Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173876 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Adil Berjuang
"Gedung olahraga ada yang berjenis Outdoor dan Indoor. Gedung Olahraga outdoor adalah gedung olahraga yang atap dan/atau keliling area gedung tidak seluruhnya menutup area olahraga hingga pengaruh lingkungan luar seperti hujan, angin dan cahaya matahari dapat mengenai lapangan area olahraga. Gedung Olahraga Outdoorbiasanya hanya menyediakan bangunan tribun dan atap sebagai tempat penonton menonton olahraga yang ada. Sementara itu, Gedung Olahraga indoor adalah gedung olahraga yang atap dan keliling area gedungmenutup dan mengelilingi lapangan.Gedung olahraga Outdoor dan Indoor juga memiliki olahraga-olahraga tertentu yang hanya bisa dilakukan hanya pada salah satu jenis bangunan. Olahraga yang hanya bisa dilakukan pada sarana Outdoor contohnya ialah Sepak bola, kasti, kriket, dan atletik. Sementara olahraga yang hanya bisa dilakukan pada sarana Indoor yaitu futsal, badminton, senam dan tenis meja.Pada pelaksanaannya, aktivitas olahraga yang dilakukan didalam gedung olahraga membutuhkan ruang yang cukup leluasa. Bola yang umum digunakan dalam olahraga seperti futsal dan basket harus dapat melambung hingga ketinggian tertentu sesuai dengan peraturan dari masing-masing olahraga. Selain itu kegiatan olahraga harus menyediakan ruang untuk beraktivitas tanpa hambatan didalam area yang ditentukan sehingga kolom-kolom penopang struktur tidak dapat diletakan ditengah area olahraga. Hal ini menjadi sebuah masalah pada bangunan gedung olahraga indoor. Ruang yang terbataskan dengan adanya atap yang membatasi ruang vertikal dapat membuat aktivitas olahraga terbatas, dan adanya keharusan untuk meletakan kolom hanya pada keliling dari bangunan.Karena hal-hal tersebut, maka dilakukanlah penelitian ini, mencari dampak-dampak apa yang terjadi pada struktur bila ada upaya meninggikan desain ruang dari bangunan tanpa elemen penopang ditengah, dalam guna membuat bangunan rangka baja dengan clearance yang tinggi agar didalamnya dapat dilaksanakan kegiatan olahraga yang leluasa.

There are outdoor and indoor sports buildings. An outdoor sports building is a sports building whose roof and / or the surrounding area of ​​the building does not completely cover the sports area so that external environmental influences such as rain, wind and sunlight can hit the sports area. The Outdoor Sports Building usually only provides a tribune building and a roof as a place for spectators to watch the existing sports. Meanwhile, the indoor sports building is a sports building whose roof and surrounding areas cover and surround the field.Outdoor and Indoor sports buildings also have certain sports that can only be done in one type of building. Sports that can only be done in outdoor facilities, for example, are football, baseball, cricket, and athletics. Meanwhile, sports that can only be done on indoor facilities are futsal, badminton, gymnastics and table tennis.In its implementation, sports activities carried out in a sports hall require sufficient space. The balls commonly used in sports such as futsal and basketball must be able to soar to a certain height according to the rules of each sport. In addition, sports activities must provide space for activities without obstacles in the designated area so that the structural support columns cannot be placed in the middle of the sports area. This is a problem in indoor sports buildings. Limited space with a roof that limits vertical space can make sports activities limited, and there is a need to place columns only on the perimeter of the building.Because of these things, this research was carried out, looking for the impacts that would occur on the structure if there was an effort to increase the spatial design of the building without the support element in the middle, in order to make steel frame buildings with high clearance so that sports activities could be carried out inside free."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yodha Dwi Pratomo
"ABSTRAK
Skripsi ini memaparkan studi eksperimental dan analisa numerik sambungan
balok-kolom eksterior untuk mengetahui perubahan kekakuan didaerah pertemuan
balok-kolom dimana terdapat tulangan polos longitudinal pada balok. Pada kajian
eksperimental ini pembebanan dilakukan secara statik semi siklik dan metode
control displacement dengan analisa dinamik dilakukan sepanjang pengujian.
Sambungan pada penelitian ini diperoleh dari pertemuan balok-kolom bangunan
enam lantai di lantai satu yang didesain dengan metode desain kapasitas. Desain
mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847:2013 untuk desain beton
bertulang serta SNI 1726:2012 dan SNI 1726:2002 standar gempa bangunan
gedung. Parameter yang ditinjau pada eksperimen ini adalah karakteristik
sambungan hasil dari percobaan laboratorium dibandingkan dengan kajian
numerik menggunakan Drain 2DX. Hasil uji eksperimen dan analisis numerik
yang diperoleh menunjukan jika kekakuan rotasi pada sampel SNI 2012 lebih
tinggi jika dibandingkan sampel SNI 2002 dengan pola retak keduanya terjadi
pada muka kolom. Pengurangan kekakuan akibat retak tersebut juga
mengakibatkan penurunan frekuensi alami struktur tersebut.

ABSTRACT
This Thesis explain the experiment study of exterior RC beam-column joint to
contain the stiffness loss of the joint where using plain longitudinal reinforcement
in the beam. In this experimental assessment, the samples are loaded in
displacement control semi-cyclic loading scheme, with dynamic measurement
conducted along the testing. Joint type of RC beam-column joint taken from a
sixth story office building at the first floor which is designed by the capacity
design method. Model design accordance to Indonesian code (SNI) 2847:2013 as
concrete reinforcement design code for building and SNI 1726:2002 and SNI
1726:2012 for seismic code. Parameter was investigated the characteristic of the
joint compared by the experimental and numerical results using Drain 2DX. From
both the testing and the numerical analysis showed that rotational stiffness of the
joint designed by newer code (SNI 2012) has a large than the one design by older
code (SNI 2002) with the crack pattern at the column face. This loss stiffness has
also followed dynamics measurement by the loss of natural frequency of the
structure."
2016
S64586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Gibson Harsoning
"Bangunan hotel merupakan suatu bangunan dengan peruntukan komersil yang dapat terbilang memiliki kompleksitas terhadap desain perancangan dalam memenuhi aspek yang dibutuhkan. Oleh karena itu, dapat dilakukan penelitian secara ilmiah untuk memberikan hasil yang lebih optimal dari segi perancangan dan biaya yang dikeluarkan, tanpa mengabaikan kekuatan dari struktur bangunan. Sistem struktur yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah post-tensioned flat slab dan sistem ganda dinding geser beton dengan rangka pemikul momen khusus. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui perbandingan kelayakan struktur antara kedua sistem bangunan akibat gaya gempa yang diberikan, serta efektivitas biaya pekerjaan. Analisis pada penelitian ini menggunakan gempa respon spektrum depok dan riwayat waktu linear, dengan software analisis yang digunakan adalah ETABS. Dari denah arsitektur hotel yang diberikan, penulis mendesain ulang struktur pada kedua sistem hingga mendapatkan hasil yang paling optimal untuk dibandingkan. Dengan segala keunggulanya, sistem post-tensioned flat slab memberikan hasil yang lebih baik dari segi efesiensi volume material dan biaya, walaupun diperlukan beberapa optimasi desain struktural untuk mendekati performa ketahanan lateral akibat gaya gempa seperti sistem ganda konvensional.

The hotel building is a commercial structure that possesses complexity in its design to meet the required aspects. Therefore, scientific research can be conducted to provide more optimal results in terms of design and cost without neglecting the strength of the building structure. The structural systems compared in this study are the post-tensioned flat slab system and the dual system of concrete shear walls with special moment-resisting frames. The purpose of this writing is to determine the structural feasibility comparison between the two building systems due to the given earthquake forces, as well as the cost-effectiveness of the work. The analysis in this study uses the Depok response spectrum earthquake and linear time history, with the analysis software used being ETABS. From the given architectural plan of the hotel, the author redesigned the structure in both systems to obtain the most optimal results for comparison. With all its advantages, the post-tensioned flat slab system provides better results in terms of material volume efficiency and cost, although some structural design optimizations are needed to approach the lateral resistance performance due to earthquake forces like the conventional dual system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rama Alpha Yuri Margareta
"Dunia konstruksi semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu sistem struktur yang mulai banyak digunakan pada bangunan tinggi adalah sistem flat slab. Penggunaan sistem flat slab pada bangunan semakin meningkat karena memiliki keuntungan terhadap kinerja struktur dan kemudahan dalam proses konstruksinya. Akan tetapi, sistem flat slab sangat rentan terhadap keruntuhan geser pons karena adanya konsentrasi tegangan geser yang tinggi di sekitar kolom. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan peninjauan terhadap kekuatan geser pada hubungan pelat dan kolom akibat beban gempa dengan pemberian gaya prategangpada pelat yang akan dianalisis secara 3 dimensi.
Hasil dan analisis penelitian menunjukkan bahwa kekuatan geser pada hubungan pelat dan kolom akibat pembebanan gempa dapat terpenuhi tanpa penulangan geser apabila simpangan antar lantainya dapat dibatasi. Pemberian gaya prategang sangat berpengaruh dalam meningkatkan kekuatan geser pada hubungan pelat dan kolom. Selain itu, sistem flat slab ini hanya mampu memberikan kekakuan pada bangunan tingkat rendah saja sedangkan pada bangunan tingkat tinggi dibutuhkan shearwall untuk membatasi simpangan antar lantai.

The world of construction is growing along with the advancement of technology and increasing human needs. One of the structural system widely used on high rise building is flat slab system. The use of flat slab system in buildings is increasing because the advantages of structure performance and ease in the construction process. However, flat slab system is very susceptible to punching shear failure due to high concentration of shear stress around the column. Therefore, in this research will be conducted a review of the shear strength of slab column joint due to earthquake load by giving prestressing force on the slab that will be analyzed in 3 dimensions.
The results and analysis show that the shear strength of slab-column joint due to earthquake load can be fulfilled without shear reinforcement if drift ratio of the building can be limited. Provision of prestressing force is very influential in increasing the shear strength of slab-column joint. In addition, flat slab system is only able to provide adequate stiffness in low rise building while on high rise building needed shearwall to limit the drift.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45788
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Dwi Larasati
"Peristiwa gempa bumi yang cukup sering terjadi di Indonesia seketika dapat merusak bahkan meruntuhkan seluruh komponen bangunan. Maka selayaknya bangunan yang dibangun di Indonesia memiliki sistem struktur penahan gempa dimana salah satu sistem struktur penahan gempa yang paling sering digunakan ialah Special Moment Resisting Frame dikarenakan daktilitasnya yang lebih tinggi. Mekanisme keruntuhan SMRF diawali dengan proses pelelehan yang ditandai dengan munculnya sendi plastis. Pengaruh target sendi plastis pada kolom dasar dengan mekanisme leleh lentur terhadap perilaku struktur secara keseluruhan terlihat dari analisis pushover dimana daktilitas struktur akan menurun. Selain itu, digunakan dua profil yang berbeda untuk membandingkan penggunaan profil CFST dan baja WF dimana profil WF memiliki kekuatan, kekakuan, dan daktilitas yang lebih tinggi. Penggunaan sambungan semi-rigid untuk suatu struktur memiliki pengaruh dimana kekuatan dan kekakuannya menurun sedangkan daktilitasnya akan meningkat. Penelitian ini menggunakan dua program yaitu ETABS untuk perancangan bangunan serta DRAIN-2DX untuk analisis kinerja struktur.

The earthquake phenomenon that usually occur in Indonesia can ruin or even destroy building components immediately. Therefore, buildings that constructed in Indonesia should have an earthquake resistance system, one of them is Special Moment Resisting Frame. This system has widely used in many buildings because it has high ductility and ability to dissipating energy. Collapse mechanism of SMRF building starts with yielding that marked by the existence of plastic hinge. The effect of plastic hinge that occur in column bases with flexural yielding mechanism on behavior of the overall structure can be seen from pushover analysis results which the ductility of structure will be reduced. Furthermore, the use of different profile Wide Flange and Concrete Filled Steel Tubes in the same building can affect the performance of that building, which the building with WF profile has higher strength, stiffness, and ductility. The type of connection that used is also affect performance of the buildings. Strength and stiffness will reduce while the ductility will increase. This research use two programs which is ETABS for designing the building and DRAIN 2DX for performance building analysis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neysa Nuvisa
"Infrastruktur di Indonesia saat ini sedang mengalami perkembangan yang pesat. Salah satunya adalah pembangunan gedung bertingkat. Pembangunan gedung bertingkat saat ini sebagian besar menggunakan metode konvensional, yaitu menggunakan beton bertulang dengan cara cor di tempat. Metode ini banyak digunakan karena sudah lama digunakan dan kekuatannya sudah teruji. Namun, metode konvensional tersebut membutuhkan waktu pengerjaan yang lebih lama dan membutuhkan banyak bekisting. Selain metode konvensional, terdapat metode lain, yaitu metode beton pracetak. Metode beton pracetak membutuhkan waktu pengerjaan yang lebih cepat dikarenakan pengecoran dilakukan tidak langsung di lokasi proyek. Namun, kekuatan sambungan antar komponen pracetak tidak sebaik sambungan beton yang dicor langsung. Selain itu, proses pengangkatan dan pemasangannya pun perlu diperhatikan supaya tidak terjadi kerusakan. Pada penelitian ini dilakukan analisis kekuatan dan metode konstruksi sambungan balok-kolom pracetak dan balok induk-balok anak pracetak. Penelitian meliputi desain sambungan, pengecekan kekuatan sambungan, analisis kekuatannya balok dan kolom pracetak saat proses pengangkatan, transportasi, dan pemasangan, serta metode konstruksi yang digunakan. Penelitian akan direalisasikan dengan studi kasus Rumah Sakit XYZ yang terletak di daerah Bogor.

Infrastructure development in Indonesia is now growing rapidly. One of them is the construction of multi-storey buildings. The construction of multi-storey buildings mostly uses conventional methods, using reinforced concrete by cast in place. This method is widely used because it has been used for a long time and it's strength has been tested. However, the conventional method requires a longer working time and requires a lot of formwork. In addition to conventional methods, there are other methods, that is precast concrete method. The precast concrete method requires a faster processing time because the casting is done indirectly at the project site. However, the strength of joints between precast components is not as good as joints that are cast directly. Furthermore, the lifting and installation process also needs attention so that no damage occurs. In this research, the strength analysis and construction methods of precast beam-column joints and precast beam-joist joints were carried out. Research includes joint design, checking connection strength, analysis precast components during the lifting, transportation and installation processes, and the construction method used. The research will be realized through a case study of XYZ Hospital that is located in Bogor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philipus Rionaldo
"Hanggar adalah sebuah struktur bangunan yang mempunyai atap tertutup diatasnya, berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan perawatan pesawat. Pada penelitian ini perencanaan hanggar digunakan untuk mengetahui perilaku struktur sistem rangka dan sistem rigid frame atau portal dengan material baja. Variasi yang dilakukan adalah bangunan A adalah bangunan yang memiliki sistem rangka dengan perletakkan portal 3 sendi, bangunan B adalah bangunan yang memiliki sistem portal dengan perletakkan sendi, serta bangunan C adalah bangunan yang memiliki sistem portal dengan sistem perletakkan jepit. Hasil penelitian menunjukkan bangunan A menggunakan profil 2L 80x80x6 dan 2L 70x70x6 (double angles) dan bangunan B menggunakan profil WF 300x150, WF 400x200, dan WF 500x200 (wide flange). Struktur rangka baja membutuhkan komponen baja dengan profil lebih kecil dan ringan dibandingkan dengan kebutuhan baja untuk strutkur baja dengan sistem portal.

Hangar is a building structure that has a roof covered on top of it, functions as aircraft maintenance and storage area. On this research, hangar planning was used to know the behavior of the structural truss system and the rigid frame system. The variations that was done were : building A was a building that had truss system with three hinged connections, building B was a building that had frame system with two hinged support, while building C was a building that had frame system with two fixed support. The results showed that building A used 2L 80x80x6 and 2L 70x70x6 (double angles) profiles and building B used WF 300x150, WF 400x200, and WF 500x200 (wide flange) profiles. Steel truss structures required steel components with smaller and lighter profiles compared to the steel for the frame system structure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basirun
"ABSTRAK
Sambungan balok kolom merupakan bagian konstruksi gedung yang menerima
beban besar baik berupa momen, geser maupun aksial yang didesain berdasarkan
peraturan yang berlaku pada masanya. Di Indonesia diberlakukan PBI 1971 dan SK
SNI T-15-1991-03 di tahun 1971 dan 1991. Di sisi lain sambungan balok kolom
berprilaku semi kaku ditandai dengan penurunan kekakuan dan terbentuknya rotasi
setelah terjadinya retak pada balok. Studi dilakukan untuk melihat kecenderungan
perbedaan kekuatan, kekakuan dan daktilitas serta karakteristik kesemikakuan
sambungan balok kolom yang didesain dengan kedua peraturan tersebut. Dalam studi
dilakukan eksperimental benda uji dan analisi hasil eksperimen serta dilakukan
pemodelan dan analisa numerik dengan Drain-2DX. Dari hasil analisa diperoleh desain
dengan SK SNI T-15-1991-03 memiliki nilai 30% lebih besar untuk aspek kekuatan dan
kekakuan dibandingkan desain dengan PBI 1971 dan memiliki nilai daktilitas lebih dari
5 untuk keduanya. Sementara itu untuk aspek kesemikakuan sambungan, nilai rotasi,
momen dan kekakuan rotasi dengan desain SK SNI T-15-1991-03 memiliki nilai
cenderung lebih besar dibandingakan dengan desain PBI 1971. Dari hasil analisis baik
eksperimental maupun numerik terlihat bahwa nilai kekuatan, kekakuan, daktilitas dan
kesemikakuan desain dengan SK SNI-T-15-1991-03 lebih besar dibandingkan dengan
desain PBI 1991.

ABSTRACT
Beam-column joint is part of the building which get large load like moment,
shear or axial that design based code at the time. In Indonesia, PBI 1971 and SK SNI T15-1991-03
applied on 1971 and 1991. In other hand, beam-column joint behave
semirigid indicated by degradation of stiffness and formed of rotation after crack at the
beam. This study made to check trend of difference from strength, stiffnes and ductility
than characteristics of semirigidity beam-column joint designed by both of code. In this
study made experiment on specimen and analysis of its results and than made a
modelling and numerik analysis use Drain-2DX. Results of the analysis show that
design use SK SNI T-15-1991-03 more than 30% design use PBI 1971 for strength and
stiffness than have ductility more than 5 for both. Morever, for semirigidity of joint,
rotation, moment and stiffness of rotation designed by SK SNI T-15-1991-03 have a
tendency more than PBI 1971. From experimental and numerical show that strength,
stiffnes, ductility and Semirigidity designed by SNI-T-15-1991-03 more than designed
by PBI 1991."
2017
T48919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geraldi Othanius Hardymulia
"Terdapat kenaikan permintaan terhadap mobil baru di Indonesia beberapa tahun belakangan ini. Hal ini tentunya sejalan dengan kenaikan permintaan terhadap showroom mobil, sehingga konstruksi showroom mobil menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Dalam desain showroom mobil diperlukan suatu sistem struktur yang memiliki bentang lebar pada ruang pertemuan, hall, lobby, dan ruang display. Disinilah post-tensioned (PT) flat slab hadir menyelesaikan permasalahan tadi, karena jenis pelat ini dapat digunakan untuk bentang yang lebih panjang dari struktur beton konvensional sehingga lebih cocok untuk digunakan pada bangunan showroom mobil yang membutuhkan bentang lebar. Pada penelitian ini digunakan studi kasus bangunan showroom mobil dua lantai yang berlokasi di Depok. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode FEM (finite element method) dengan bantuan software ETABS V20 untuk memodelkan struktur bangunannya. Struktur akan dibandingkan respon gempanya menggunakan dua metode analisa gempa dinamik yaitu respon spektrum dan linear time history. Ditemukan bahwa untuk semua respon gempa (story drift, story displacement, story shear, overturning moment), metode respon spektrum memberikan respon yang lebih besar pada kedua arah X dan Y. Untuk perbandingan antara struktur konvensional dan PT flat slab ditemukan bahwa struktur PT flat slab memberikan respon gempa yang lebih besar, dan harga (biaya) material yang lebih murah dibandingkan dengan struktur konvensional.

There has been an increase in demand for new cars in Indonesia in recent years. This trend correlates with the rising demand for car showrooms, making the construction of these showrooms crucial. The design of car showrooms requires a structural system with wide spans for meeting rooms, halls, lobbies, and display areas. This is where post-tensioned (PT) flat slabs come in to solve the aforementioned issues, as these slabs can be used for longer spans compared to conventional concrete structures, making them more suitable for wide-span showroom buildings. In this study, a two-story car showroom located in Depok was chosen as a case study. The analytical method employed in this research is the Finite Element Method (FEM) using ETABS V20 software to model the building structure. The structure's seismic response will be compared using two dynamic earthquake analysis methods: response spectrum and linear time history analysis. It was found that for all seismic responses (story drift, story displacement, story shear, overturning moment), the response spectrum method yields larger responses in both X and Y directions. Comparing conventional structures with PT flat slabs, it was found that PT flat slabs exhibit larger seismic responses but offer cheaper material costs compared to conventional structures."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Agus Kurniawan
"Berdasarkan peraturan terbaru mengenai peraturan perancangan baja yaitu AISC 2010 telah mengalami beberapa koreksi dari peraturan sebelumnya yaitu AISC 2005. Hal ini juga merupakan perubahan utama yang diterapkan pada SNI 1729:2015 .Salah satu perubahan utama yang terjadi adalah perubahan metode utama perancangan stabilitas baja, dari metode panjang efektif menjadi metode analisa langsung. Penelitian ini akan mempelajari batasan-batasan yang berlaku untuk kedua metode dengan menggunakan advanced analysis sebagai metode pembanding. Advanced analysis adalah analisa orde ke 2 inelastis yang mewakili keruntuhan sebenarnya dari struktur yang akan divalidasi melalui beberapa rangka kalibrasi. Metodologi penelitian ini terbagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap pertama melakukan validasi untuk hasil advanced analysis dengan menyamakan hasil dengan hasil ekperimental atau numerikal yang telah dipublikasi sebelumnya dan tahap kedua adalah membandingkan stress ratio dan hasil desain dari metode ELM dan DAM pada beberapa variasi bangunan serta melakukan pengecekan performa hasil desain dengan menggunakan analisa pushover. Untuk tahap validasi, menggunakan analisa pushover untuk mengetahui karakteristik dari masing-masing metode dan dengan variasi 3 zona gempa di Indonesia dan 3 jenis tanah untuk mengetahui metode apa yang paling dapat mengakomodir beban gempa di area Indonesia. Lalu tahap kedua adalah membandingkan beberapa variasi bangunan dengan kondisi bangunan berada pada zona Padang, tanah lunak.

Based on the latest standard of the guidance of steel design AISC 2010 had many corrections from the previous standard AISC 2005 . This is the main reason of the existence of SNI 1729 2015 .One of the main difference is the changing of analysis on steel rsquo s stability, called effective length method and direct analysis method. This research will study what limitation that are applied to the both method with advanced analysis as a comparison. Advanced analysis is second order inelastic method that represent the real collapse mechanism of structure that will be validated through some calibration frames. The metodology of this research is divided into 2 steps, the first is doing validation for get advanced analysis result through previous experimental or numerical rsquo s result that had been published and the second is comparing the stress ratio and the design both ELM and DAM through some variations of building then doing performanced based design of both methods using pushover analysis. For validation, it is using pushover analysis to know the characteristic of each methods and in addition to compare it with 3 different seismic zones in Indonesia Samarinda, Jakarta and Padang and 3 different type of soils to get the result of which method suits most of the seismic load in spesific area in Indonesia. Then the second phase is comparing some variations of building with condition that the building is located in Padang whose soft soil."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>