Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151982 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reinhard Imanuel Putra Daniel
"Lagu daerah merupakan salah satu bentuk identitas dari daerah tersebut. Dalam geografi, identitas tempat adalah salah satu indikator adanya keterikatan antara manusia dengan suatu tempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah persepsi dan keterikatan masyarakat rantau NTT terhadap kampung halamannya dipengaruhi oleh lagu daerah. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner untuk masyarakat NTT yang merantau. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lagu daerah dirasa menjadi salah satu faktor identitas mereka sebagai masyarakat NTT serta memperkuat persepsi dan rasa keterikatan masyarakat rantau NTT terhadap kampung halamannya. Masyarakat rantau NTT memiliki persepsi bahwa kampung halamannya lebih baik daripada tanah rantau karena rasa kekeluargaan, persaudaraan dan sikap toleransi yang tinggi di kampung halaman kurang mereka dapatkan di tanah rantau. Disisi lain, lagu daerah memperkuat rasa keterikatan masyarakat rantau NTT terhadap kampung halamannya. Hal ini dibuktikan dengan perasaan bangga dan rindu kampung halaman ketika mereka mendengar atau menyanyikan lagu daerah di perantauan. Kesimpulannya, lagu daerah adalah salah satu faktor yang menjadi identitas masyarakat rantau NTT serta memperkuat persepsi dan place attachment mereka terhadap kampung halamannya.

Folk songs are a form of identity from the region. In geography, place identity is one indicator of an attachment between humans and a place. This study aims to determine whether the perceptions and attachments of the NTT overseas community to their hometowns are influenced by folk songs. The method used for data collection was a questionnaire for NTT people who had migrated. The analysis used is descriptive analysis. The results showed that the folk song was felt to be one of the factors of their identity as the people of NTT and strengthened the perception and sense of attachment of the NTT overseas community to their hometown. The people of foreigners in NTT have the perception that their hometowns are better than their homeland because of the feeling of kinship, brotherhood and a high attitude of tolerance in their hometowns they do not get in the overseas lands. On the other hand, the folk song strengthens the sense of attachment of the NTT overseas community to their hometown. This is evidenced by feelings of pride and homesickness when they hear or sing folk songs overseas. In conclusion, folk song is one of the factors that has become the identity of the people of foreigners in NTT and strengthens their perception and place of attachment to their hometown."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susinety Prakoso
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena kehadiran kelekatan anak pada tempat; mengungkap proses terbentuknya kehadiran kelekatan anak pada tempat; dan mengungkap kondisi spasial yang perlu dipenuhi agar keberlangsungan kelekatan anak pada tempat dapat berhasil. Meminjam dari pendekatan eksistensial fenomenologi, penelitian ini memandang tempat dalam place attachment sebagai konsep non-material both/and atau here/now: suatu konsep yang memahami anak dan tempat sebagai keutuhan pengalaman kehadiran manusia di dunia. Melalui grounded theory, penelitian ini menemukan bahwa fenomena hadirnya kelekatan anak pada ruang kota tertentu yang diamati merupakan fenomena non-material, hasil dari gagasan both/and atau here/now, yang dinyatakan sebagai place habit. Place habit merupakan tindakan menempati suatu ruang kota yang mendukung, hasil dialektika body habit dan pengalaman emosional. Place habit, dibentuk melalui proses internal yang terjadi di dalam body habit, yang melingkupi: pergerakan habitual anak, proses berdiam dan perjumpaan dengan ruang kota yang mendukung (supportive lived-existential space) pada ruang dan waktu tertentu, serta memicu pengalaman emosional pada anak yang dinamis. Place habit rapuh dan non-permanen. Place habit selalu bergerak, tergantung ruang dan waktu yang tidak fix. Keberlangsungan place habit tergantung pada agency, dukungan modal (ekonomi, budaya, sosial), body-habit, pengalaman emosional dan makna tempat. Sifat non-permanen place habit diindikasikan oleh empat sifat place habit, yaitu: secure, avoidant, diminished dan mobile. Keempat sifat place habit tersebut menunjukkan dinamisnya stabilitas keberlangsungan place habit.

This study attempts to understand the phenomenon of children?s place attachment, the nature of the process through which children?s place attachments are formed, and the conditions that must be fulfilled to make children?s place attachments successful. Influenced by existential-phenomenological theories, this study views a place as a metaphysical phenomenon, which facilitates the understanding of child and place as a totality phenomenon of a wholeness experience of people-in-world. Based on grounded theory, this study found that the phenomenon of children?s place attachment as place habit. Place habit is the result of both/and or here/now: the interplay of the child?s body habit-in-the-place and their emotional experiences of being-in-place. Place habit is formed by an internal process occurred in a child?s body habit. Body habit is formed through a child?s repetitive movement, rest in and encounter with a supportive lived-existential space in a particular time-space routine and triggered the dynamic emotional experiences in children. A place habit is fragile and impermanent. It was a supportive urban space that was always in movement, following where a ?child?s body habit? and ?emotional experiences? encountered as one. The stability of place habit are determined by agency, capitals (social, economic and cultural), ability to body-habit, children?s emotional experiences in their favourite places and place meanings. This study found that individual differences in children?s agency, housing characteristics and peer supports, contribute to four styles of place habit: secure, avoidant, diminished and mobile. The four styles of place habit indicate the dynamic of stability of place habit and the impermanent of place habit."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
D2047
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bulakh, J. Christian
"Sebagai perwujudan atas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, setiap daerah mendapatkan hak otonomi. Pemberian hak otonomi kepada daerah dimaksudkan untuk mencapai efektifitas penyelenggaraan pemerintah terutama dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Otonomi daerah adalah hak daerah untuk menyelenggarakan urusan rumah tangganya sebagai urusan otonomi daerah berdasarkan prakarsanya sandhi dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia.
Penyelenggaraan otonomi daerah mencakup penetapan dan pelaksanaan kebijaksanaan oleh daerah sendiri adalah dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan potensi dan sumber daya daerah untuk kepentingan bersama masyarakat Kota Kupang. Kemampuan daerah dalam menyelenggarakan otonominya ditentukan oleh partisipasi masyarakat, kepemimpinan dan kemampuan aparat. Dalam hubungan ini maka dalam tesis ini penulis mengangkat tentang -persepsi -pemerintah dan Masyarakat terhadap -penyelenggaraan otonomi daerah Kota Kupang, studi kasus dan segi ketahanan Nasional sebagai pokok bahasan dan meneliti permasalahan hubungan dan pengaruh kemampuan daerah dengan penyelenggaraan otonomi dan ketahanan Nasional di Daerah Kota Kupang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis dan "teknik deskriptif dengan persentase" untuk mengetahui persepsi pemerintah dan masyarakat terhadap kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah Kota Kupang. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini maka ditentukan bairwa secara keseluruhan ketiga variabel yaitu partisipasi masyarakat, kepemimpinan dan kemampuan aparat mempunyai hubungan yang positif dan eukup berpengaruh pada penyelenggaraan otonomi daerah serta -pemerintah Daerah Kota Kupang cukup berhasil dalam menyelenggarakan otonomi daerahnya sehingga kondisi ketahanan Nasional di Daerah Kota Kupang cukup mantap, setidak-tidaknya pada saat penelitian ini dilakukan. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah Kota Kupang untuk mencapai sasaran otonomi daerah berupa kesejahteraan rakyat, persatuan-kesatuan dan demokratisasi terlihat bahwa pelaksanaan kepemimpinan pemerintahan daerah dapat menanggapi berbagai aspirasi masyarakat, partisipasi masyarakat terus meningkat serta adanya kemampuan aparat menyelesaikan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan Daerah Kota Kupang. Penyelenggaraan otonomi daerah yang demikian memungkinkan terpenuhinya kepentingan Masyarakat Daerah Kota Kupang secara keseluruhan yang berwujud kesejahteraan dan keamanan sebagai hakekat ketahanan Nasional."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T11503
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Choirunnisa
"ABSTRACT
Restorasi merupakan proses pemulihan directed attention yang didukung oleh konfigurasi lingkungan tertentu. Dengan minimnya ruang hijau restoratif yang tersedia, rumah menjadi salah satu tempat restoratif yang penting bagi penduduk kota Jakarta. Penelitian ini ingin menguji peran karakteristik fisik rumah terhadap persepsi restorasi penghuninya. Penelitian ini juga melibatkan kelekatan tempat sebagai moderator hubungan kualitas kelayakan rumah dengan persepsi restorasi. Dengan menggunakan metode survei, penelitian ini dilakukan pada 179 warga Jakarta yang tinggal di Kampung Muka, Ancol dan Jalan Pertanian, Lebak Bulus. Pemilihan kedua lokasi didasarkan pada perbedaan karakteristik rumah yang ada di lokasi tersebut. Hasil penelitian membuktikan bahwa kualitas kelayakan rumah tidak berhubungan dengan persepsi restorasi penghuninya (B = -,034, p = ,812). Akan tetapi kelekatan tempat berhubungan secara positif dengan persepsi restorasi (B = ,524, p <,01). Terkait perannya sebagai moderator, kelekatan tempat terbukti tidak signifikan memoderasi hubungan kualitas kelayakan rumah dengan persepsi restorasi penghuninya (B = ,427, p = ,746). Hasil penelitian ini juga memunculkan bahasan baru mengenai konstruksi restorasi dalam konteks rumah.

ABSTRACT
Restoration is a directed attention recovery process that is supported by a certain environmental configuration. With the lack of restorative green space available, the house is one of the important restorative places for residents of Jakarta. This study wants to examine the role of the physical characteristics of the house on the perception of the restoration of its inhabitants. This research also involves the attachment of place as a moderator of the relationship between the quality of the feasibility of the house and the perception of restoration. Using the survey method, this research was conducted on 179 Jakarta residents who lived in Kampung Muka, Ancol and Jalan Pertanian, Lebak Bulus. The selection of the two locations is based on differences in the characteristics of the houses in that location. The results of the study prove that the quality of the feasibility of the house is not related to the perception of restoration of its inhabitants (B = -, 034, p =, 812). However, site attachment is positively related to perceptions of restoration (B =, 524, p <, 01). Regarding their role as moderator, the viscosity of the place is proven to not significantly moderate the relationship between the quality of the feasibility of the house and the perception of the restoration of its inhabitants (B =, 427, p =, 746). The results of this study also gave rise to a new discussion about the construction of restoration in the context of the house."
[;;, ]: 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anneli Puspita Xenia
"ABSTRAK
Munculnya kebiasaan meminum kopi di kedai kopi modern dan berkembangnya jumlah kedai kopi di Jakarta adalah fenomena yang menarik di kota yang terkait dengan ruang publik di perkotaan. Skripsi ini mengeksplorasi karakteristik-karakteristik fisik yang mempengaruhi interaksi sosial di kedai kopi Crematology, terkait pentingnya kedai kopi sebagai third place. Oldenburg 1989 menyatakan third place sebagai ruang publik yang netral, di mana orang-orang dapat berkumpul dan berinteraksi untuk menikmati lingkungan mereka serta melewati hari-hari mereka. Kontras dengan tempat tinggal dan tempat bekerja, third place menyediakan ruang untuk interaksi sosial dan dianggap sebagai tempat berlabuhnya kehidupan komunitas. Karakteristik-karakteristik fisik dari kedai kopi yang berhubungan dengan interaksi sosial terjadi di lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup serta menyediakan keterikatan sosial. Masyarakat telah melihat kedai kopi sebagai sesuatu yang penting, dan mereka memunculkan place attachment terhadap kedai kopi. Place attachment salah satunya dilihat berdasarkan bagaimana karakteristik-karakteristik fisik dari suatu kedai kopi dapat mendukung tujuan dan aktivitas seseorang. Karakteristik-karakteristik yang terbangun secara fisik dan sosial di dalam suatu kedai kopi dapat menciptakan arti dan koneksi terhadap manusia yang berkontribusi terhadap place attachment.

ABSTRACT
The emergence of habit of drinking coffee at modern coffee shops and the fast development of new coffee shops in Jakarta are two interesting phenomena in the city related to urban public space. This thesis explores physical characteristics that affect the social interactions in Crematology Coffee, especially the importance of a coffee shop as a third place. Oldenburg 1989 distinguishes ldquo third place rdquo as a public place on neutral ground where people can gather and interact that allow people to simply enjoy the surroundings and get through the day. In contrast to first place home and second place work , a third place serves as a place for social interactions and often considered as the anchor of community life. The characteristic of coffee shops as a third place relates to the social interaction occurs at the neighborhood that in terms that may enhance quality of life and provide social bounding. Society has seen coffee shops as an important matter, and they develop place attachment to them. Place attachment can be based on physical characteristics that support goals and activities of people. Characteristics which are built physically and socially within a coffeeshop can emerge meanings and connections to people which contribute to place attachment. "
Depok: Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, 2017
S67986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1978
959.86 SEJ (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini membahas mengenai pendudukan bangsa Portugis di Nusa Tenggara Timur. Kesimpulan dari tulisan ini bahwa alasan utama Portugis datang ke Nusa Tenggara Timur adalah untuk mencari kayu cendana. Hingga saat ini banyak sekali pengaruh Portugis di Nusa Tenggara Timur yang masih tersisa.

This writing discusses about Portuguese in Nusa Tenggara Timur. This writing concludes that Portuguese’s main reason to come to Nusa Tenggara Timur is to find sandalwood. There are a lot of Portuguese’s influences that still exist in Nusa Tenggara Timur until now."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiet Mugi Lestari
"ABSTRAK
Keterikatan tempat terhadap lingkungan tempat tinggal akan berbeda, sesuai dengan karakteristik tempat dan karakteristik penduduk. Dengan membagi wilayah penelitian Kelurahan Kampung Melayu menjadi dua, yaitu wilayah tidak banjir dan wilayah banjir, tujuan penelitian ini adalah menganalisis keterikatan tempat terhadap lingkungan tempat tinggal dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keterikatan tempat. Kuesioner self-administered menggunakan skala likert disebar secara random pada 400 penduduk. Analisis statistik menggunakan distribusi frekuensi dan Structural Equation Modelling SEM . Hasil dari penelitian menunjukkan penduduk cenderung memiliki keterikatan tempat dengan lingkungan tempat tinggalnya. Faktor yang mempengaruhi keterikatan tempat pada penduduk yang lahir di lingkungan tempat tinggal dengan lama tinggal 10 tahun atau lebih dan memiliki rumah adalah faktor keluarga untuk penduduk di wilayah tidak banjir dan faktor fisik serta faktor sosial di wilayah banjir. Kesimpulan dari penelitian ini adalah keterikatan tempat terhadap lingkungan tempat tinggal terbentuk karena dimensi tempat dimaknai tidak hanya dalam setting fisik, namun juga secara sosial yaitu adanya ikatan keluarga dan hubungan sosial dengan orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya.

ABSTRACT
Place attachment on neighborhood differs according to place characteristics and person characteristics. By dividing the research area of Kelurahan Kampung Melayu into flood area and non flood area, this research aims at analyzing place attachment on neighborhood and analyzing factors influencing the place attachment. Self administered questionnaires using likert scale were distributed randomly to 400 residents. Statistical analysis is carried out using frequency distribution and Structural Equation Modeling SEM . Result of the study shows that residents tend to have place attachment to their neighborhood. Factors influencing place attachment on residents born in the neighborhood with length of stay 10 years or longer and having house are family factor for residents living in non flood area and physical factor as well as social factor for residents in flood area. This research concludes that place attachment on neighborhood is formed because dimension of place is interpreted not merely physically but also socially, namely the existence of family ties and social relationship with people in the neighborhood."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pius Almindu Leki Berek
"Latar belakang: Hipertensi merupakan masalah kesehatan global. Kebijakan spesifik melalui program CERDIK-PATUH dan PIS-PK telah berjalan dengan baik, namun insiden hipertensi masih sulit dibendung, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan kepatuhan kontrol tekanan darah. Pengembangan model perawatan diri yang lebih efektif diperlukan untuk mengatasi permasalahan hipertensi. Tujuan: Mengidentifikasi masalah hipertensi, mengembangkan model perawatan diri hipertensi berbasis mobilephone dan infografis serta mengidentifikasi pengaruhnya terhadap kepatuhan kontrol tekanan darah penyandang hipertensi. Metode penelitian: Penelitian merupakan penelitian operasional. Tahap pertama studi kualitatif melibatkan 29 partisipan, tahap kedua pengembangan model dengan pendekatan sintesis teori dan hasil penelitian tahap 1, dan tahap ketiga uji pengaruh model terhadap kepatuhan kontrol tekanan darah dengan pendekatan quasy experiment pre-post with kontrol group melibatkan 208 responden. Hasil: Teridentifikasi 7 tema tentang masalah hipertensi dan penatalaksanaannya. Dihasilkan pula model perawatan diri hipertensi berbasis mobilephone dan infografis. Model perawatan diri hipertensi berbasis mobilephone dan infografis berpengaruh secara bermakna terhadap kepatuhan dan tekanan darah sistolik (p<0,05) namun tidak berpengaruh terhadap tekanan darah diastolik p>0,05). Simpulan: model ini berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan dan tekanan darah pasien hipertensi. Saran: Model ini dapat diaplikasikan guna meningkatkan kepatuhan kontrol tekanan darah penyandang hipertensi di Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur.

Background: Hypertension is a global health problem. Specific policies through the CERDIK-PATUH and PIS-PK programs have been going well, but the incidence of hypertension is still difficult to stem, so efforts are needed to improve adherence to blood pressure control. The development of a more effective self-care model is needed to overcome the problem of hypertension. Objectives: To identify the hypertension problems, to develop a self-care hypertension model based on mobilephone and infographic, and to identify its effect on adherence to blood pressure control in hypertensive patients. Method: This is an operational research. The first stage used a qualitative study with 29 participants, the second stage was developing the model using a theory synthesis approach, the results of the 1st stage research, and expert consultation, and the third stage was identifying the effect of the model on compliance BP control using a quasy experiment pre-post with group control approach involving 208 respondents. Results: Identified 7 themes regarding hypertension and its management. A self-care hypertension model based mobilephone and infographics were produced. The self-care hypertension model based mobilephone and infographics had a significant effect on adherence and systolic blood pressure (p value < 0.05) but had no effect on dyastolic blood pressure (p value > 0.05). Conclusion: this model has a significant effect on adherence and blood pressure in hypertensive patients. Suggestion: This model can be applied to improve adherence to blood pressure control in people with hypertension in East Nusa Tenggara"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aemilianus Mau
"Latar Belakang: Perilaku caring perawat merupakan salah satu faktor penentu kepuasan pasien di RS. Tujuan: mengeksplorasi perilaku caring untuk mengembangkan model perilaku caring perawat berbasis budaya NTT, menguji pengaruh model terhadap perilaku caring perawat dan kepuasan pasien. Metode: Mixed Metode, terdiri dari tahap I eksplatory design dan tahap II quasy experiment pretest-posttest control group design. Partisipan penelitian tahap I terdiri dari 14 tokoh masyarakat, 11 orang pimpinan RS, 10 orang pasien, dan 5 orang perawat pelaksana. Pemilihan partisipan secara purposive. Pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara mendalam dan FGD. Analisis data menggunakan pendekatan Colaizzi. Sampel penelitian tahap II adalah perawat dan pasien yang dipilih secara purposive. Penentuan besar sampel menggunakan rumus beda proporsi pada dua kelompok. Besar sampel perawat 120 orang dan pasien 360 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data menggunakan uji independent sampel t- test dan General Linear Model Repeated Measure (GLM-RM). Hasil: Penelitian tahap I menghasilkan 3-4 tema untuk setiap kelompok partisipan dan menghasilkan Model Floramora Berbasis Budaya NTT. Flora singkatan dari Flores, Sumba, Timor, dan Alor, yang merupakan empat suku besar di NTT. Mora merupakan sejenis bunga yang melambangkan caring adalah kasih dan kebaikan yang diwujudkan melalui budaya 3H: Hase, Hakneter, Haktaek (Menyapa, Menghargai, Menghormati) pasien dan keluarganya, budaya 4N: Nawas, Nopil, Nezel, Nimil (Nalar, Nafsu/semangat, Naluri, Nurani), budaya Karawa ya ole atamu gai’mu kada manuwara gu ole atamu (melayani pasien seperti perawat ingin dilayani), budaya su’u papa suru, sa’a papa laka (berbagi kasih dan tanggung jawab), budaya Halon No Viar (Berharap dan Percaya). Hasil penelitian tahap II menunjukkan implementasi model Floramora berpengaruh signifikan terhadap peningkatan perilaku caring perawat dan kepuasan pasien (p 0,001<0,05). Kesimpulan: Model ini berpengaruh signifikan terhadap peningkatan perilaku caring perawat dan kepuasan pasien. Saran: Model ini dapat diterapkan di RS guna meningkatkan perilaku caring perawat dan kepuasan pasien.
Background: Nurse caring behavior is a significant variable in the establishment of patient contentment within a hospital setting. Objective: To explore caring behavior, to develop a Model of nurse caring behavior based on NTT culture, to examine the effect of the Model on nurse caring behavior and patient satisfaction. Method: Mixed Method, consisting of stage I exploratory design and stage II quasy experiment pretest-posttest control group design. Phase I research participants consisted of 14 community leaders, 11 hospital leaders, 10 patients, and five nurses. Selection of participants purposively. Data collection used in- depth interviews and FGD guidelines. Data analysis used the Colaizzi approach. Phase II research samples were nurses and patients who were selected purposively. Determination of sample size using the formula of different proportions in the two groups. The sample size is 120 nurses and 360 patients. Data collection used a questionnaire that has been tested for validity and reliability. Data analysis used independent sample t-test and General Linear Model Repeated Measure (GLM-RM). Results: Phase I research produced 3-4 themes for each participant group and produced the Floramora Model Based on NTT Culture. Flora stands for Flores, Sumba, Timor and Alor, which are the four major tribes in NTT. Mora is a type of flower that symbolizes caring, namely love and kindness which is manifested through 3H culture: Hase, Hakneter, Haktaek (Greeting, Appreciating, Respecting) patients and their families, 4N culture: Nawas, Nopil, Nezel, Nimil (Reason, Lust or passion, instinct, conscience), culture of Karawa ya ole atamu gai'mu kada manuwara gu ole atamu (serving patients like a nurse wants to be served), culture of su'u papa suru, sa'a papa laka (sharing love and responsibility), culture of Halon No Viar (Hope and Believe). The results of the second phase of the study showed that the implementation of the Floramora model had a significant effect on increasing nurse caring behavior and patient satisfaction (p 0.001 <0.05). Conclusion: This model has a significant effect on improving nurse caring behavior and patient satisfaction. Suggestion: This model can be applied in hospitals to improve nurse caring behavior and patient satisfaction."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>