Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62768 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shenia Arin Syahprida
"Industri gas merupakan sektor penting di dalam pembangunan nasional baik dalam hal pemenuhan kebutuhan energi dan bahan baku industri di dalam negeri maupun sebagai penghasil devisa negara. Teknologi CO2 removal digunakan untuk mengurangi kandungan asam sehingga kandungan hidrokarbon pengotor maksimal 5% karena kemurnian LPG ±95% [1]. Salah satu metode pemurniannya adalah dengan absorbsi CO2 [2]. Salah satu unit penting dalam CO2 Removal adalah unit dehidrasi. Dalam studi ini, peristiwa korosi pada pipa lean glycol material A 106 Grade B diameter 2” dipelajari menggunakan analisa laboratorium dan analisa RBI. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan Tsperc = 78.175,48 Psi, Ysperc = 56.129,59 Psi dan elongasi 26,66%. Dari nilai Tsperc didapatkan Sperc = 26.058,49 Psi.
Berdasarkan hasil analisa OEM didapatkan bahwa komposisi kimia sampel pipa masih dalam range standar untuk material A 106 Grade B. Dari analisa SEM, diketahui bahwa material pipa masih memiliki keuletan yang baik, meskipun dari analisa EDX diketahui telah terjadi korosi. Dari hasil uji korosi potensiostat didapatkan laju korosi (CR) sebesar 2,0741 mmpy (500C) dan 2,9298 mmpy (920C).
Berdasarkan hasil uji ultrasonik didapatkan bahwa posisi 6B memiliki ketebalan minimum. Posisi ini juga merupakan posisi dengan CR tertinggi (2.12 mmpy) dan RL terendah (1,29 tahun). Namun karena MAWP Posisi 6B masih lebih tinggi dari
working pressure, sehingga pipa masih aman untuk dioperasikan. Inpeksi selanjutnya direkomendasikan dilakukan pada 2021 dengan metode review proses
dan NDT eksternal. Pemodelan yang didapatkan dari penelitian ini RL = 8,1774 CR2– 25,081 CR + 19,993 dengan nilai R = 0,9547.

Gas industry is an important sector in national development both in terms of meeting energy needs and industrial raw materials in the country and as a source of foreign exchange. CO2 removal technology is used to reduce the acid content so that the maximum impurity hydrocarbon content is 5% due to the ± 95% purity of LPG [1]. One of the purification methods is CO2 absorption [2]. One of the important units in CO2 removal is dehydration unit. In this study, corrosion
phenomenon of 2” diameter lean glycol pipe A 106 Grade B was studied using laboratory analysis and RBI analysis. It was found that Tsperc = 78,175.48 Psi, Ysperc = 56,129.59 Psi and pipe elongation 26.66%, so that Sperc = 26.058.49 Psi. OEM result that chemical composition of sampel pipe is still in a range of standard pipe. From SEM analysis, it is known that the pipe material still has good ductility, although from EDX analysis it is known that corrosion has occurred. From EIS test,
corrosion rates (CR) are 2.0741 mmpy (500C) and 2.9298 mmpy (920C). Based on ultrasonic test, position 6B had a minimum thickness. It was obtained that this position also has the highest CR (2.12 mmpy) and the lowest RL (1,29 tahun). Morever MAWP is still higher than working pressure, so this pipe is still safe to operate. Further inspection should be done in 2021 using process review and NDT external methods. Corrosion modeling equation obtained is RL = 8,1774 CR2–25,081 CR + 19,993, R = 0,9547.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shenia Arin Syahprida
"Industri gas merupakan sektor penting di dalam pembangunan nasional baik
dalam hal pemenuhan kebutuhan energi dan bahan baku industri di dalam negeri
maupun sebagai penghasil devisa negara. Teknologi CO2 removal digunakan untuk
mengurangi kandungan asam sehingga kandungan hidrokarbon pengotor maksimal
5% karena kemurnian LPG ±95% [1]. Salah satu metode pemurniannya adalah
dengan absorbsi CO2 [2]. Salah satu unit penting dalam CO2 Removal adalah unit
dehidrasi. Dalam studi ini, peristiwa korosi pada pipa lean glycol material A 106
Grade B diameter 2” dipelajari menggunakan analisa laboratorium dan analisa RBI.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan Tsperc = 78.175,48 Psi, Ysperc = 56.129,59 Psi dan elongasi 26,66%. Dari nilai Tsperc didapatkan Sperc = 26.058,49 Psi. Berdasarkan hasil analisa OEM didapatkan bahwa komposisi kimia sampel pipa
masih dalam range standar untuk material A 106 Grade B. Dari analisa SEM, diketahui bahwa material pipa masih memiliki keuletan yang baik, meskipun dari
analisa EDX diketahui telah terjadi korosi. Dari hasil uji korosi potensiostat didapatkan laju korosi (CR) sebesar 2,0741 mmpy (500C) dan 2,9298 mmpy (920C). Berdasarkan hasil uji ultrasonik didapatkan bahwa posisi 6B memiliki ketebalan minimum. Posisi ini juga merupakan posisi dengan CR tertinggi (2.12 mmpy) dan RL terendah (1,29 tahun). Namun karena MAWP Posisi 6B masih lebih tinggi dari working pressure, sehingga pipa masih aman untuk dioperasikan. Inpeksi selanjutnya direkomendasikan dilakukan pada 2021 dengan metode review proses
dan NDT eksternal. Pemodelan yang didapatkan dari penelitian ini RL = 8,1774 CR 2
– 25,081 CR + 19,993 dengan nilai R = 0,9547.

Gas industry is an important sector in national development both in terms of
meeting energy needs and industrial raw materials in the country and as a source of
foreign exchange. CO2 removal technology is used to reduce the acid content so
that the maximum impurity hydrocarbon content is 5% due to the ± 95% purity of
LPG [1]. One of the purification methods is CO2 absorption [2]. One of the
important units in CO2 removal is dehydration unit. In this study, corrosion
phenomenon of 2” diameter lean glycol pipe A 106 Grade B was studied using
laboratory analysis and RBI analysis. It was found that Tsperc = 78,175.48 Psi,
Ysperc = 56,129.59 Psi and pipe elongation 26.66%, so that Sperc = 26.058.49 Psi.
OEM result that chemical composition of sampel pipe is still in a range of standard
pipe. From SEM analysis, it is known that the pipe material still has good ductility,
although from EDX analysis it is known that corrosion has occurred. From EIS test,
corrosion rates (CR) are 2.0741 mmpy (500C) and 2.9298 mmpy (920C). Based on
ultrasonic test, position 6B had a minimum thickness. It was obtained that this
position also has the highest CR (2.12 mmpy) and the lowest RL (1,29 tahun).
Morever MAWP is still higher than working pressure, so this pipe is still safe to
operate. Further inspection should be done in 2021 using process review and NDT
external methods. Corrosion modeling equation obtained is RL = 8,1774 CR
2 – 25,081 CR + 19,993, R = 0,9547.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Didalam suatu sistim, setiap komponen berperan penting dalam menjaga kelangsungan sistim tersebut. Jika salah satu komponen rusak, maka seluruh sistim dapat terganggu bahkan menjadi rusak. Karena itu jika terdapat salah satu komponen yang rusak penelitian harus segera dilakukan agar kerusakan tidak berkembang menjadi lebih fatal. Katup pada bejana adalah bagian penting dari unit pengolahan glycol, jika salah satu katup ini bocor maka semua sistim produksi akan terganggu dan mengakibatkan kerugian yang besar. Pada penelitian ini kebocoran yang terjadi pada katup diperiksa dan dicari penyebab utama kerusakan dengan sistim root cause analysis. Pengujian dan pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan data yang rinci untuk dijadikan bahan analisa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bocomya katup akibat baut pengikat putus, dan penelitian pada baut menunjukkan bahwa telah terjadi serangan korosi sumuran (pitting) pada leher dan kepala bagian bawah baut, kemudian karena leher baut mengalami tegangan tarik yang besar, maka baut menjadi retak. Lingkungan di sekitar kepala baut mengandung senyawa korosif, senyawa tersebut kemudian masuk ke dalam retakan dan pada saat yang sama baut menerima beban terik sehingga terjadi mekanisme korosi retak tegang (SCC). Retak terus merambat sampai kedalaman tertentu sehingga sisa permukaan melintang baut tidak mampu lagi menahan beban kemudian baut putus, akibatnya katup menjadi bocor. Oari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kebocoran dari katup disebabkan oleh patahnya baut pengikat, dan baut tersebut patah karena diserang stress corrosion cracking yang didahului oleh pitting corrosion di leher baut."
MKK 11:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Bimo Pratomo
"Korasi pada sistem pendingin mesin otomotif sering terjadi pada komponen-komponen ferrous di dalam sistem, dan mengganggu proses kerja keseluruhan dari mesin. Untuk mengatasi hal ini sering ditambalnkan inhibitor-inhibitor korosi ke dalam air pendingln. Pendingan mesin (engine coolant) sebagaf aditif air pendingin mengandung inhibitor-inhibitor korosi untuk mengataai hal di atas.
Penambahan Ethyleneglycol sebagai antibeku ke dalam pendlngin mesin dimalrsudlran agar kendaraan dapat bekerja sepanjang tahun, tidak terkecuali pada musim dingin. Diketahui bahwa ethylene glycol dapat menyebabkan korosi Sebagai contoh adalah graphitization' pada besi tuang dan dezmc.iflcatlon pada lfunlngan.
Penelitian ini mencoba untuk mellhat pengaruh sifat korosif pendingin mesin yang mengandung ethylene glycol dengan yang tidak mengandung ethylene glycol terhadap logam-logam yang biasa terdapat di dalam sistem pendingin mesin otomotif. Enam jenis logam dibuat dalam dua hubungan trigalvanllc, lalu dicelup di dalam media celup selama 336 jam pada temperatur konstan 7100, dan di dalam kondisi aerasi sifat korosif dilihat dan laju korosi yang diperoleh.
Dari hasil penelitian secara umum, terlihat laju korosi yang besar dari logam Dafa, besi tuang. aluminum, dan solder di dalam larutan korosif tanpa penambahan pendingin mesin . Kuningan dan tembaga memHlln? laju korosi yang relatif kecil karena sifat tahan korosi mereka yang tinggi. Setelah penambaban pendingin mesin sebesar 30 Z ke dalam larutan korosif terlihat penurunan dengan drastis semua laju korasi logam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendry Saputra Kusyanto
"Material pipa baja karbon API 5Lgrade B merupakan pipa baja yang banyak digunakan dalam industry minyak dan gas bumi. Jenis pipa tersebut sering terjadi kerusakan yang disebabkan oleh korosi internal. Penelitian ini dilakukan pada unit FGR karena terjadinya internal korosi yang tinggi. Penelitian ini dilakukan dengan metoda Risk Based Inspection untuk mengetahui tingkat risiko pada unit tersebut. Peneliti menganalisis perilaku korosi sampel pipa terkorosi API 5L grade B berupa struktur mikro, perubahan sifat mekanik dan perubahan komposisi kimia yang dibandingkan dengan pipa yang baru dan belum terkorosi.
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa pipa penyalur pada unit FGR tersebut penilaian tingkat risiko yang didapatkan adalah medium risk dengan analisis komposisi kimia produk korosi yang dominan adalah FeCO3 Siderit yang diakibatkan dari proses oksidasi besi akibat adanya H2O dan CO2.

Carbon steel pipe material API 5L grade B is commonly used for distribution of oil and gas industry. It often occurs damage that is caused by internal corrossion. This research is done in flare gas recovery unit where high internal corrosion happened. It has been performed by risk based inspection method to know risk level of this part. The researcher analyze fluid composition and corroded sample API 5L grade B by developing of microstructure, mechanical denaturing and change of chemical composition comparing with new pipe sample.
The result is showing that the pipe API 5L grade B applied as distribution line is found existence of deterioration pipe material caused by internal corrosion and has risk at medium level medium risk. The chemical composition analysis at corroded sample API 5L grade B indicates dominant corrosion product is hematite FeCO3, that is caused by H2O and CO2. Mechanical properties of this sample is still meet the standard of API 5L grade B.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan
"Lapisan anodik yang ditumbuhkan pada logam paduan aluminium AA7075 dengan metode hard anodizing tidak seragam disebabkan oleh lambatnya reaksi oksidasi pada presipitat. Penambahan senyawa organik dalam elektrolit diharapkan dapat mempercepat laju oksidasi. Dalam penelitian ini, pengaruh penambahan Etilen Glikol sebagai zat aditif pada elektrolit dalam proses hard anodizing pada logam paduan AA7075 diteliti melalui karakterisasi morfologi, sifat mekanik dan sifat korosi lapisan anodizing yang dihasilkan. Uji korosi dilakukan dengan metode elektrokimia meliputi open circuit potential (OCP), potentiodynamic polarization (PDP), dan electrochemical impedance spectroscopy (EIS) pada larutan 3% NaCl + 1 % HCl. Senyawa EG dipilih karena umum digunakan sebagai zat antibeku pada industri logam dan juga memiliki sifat inhibitor korosi saat digunakan pada sistem pendingin. Hasil yang didapatkan dengan penambahan etilen glikol pada elektrolit mampu meningkatkan laju reaksi oksidasi dari presipitat yang terdapat pada substrat, sehingga menghasilkan struktur lapisan yang lebih seragam di sepanjang antarmuka oksida-logam. Namun konsumsi energi pada reaksi oksidasi presipitat menyebabkan berkurangnya oksidasi pada matrix aluminium sehingga lapisan yang dihasilkan menjadi lebih tipis. Selain itu, pelepasan gas oksigen yang terjadi selama proses oksidasi presipitat terjebak dalam lapisan membentuk pori. Hal ini menyebabkan penurunan nilai kekerasan dari 196,2 HV menjadi 117,8; 115,2; dan 107,7 HV masing- masing dengan penambahan 10, 20, dan 30 % EG. Uji korosi menunjukkan peningkatan ketahanan korosi lapisan anodik dengan penambahan 10% EG sedangkan pada konsentrasi EG yang lebih tinggi cenderung menurunkan ketahanan korosi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai OCP yang menjadi 30 mV lebih tinggi, nilai potensial korosi yang menjadi 10 mV lebih positif dan arus korosi yang menjadi 80 μA/cm2 lebih rendah, juga nilai resistansi polarisasi (Rp) yang naik 100 Ω lebih tinggi pada lapisan anodik yang ditumbuhkan di elektrolit yang mengandung 10 EG dibandingkan tanpa EG. Sedangkan penambahan 20 dan 30 EG menurunkan nilai OCP, potensial korosi, dan impedansi lapisan. Konsentrasi EG yang optimum untuk menghasilkan lapisan dengan sifat mekanik dan ketahanan korosi yang baik adalah 10 %. Lapisan anodik yang mengandung EG sensitif terhadap perlakuan hydrothermal sealing. Sementara lapisan yang ditumbuhkan dalam elektrolit tanpa EG menunjukkan peningkatan ketahanan korosi setelah sealing, lapisan yang ditumbuhkan dalam elektrolit yang mengandung EG mengalami penurunan ketahan korosi. Penyebab fenomena tersebut diluar area penelitian ini dan disarankan diteliti lebih lanjut dalam penelitian kedepannya
.The anodic oxide film formed on aluminium alloy AA7075 under a hard anodization method was not uniform due to the slow oxidation reaction occurred on the precipitates. Addition of organic compound in the electrolyte is expected to accelerate the oxidation rate. In this research, the effect of additive ethylene glycol (EG) in the electrolyte on the hard anodization process on the AA7075 alloy was investigated through characterization of the morphology, mechanical properties, and corrosion properties of the resulting film. The corrosion tests were conducted by electrochemical methods including open circuit potential (OCP), potentiodynamic polarization (PDP), and electrochemical impedance spectroscopy (EIS) methods in 3% NaCl + 1% HCl solution. The EG compound was chosen because it is commonly used as antifreeze substance in the metal industry and its role as corrosion inhibitor in a cooling system. The results showed that addition of EG in the electrolyte enhanced the oxidation reaction on the precipitate in the substrate, resulting in a more uniform structure along the oxide-metal interface. However, energy consumption due to the oxidation reaction on the precipitate resulted in the reduction of oxidation reaction on the matrix, hence, the resulting film was thinner. Moreover, the release of oxygen gas during oxidation reaction of the precipitate was trapped inside the film creating pores. The pores decreased the film hardness from 196.2 HV in the 0 EG electrolyte to 117.8; 115.2; and 107.7 HV for 10, 20, and 30% EG electrolytes, respectively. The corrosion tests showed an improvement of corrosion resistance on the anodic film with the addition of 10% EG in the electrolyte while addition of higher EG concentration tended to decrease the corrosion resistance. It was demonstrated by the OCP that was 30 mV higher, the corrosion potential that was 10 mV higher and the corrosion current density that was 80 μA/cm2 lower, as well as the polarization resistant that was 100 Ω higher than that of formed in the electrolyte without EG. The addition of 20 and 30 EG reduced the OCP, corrosion potential, and impedance of the film. The optimum EG concentration to obtain the film with good mechanical and corrosion properties is 10 %. The EG containing film was sensitive to the hydrothermal sealing. While the film formed in the electrolyte without EG showed an improvement of corrosion after sealing, the film formed in EG containing electrolyte showed a decrease in corrosion resistance. The reason for such phenomenon was outside the scope of this research and was suggested for further research."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joki R.R.
"Korosi terjadi tanpa mengenal waktu di segala aspek kehidupan manusia dan dapat mengakibatkan banyak kerugian. Di industri minyak dan gas, kerugian yang terjadi akibat korosi berdampak pada penurunan kualitas material yang digunakan. Dan hal ini berarti berhubungan dengan lamanya operasional alat berfungsi atau kemampuan jangka panjang dari suatu alat dan kemungkinan terjadinya kegagalan pada peralatan yang digunakan. Sehingga jika korosi menyerang, maka selain kerugian finansial yang dialami, kerugian berupa dampak terhadap lingkungan sekitar dan juga safety dari pekerja dan masyarakat sekitar juga bisa terjadi. Oleh karena itu inspeksi terhadap peralatan yang ada penting untuk dilakukan. Indonesia yang masih mengacu pada inspeksi berdasarkan jangka waktu (timebased inspection) masih memberikan peluang untuk terjadinya kegagalan pada peralatan yang digunakan. Oleh karena itu penting untuk menggunakan acuan lain seperti inspeksi berdasarkan tingkat resiko (Risk-Based Inspection)/RBI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 pipa yang dianalisa, 5 pipa (6" dan 4 pipa 16") memiliki nilai 2D yang berarti berstatus resiko medium dan mendapatkan respon corrective maintenance dan 3 pipa (8", 12", dan 18") memiliki nilai 2E yang berarti berstatus resiko medium-high dan mendapatkan respon preventive maintenance. Usulan inspeksi yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan visual, ultrasonic straight beam, eddy current, flux leakage, radiography, dan pengukuran dimensi. Usulan waktu inspeksi yang dapat dilakukan kembali adalah 7 tahun kemudian untuk pipa-pipa yang memiliki nilai 2D dan 5 tahun kemudian untuk pipa-pipa yang bernilai 2E dari inspeksi terakhir. Nilai rendah yang diperoleh melalui penelitian ini dikarenakan pipa memiliki sistem inspeksi yang baik terhadap mix point/injection yang ada dan juga karena sistem pipa yang ada tidak mengenal adanya deadleg, sehingga nilai TMSF tidak mengalami pertambahan yang signifikan.

Corrosion happen everytime in all human-life aspects and can caused lot of losses. In oil and gas industry, losses caused by corrosion affect directly to material quality that used in the industry. And it means relate to how long an equipment can perform or long-term compability of an equipment and probability of a failure occured in an equipment. So, if corrosion attacks, beside financial loss, another loss that can happen are environtmental loss and also human safety which is include the worker and also community around the industry. Therefore, it is very important to hold an inspection to every equipments in oil and gas industry. Indonesia still hold time based inspection to all equipment in oil and gas industry, and that methode still open for a failure occured. So that, it is very important to use another inspection management methode like Risk-Based inspection (RBI).
Result of this paper are, from 8 pipes that checked, 5 pipes (a 6" pipe and 4 pipes of 16") got 2D rank, which mean have medium status and got corrective maintenance respon. And 3 pipes (8", 12" and 18") got 2E rank which mean have medium-high status and got preventive maintenance response. Inspection methode that proposed are visual examination, ultrasonic straight beam, eddy current, flux leakage, radiography, and dimensional measurement. Inspection time interval from last inspection activity that proposed are 7 years for pipes that got 2D rank and 5 years for pipes that got 2E rank. Low rank that several pipes received because those pipes have good inspection system on mix point/injection area and also the overall piping system do not have the deadleg system, so the TMSF value not multiplied by a value factor.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T31723
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arif Saadilah
"ABSTRAK
Fasilitas minyak dan gas bumi yang telah mengalami penuaan atau aging beresiko mengalami kerusakan atau dalam bahasa ilmu material sebagai kegagalan. Kegagalan ini dapat menyebabkan kerugian yang besar. Salah satu penyebab terbesar dari kegagalan pada anjungan minyak dan gas terutama pada sistem perpipaan adalah korosi. Manajemen korosi diperlukan supaya menjaga sistem perpipaan dari kegagalan, salah satu bentuknya adalah perlakuan inspeksi. Penggunaan inspeksi dengan metode dengan berbasis resiko RBI disebutkan lebih efisien dan tepat dibandingkan metode inspeksi yang sebelumnya. Dalam melaksanakan RBI memerlukan beberapa data, terutama RBI pada sistem perpipaan seperti data kondisi lingkungan, data kondisi operasi perpipaan, kecepatan aliran pipa, data inspeksi pemeliharaan, ditambah dengan data primer yang terkini. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan RBI peneliti dapat mengetahui tingkatan resiko pada pipa menunjukkan pada medium-high, efek dari kegagalan pipa BA yaitu tumpahan fluida dengan luas daerah sebesar 9714 ft2, pipa BA lebih berpeluang terjadi kegagalan dikarenakan korosi. Resiko pipa BA bisa diturunkan dengan menurunkan tingkat korosifitas fluida yang mengalir di dalam pipa dan menambahkan jenis mitigasi.

ABSTRACT
Oil and gas facilities that have aging having risk of damage or in materials science called a failure. This failure can cause a great loss. One of the biggest causes of failures on oil and gas platforms, especially in piping systems are corrosion. Corrosion management is required in order to keep the pipeline of the failure, one of the work to do is the inspection. Using risk based inspection RBI is the more efficient and precise than previous inspection methods. In implementing the RBI requires some data, particularly RBI in pipeline systems such as environmental conditions data, the data pipeline operating conditions, maintenance inspection data, coupled with recent primary data. The results says that with RBI writer can understand the risk of pipe ba was medium high, the effect of failure on ba pipe is flood of its fluids with area of 9714 ft2, he risk of ba pipe could be decreased if the corrosivity of the fluid is lowered, and adding some other corrosion mitigation."
2018
T49013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alim Saadi
"Kegagalan material karena korosi berpengaruh pada operasi kilang sehingga diperlukan analisa dan pemilihan material untuk menjamin kehandalannya. Pelaksanaan Inspeksi Berdasarkan Resiko memerlukan data korosi dan identifikasi material terutama untuk menentukan nilai kemungkinan kegagalan (probability of failure). Terdapat korelasi yang berarti (significant) antara korosi material dengan inspeksi berdasarkan resiko. Pengujian material baja karbon Pipa ASTM A 106 Grade B, Pipa ASTM A 53 Grade B, Pipa KI-R 410 W, Grade P265 GH, Pipa SA 335 Grade P5, dan Pipa ASTM A516 Grade 70 menghasikan laju korosi dan sifat mekanis sebagai acuan pemilihan material.
Dari hasil penelitian diperoleh laju korosi terbesar adalah pipa ASTM A 106 Grade B sebesar 1.1649 mpy. Optimalisasi pemilihan material terhadap kelima sampel diperoleh material terbaik adalah pipa KI-R 410 W, diikuti pipa ASTM A 53 Grade B, pipa 516 Grade 70, pipa SA-335 Grade P5 dan terakhir pipa ASTM A 106 Grade B. Pemilihan material yang optimal meningkatkan kehandalan kilang.

Material Failure due to corrosion has a significant role in a plant operation, therefore material has to be analyzed and selected properly to guarantee plant reliability in their operation. Implementations of Risk Based Inspection need some data of corrosion in order to determine the probability of failure. We found a significant correlation between materials failure due to corrosion in Risk Based Inspection. More corrosive material will increase the probability of failure. Experiment on Pipe materials ASTM A 106 Grade B, ASTM A 53 Grade B, Pipe KI-R 410 W Grade P65 GH, Pipe ASTM SA 335 Grade B and Pipe A 516 Grade 70, conclude that corrosion rate, service life and mechanical properties can be used as a basic for materials selections.
From the experiment we found the biggest corrosion rate is ASTM A 106 Grade B with 1.1649 mill per year. From the material selection we found the best material is Pipe KI-R 410 W, and than ASTM A 53 grade B, Pipe 516 Grade 70, Pipe SA 335 Grade P5 and Pipe ASTM A 106 Grade B. The correct material selection will increase the reliability of plant.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T44239
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan
"

Lapisan anodik yang ditumbuhkan pada paduan AA7075 dengan metode hard anodizing tidak seragam karena lambatnya reaksi oksidasi pada presipitat. Dalam penelitian ini, pengaruh penambahan Etilen Glikol (EG) sebagai zat aditif pada elektrolit dalam proses hard anodizing pada logam paduan AA7075 diteliti melalui karakterisasi morfologi, sifat mekanik dan sifat korosi lapisan anodizing yang dihasilkan. Uji korosi metode elektrokimia pada larutan 3% NaCl + 1% HCl. Senyawa EG dipilih karena umum digunakan sebagai zat antibeku pada industri logam dan memiliki sifat inhibitor korosi dalam sistem pendingin. Penambahan EG pada elektrolit meningkatkan laju reaksi oksidasi dari presipitat yang terdapat pada substrat, sehingga menghasilkan struktur lapisan yang lebih seragam di sepanjang antarmuka oksida-logam. Namun konsumsi energi pada reaksi oksidasi presipitat menyebabkan berkurangnya oksidasi pada matrix aluminium sehingga lapisan yang dihasilkan menjadi lebih tipis. Selain itu, pelepasan gas oksigen yang terjadi selama proses oksidasi presipitat terjebak dalam lapisan membentuk pori sehingga kekerasan menurun dari 196,2 HV menjadi 117,8; 115,2; dan 107,7 HV masing-masing dengan penambahan 10, 20, dan 30 % EG. Ketahanan korosi lapisan anodik menjadi 30 mV lebih tinggi, nilai potensial korosi menjadi 10 mV lebih positif, arus korosi menjadi 80 µA/cm2 lebih rendah, dan nilai resistansi polarisasi naik 100 Ω lebih tinggi dengan penambahan 10% EG sedangkan pada konsentrasi EG yang lebih tinggi menurunkan ketahanan korosi lapisan. EG yang optimum untuk menghasilkan lapisan dengan sifat mekanik dan ketahanan korosi yang baik adalah 10%. Lapisan anodik yang mengandung EG sensitif terhadap hydrothermal sealing.

 


The anodic layer grown on AA7075 alloy with the hard-anodizing method is not uniform because of the slow oxidation reaction at precipitate. In this study, the effect of adding Ethylene Glycol (EG) as an additive to electrolytes in the process of hard anodizing on alloy metals AA7075 was examined through morphological characterization, mechanical properties and corrosion properties of the anodizing layer produced. Electrochemical method corrosion test on a 3% NaCl + 1% HCl solution. EG compounds are chosen because they are commonly used as antifreeze substances in the metal industry and have corrosion inhibitor properties in the cooling system. The addition of EG to electrolytes increases the rate of oxidation reactions from the precipitates found on the substrate, resulting in a more uniform layer structure along the metal-oxide interface. However, energy consumption in precipitate oxidation reactions leads to reduced oxidation in the aluminum matrix so that the resulting layer becomes thinner. In addition, the release of oxygen gas that occurs during the oxidation process of the precipitate is trapped in the pore-forming layer so that the hardness decreases from 196.2 HV to 117.8; 115.2; and 107.7 HV each with the addition of 10, 20 and 30% EG. The corrosion resistance of the anodic layer is 30 mV higher, the corrosion potential value is 10 mV more positive, the corrosion current is 80 µA/cm2 lower, and the polarization resistance value rises 100 Ω higher with the addition of 10% EG whereas at the higher EG concentration reduce coating corrosion resistance. The optimum EG for producing layers with good mechanical properties and corrosion resistance is 10%. Anodic layer containing EG is sensitive to hydrothermal sealing

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>