Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207442 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raden Ajeng Sanastri Nurdityaning Dewandaru
"Peneliti mulai mempertimbangkan bagaimana pernikahan, yang sebelumnya dipandang sebagai ritual sakral pada hampir setiap budaya, dikemas dalam narasi-narasi media sebagai komoditas yang berorientasi pada konsumsi (Engstorm, 2008). Studi ini akan fokus pada akun media sosial Instagram Bridestory dan menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat bagaimana saat ini pernikahan yang memiliki karakter sakramental dan religius (sacred) menjadi industri komersial melalui komodifikasi pernikahan yang dikemas dalam narasi media. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana Bridestory mengemas karakter sakramental dan religius pernikahan menjadi komoditas pada ranah daring. Lebih jauh, penelitian ini akan menjelaskan bagaimana komodifikasi menempatkan pernikahan dalam kontestasi antara sakral dan profan di era modern.

Marriage is considered as sacred ritual in almost every culture, commodified through media narratives as consumption-oriented commodity (Engstorm, 2008). Social Media (Instagram) will be the focus of this study, using qualitative approach to observe how Bridestory, the biggest wedding media in Indonesia, took sacred and religious attributes of marriage, in to profane sphere as commercial industry, through its narrative. This research explores and observe, the previous act in digital sphere through social media, that argumentatively, place marriage in contestation between sacred and profane realms in modern era."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olviani Shahnara
"Masyarakat Indonesia terdiri dari masyarakat adat yang memiliki kepercayaan asli dari nenek moyang. Hingga dewasa ini, masih banyak masyarakat yang tetap memegang teguh kepercayaan asli tersebut dan mereka disebut Penghayat Kepercayaan. Namun, kepercayaan yang mereka yakini masih dipandang sebelah mata karena dianggap bukanlah suatu agama. Oleh karena itu, banyak kendala yang dihadapi oleh para Penghayat Kepercayaan terkait kedudukan status hukum mereka di mata negara, terutama mengenai masalah pencatatan perkawinan. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak mengatur tentang perkawinan Penghayat Kepercayaan. Akibatnya, pada saat itu para Penghayat Kepercayaan kerap mendapatkan penolakan pencatatan perkawinan dari Kantor Catatan Sipil setempat. Demi memenuhi rasa keadilan dan hak asasi setiap manusia, pemerintah Negara Republik Indonesia pada tahun 2006 kemudian memberlakukan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Undang-undang Administrasi Kependudukan tersebut yang kemudian dapat dijadikan landasan hukum mengenai pencatatan perkawinan Penghayat Kepercayaan. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006, Penghayat Kepercayaan kini telah dapat mencatatkan perkawinan mereka pada Kantor Catatan Sipil. Adapun metodologi yang digunakan dalam melakukan penulisan ini adalah penelitian yuridis normatif melalui bahan-bahan kepustakaan, dokumen dan literatur.

Indonesian society comprises of a traditional society (with adat cultures and values) who preserves their ancestors? beliefs. Until recently, few people still maintain to deem these traditional beliefs and classified as 'Penghayat Kepercayaan'. Their beliefs, however, are still underestimated since these beliefs are not classified as religions. Obstacles are familiar to the people of "Penghayat Kepercayaan", in regards to the legal status according to Indonesian Law, especially relating to issues of marriage's registration. Indonesian Law No. 1 Year 1974 regarding Marriage does not regulate the marriage of "Penghayat Kepercayaan" people. As a result, people of "Penghayat Kepercayaan" received several rejections of marriage records from the local Civil Registry Office. In order to fulfill values of justice and human rights of the people, Government of Republic of Indonesia enacted Law No. 23 Year 2006 regarding Population Administration. That law could be used as the legal basis in regards to the marriage records for the 'Penghayat Kepercayaan 'people where they are able to file their marriage in the Civil Registry Office. As for the methodology used in conducting this study is a normative juridical research through literature materials, documents and literature."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
S1189
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, 2005
306 IND t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Rahardian
Jakarta: Grasindo, 2002
133.9 RIK d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Sangkan
Jakarta : Patrap Thursins Sejati, 2006
297.57 ABU m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Utami
"Buku ini menceritakan tenang spiritualisme, kisah keluarga yang dapat berkomunikasi dengan arwah "
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2016
899.221 3 AYU s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Spears, Nancy
Jakarta : Bhuana Ilmu Populer, 2007
294.344 4 SPE b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Amirul Auzar Ch.
"Kajian-kajian tentang lanskap spiritual terdahulu selalu berkaitan dan didukung dengan kekuatan eksternal seperti penghormatan terhadap leluhur, roh halus, simbolisasi mikro kosmik, dan bahkan sosial politik. Tesis ini mencoba untuk menambahkan perdebatan tentang bagaimana lanskap spiritual dibangun dari hal yang sangat partikular dan profan dengan bentuk-bentuk komodifikasi terhadap Gunung Kawi. Selain itu, penelitian ini juga mencoba untuk memahami bagaimana mereka tetap paralel dan bermakna dengan kesakralan Gunung Kawi. Dengan menggunakan metode etnografi dan melakukan pengamatan yang mendalam, saya menjumpai dua keberadaan yang signifikan untuk ditelaah lebih lanjut yaitu keberadaan pengunjung dan warga. Saya juga melihat bahwa interaksi pengunjung dan warga melahirkan praktik komodifikasi. Bertumpu pada pemikiran Bateson, ia menyatakan bahwa suatu kebudayaan penting untuk dilihat dari interaksi mereka dengan kebudayaan lain. Hal ini membuktikan bahwa feedback loops keberadaan pengunjung dan warga yang saling berinteraksi sebelumnya membentuk entitas baru bernama pengantar tamu. Pada saat tertentu, pengantar tamu memperlakukan Gunung Kawi dengan sangat sakral dalam wujud punden. Di samping itu, pengantar tamu juga melakukan praktik komodifikasi terhadap situs suci yang di dalamnya terdapat persaingan, pertarungan, dan kepentingan. Pengantar tamu menciptakan praktik-praktik komodifikasi yang pada akhirnya menjadi penting untuk menjaga eksistensi kesakralan Gunung Kawi. Komodifikasi juga diperlukan untuk mencari mekanisme order dalam memperoleh pembangunan dan kesejahteraan warga yang diperoleh dari pengunjung.

Studies of the preceding spiritual landscape are always related and supported by external forces such as the respect for ancestors, spirits, micro-cosmic symbolizations, and even socio-politics. This thesis tries to add the debate about how the spiritual landscape is created from something very particular and profane with the commodified forms of Gunung Kawi. In addition, this study also tries to understand how it remains parallel and meaningful with the sacredness of Gunung Kawi. By using ethnographic methods and conducting in-depth observations, I found two significant existences to be studied further : the existences of visitors and residents. I also saw that the interaction of visitors and residents created the practice of commodification. Based on Bateson's intellection, he stated that culture is important to be seen from its interaction with other cultures. This proves that the feedback loops where visitors and residents interacted with each other formed a new entity called a pengantar tamu. At certain times, the pengantar tamu treated Gunung Kawi very sacredly in the form of punden. In addition, pengantar tamu also carried out commodification practices to sacred sites in which there are competitions, fights, and interests. The pengantar tamu created commodification practices which in the end became important to maintain the existence of the sacredness of Gunung Kawi. Commodification is also needed to find an order mechanism in obtaining the development and welfare of residents obtained from visitors."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aine Shahnaz Tjandraatmadja
"Ostomate menghadapi tantangan spiritual yang mempengaruhi kedekatan dengan transenden dan pemaknaan hidup. Penelitian ini menganalisis hubungan antara kesejahteraan spiritual dan efikasi diri dalam perawatan stoma pada 109 ostomate dengan desain cross-sectional menggunakan Spiritual Well-Being Scale (SWBS) dan Stoma Self-Efficacy Scale (SSES). Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Mayoritas responden memiliki tingkat kesejahteraan spiritual dan efikasi diri pada kategori sedang (99,1%; 77,1%). Kesejahteraan spiritual mencakup dua domain utama, yaitu kesejahteraan religius dan kesejahteraan eksistensial, yang keduanya mayoritas berada dalam kategori sedang (94,5% dan 100%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara kesejahteraan spiritual dan efikasi diri. Terdapat hubungan yang signifikan antara kesejahteraan religius dengan efikasi diri (p = 0,038). Maka dengan ini, memfasilitasi hubungan pasien dengan Tuhan serta mendukung pemaknaan tujuan hidup perlu menjadi pertimbangan utama dalam pemberian asuhan keperawatan kepada ostomate.

Ostomates face spiritual challenges that affect their connection to the transcendent and the meaning of life. This study analyzes the relationship between spiritual well-being and self-efficacy in stoma care among 109 ostomates using a cross-sectional design with the Spiritual Well-Being Scale (SWBS) and the Stoma Self-Efficacy Scale (SSES). Bivariate analysis was conducted using the Chi-Square test. The majority of respondents had moderate levels of spiritual well-being and self-efficacy (99.1%; 77.1%). Spiritual well-being comprises two main domains, namely religious well-being and existential well-being, both of which were predominantly in the moderate category (94.5% and 100%). There was no significant relationship between spiritual well-being and self-efficacy. There was a significant relationship between religious well-being and self-efficacy (p = 0.038). Therefore, facilitating patients' connection with God and supporting the meaning of life should be a primary consideration in providing nursing care to ostomates.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aine Shahnaz Tjandraatmadja
"Ostomate menghadapi tantangan spiritual yang mempengaruhi kedekatan dengan transenden dan pemaknaan hidup. Penelitian ini menganalisis hubungan antara kesejahteraan spiritual dan efikasi diri dalam perawatan stoma pada 109 ostomate dengan desain cross-sectional menggunakan Spiritual Well-Being Scale (SWBS) dan Stoma Self-Efficacy Scale (SSES). Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Mayoritas responden memiliki tingkat kesejahteraan spiritual dan efikasi diri pada kategori sedang (99,1%; 77,1%). Kesejahteraan spiritual mencakup dua domain utama, yaitu kesejahteraan religius dan kesejahteraan eksistensial, yang keduanya mayoritas berada dalam kategori sedang (94,5% dan 100%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara kesejahteraan spiritual dan efikasi diri. Terdapat hubungan yang signifikan antara kesejahteraan religius dengan efikasi diri (p = 0,038). Maka dengan ini, memfasilitasi hubungan pasien dengan Tuhan serta mendukung pemaknaan tujuan hidup perlu menjadi pertimbangan utama dalam pemberian asuhan keperawatan kepada ostomate.

Ostomates face spiritual challenges that affect their connection to the transcendent and the meaning of life. This study analyzes the relationship between spiritual well-being and self-efficacy in stoma care among 109 ostomates using a cross-sectional design with the Spiritual Well-Being Scale (SWBS) and the Stoma Self-Efficacy Scale (SSES). Bivariate analysis was conducted using the Chi-Square test. The majority of respondents had moderate levels of spiritual well-being and self-efficacy (99.1%; 77.1%). Spiritual well-being comprises two main domains, namely religious well-being and existential well-being, both of which were predominantly in the moderate category (94.5% and 100%). There was no significant relationship between spiritual well-being and self-efficacy. There was a significant relationship between religious well-being and self-efficacy (p = 0.038). Therefore, facilitating patients' connection with God and supporting the meaning of life should be a primary consideration in providing nursing care to ostomates.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>