahwa anak dengan banyak saudara kandung cenderung ingin membentuk keluarga besar dibandingkan mereka yang lahir dari keluarga dengan ukuran lebih kecil. Hal ini mengindikasikan adanya transmisi norma keluarga antar generasi. Studi ini bertujuan untuk melihat efek perilaku fertilitas ibu terhadap intensi fertilitas anak perempuannya. Dengan menggunakan data IFLS, studi ini menginvestigasi anak perempuan pernah menikah usia 15-49 tahun, yang memiliki informasi lengkap tentang ibu kandungnya. Model logistik dan zero-inflated poisson digunakan untuk mengestimasi efek dari kovariat. Hasilnya menunjukkan bahwa anak perempuan mengadopsi norma keluarga ibu untuk membentuk intensi fertilitas mereka.

Previous studies found that children born with many siblings prefer a large family size than those born with fewer siblings. This positive relationship shows the presence of intergenerational transmission of family norm. This study aims to examine maternal fertility effect on daughter rsquo s fertility intention. Using data from IFLS, this study investigates ever married women aged 15 49 years old in 2014 who have a complete information about their biological mother, and uses Logistic and Zero Inflated Poisson regression model to estimate the predictors. As a result, daughters adopt their mother rsquo s childbearing behavior in shaping their own fertility intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T48809
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Nurina Paramita
"Penelitian ini bertujuan memelajari pengaruh intensitas cahaya malam hari terhadap fertilitas dan channel yang membuat intensitas cahaya malam hari berpengaruh terhadap fertilitas di Indonesia. Hasil regresi panel fixed effects dengan data tiga tahunan dari data Susenas, Podes, dan satelit DMSP/OLS menunjukkan bahwa intensitas cahaya malam hari sebagai proksi tingkat pembangunan dan penggunaan listrik, berpengaruh signifikan terhadap penurunan fertilitas di Indonesia. Intensitas cahaya malam hari berpengaruh signfikan terhadap peningkatan umur kawin pertama dan penurunan pengguna alat/metode kontrasepsi modern.

This research aims to study impact of night-time lights intensity on fertility and channel that makes night-time lights intensity affects fertility in Indonesia. The results of fixed effect panel regression with triennial data from National Socioeconomic Survey, Village Census, and DMSP/OLS satellite show that night-time lights intensity as a proxy for capturing development level and electricity use, significantly affects fertility decline in Indonesia. Night-time lights intensity significantly affects increasing of age at first marriage and decreasing user proportion of modern contraception."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T46119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Hananinta
"Pola pernikahan hipogami adalah pola pernikahan dengan pasangan perempuan (istri) berpendidikan lebih tinggi dibandingkan suami. Pola pernikahan dan capaian pendidikan dari suami dan istri dianggap berpengaruh terhadap realisasi fertilitas, namun belum ada yang melihat pengaruhnya terhadap intensi fertilitas atau intensi memiliki anak dari perempuan atau istri. Dengan menggunakan data IFLS 5 serta selisih lama sekolah pasangan sebagai proksi pola pernikahan hipogami, studi ini membahas pengaruh hipogami terhadap intensi fertilitas dari perempuan. Dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), hasil pada studi ini menemukan bahwa adanya pengaruh negatif dari pola pernikahan hipogami terhadap intensi fertilitas perempuan.

Educational hypogamy is an assortative mating where women are marrying men with lower education. With rising education among women across the world, educational hypogamy in couples has increased over the last few years in Indonesia. Using the Indonesian Family Life Survey 2014 (IFLS 5), this study aims to analyze the effect of educational hypogamy on women's fertility intention in Indonesia. Using Ordinary Least Square (OLS) method, this study found that educational hypogamy significantly affects women's fertility intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Martua Hidayana
"ABSTRAK
Studi ini memperlihatkan bahwa para suami, baik dari, golongan bawah maupun menengah, sesungguhnya mempunyai kepedulian yang cukup tinggi terhadap masalah KB keluarganya. Asumsi bahwa peranan suami dalam keluarga lebih mengutamakan mencari nafkah dan sebagai pengambil keputusan akhir agaknya tidak sepenuhnya benar. Demikian juga halnya dengan anggapan bahwa pria kurang peduli atau kurang berminat terhadap masalah KB.
Secara umum, masih sangat sedikit para suami yang mengetahui istilah kesehatan reproduksi. Bagi mereka istilah tersebut terlalu teknis dan sukar dibayangkan berhubungan dengan masalah apa. Ketidaktahuan ini tentu berkaitan dengan minimnya informasi yang mereka peroleh mengenai hal itu. Sebagian berpendapat bahwa media massa, koran atau TV misalnya, adalah sarana yang baik untuk menyebarluaskan informasi mengenai KR atau pun program pemerintah lainnya.
Indikasi akan pola hubungan suami-istri yang seimbang terwujud Pula melalui perilaku seksual suami. Para suami menyadari bahwa hubungan seks yang sehat adalah dengan pasangannya sendiri. Sekali pun inisiatif hubungan seks lebih banyak dilakukan oleh suami, namun ada kesadaran untuk tidak melakukan pemaksaan jika istri sedang tidak menginginkannya karena lelah, sakit atau sebab lainnya. Demikian juga dengan pantangan seks pada waktu--waktu tertentu karena alasan agama. Dalam masa-masa kehamilan, kelahiran dan menyusui, para suami lebih banyak memberikan dukungan sosial-psikologis kepada istrinya. Mereka juga berupaya untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhafikan dalam menjaga kesehatan kehamilan dan menyusui bayi.
Bagaimana dengan keterlibatan para suami dalam KB? Dalam hal pengambilan keputusan mengenai jumlah anak, jarak kelahiran dan metode KB, sebagian besar merundingkannya dengan istri masing-masing. Kebanyakan istrilah yang menjadi pengguna kontrasepsi moderen, sementara ada kecenderungan suami menggunakan metode tradisional seperti sistem kalendar dan senggama terputus. Sebenarnya para suami cukup peduli dengan masalah KB namun minimnya pengetahuan mengenai program, metode dan efek samping kontrasepsi membuat mereka nampak enggan menjadi akseptor. Mereka berpendapat bahwa petugas kesehatan hendaknya juga memberikan penjelasan kepada suami meskipun istrinyalah yang menggunakan kontrasepsi. Selain itu promosi kontrasepsi pria dirasakan masih sangat kurang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Lestari
"Meningkatnya angka prevalensi kontrascpsi telah memberikan kontribusi yang bosar bagi penurunan fertilitas yang mantap di Indonesia dan telah berhasil menekan Iaju pertumbuhan penduduk. Narnun tidak semua wanita marnpu mempertahankan ukuran keluarga yang mereka inginkan dengan konsisten. Hal ini mengakibatkan tingginya angka fertilitas tidak di Indonesia. Jika kelahiran anak yang tidak diinginkan dapat dicegah maka seharusnya angka fertilitas di Indonesia akan dapat ditunmkan hingga mencapai 2,2 anak per wanita pada tahun 2007 .
Dengan menggunakan data Survei Dcmograii dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 (SDKI2007), penelitian ini menemukan bahwa pendidikan memiliki peranan penting dalam mempengaruhi keputusan wanita untuk mengalami fenilitas tidak diinginkan. Semalcin tinggi pendidikan wanita semakin kecil peluangnya untuk mengalami fertilitas tidak. Pengaruh pendidikan wanita bekerja melalui penunman preferensi fertilitas, dimana mereka yang menginginkan anak lebih sedildt (0-2 anak) mempunyai peluang yang Iebih kccil untuk mengalami fertilitas tidak diinginkan Sementara status bekerja wanita dan tingkat kekayaan rumah tangga tidak dapat menjelaskan pengaruh pendidikan terhadap keputusan wanita untuk mengalami fertilitas tidak Dimana wanita yang bekelja cenderung tmtuk mengalami fertilitas tidak diinginkan dan semakin tinggi tingkat kekayaan rumah tangga maka semakin cenderung untuk mengalami fertilitas tidak diinginkan.
Kemampuan wanita untuk mencegah fertilitas tidak diinginkan yang dilihat dari keoepatan wanita untuk mengalami fertilitas tidak diinginkan tidak sepenuhnya dapat dijelaskan olch pendidikan wanita karena mereka yang bcrpendidikan SMP keatas berisiko lebih cepat untuk mengalami fertilitas tidak diinginkan. Namun kecepatan wanita untuk mcngalami fertilitas tidak diinginkan lebih dapat dijelaskan oieh penurunan preferensi fertilitas dan status bekezja mereka dimana mereka yang menginginkan anak lebih sedikit berisiko lebih laznbat untuk mengalami fertilitas tidak diinginkan demikian pula mereka yang bekerja bedsiko lebih Iambat untuk mengalami fertilitas tidak diinginkan. Selain itu semakin tinggi tingkat kekayaan rumah tangga semakin bcrisiko lebih lambat untuk mengalami ferlilitas yang tidak diinginkan.

The increasing of contraceptive prevalence rate had a high contribution for sustain fertility decline in Indonesia Unfortimately, women’s control over reproduction is far from perfect, and, as a consequence, the number of unwanted reproductive events is substantial in Indonesia. If unwanted birth could be eliminated than total fertility rate in Indonesia would be 2,2 children per women rather than 2,6 children per women in 2007.
Using the Indonesian Demographic and Health Survei 2007 (IDHS 2007), this research find that women’s education is an important factor in iniluence women’s decision to have unwanted fertility. Women with lower levels of education are more likely to have unwanted fertility than women with higher education. The elfect of women’s education works through the decline of fertility preferences, which women who want large number of children are more likely to have unwanted fertility. While women’s working status and levels of household's wealth can't explain how women’s education work to women’s decision of having unwanted fertility. Which women with working status and women with higher levels of household’s wealth are more likely to have unwanted fertility.
Women's ability to avoid unwanted fertility, which in this research is from the women's speed to have unwanted fertility is clearly can’t explain by women education Women with secondary level of education are more risk to have unwanted fertility quickly than women with lower education. Women's ability are more clear to explain with the decline of fertility preferences and women's working status. Women who want large number of children are more risk to have unwanted fertility quickly and women with "not working status" are more risk to have unwanted fertility quicldy. While women with lower levels of household's wealth are more risk to have unwanted fertility quickly than women with higher levels of household's wealth.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34299
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>