Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72544 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ramadhani Yanidar
"DKI Jakarta, Indonesia (106.22’42 "S dan 106.58’18" E) dilalui oleh 13 sungai besar. Namun hanya Sungai Krukut, di Jakarta Selatan yang memberikan kontribusi 5,7% untuk menyuplai sumber air baku air bersih bagi 10,7 juta penduduk DKI Jakarta (2018). Sumber air baku lainnya berasal dari luar Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengevaluasi kelayakan kemandirian sumber air lokal sebagai air baku air minum secara kuantitas, kualitas dan kontinuitasnya. Analisis multivariate, yaitu Factor Analysis (FA) dan Cluster Analysis (CA) dilkaukan untuk mendapatkan gambaran kualitas air sungai di DKI Jakarta. Hasil analisis spasial Watershed Pour Points menggunakan GIS memberikan gambaran batasan daerah tangkapan air (sub- DTA) yang berpotensi sebagai sumber pencemar dari kegiatan antropogenik di wilayah DKI Jakarta untuk masing-masing titik lokasi sampling. Hasil tersebut Bersama dengan hasil analisis clustering kualitas sumber air menghasilkan zonasi sumber air. Sungai Pesanggrahan merupakan salah satu sungai dari 2 zona yang masih memungkinkan menjadi sumber air baku untuk melayani penduduk DAS Pesanggrahan yang meliputi Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. S. Pesanggrahan memiliki potensi menjadi sumber air baku lokal dikarenakan kuantitas air yang cukup tinggi namun potensi beban pencemar dari wilayah DKI Jakarta diharapkan akan semakin mudah dikelola dengan mengecilnya lebar wilayah sub-DAS di bagian hilir sungai. Model Multiple Linier Regression (MLR) mempresentasikan pengaruh kepadatan bangunan (Percent Building Density (PBD)terhadap kualitas air. Kepadatan bangunan sebagai refleksi penyebaran pertumbuhan penduduk DKI Jakarta terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas air khususnya parameter BOD, COD, dan TDS yaitu BOD dapat terjelaskan sebesar 80,6% serta parameter COD dan TDS 78,9% dan 89,9%.Model System Dynamics merepresentasikan interaksi antara sistem penyediaan dan kebutuhan air serta pengaruh kepadatan bangunan terhadap kualitas air. Pemahaman permasalahan dan pemecahan masalah kuantitas dan kualitas air memiliki hubungan kausal dengan penduduk sebagai pengguna air dan sekaligus sumber bagi pencemaran sumber air. Langkah awal pengambilan air baku untuk pelayanan 60% penduduk DAS Pesanggrahan di wilayah Jakarta Selatan dapat dipenuhi dengan pengolahan air baku menjadi air minum. Prediksi Jangka Panjang, dengan asumsi pelayanan sanitasi tetap maka pemenuhan 100% pelayanan air bersih dapat dilakukan dengan pengambilan air baku serta melakukan prapengolahan air di lokasi hilir. Kualitas air di lokasi tersebut memiliki nilai indeks pencemar kurang dari 4 yang merupakan kategori cemar ringan, sehingga masih dimungkinkan perbaikan kualitas air. Air adalah elemen penting dalam perencanaan dan desain perkotaan, solusi permasalahan kebutuhan akan air minum memerlukan kepekaan terhadap proses pengaturan pertumbuhan prenduduk dan perkembangan kota.

Thirteen major rivers traverse DKI Jakarta, Indonesia (106.22'42 "S and 106.58'18" E). However, only the Krukut River, in South Jakarta, contributed 5.7% to supply raw water for 10.7 million residents of DKI Jakarta (2018). Other sources of raw water come from outside Jakarta. This study aims to comprehend and evaluate the self-sufficient of raw water as a source of drinking water that is feasible in quantity, quality, and continuity. Preliminary research of determining the potential of water resources for self- sufficiency has the water quality been done through multivariate analysis, namely Factor Analysis and Cluster Analysis. The GIS spatial analysis of Watershed Pour Points provides an overview of the boundaries of a sub-watershed. They can be sources of pollutants from anthropogenic activities in the DKI Jakarta area for each sampling location to determine the zoning of raw water. The Clustering Analysis of river water quality produces zoning of raw water resources. Pesanggrahan River is one of the two zones that can still become a raw water source to serve Pesanggrahan watershed residents, which includes South Jakarta and West Jakarta. Pesanggrahan river becomes a source of local raw water due to the high quantity of water. However, The DKI Jakarta area will be easier to manage because the sub-watershed width becomes narrowed downstream. Besides that, building density (Percent Building Density (PBD) based on multiple linear regression analysis is a variable that affects water quality. Building density as a reflection of the distribution of population growth in DKI Jakarta is proven to have a significant effect on water quality, especially the parameters of BOD, COD, and TDS, namely BOD can be explained by 80.6% and COD and TDS parameters 78.9% and 89.9%. Developing the System Dynamics model helps understand and solve water quantity and quality problems as the residents are both the consumer and the pollution creator. The initial step of withdrawing raw water for services for 60% of the Pesanggrahan watershed population in the South Jakarta area is estimated to be fulfilled by raw water treatment for clean water. The pollutant index of Pesanggrahan river downstream is less than 4, which is considered as light-polluted. Meanwhile, the raw water, which still requires pre-treatment, will fulfill 100% clean water service. Therefore, the improvement of river water quality to become a raw water source is still possible. As water is an essential element in urban planning and design, Solutions to water problems require sensitivity towards urban development regulations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhani Yanidar
"DKI Jakarta, Indonesia (106.22’42 "S dan 106.58’18" E) dilalui oleh 13 sungai besar. Namun hanya Sungai Krukut, di Jakarta Selatan yang memberikan kontribusi 5,7% untuk menyuplai sumber air baku air bersih bagi 10,7 juta penduduk DKI Jakarta (2018). Sumber air baku lainnya berasal dari luar Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengevaluasi kelayakan kemandirian sumber air lokal sebagai air baku air minum secara kuantitas, kualitas dan kontinuitasnya. Analisis multivariate, yaitu Factor Analysis (FA) dan Cluster Analysis (CA) dilkaukan untuk mendapatkan gambaran kualitas air sungai di DKI Jakarta. Hasil analisis spasial Watershed Pour Points menggunakan GIS memberikan gambaran batasan daerah tangkapan air (sub-DTA) yang berpotensi sebagai sumber pencemar dari kegiatan antropogenik di wilayah DKI Jakarta untuk masing-masing titik lokasi sampling. Hasil tersebut Bersama dengan hasil analisis clustering kualitas sumber air menghasilkan zonasi sumber air. Sungai Pesanggrahan merupakan salah satu sungai dari 2 zona yang masih memungkinkan menjadi sumber air baku untuk melayani penduduk DAS Pesanggrahan yang meliputi Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. S. Pesanggrahan memiliki potensi menjadi sumber air baku lokal dikarenakan kuantitas air yang cukup tinggi namun potensi beban pencemar dari wilayah DKI Jakarta diharapkan akan semakin mudah dikelola dengan mengecilnya lebar wilayah sub-DAS di bagian hilir sungai. Model Multiple Linier Regression (MLR) mempresentasikan pengaruh kepadatan bangunan (Percent Building Density (PBD)) terhadap kualitas air. Kepadatan bangunan sebagai refleksi penyebaran pertumbuhan penduduk DKI Jakarta terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas air khususnya parameter BOD, COD, dan TDS yaitu BOD dapat terjelaskan sebesar 80,6% serta parameter COD dan TDS 78,9% dan 89,9%.Model System Dynamics merepresentasikan interaksi antara sistem penyediaan dan kebutuhan air serta pengaruh kepadatan bangunan terhadap kualitas air. Pemahaman permasalahan dan pemecahan masalah kuantitas dan kualitas air memiliki hubungan kausal dengan penduduk sebagai pengguna air dan sekaligus sumber bagi pencemaran sumber air. Langkah awal pengambilan air baku untuk pelayanan 60% penduduk DAS Pesanggrahan di wilayah Jakarta Selatan dapat dipenuhi dengan pengolahan air baku menjadi air minum. Prediksi Jangka Panjang, dengan asumsi pelayanan sanitasi tetap maka pemenuhan 100% pelayanan air bersih dapat dilakukan dengan pengambilan air baku serta melakukan prapengolahan air di lokasi hilir. Kualitas air di lokasi tersebut memiliki nilai indeks pencemar kurang dari 4 yang merupakan kategori cemar ringan, sehingga masih dimungkinkan perbaikan kualitas air. Air adalah elemen penting dalam perencanaan dan desain perkotaan, solusi permasalahan kebutuhan akan air minum memerlukan kepekaan terhadap proses pengaturan pertumbuhan prenduduk dan perkembangan kota.

Thirteen major rivers traverse DKI Jakarta, Indonesia (106.22'42 "S and 106.58'18" E). However, only the Krukut River, in South Jakarta, contributed 5.7% to supply raw water for 10.7 million residents of DKI Jakarta (2018). Other sources of raw water come from outside Jakarta. This study aims to comprehend and evaluate the self-sufficient of raw water as a source of drinking water that is feasible in quantity, quality, and continuity. Preliminary research of determining the potential of water resources for self-sufficiency has the water quality been done through multivariate analysis, namely Factor Analysis and Cluster Analysis. The GIS spatial analysis of Watershed Pour Points provides an overview of the boundaries of a sub-watershed. They can be sources of pollutants from anthropogenic activities in the DKI Jakarta area for each sampling location to determine the zoning of raw water. The Clustering Analysis of river water quality produces zoning of raw water resources. Pesanggrahan River is one of the two zones that can still become a raw water source to serve Pesanggrahan watershed residents, which includes South Jakarta and West Jakarta. Pesanggrahan river becomes a source of local raw water due to the high quantity of water. However, The DKI Jakarta area will be easier to manage because the sub-watershed width becomes narrowed downstream. Besides that, building density (Percent Building Density (PBD) based on multiple linear regression analysis is a variable that affects water quality. Building density as a reflection of the distribution of population growth in DKI Jakarta is proven to have a significant effect on water quality, especially the parameters of BOD, COD, and TDS, namely BOD can be explained by 80.6% and COD and TDS parameters 78.9% and 89.9%. Developing the System Dynamics model helps understand and solve water quantity and quality problems as the residents are both the consumer and the pollution creator. The initial step of withdrawing raw water for services for 60% of the Pesanggrahan watershed population in the South Jakarta area is estimated to be fulfilled by raw water treatment for clean water. The pollutant index of Pesanggrahan river downstream is less than 4, which is considered as light-polluted. Meanwhile, the raw water, which still requires pre-treatment, will fulfill 100% clean water service. Therefore, the improvement of river water quality to become a raw water source is still possible. As water is an essential element in urban planning and design, Solutions to water problems require sensitivity towards urban development regulations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natsar Desi
"Menurunnya ketersediaan air permukaan salah satu disebabkan menurunnya mutu daerah tangkapan air (Catchment area) akibat pembukaan hutan untuk perkebunan dan pemukiman. Hutan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air setiap tahun mengalami kerusakan mencapai 1,5 juta ha per tahun, yang berakibat terjadi kehilangan air akibat run off yang tinggi maupun evaporasi. Terjadi kesidakseimbangan jumlah air pada musim kemarau dan hujan, Permintaan air bersih pada tahun 2015 untuk kebutuhan domestik diperkirakan mencapai 81 juta m3, dan jika dilihat dari tahun 2000 terjadi peningkatan tahunan sebesar 6,7%. Angka itu belum termasuk kebutuhan air bersih dan sektor pertanian yang mencapai 98% konsumsi air Indonesia dan meningkat 6,67% per tahun sampai 2015 (KLH, 2004).
Tanggal 26 Maret 2004, telah terjadi bencana berupa runtuhnya dinding Kaldera Gunung Bawakaraeng yang merupakan hulu Sungai Jeneberang di Sulawesi Selatan. Dinding kaldera yang runtuh diidentifikasi sebagai tebing yang sermasuk Gunung Sarongan (elevasi 2.514 m dpl). Volume massa yang runtuh diperkirakah atitara 2{70 -- 300 juta m3, sepanjang daerah aliran Sungai Jeneberang. Sungai Jeneberang merupakan salah satu sungai besar dan penting di Sulawesi Selatan mengingas alurnya yang melalui Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar dan Kota Makassar. Sumber air baku PDAM Kota Makassar menggunakan air permukaan yaitu : (a) Sungai Maros dari Kabupaten Maros dengan kapasitas 1300 lld pada kondisi normal, (b) Sungai Jeneberang dari Kabupaten Gowa dengan kapasitas 3500 lld dan yang terpakai 1500 11d (Musagani, 2005).Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dengan mengunakan teknik pengumpulan data berupa observasi laboratorium dan dokumentasi. Observasi laboratorium digunakan untuk memperoleh data tentang kualitas air pada Sungai Jeneberang sesuai dengan parameter yang diamati. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh berbagai macam data sekunder dalam menunjang data primer. Melalui metode dokumentasi dilakukan pencatatan informasi dari berbagai sumber tentang kualitas air Sungai Jeneberang. Pemilihan sampel dengan metode persimbangan (Purposive) untuk menentukan waktu dan ternpat pcngambilan sampel dilakukan secara Acak (random).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemanfaatan lahan yang memberikan kontribusi besar pada besarnya laju erosi tanah dan menurunkan kualisas air baku Sungai Jeneberang adalah ladang/tegalan sebesar 479,81 ton/km2/tahun. Parameter kualitas air baku yang diteliti dan melampaui baku (PP No. 82 Tahun 2001) akibas longsor adalah TSS maksimal sebesar 26560 mgll, BOD maksimal sebesar 4,17 mg/l dan COD maksimal sebesar 11,38 mgll, sedangkan parameter kualitas air minum yang melampaui baku mutu (SK. MENKES No. 907 Tahun 2002) adalah kekeruhan maksimal sebesar 6,3 mg/I clan pH maksimal sebesar 8,66. Pemanfaatan lahan dan longsor pada hulu DAS Jeneberang, berimplikasi pada jenis bangunan pengolahan air minum yaitu jika pH basa maka terjadi kerak pada jenis bangunan pengolahan air, perlakuan proses pengolahan pada tingkat kekeruhan di atas 6000 NTU beralih dari kapur dan tawas ke PAC (Poll aluminium clorite) dan Polymer. Biaya pemakaian bahan kimia PAC (Poll aluminium clorite) dan polymer meningkat rata-rata tiap tahun sebesar Rp 0,25/liter.
Untuk mengatasi permasalahan kualitas air baku yang disebabkan pemanfaatan lahan dan Iongsor, disarankan membuat perasuran mengenai perunsukan kawasan hulu Sungai Jeneberang sebagai kawasan penyangga, memperbanyak cekdam agar material longsoran Gunung Bawakaraeng yang setiap turun hujan akan Iangsung jatuh ke Sungai dapat diperlambat. Disarankan meningkatkan kapasitas instalasi pengolahan air minum dan memproduksi air minum pada tingkat kekeruhan yang rendah, kemudian menyimpan air minum dalam jumlah besar untuk didistribusikan ke pelanggan. Dan perlu kajian lebih lanjut tentang perubahan teknologi pengolahan air minum PDAM Kota Makassar yang masih menggunakan sistem konvensional ke sistem pengolahan air minum yang lebih moderen. Perlu penelitian lebih terpadu dengan melihat berbagai aspek kepentingan Iingkungan hidup, sosial dan ekonomi dari hulu sampai hilir dalam pengelolaan DAS Jeneberang.

Indonesia's currents and future needs for water are increasing despite relatively steady supplies spread across the country. To ensure sustainable development in Indonesia, the basic principle regarding water resources would be so sufficiently satisfy the needs for water of all people of Indonesia and all the development sectors, taking into account the aspects of water resource carrying capacity and conservation.
Declining supplies of surface water is partly a result of shrinking water catchments areas as forests are opened up for settlements. Every year, 1.5 million hectares of forests that function as water catchment areas are cleared, and the resulting water loss due to high run-off and evaporation leads to imbalance water supplies during dry and rainy seasons. The estimated domestic demand for clean water in 2015 is 81 million cubic meters with an annual increase of 6.7% compared with the 2000 statistics. This does not include the clean water demand of the agriculture sector which makes up 98% of Indonesia's water consumption which is increasing annually by 6.67% up to 2015 (Ministry of Environmental Affairs, 2004).
On March 26, 2004, a disaster occurred: the collapse of the crater of Mount Bawakaraeng where Jeneberang River in South Sulawesi has its upper reaches. The collapsed section was identified as the crater rim which was part of Mount Sarongan (elevation: 2,514 m above sea level). The estimated volume of the mass covering the Jeneberang watershed area was 200-300 million cubic meters. The river Jeneberang is one of the largest and most important rivers in South Sulawesi because it flows across the regencies of Gowa and Takalar and the city of Makassar.Data show that following the disaster, Makassar's regional water company is facing a very serious problem, threatening the supply of water particularly to Makassar. The water company uses surface water from: (a) Maros river flowing from Maros regency with a capacity of 1,300 liter per second on normal condition, and (b) Jeneberang river flowing from Gowa regency with a capacity of 3,500 liters per second, of which only 1,500 liters arc used (Musagani, 2005).
The research on the Impact of Watershed Quality on Drinking Water was conducted using the descriptive-analytical method. Purposive method was used for sample selection, while random method was used for times and places of sample collection.
Results showed that the declining water quality of Jeneberang river resulted from the large 479,81 ton/km2/ year. Studied parameters of undistilled water quality and of above-standard water quality due to collapsed crater rim (Government Regulation No. 82 of 2001) were maximum TTS of 26560 mgll, maximum GODS of 4.17 mgll and maximum COD of 11.38 me; while parameters of the quality of water which was exceeding the prescribed standard (Decision of the Minister of Health No. 907 of 2002) were maximum turbidity of 6.3 mgtl and maximum pH of 8.66. Land use and landslides occurred at she watershed areas upstream of Jeneberang affected the water processing facility, i.e. non-neutral pH would result in corroded components and produce slags/crusts. For turbidity of more than 6000 NTU, PAC (poll aluminum chlorite) and Polymer should be used instead of limessone and alum in she water processing. The cost for using PAC and polymer is increasing annually by Rp 0.25 per liter.
In order so deal with the problem of degrading quality of undistilled and clean water due so improper land use and occurring landslides, the government should make a policy on the use/allotment of Jeneberang river areas and also find a solution to stop materials on Mount Bawakaraeng from falling down to Jeneberang. Another alternative to deal with the problem of drinking water processing is to increase the capacity of the water processing plant to enable it to produce water with turbidity of less than 6000 NTU and to store a large amounts of water to be dissributed to customers. Further studies are required on the replacement of the undistilled water processing system at Makassar Water Company. More integrated researches would also be necessary to identify various environmental, social and economic aspects of the management of upstream to downstream watershed areas of Jeneberang.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharfina Sabila
"Penelitian ini membahas mengenai privatisasi pengelolaan air minum DKI Jakarta dari sudut pandang hukum administrasi negara. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder, yaitu peraturan perundang-undangan, buku, dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Pengaturan privatisasi air di Indonesia terdapat dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. Sedangkan di DKI Jakarta, diatur dalam Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 13 Tahun 1992 Tentang PDAM DKI Jakarta (PAM Jaya). (2) Privatisasi adalah tindakan untuk mengurangi campur tangan pemerintah dan memperbanyak peran pihak swasta.
Privatisasi air diartikan berpindahnya pengelolaan air baik sebagian maupun seluruhnya dari sektor publik kepada sektor privat. Privatisasi air pun membawa isu terkait air sebagai bagian dari hak asasi manusia. (3) Privatisasi air di DKI Jakarta bertentangan dengan konsep hak menguasai negara sebagaimana terdapat dalam Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945. Sedangkan privatisasi pengelolaan air minum di DKI Jakarta dibolehkan berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 13 Tahun 1992 Tentang PDAM DKI Jakarta (PAM Jaya). Penentuan tarif pun melibatkan pihak swasta yang memegang andil besar di dalamnya, dimana seharusnya pemerintah yang memegang kontrol atas penentuan tarif air tersebut.

This research describes the privatisation of water management in DKI Jakarta from the point of view of state administrative law. This research is a normative legal research using secondary data, such as legislation, books, and interviews. This research shows, (1) Water privatisation in Indonesia is regulated in Law Number 7 of 2004 on Water Resources. While in Jakarta, is regulated in DKI Jakarta Regional Regulation Number 13 of 1992 on PDAM DKI Jakarta (PAM Jaya). (2) Privatisation is an act to reduce government intervention and increase the role of private sector.
Water privatisation is defined the transfer partly or whole of water management from public sector to the private sector. Water privatisation will carry water-related issues as a part of human rights. (3) Water privatisation in in DKI Jakarta is not in accordance with the concept of state authorization in Article 33 section (2) and section (3) of the 1945 Indonesian Constitution. While privatisation of drinking water management in Jakarta is allowed by the Jakarta Regional Regulation Number 13 of 1992 on PDAM DKI Jakarta (PAM Jaya). The determination of water tariff involving private parties who hold an important role in it, where should government retained control over the determination of the water tariff.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S54332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Ratu R.A.
"Air adalah peradaban dan tanpa air kehidupan akan musnah. Pada saat yang sama air, meskipun merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, juga merupakan sumber daya alam yang langka bagi sebagian penghuni bumi ini. Kompetisi penggunaan air untuk berbagai keperluan membuat ketersediaannya, khususnya air bersih, semakin berkurang. Penyediaan air bersih di Propinsi DKI Jakarta masih menghadapi berbagai kendala yang kompleks, mulai dari kelembagaan, teknologi, pembiayaan, kelangkaan air baku, maupun sikap dari masyarakat dalam memanfaatkan air bersih. Pengelolaan air bersih berpacu dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat serta perkembangan wilayah dan industri yang cepat di Kota Jakarta di tengah ancaman keterbatasan sumber-sumber air balm untuk menyuplai kebutuhan masyarakat perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (i) pengelolaan sumber daya air di Propinsi DKI Jakarta yang ada saat ini, (ii) kendalalhambatan yang dihadapi oleh stakeholder dalam pengelolaan sumber daya air di Propinsi DKI Jakarta, dan (iii) bentuk strategi dan kebijakan yang bisa menjamin pengelolaan sumber daya air di Propinsi DKI Jakarta guna menjawab tantangan masa depan. Penelitian ini menggunakan Metode Quasi. Analisis deskriptif sebagai langkah awal untuk mengevaluasi pengelolaan sumber daya air. Sementara itu, analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunity, and Threats). Kemudian dilakukan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) guns merancang rencana strategis untuk pengelolaan sumber daya air selanjutnya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa air memiliki kriteria kuantitas, kualitas, dan kontinuitas. Indikator pendukung kriteria air adalah penyediaan air, pengelolaan air limbahlkotor, pengelolaan sampah, pengelolaan lingkungan sungai dan catchment area. Lalu kendala-kendala dalarn pengelolaan sumber daya air di Kota Jakarta dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) bagian dengan prioritas yang hares segera diatasi adalah: peraturan, sumber daya manusia dan kelembagaan, teknis dan operasional, peran serta masyarakat, dan pendanaan. Untuk mengatasi berbagai kendala dasar tersebut, diusulkan berbagai kebijakan yang dapat dikembangkan untuk mengoptimalkan pengelolaan sumber daya air di Propinsi DKI Jakarta guna menjawab tantangan masa depan, yaitu: penyusunan master plan terpadu; penyusunan peraturan perundang-undangan yang komprehensif; keterlibatan seluruh stakeholder dengan koordinasi yang terintegrasi; sosialisasi yang intensif untuk program-program pendukung maupun rancangan. peraturan perundang-undangan; pemberian reward dan punishment yang tegas dan nyata; pengintesifan implementasi program-program pendukung; pola kemitraan untuk implementasi teknologi modem; pembentukan dewan air pemilihan leading sector; dan peningkatan kapabilitas dan kualitas sumber daya manusia."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T17725
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muslim Aminuddin
"Sungai Pesanggrahan dari karakteristik lebar sungainya merupakan sungai menengah. Kandungan kimia dan biologis air Sungai Pesanggrahan menunjukan bahwa Sungai Pesanggrahan sudah tercemar. Pencemaran air Sungai Pesanggrahan lebih besar ditemukan pada kawasan hilir, hal ini disebabkan menumpuknya senyawa-senyawa kimia yang bersumber dari limbah industri dan domestik. Daerah Aliran Sungai Pesanggrahan sebagian besar merupakan kawasan permukiman. Pembangunan kota di Daerah Aliran Sungai Pesanggrahan menjadi pengaruh besar terhadap penurunan kualitas air Sungai Pesanggrahan. Pembangunan tersebut paling besar terjadi pada periode 2004-2010. Lalu, pada periode 2010-2013 pembangunan lebih banyak pada perubahan struktur aliran Sungai Pesanggrahan, yaitu pada pelebaran dan pelurusan sungai. Kawasan pada Daerah Aliran Sungai Pesanggrahan banyak digunakan sebagai area industri ilegal, sehingga melanggar ketentuan tata ruang yang ada. Peran Pemerintah Kota Jakarta dalam menjaga kualitas air sungai yaitu pada fungsi pembangunan dan pengawasan bangunan-bangunan yang melanggal aturan. Hal ini merujuk pada pemberian izin dan terakhir pada penindakan terhadap pihak-pihak yang melanggar dan berperan dalam penurunan kualitas air Sungai Pesanggrahan.

The Pesanggrahan River from the characteristics its river width is an intermediate river. The chemical and biological content of Pesanggrahan River water shows that the Pesanggrahan River has been polluted. Water pollution in the Pesanggrahan River is greater in the downstream area, this is due to the accumulation of chemical compounds from industrial and domestic waste. Most of the Pesanggrahan Watershed are residential areas. City development in the Pesanggrahan Watershed has a major influence on the decline in the water quality of the Pesanggrahan River. The biggest development occurred in the period 2004-2010. Then, in the 2010-2013 period the development was more on the changes in the structure of the Pesanggrahan River flow, namely on river widening and straightening. The area in the Pesanggrahan Watershed is widely used as an illegal industrial area, thus violating existing spatial provisions. The role of the Jakarta City Government in maintaining river water quality is in the function of building and supervising buildings that violate the rules. This refers to the granting of permits and finally to prosecution of parties who violate and play a role in decreasing the quality of the Pesanggrahan River water."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T53944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risan
"ABSTRAK
Sumber daya air adalah sumber daya alam yang jumlahnya tetap namun
keberadaannya dipermukaan dan didalam bumi sangat tergantung dari aktivitas
manusia. Pertumbuhan tutupan lahan yang tinggi dan pola konsumtif warga Jakarta
telah menyebabkan degradasi air tanah di Jakarta. Program konservasi sumber daya
air sebagai program pembangunan berkelanjutan menjadi suatu keharusan yang
dilaksanakan Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Salah satu program konservasi
sumber daya air adalah pembangunan sumur resapan. Sumur resapan yang telah
dibangun, hingga saat ini belum dilakukan evaluasi tingkat efektifitasnya baik dari
segi kapasitas daya tampung air, kualitas air resapan dan sistem pengelolaannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi program pembangunan sumur
resapan berdasarkan standar teknis SNI 03-2453-2002, SNI 06-2459-2002,
Peraturan Gubernur nomor 20 tahun 2013 dan konsep sumur resapan ramah
lingkungan. Penelitian ini dilakukan di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan,
kedua lokasi tersebut merupakan wilayah dengan nilai infiltrasi terbaik dibanding
wilayah Jakarta lainnya. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan analisa kuantitatif dan kualitatif.Instrumen pengumpulan data berupa,
pengamatan visual lapangan dan pengukuran dimensi inlet dan volume kosong
sumur resapan, studi literature dan wawancara stake holder yang terkait sumur
resapan.Hasil penelitian menunjukkan debit masukan sumur resapan kurang dari
50% kapasitas tampung sumur, kapasitas tampung rata-rata sumur kurang dari 50%
kapasitas awal, parameter air resapan yang melebihi baku mutu air golongan I
adalah kekeruhan,besi dan detergen. Lemahnya koordinasi antar Satuan Perangkat
Kerja Daerah dan tidak adanya perawatan sumur resapan menjadi penyebab tidak
efektifnya program sumur resapan. Tipe sumur resapan dangkal yang dibangun
digedung merupakan tipe sumur resapan yang paling efektif dibanding tipe lainnya

ABSTRACT
Water resources are natural resources whose number remains but its existence in
the earth's surface and is highly dependent on human activity. Land cover high
growth and consumption patterns Jakarta residents has caused degradation of
ground water in Jakarta. Water resource conservation programs as sustainable
development becomes a necessity conducted local government of Jakarta. One
program is the conservation of water resources development recharge wells.
Recharge wells that have been constructed, up to now not been evaluated for their
effectiveness in terms of both capacity water capacity, catchment water quality and
management systems. The purpose of this study was to evaluate the recharge wells
development program based on technical standards SNI 03-2453-2002, SNI 06-
2459-2002, Governor Regulation No. 20 of 2013 and the concept of
environmentally friendly recharge wells. This research was conducted in East
Jakarta and South Jakarta, both locations is the region with the best infiltration value
other than Jakarta. The research method uses a quantitative approach with a
qualitative and quantitative analysis. In the form of data collection instruments,
visual observations and measurements of the dimensions of the field and the inlet
void volume recharge wells, literature studies and interviews relevant stakeholders
recharge wells. The results showed a debit entries recharge wells is less than 50%
capacities of wells, average capacities of the well is less than 50% of the initial
capacity, water absorption parameters that exceed water quality class I is turbidity,
iron and detergents. Weak coordination between the Regional Unit of Work Tools
and absence of well maintenance leach into the causes of ineffective programs
recharge wells. Type of shallow recharge wells constructed infiltration wells in the
halls of a type most effectively than other types.;"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indria Prasastia
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
S24820
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intias Maresta Buditami
"Pelaksanaan Public-Private Partnership (PPP) di PAM Jaya memiliki banyak permasalahan selama 14 tahun terakhir. Salah satu faktor munculnya permasalahan tersebut adalah minimnya pengawasan yang dilakukan terhadap proses kemitraan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan apa saja lembaga-lembaga pengawas dan proses pengawasan internal dan eksternal dalam pelaksanaan PPP di PAM Jaya, serta menggambarkan bagaimana pengawasan tersebut dalam tinjauan akuntabilitas publik. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan studi dokumen.
Hasil dari penelitian ini adalah pengawasan internal dan eksternal PPP PAM Jaya memiliki banyak permasalahan yang menyebabkan pengawasan tersebut tidak optimal. Hal ini menyebabkan kerja sama pemerintah swasta ini gagal mewujudkan akuntabilitas publik.

Public-Private Partnership (PPP) at PAM Jaya has many problems for these 14 years. A factor that make those problems happen is minim supervision for this partnership process. This research's purpose is describing what a supervision bodies and the process of an internal and external supervision of PPP PAM Jaya, and describing its supervision in public accountability review. This research's approach is qualitative with method of depth interview and document study.
The results of this research is internal and external supervision oversight PPP PAM Jaya has many problems that lead to a supervision is not work optimally. Those thing has an impact to this government-private cooperation is failed to realizing a public accountability."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Yohannes
"Pertumbuhan penduduk DKI Jakarta yang pesat adalah salah satu permasalahan yang kompleks bagi penyediaan air bersih terutama karena limbah domestik yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat. Sungai sebagai badan air penerima limbah domestik menjadi salah satu sumber daya alam yang rentan terhadap pencemaran. Sungai Krukut adalah salah satu sungai yang digunakan sebagai air baku air bersih PDAM dan saat ini telah tercemar akibat kegiatan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan menganalisis mutu air dan menentukan upaya pengendalian pencemaran air Sungai Krukut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode gabungan antara kuantitatif dan kualitatif. Metode SWOT (Strength, weakness, opportunity, and Threat) digunakan untuk menentukan upaya pengendalian pencemaran air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status mutu air pada 5 titik pemantauan dengan metode Indeks Pencemar yaitu (8,18), (8,02), (7,39), (7,09) dan (9,58), sehingga mutu air tergolong dalam kategori tercemar sedang. Upaya pengendalian pencemaran air yang dapat diterapkan di Sungai Krukut adalah (1) Melakukan penertiban masyarakat yang tinggal dan usaha di daerah sempadan sungai (2) Mengadakan sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat dan UMKM tentang pentingnya pengelolaan limbah (3) Bantuan pemerintah dalam membuat sistem dan menerapkan IPAL terpadu untuk kegiatan UMKM dan permukiman kumuh (4) Implementasi program pengendalian pencemaran air.

The rapid growth of population is one of the complex cause for the clean water provision in Jakarta, mainly due to the accumulation of domestic waste from community activities. River as the water body that receives domestic waste is one of the natural resources which vulnerable to pollution. Krukut River is one of the rivers used as the raw water for clean water supply which currently polluted due to waste produced by the community activities.
This study aims to analyze water quality and determine efforts to control Krukut River water pollution. The study combines both quantitative and qualitative methods to determine the water quality, while SWOT (Strength, weakness, opportunity, and Threat) is used to determine water pollution control efforts.
The results showed that the water quality status at 5 monitoring points with the Pollutant Index method was classified as moderate contamination with the value (8,18), (8,02), (7,39), (7,09) and (9,58) at each point. Water pollution control efforts that can be applied in the Krukut River are (1) Controlling communities and the business near the river border area (2) Creating a socialization and training for the community and Micro, Small & Medium Enterprise`s (MSME) on the importance of waste management (3) Government assistance in making systems and implementing integrated WWTPs both MSME and slum settlements (4) Implementation of water pollution control programs
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T54393
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>