Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149459 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mia Nur Aisyah Firdaus
"Studi ini membahas polemik wacana pernikahan dongseongdongbon dalam media koran online di Korea Selatan tahun 1996-2005. Dongseongdongbon (동성동본) adalah konsep bagi orang Korea yang memiliki marga dan klan yang sama. Dalam Undang-undang Sipil Korea pasal 809 ayat 1 dijelaskan bahwa pasangan dongseongdongbon tidak diperbolehkan menikah. Pada tahun 1995, Pengadilan Keluarga Seoul menerima pengaduan dari delapan pasangan dongseongdongbon setelah pendaftaran pernikahan mereka ditolak. Setelah pengaduan diterima, Pengadilan Keluarga Korea mengirimkan gugatan ke Mahkamah Konstitusi untuk menyatakan bahwa larangan pernikahan dongseongdongbon tidak sejalan dengan konstitusi. Mahkamah Konstitusi menerima gugatan tersebut dan memprosesnya pada tahun 1996. Sejak saat itu muncul dua kubu berlawanan, yaitu kubu yang ingin menghapus dan kubu yang ingin mempertahankan larangan pernikahan dongseongdongbon. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis terhadap artikel berita dari 3 portal berita Korea pada tahun 1996 - Maret 2005. Ketiga portal berita yang digunakan adalah Chosun Ilbo, Hankook Ilbo, dan Jungang Ilbo. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa polemik wacana pernikahan dongseongdongbon disebabkan oleh benturan antara dua ideologi politik demokrasi dengan ideologi budaya tradisional Yurim.

This study investigates discourse of dongseongdongbon marriage in Korean newspapers from 1996-2005. Dongseongdongbon (동성동본) is a concept for Koreans who have the same surname and clan. Article 809 section 1 of the Korean Civil Code stated that dongseongdongbon couples are not allowed to marry. In 1995, The Seoul Family Court accepted complaints from eight dongseongdongbon couples after their marriage registration were denied. After the complaint was received, the Korean Family Court sent a lawsuit to the Constitutional Court to declare that the dongseongdongbon marriage prohibition is unconstitutional. The Constitutional Court accepted the lawsuit and processed it in 1996. Since then, two opposing sides have emerged, namely those who want to abolish and defend on dongseongdongbon marriage prohibition. This study uses critical discourse analysis methods of 137 news articles from 3 Korean news portals in 1996 - March 2005. The three news portals used are Chosun Ilbo, Hankook Ilbo, and Jungang Ilbo. Based on the research, it is known that the debate about dongseongdongbon marriage was caused by a clash between two democratic political ideologies and Yurim's traditional cultural ideology"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anah Maliyah
"Objektifikasi seksual merupakan hal yang kerap menjadi isu sosial di masyarakat. Keberadaannya yang beririsan dengan nilai-nilai seni dan artistik serta kepentingan ekonomi memunculkan pertentangan di masyarakat, salah satunya penggunaan konsep Lolita atau konsep wanita yang lugu seperti anak-anak di industri hiburan Korea. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan cara media berita Korea Selatan, yaitu portal berita online Donga Ilbo dan Kukje Shinmun membingkai isu objektifikasi seksual pada konsep Lolita yang digunakan oleh para artis dan praktisi seni di negara tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis Van Dijk dari aspek teks unsurmikro semantik yang dijelaskan secara deskriptif kualitatif. Hasil analisismenunjukkan bahwa kedua media portal yang dikaji tersebut memiliki perbedaan pandangan dalam memaknai isu objektifikasi seksual Lolita dalam industri hiburan. Perbedaan pandangan dalam pemaknaan isu tersebut dipengaruhi oleh ideologi komunikator dalam prosesnya menyusun berita. Media berita Donga Ilbo cenderung memilih posisi sebagai media yang netral dan liberal sedangkan media berita Kukje Shinmun cenderung menentang penggunaan Lolita di industri seni dan hiburan karena merupakan bentuk objektifikasi seksual dan pedofilia.

Sexual objectification is a social issue in society. Its existence which intersects with artistic values and economic interests raises conflicts in society, for example the use of Lolita concept or a concept which creates innocent looks similar to children for women. This study aims to explain how South Korean online news media namely Donga Ilbo and Kukje Shinmun frame the issue of sexual objectification in the Lolita concept used by artists and art practitioners. This study uses Van Dijk's critical discourse analysis method from the aspect of the semantic micro element text which is described in a qualitative-descriptive method. The results of the analysis show that the two portals media have different views in interpreting the issue of Lolita's sexual objectification in the entertainment industry. Differences views on the meaning of the Lolita are influenced by the ideology of the communicator in the process of compiling news. The Donga Ilbo news media tends to choose a neutral and liberal position, while the Kukje Shinmun news media tends to oppose the use of Lolita in the arts and entertainment industry because it is a form of sexual objectification and pedophilia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Pramania Adnyana
"Penelitian ini menganalisis metafora tubuh rupawan dalam artikel opini bertema bedah plastik di surat kabar daring Korea tahun 2010-2019 untuk mengungkapkan pandangan masyarakat Korea terhadap tubuh rupawan yang dikonstruksi melalui metafora. Dengan metode kualitatif, penelitian ini menggunakan data dari Chosun Ilbo, Donga Ilbo, Hankyoreh, dan Kyeonghyang Sinmun. Landasan teoretis dalam penelitian ini adalah teori metafora konseptual (Lakoff dan Johnson, 2003), skema citra (Croft dan Cruse, 2004), dan analisis metafora kritis (Charteris-Black, 2004). Hasil penelitian mengidentifikasi 7 (tujuh) ranah sumber untuk tubuh rupawan, yaitu produk hasil pabrik, senjata, pemeran utama, modal/harta, tubuh di dalam korset, tujuan perjalanan, dan bangunan hasil renovasi. Skema citra daya, identitas, ruang, skala, wadah, kesatuan dan eksistensi menjadi landasan kognitif yang mendasari produksi metafora tersebut. Surat kabar konservatif menggunakan metafora jaephum (produk) secara dominan untuk menormalisasi komodifikasi tubuh dan mendukung kebijakan pemerintah terkait bedah plastik. Sebaliknya, metafora thuja (investasi) dominan ditemukan pada surat kabar progresif untuk mengkritik ketidakadilan sistemik yang mendorong masyarakat Korea untuk melakukan bedah plastik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tubuh rupawan dipandang sebagai aset ekonomi yang dapat dimodifikasi dan berkontribusi pada pembangunan negara. Metafora tubuh rupawan pun merefleksikan nilai sosial-ekonomi Korea dan menjadi alat persuasi yang membentuk pemahaman tentang tubuh di masyarakat Korea kontemporer.

This study analyzes the metaphor of beautiful body in opinion articles on plastic surgery published in Korean online newspapers between 2010 and 2019, aiming to reveal Korean's perceptions about beautiful body constructed through metaphor. Using a qualitative method, the data were sourced from Chosun Ilbo, Donga Ilbo, Hankyoreh, and Kyeonghyang Sinmun. The theoretical framework of this research includes conceptual metaphor theory (Lakoff and Johnson, 2003), image schema (Croft and Cruse, 2004), and critical metaphor analysis (Charteris-Black, 2004). The findings identified 7 (seven) source domains for the target domain of beautiful body, namely factory product, weapon, main actor, capital/asset, body in a corset, destination, and renovated buildings. The cognitive foundation of these metaphors is grounded in the image schemas of force, identity, space, scale, container, unity, and existence. Conservative newspapers predominantly used the jaephum (product) metaphor to normalize the commodification of body and support government policies promoting plastic surgery. Conversely, progressive newspapers predominantly employed thuja (investment) metaphor to critique systemic inequities compelling individuals to undergo plastic surgery. This study concludes that the beautiful body is perceived as an economic asset, modifiable, and capable of contributing to national development. The metaphor of the beautiful body reflects Korea's socio-economic values and serves as a persuasive tool shaping societal understandings of the body in contemporary Korean society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifah Auliyatul Muslimah
"Tulisan ini menganalisis gaya berbusana ikon mode Korea Selatan, G-Dragon, yang merupakan salah satu ikon mode netral-gender di Korea. Netral-gender dalam mode diartikan sebagai ekspresi penggunaan pakaian yang tidak dibatasi oleh gender tertentu. Di Korea, wacana netral-gender dalam dunia mode tidak hanya tentang mengenakan pakaian unisex, tetapi juga tentang pemakaian pakaian laki-laki oleh perempuan dan sebaliknya. G-Dragon adalah seorang laki-laki yang sering terlihat mengenakan atribut mode untuk perempuan seperti rok, topi berbulu, sepatu dan tas khusus wanita, baik dalam kesehariannya maupun dalam acara formal seperti konser, fanmeeting, dan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan cara G-Dragon mengekspresikan wacana netral gender melalui gaya berbusananya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan penjabaran data analisis foto menggunakan teori retorika visual dan fotografi Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa G-Dragon melalui gaya berbusananya mengekspresikan wacana netral-gender dengan menyeimbangkan karakteristik mode laki-laki dan perempuan ke dalam satu tampilan. Karakteristik mode tersebut diwujudkan melalui ekspresi mode androgini, eklektisisme, sensual, dan keceriaan. Melalui tampilannya juga G-Dragon menyampaikan bahwa pria dapat menggunakan pakaian wanita dan hal itu merupakan salah satu cara mendukung kebebasan berekspresi.

This paper analyzes the style of South Korean fashion icon G-Dragon, who is one of the gender neutral fashion icons in Korea. Gender neutral in fashion is interpreted as an expression of the clothing use that is not limited by a particular gender.  In South Korea, gender neutral discourse in the fashion world is not only about wearing unisex clothing but also about men wearing women`s clothing and vice versa.  G-Dragon is a man who often seen wearing fashion attributes for women such as skirts, furry hats, shoes, and special bags for women, both in his daily life and in formal events such as concerts, fan-meeting, and others. This research paper aims to describe how G-Dragon expresses gender neutral discourse through his fashion style. This research used descriptive qualitative method with the explanation of photo analysis data using the visual and photography rhetoric theory by Barthes. The results showed that G-Dragon, through his fashion style expresses gender-neutral discourse by balancing the characteristics of male and female fashions into one appearance. The characteristics of these modes are manifested through the expression of androgynous, eclecticism, sensuality, and cheerful mode. Through his appearance G-Dragon also wanted to convey that men can wear women`s clothing and that is one way to support freedom of expression."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adriansyah
"1. Trauma laringotrakea adalah trauma yang dibatasi pada daerah laring, trakea bagian cervikal, dan esofagus.
2. Penderita terbanyak adalah laki-laki dewasa usia produktif. Diagnosis relatif mudah ditegakkan, sehingga klassifkasi menurut Fuhrman dkk tidak dipakai di Sub.Bag.Bedah Torak FKUI RSCM.
3. Pemeriksaan CT scan atau triple endoskopi ( laringoskopi, bronkoskopi, esofagoskopi ) untuk akurasi diagnosis dan mencegah ekstended eksplorasi.
4. Cedera esophagus lebih sering dijumpai pada trauma tembus tajam dengan cedera laringotrakea lebih dari setengah Iingkaran.
5. Angka morbiditas dan mortalitas tergantung pada kecepatan diagnosis dan penatalaksanaannya."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T57937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rakhmawaty
"Skripsi ini membahas fenomena meningkatnya pernikahan yeonae dan menurunnya pernikahan jungmae dalam masyarakat Korea. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya pernikahan yeonae dan menurunnya pernikahan jungmae, serta nilai-nilai yang berubah karena fenomena tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan penjelasan deskriptif. Hasil penelitian ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan fenomena meningkatnya pernikahan yeonae dan menurunnya pernikahan jungmae di Korea, antara lain konsep cinta, budaya berkencan, pentingnya pendidikan, dan majunya perekonomian Korea. Selanjutnya nilai-nilai yang berubah, yaitu munculnya perceraian, berkurangnya rasa bakti kepada orangtua, dan pernikahan dipandang sebagai pilihan.

The focus of this study is the phenomenon of the increasing yeonae marriage and the increasing jungmae marriage in Korean society. This study aimed to perceive the reasons behind the increasing yeonae marriage and the decreasing jungmae marriage, also to see the change of values in Korean society because of it. This study designed by qualitative descriptive method. The result of this research is the concept of love, dating culture, the importance of study, and the rapid growth of Korea caused the increasing of yeonae marriage and the decreasing jungmae marriage in Korea. Because of that, divorce, the decrease of filial piety, and marriage as a matter of choice happened in Korea.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pratiwi
"Korea merupakan negara yang sangat gencar mempromosikan kebudayaannya ke manca negara, tetapi di balik image Korea yang sangat menjunjung nilai-nilai ketradisionalannya itu ternyata memiliki hal yang tak terduga, sebagian besar masyarakat sudah meninggalkan tradisi dan menganut gaya hidup modern. Kita dapat melihat dari tata cara pernikahannya. Salah satu cara untuk dapat melihat perubahan yang terjadi, kita dapat melihatnya pada pernikahan modern. Penelitian ini penulis lakukan untuk menemukan sebab orang Korea meninggalkan tata cara pernikahan tradisional. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan analisis teks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Korea telah beralih ke gaya hidup modern sampai dengan tata cara pernikahan yang mereka pilih dan meninggalkan pernikahan gaya tradisional Korea yang mereka anggap rumit dan melelahkan. Selain itu, waktu yang diperlukan selama prosesi upacara pernikahan berlangsung jauh lebih singkat dari waktu pernikahan tradisional. Banyak yang berpendapat tempat pernikahan modern lebih bagus dan mewah. Namun demikian, masih ada bagian dari pernikahan tradisional yang masih dipraktekkan karena dianggap penting, seperti: sebuah tradisi pengiriman ham; meminta pendapat cenayang; dan acara pyebaek

Korea is one of the countries that excessively promotes their culture to the world. In contras, with that image Korean has something that unbelievable. Most of Korean people have left their tradition and living in the modern life. It can be seen from the wedding ceremony that used. One of the changes happened in the modern wedding ceremony. This research focus in finding the reasons why Korean people left their traditional wedding. The methods that use in this research are interview, observation, and text analysis. The result of this research conclude that Korean people change their life style and wedding ceremony from the traditional into modern one because the traditional one is too complex. The traditional wedding ceremony also take the longer time than the modern one. Korean people thinks that traditional wedding is exhausting. Many of Korean people also say that modern wedding is more sophisticated and luxurious. Although with those changes, there is still also Korean people that doing traditional activity such as sending the ham, ask the matchmaker, and pyebaek ceremony.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yayuk Fitriani
"Perkembangan teknologi dan media kini menyebabkan terjadinya perubahan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dunia industri. Bisnis mulai merambah menuju digital, baik dalam cara penjualan maupun promosi. Salah satunya muncul sektor industri E-Commerce seperti Tokopedia dan berbagai kompetitor lainnya. Dalam menghadapi persaingan bisnis tersebut setiap perusahaan berusaha melakukan strategi komunikasi terbaik untuk menarik perhatian pelanggan. Salah satu cara yang sering digunakan yaitu dengan menerapkan customer relationship management (CRM) di media sosial. CRM dapat membantu perusahaan untuk membangun hubungan baik dengan pelanggan dan mendorong customer engagement. Demi tercapainya tujuan tersebut, perusahaan biasanya bekerja sama dengan celebrity endorser agar pesan yang ingin disampaikan melalui berbagai media dapat mencapai publik yang luas. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan usaha Tokopedia dalam menerapkan CRM di media sosial Twitter dengan bantuan celebrity endorser untuk meningkatkan customer engagement. Metode yang digunakan adalah analisis konten pada akun Twitter @tokopedia. Berdasarkan analisis tersebut ditemukan bahwa akun @tokopedia telah menerapkan CRM dengan baik, namun cenderung fokus kepada marketing saja. Jenis konten yang diunggah beragam, namun jumlah dan jenis engagement dalam setiap konten berbeda-beda. Engagement tinggi umumnya ada pada konten-konten yang terkait dengan selebriti asal Korea Selatan sebagai endorser.

The rapid growth of technology and media now led to changes in various field of life, including industry. Business are starting to go digital, both in terms of sales and promotion. One of example is E-Commerce industry has emerged, such as Tokopedia and other competitiors. In facing this business competition, every company tries to implement the best communication strategy to attract customer’s attention. One method that often used is by implementing customer relationship management (CRM) on social media. CRM helps companies to build good relationships with their customers and encourage customer engagement. In order to achieve these goals, companies usually work with celebrity endorser so the messages they want to convey through various media can reach wide publics. The purpose of writing this paper is to explain Tokopedia’s efforts in implementing CRM on Twitter with the help of celebrity endorsers to increase customer engagement. The method is content analysis on @tokopedia Twitter account. Based on this analysis, the result is @tokopedia has implemented CRM quite well, but tends to focus only on marketing. The types of content uploaded vary, but the number and type of engagement in each content varies too. High engagement generally exists on content related to South Korean celebrities as endorsers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha
"Perkembangan teknologi membawa berbagai perubahan dalam lapisan masyarakat.   Dengan kemudahan mengakses internet berkecepatan tinggi dan smartphone canggih di Korea Selatan, jumlah  gamer selalu bertambah dari tahun ke tahun. Tulisan ini meneliti tentang fenomena game addiction yang terjadi di Korea Selatan dengan menekankan pada makna di balik wacana iklan layanan masyarakat terkait game addiction yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea pada tahun 2015. Metode yang digunakan adalah analisis wacana terhadap dua iklan layanan masyarakat. Keutuhan pesan iklan layanan masyarakat yang ingin disampaikan oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan bahwa fenomena game addiction harus segera dihapus dan dicegah untuk bertumbuh dalam masyarakat.
Technological developments brought about various changes in society. With the ease of accessing high-speed internet and smartphones in South Korea, the number of gamers is increasing every year. This paper examines the game addiction phenomenon that is occurring in South Korea by emphasizing the meaning behind the discourse of public service advertisement related to game addiction released by the Ministry of Health and Welfare in 2015. The method used is discourse analysis of two public service advertisements. The integrity of the message of public service advertising that the Ministry of Health and Welfare of South Korea wants to convey is that the phenomenon of game addiction must be immediately removed and prevented from growing in society"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jauza Almazhifa Sas Indirana
"Seiring dengan popularitas Korean Wave yang terus tumbuh, kini telah memasuki fase baru yang biasa disebut Hallyu 2.0 atau New Korean Wave yang menandakan penggunaan media sosial sebagai media distribusi utamanya. Makalah ini menunjukkan bagaimana media sosial digunakan untuk meningkatkan soft power Korea Selatan di era New Korean Wave dengan melakukan ringkasan komprehensif dari jurnal akademik dan bukubuku yang berhubungan dengan topik tersebut. Karena popularitasnya yang semakin meningkat, Korean Wave terbukti menjadi sumber daya budaya yang dapat meningkatkan soft power Korea Selatan dan media sosial telah berhasil membantu budaya populer Korea untuk menembus pasar global.
As the popularity of Korean Wave continuously grows, it has now entered a new commonly referred as Hallyu 2.0 or the New Korean Wave denoting the use of social media as its main medium of distribution. This paper shows how social media is being used to enhance South Korean soft power in the era of the New Korean Wave by undertaking a comprehensive summary from academic journals and books correlating with the topic. Due to its intensifying popularity outbreak, Korean Wave is proven to be a cultural resource that can increase South Korea`s soft power and social media have successfully aiding Korean popular culture to penetrate the global market."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>