Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143896 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rendra Permana
"Penelitian ini berfokus pada masalah kemiskinan dan kapital sosial di Kampung Wapeko, distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua. Tujuan dari penelitian adalah mendeskripsikan dan menganalisis gambaran bentuk kapital sosial masyarakat orang asli Papua (Marind) dan transmigran di kampung Wapeko serta fungsi kapital sosial yang terbentuk dari kedua masyarakat tersebut dalam pengentasan kemiskinan di kampung Wapeko. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan profesi orang Marind sebagai subsisten (pemburu, peramu), belum mengolah sumber daya alam karena tidak adanya kemampuan teknis dan jaringan dalam pengelolaannya (bertani, berdagang). Mereka hanya mampu memiliki kebutuhan dasar serta akses ekonomi yang sangat terbatas. Kapital sosialnya berupa bonding social capital, menekankan pada norma pembagian – pengelolaan lahan, kekerabatan (marga), pemanfaatan hutan serta konservasi tradisional (sasi). Tipologi bonding social capital menyulitkan mereka dalam menghadapi perubahan kehidupan tradisional menuju modern, kapital sosial yang dimiliki tidak mampu maksimal menggapai kapital sosial dari kelompok lain yang lebih permisif. Kemiskinan yang terjadi pada orang marind terjadi karena tidak dimilikinya bridging social capital. Warga transmigran memiliki bridging social capital dengan norma kerjasama (gotong royong) dan etos kerja pantang menyerah. Tercipta jaringan yang kuat dalam menjalankan beragam variasi mata pencaharian (bertani, berdagang, pegawai). Norma warga transmigran menimbulkan kepercayaan dari orang Marind untuk mengakses pembagian – pengelolaan lahan serta pemanfaatan hutan sehingga memicu bridging social capital diantara dua kelompok tersebut, penguatannya pada kemunculan norma sewa lahan dan perdagangan hasil hutan (pengepul). Penguatan menimbulkan pergerakan kesejahteraan ekonomi di kedua pihak.

This research focuses on the problems of poverty and social capital in Wapeko Village, Kurik District, Merauke Regency, Papua. The purpose of this research is to describe and analyze the description of the social capital forms of indigenous Papuans (Marind) and transmigrants in Wapeko village and the function of social capital formed by the two communities in poverty alleviation in Wapeko village. The research method used is qualitative research with a descriptive approach. The results showed that the Marind profession as subsistence (hunters, gatherers), have not processed natural resources due to the absence of technical skills and networks in managing them (farming, trading). They are only able to have basic needs and very limited economic access. The social capital is in the form of social bonding capital, emphasizing the sharing norms - land management, kinship (marga), forest use and traditional conservation (sasi). The typology of social bonding capital makes it difficult for them to face changes in traditional life towards modernity. Their social capital is not able to reach the maximum social capital from other, more permissive groups. Poverty that occurs in marginalized people occurs because they do not have bridging social capital. The transmigrants have a bridging social capital with a norm of cooperation (mutual cooperation) and an unyielding work ethic. A strong network is created in running a variety of livelihoods (farming, trading, employees). The norms of the transmigrants gave rise to the trust of the Marind people to access the distribution - land management and forest use, which triggered bridging social capital between the two groups, strengthening the norms of land leasing and trade in forest products (pengepul). The strengthening led to a movement of economic welfare on both sides."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kambuy, Edoardus
"Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan peranan pemerintah Kabupaten Merauke dalam pelaksanaan proyek pembangunan, dalam rangka melestarikan kembali hutan tanaman sagu pada alam habitatnya sebagai pembangunan yang berkelanjutan (suistainability development) serta menyiapkan bahan makanan "pati sagu" (basic need) bagi masyarakat kampung Wapeko. Lokasi yang dipilih adalah Kampung Wapeko, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Propinsi Papua.
Secara spesifik, penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan peranan pemerintah kabupaten dalam pelaksanaan proyek pembangunan budidaya tanaman sagu dan mengidentifikasi serta menjelaskan faktor-faktor pendukung dan penghambatnya.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa (1) penerapan prinsip-prinsip partisipatoris dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan budidaya tanaman sagu di Kampung Wapeko memperoleh antusiasme yang besar dan masyarakat Kampung Wapeko, (2) Peran pemerintah dalam pelaksanaan proyek pembangunan budidaya tanaman sagu di Kampung Wapeko yang langkah-langkahnya didasari pada kewenangan pemerintah dalam administrasi penyelenggaraan pemerintahan yang meliputi: tersusunnya struktur organisasi proyek, tersedianya aparat pelaksana, tersedianya dana, serta pelaksanaan proyek pembangunan disusun melalui proyek, yang dilakukan melalui pelelangan proyek kepada para pengusaha (swasta) dalam pelaksanaannya. Di samping itu, hasil penelitian lapangan menunjukan bahwa dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan yaitu faktor pendukung dan penghambat.
(1) Faktor pendukung dalam pelaksanaan pekerjaan dilokasi antara lain: Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pekerjaan, lahan penanaman telah disiapkan oleh masyarakat, tersedianya dana oleh pemerintah, aparat pemerintah kampung serta organisasi masyarakat kampung mendukung pelaksanaan kegiatan proyek, tersedianya bibit anakan sagu oleh masyarakat, serta aparat pelaksana proyek telah ditunjuk oleh kepala Dinas Kehutanan untuk melaksanakan kegiatan proyek, dukungan sarana kerja yang memadai oleh Dinas Kehutanan, pelaksana proyek dilapangan oleh CV. Shindra Jaya dan pengawasan yang ketat oleh manejer baik secara vertikal maupun secara horizontal dalam pelaksanaan pekerjaan. (2) Faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan proyek pada lokasi penelitian antara lain, kebijakan perencanaan pelaksanaan proyek oleh bupati tidak disesuaikan dengan pedoman umum DAK-DR dari pemerintah pusat, sehingga banyak hambatan dalam pengawasan secara langsung melalui monitoring proyek, pengawasan lapangan, datangnya musim kemarau anakan sagu yang ditanam mati karena lahan yang ditanam kering, kebakaran, adanya indikasi korupsi, dan juga tergantung penunjukan kontraktor dalam melaksanakan kegiatan proyek sedangkan dilokasi penanaman antara lain, pembibitan serta penyemaian anakan sagu yang kurang memenuhi persyaratan tanam, jangka waktu pelaksanaan maupun persiapan lahan serta pembibitan peluang waktu terlalu sempit, tidak ditempatkan tenaga teknis, kurang adanya pengawasan yang ketat oleh pimpinan, kurang adanya kordinasi kerja, lahan tanaman anakan sagu tanah agak tinggi dan tanah tanah hujan sehingga sewaktu musim panas tanah kering.
Dari hasil penelitian lapangan dapat disimpulkan bahwa pembangunan sosial melalui kebijakan proyek pembangunan budidaya tanaman sagu, pada pelaksanaan pekerjaan dari awal hingga akhir kegiatan telah dilaksanakan oleh CV. Shindra Jaya, baik secara administrasi proyek maupun pelaksanaan phisik lapangan, kebijakan pembangunan melalui proyek budidaya tanaman sagu merupakan salah satu kegiatan pembangunan sosial, waktu pelaksanaan kegiatan terlalu sempit antar waktu pembibitan dan kegiatan lahan, tata cara pelaksaaan pekerjaan dilapangan oleh kontraktor asal kerja, perencanaan biaya pelaksanaan melalui dana DAK-DR, kepemimpinan dalam pengawasan kurang ketat, petugas PPL tidak ditempatkan pada lokasi lahan serta merangkap sebagai pengawas lapangan, datangnya musim panas hingga tanaman mati, kontraktor harus serius serta keberpihakan kepada masyarakat dalam kegiatan proyek.
Terhadap hasil penelitian di atas beberapa hasil penting direkomendasikan dafam penelitian ini adalah (1) Peran pemerintah sebagai fasilitator dalam penyiapan dana serta perencanaan sosial untuk kepentingan masyarakat, (2) peran pemerintah dalam meningkatkan sumber daya manusia masyarakat kampung untuk Iebih berperan aktif dalam kegiatan pembangunan oleh masyarakat sendiri, (3) perlu adanya koordinasi aparat pemerintah dengan masyarakat tentang atam dan kondisi daerah, (4) perencanaan pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat mengarahkan pada perencanaan sosial melalui kebijakan pembangunan, (5) Dukungan dana kelanjutan oleh pemerintah kepada masyarakat untuk menjaga dan memelihara tanaman anakan sagu, (6) Memberdayakan masyarakat dalam kegiatan proyek swakelola, (7) Kepemimpinan sangat menentukan arah dan strategi pelaksanaan tugas, (8) Pengawasan yang ketat oleh pimpinan baik secara vertikal maupun horizontal, (9) penunjukan kontraktor yang harus berkualitas dan mampu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Algiffary Riony
"Indonesia adalah salah satu negara yang paling beragam di dunia, secara etnis maupun secara agama. Kolektivisme di antara masyarakat di Indonesia juga masih kuat. Di samping itu, tingkat penurunan kemiskinan sudah melambat, disebabkan oleh penurunan kemiskinan di daerah pedesaan yang lambat dibandingkan di perkotaan. Dengan latar belakang tersebut, saya termotivasi untuk menganalisa bagaimana modal sosial mempengaruhi peluang miskin seseorang. Saya menggunakan kepercayaan sebagai ukuran modal sosial. Data yang saya gunakan berasal dari IFLS, dimana sebelumnya disesuaikan dengan IRT, dan diagregasikan pada level distrik. Sebagai perbandingan, saya juga menggunakan partisipasi masyarakat sebagai ukuran modal sosial. Saya meregresikan kemiskinan pada tingkat rumah tangga dengan modal sosial dan determinan kemiskinan sebagai variabel kontrol. Saya juga menambahkan variabel interaksi antara subsidi pemerintah dan modal sosial untuk melihat interaksi keduanya. Hasil dari analisis saya menunjukkan bahwa kemiskinan tidak mempunyai dampak signifikan terhadap peluang miskin dan kebijakan kemiskinan pemerintah.

Indonesia is one of the most diverse countries in the world, ethnically and religiously. Collectivism is also very prevalent inside the societies in the country. The rate at which poverty rate is going down is slowly halting. This phenomenon is mainly caused by the drop of poverty rate in rural areas not going down as fast as it is in the urban areas. Motivated by these facts, I try to analyze how social capital affects poverty incidence in Indonesia. I use trust as a measure for the level of local social capital. To do this, I use trust data from IFLS adjusted using IRT to better reflect the real level of trust, and aggregate the data in district level. For comparison, I also used social participation as a proxy of social capital. Furthermore, I regressed incidence of poverty at household level against the aggregated trust, as well as social participation, and a set of control variables consisted of theoretized poverty determinants. I also add the interaction between government subsidies and social capital to see how the two interact. The result suggests that social capital doesn`t have a substantial impact on poverty incidence and government policies."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Agung Lazuardi
"Studi ini ingin melihat bagaimana pengaruh modal sosial terhadap probabilitas rumah tangga menjadi miskin di Indonesia. Dengan menggunakan metode probit pada data Indonesia Family Life Survey IFLS wave 5 tahun 2014, penelitian ini menemukan bahwa modal sosial bridging, yang diwakili oleh partisipasi rumah tangga pada arisan, koperasi, ataupun simpan pinjam desa dalam 12 bulan terakhir, signifikan mengurangi probabilitas rumah tangga menjadi miskin. Selain itu dengan metode ordinary least square OLS ditemukan pula bahwa modal sosial berpengaruh signifikan positif terhadap pengeluaran rumah tangga. faktor lain, seperti: sosial demografi, modal manusia, modal fisik, dan modal finansial yang signifikan mempengaruhi probabilitas rumah tangga menjadi miskin. Akan tetapi, ditemukan bahwa modal sosial bonding berupa bantuan dari kerabat terdekat tidak signifikan mempengaruhi probabilitas rumah tangga menjadi miskin.

This study attempts to learn how social capital affects the households probability of being poor in Indonesia. By using probit method and utilizing the data of Indonesia Family Life Survey IFLS wave 5, this study discovered that social capital bridging, which is participation household in arisan, cooperation, and local microcredit for the last 12 months, statistically and significantly lower the household's probability of being poor. In addition, by using OLS method, this study confirms that social capital significantly increase household's per capita expenditure. Furthermore, this study reavealed that other factors such as social demographic, human capital, physical capital, and financial capital statistically and significantly affect the household's probability of falling into poverty. However, social capital bonding, which is realized by assistances of their closest relatives, does not statistically and significantly affect the the household's probability of becoming poor."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Dhani Syarif
"Dalam beberapa tahun terakhir, laju pengurangan kemiskinan relatif lebih lambat karena tingkat kemiskinan telah menurun. Ini karena kebijakan pengentasan kemiskinan hanya fokus pada modal fisik, modal finansial dan modal manusia. Karena itu, revitalisasi kebijakan dengan mendorong modal sosial adalah penting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran ikatan modal sosial dan menjembatani dalam mendorong pengentasan kemiskinan yang dinamis di Indonesia menggunakan metode logistik tertata dan studi lapangan. Hasilnya menunjukkan bahwa menjembatani modal sosial berperan dalam mengurangi kemungkinan rumah tangga jatuh ke dalam kemiskinan. Sementara itu, modal ikatan sosial ditemukan hanya berperan dalam mengurangi kemungkinan rumah tangga menjadi miskin di wilayah desa.

In recent years, the pace of poverty reduction has been relatively slower because poverty rates have declined. This is because poverty alleviation policies only focus on physical capital, financial capital and human capital. Therefore, revitalizing policies by encouraging social capital is important. This study aims to analyze the role of social capital ties and bridging in encouraging dynamic poverty reduction in Indonesia using orderly logistics methods and field studies. The results show that bridging social capital plays a role in reducing the likelihood that households fall into poverty. Meanwhile, social bond capital was found to only play a role in reducing the likelihood of households becoming poor in the village area."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luqman Hilmy Mohammad
"ABSTRAK
Studi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kapital sosial yang dihasilkan oleh pekerja dalam hubungannya dengan kapital manusia terhadap mobilitas karir di PT Pertanina Trans Kontinental, Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Structural Equation Modelling dengan jumlah sampel sebanyak 70 orang. Hasil menunjukkan bahwa kapital manusia berpengaruh terhadap kapital sosial, dan kapital sosial berpengaruh terhadap mobilitas karir. Hal ini menjadi tantangan dan bahan evaluasi bagi perusahaan bagaimana mereka mengevaluasi
model pengembangan karir yang di integrasikan dengan pemanfaatan kapital sosial
agar nantinya hal tersebut memudahkan pekerja dalam mengembangkan kapital sosial
dan meningkatkan peluang mobilitas karirnya

ABSTRACT
This study was conducted to determine the extent of social capital produced by the
employees in relation to the career mobility of human capital in PT Pertanina Trans
Kontinental, Jakarta. The method used in this research is SEM with a sample size of
70. The results show that human capital effect on social capital, and social capital
influence on career mobility. This is challenge and evaluation for company how they
evaluate career development models integrated with the utilization of social capital so
that later it is easier for employees in developing social capital and increase the
chances of career mobility"
2016
T46724
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Respiratori Saddam Al Jihad
"ABSTRAK
Penelitian ini tentang peran kapital sosial dalam UKM pada program CSR
PT.Artajasa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan dengan studi dokumentasi,
observasi dan wawancara mendalam. Kesimpulannya adalah bahwa Peran kapital
sosial yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam pemberdayaan
UKM di Desa Wancimekar dapat bersinergi melalui Program CSR PT. Artajasa
dan Sinergi antara pemerintah dan PT Artajasa menghasilkan Peraturan Daerah
No.3 Tahun 2015 tentang pemberdayaan Koperasi dan UMKM. Rekomendasi
nya adalah PT.Artajasa perlu melakukan program berkesinambungan yang
konsisten dalam pemberdayaan UKM.

ABSTRACT
This research is about the role of social capital in SMEs on PT.Artajasa?s CSR
program. This research used qualitative descriptive approach. The data were
collected by documentation study, observation and in depth interview. The
conclusion of this research is the role of social capital that involves various
stakeholders in SMEs empowerment at Wancimekar village can be integrated
throught PT. Artajasa?s CSR program. The synergy between government and
PT.Artajasa results Regional Government Regulation No.3 Year 2015 about
empowerment of cooperatives and SMEs. Accordingly, the recommendations of
this research is PT.Artjasa needs to have a consistent sustainable in SMEs
empowerment program."
2016
T46090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saeful Anwar
"Tesis ini membahas mengenai pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan modal sosial dalam program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Kualitatif dengan melakukan perbandingan terhadap pembangunan sarana dan prasarana fisik yang difasilitasi oleh PNPM di 2 (dua) desa yang memiliki angka kemiskinan cukup tinggi yaitu Desa Cibunar dan Desa Jagabaya di Kecamatan Parungpanjang. Kedua desa tersebut memiliki perbedaan karakteristik dimana Desa Cibunar bersifat periferi dan masyarakatnya heterogen sementara Desa Jagabaya masih bernuansa pedesaan dengan latar belakang masyarakat yang lebih homogen. Dalam penelitian ini terungkap bahwa modal sosial telah terbentuk di dua desa tersebut. Modal sosial yang telah terbentuk tersebut kemudian juga memberikan sumbangsih terhadap proses pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana fisik. Begitu juga variasi dan besarnya modal sosial yang berperan dalam pembangunan sarana dan prasarana fisik tersebut memberikan pengaruh terhadap tingkat kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana fisik yang telah dibangun. Dari hasil penelitian ini terungkap juga bahwa sarana dan prasarana fisik yang dibangun dapat memberikan manfaat ekonomis khususnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan atau menurunkan angka kemiskinan di kedua desa tersebut.

This thesis discusses the benefit of community development and social capital in poverty reduction programs based on community empowerment such as the National Program for Community Empowerment (PNPM) Rural. The method used is Qualitative Research Methods by doing a comparison of the development of physical infrastructure that is facilitated by PNPM in 2 ( two ) villages which have moderately high poverty which are Cibunar village and Jagabaya village in sub-District Parungpanjang. Both villages have different characteristics which are Cibunar village periphery and heterogeneous society while Jagabaya is still in a rural setting with a background that is more homogeneous society. In the research revealed that social capital has been formed in the two villages. Social capital that has been formed is also to contribute to the implementation of the development of physical infrastructure. So are the variety and amount of social capital that play a role in the development of physical infrastructure such an impact on the level of the quality and quantity of physical infrastructure that has been built. From the results of this reserach also revealed that the physical infrastructure provide economic benefits, especially in order to improve the welfare or reduce poverty in the two villages.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T39343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Wiwin Primantika
"Indonesia adalah negara maritim yang berarti memiliki sumber daya di bidang perikanan dan kelautan yang melimpah. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi alam di industri kelautan dan perikanan adalah Kabupaten Pangandaran, karena Pangandaran merupakan daerah pesisir yang berada di sebelah selatan Jawa Barat sehingga memiliki garis pantai yang cukup panjang yaitu 91 Km. Meskipun Pangandaran memiliki potensi alam di bidang kelautan dan perikanan yang cukup melimpah, tetapi masih banyak nelayan yang berada dibawah garis kemiskinan, sehingga hal ini akan mempengaruhi kualitas hidup nelayan di Kabupaten Pangandaran. Kualitas hidup dapat diukur secara objektif maupun subjektif, namun penelitian ini mengukur kualitas hidup nelayan secara subjektif yang berpusat pada penilaian/perspektif individu nelayan pada beberapa aspek mengenai kondisi hidupnya. Bahasan dari penelitian ini adalah untuk melihat tingkat kualitas hidup subjektif nelayan dan melihat hubunganya dengan modal sosial, dukungan sosial dan resiliensi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh modal sosial, dukungan sosial dan resiliensi terhadap kualitas hidup subjektif nelayan di Kabupaten Pangandaran. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data survei. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi somers’d yang dianalisis melalui SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang mencakup empat instrumen yaitu, instrumen kualitas hidup subjektif, modal sosial, dukungan sosial dan resiliensi. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 245 nelayan yang menjadi kepala keluarga. Hasil dari penemuan ini mengungkapkan bahwa modal sosial memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap kualitas subjektif dengan p-value 0.00 dan koefisien korelasi sebesar 0.449 (sedang), untuk variabel dukungan sosial memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap kualitas hidup subjektif dengan p-value 0.00 dan koefisien korelasi sebesar 0.462 (sedang), dan variabel resiliensi memiliki hubungan signifikan dan positif terhadap kualitas hidup subjektif dengan p-value 0.00 dan koefisien korelasi sebesar 0.520 (sedang). Hasil pengukuran uji resiko diketahui bahwa variabel dengan resiko tertinggi mempengaruhi kualitas hidup subjektif yaitu variabel resiliensi yang memiliki kemungkinan 19.8 kali terjadinya kualitas hidup subjektif buruk.

Indonesia is a maritime country, meaning it has abundant fisheries and marine resources. One area in Indonesia with natural potential in the marine and fisheries industry is Pangandaran Regency. Pangandaran Regency is a coastal area south of West Java, with a long coastline of 91 km. Even though Pangandaran has great natural potential in the marine and fisheries sector, many fishermen are still below the poverty line, so this will affect the quality of life of fishermen in Pangandaran Regency. Quality of life can be measured objectively or subjectively. However, this research measures the quality of life of fishermen subjectively, centered on the assessment/perspective of individual fishermen on several aspects of their living conditions. The discussion of this study is to look at the subjective quality of life of fishermen and see its relationship with social capital, social support, and resilience. Therefore, this study aims to describe and analyze the effect of social capital, social support, and resilience on fishermen's subjective quality of life in the Pangandaran Regency. This study uses a quantitative method with survey data collection techniques. The data analysis technique used was the Somers'd correlation technique which was analyzed through SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Data collection was carried out by distributing questionnaires that included four instruments: subjective quality of life instrument, social capital, social support, and resilience. This study's respondents were 245 fishermen who were heads of families. The results of this finding reveal that social capital has a significant and positive relationship to subjective quality with a p-value of 0.00 and a correlation coefficient of 0.449 (moderate); for the variable social support, it has a significant and positive relationship to subjective quality of life with a p-value of 0.00 and a correlation coefficient of 0.462 (moderate). The resilience variable has a significant and positive relationship to subjective quality of life with a p-value of 0.00 and a correlation coefficient of 0.520 (moderate). The results of the risk test measurement are known that the variable with the highest risk of affecting the subjective quality of life is the resilience variable which has 19.8 times the possibility of poor subjective quality of life.xv,"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walandouw, Paksi Cattra Kamang
"Studi ini menunjukkan bahwa kejahatan memiliki konsentrasi spasial. Konsentrasi spasial tersebut dipengaruhi oleh dua aspek: individu dan kontekstual. Secara individu, marginal cost (MC) yang sama mengarah pada keputusan lokasi kejahatan yang serupa. Secara kontekstual, studi ini melihat dua fenomena yang terkait dengan kejahatan, yaitu kemiskinan dan pengangguran. Studi ini bertujuan untuk (1) menyelidiki pola kejahatan yang spesifik secara spasial sehingga kita dapat memprediksi dan melawan kejahatan, (2) menyelidiki perilaku kriminal dan pengaruhnya terhadap pemilihan lokasi kejahatan dari perspektif spasial ekonomi, dan (3) melihat secara spesifik hubungan kejahatan dengan isu kemiskinan yang sudah mempertimbangkan efek spasial. Metode Exploratory Spatial Data Analysis (ESDA) digunakan dalam analisis spasial. Data kejahatan menurut jenisnya di area Polda Metro Jaya tahun 2011, dengan unit analisis Polsek, menunjukkan bahwa penodongan, perampasan, perjudian, pencurian sepeda motor, pembakaran pencurian mobil, pencurian berat, narkoba, kenakalan remaja dan pemerasan mempunyai otokorelasi spasial positif. Sebaliknya, perampokan, pembajakan, pemerkosaan, dan pembunuhan tidak mempunyai hubungan otokorelasi spasial. Model kompetisi spasial dalam pemilihan lokasi untuk melakukan kejahatan menunjukkan bahwa para pelaku kejahatan dengan biaya (marginal cost) yang sama mempunyai kecenderungan untuk memilih tempat yang serupa untuk melakukan kejahatan mereka. Data survei narapidana pencuri sepeda motor dari Polda Jawa Barat pada tahun 2011 menunjukkan bahwa pilihan teknologi (alat yang digunakan, lama melakukan, jumlah yang melakukan, dan waktu melakukan) mempengaruhi pemilihan lokasi dalam mencuri sepeda motor. Lebih lanjut lagi pilihan teknologi dipengaruhi oleh jejaring sosial dari pelaku kejahatan. Setelah mempertahankan jenis kejahatan yang mempunyai otokorelasi spasial, hasil menunjukkan bahwa hubungan spasial kejahatan dengan kemiskinan tidak sesederhana yang diduga. Walaupun ada hubungan spasial antara keduanya, hubungan itu tidak terjadi pada semua jenis kejahatan. Selain itu, studi ini menunjukkan bahwa dengan memakai unit analisis yang lebih kecil dan jenis kejahatan yang lebih spesifik, hasil yang didapat juga akan lebih spesifik dan berguna untuk melawan dan mencegah kejahatan.

This study shows that crime has spatial concentration. Two aspects that can influence the incidence of crime are investigated: individual and contextual aspects. Individually, having similar marginal costs lead to decision to conduct crime in similar location. Contextually, two phenomena related to crime, namely, poverty and youth unemployment, are tested whether they are spatially correlated with crimes. This study has three objectives: (1) to investigate spatial specific patterns of specific crime to predict and fight crime, (2) to investigate criminal behavior and its effect on crime scene selection from an economic spatial perspective; and (3) to see the spatial relationship between crime and poverty and unemployment. The Exploratory Spatial Data Analysis (ESDA) method is used. Data of crime by type comes from a unique dataset collected by the Polda Metro Jaya (Metro Jaya Provincial Level Police Station) in 2010, with Polsek (subdistrict-level police station) as a unit of analysis. The results show that mugging, plundering, gambling, motorcycle theft, car theft firing, heavy theft, drugs, juvenile delinquency and extortion have positive spatial autocorrelation. In contrast, robbery, piracy, rape, and murder have no spatial autocorrelation relationship. The spatial competition model for crimes location decision shows that perpetrators with similar cost have a tendency to choose the same place to commit their crimes. The survey data of motorcycle thief inmates from Polda Jawa Barat in 2011 shows that the choice of technology (tools used, length of conduct, number people who conduct motorcycle theft, and time of conduct) affected site selection in stealing motorcycles. Furthermore, the choice of technology is affected by social network of the perps.After retaining the type of crime that has spatial autocorrelation for the analysis, the results show that the relationship is not straightforward: while there was a spatial relationship between crime and poverty, but they did not occur for all types of crime. In addition, this study demonstrates that using smaller analytical units and more specific types of crimes provide more specific and useful results to predict and fight crime."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>