Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139164 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Khumairotuz Zahra
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dengan prevalensi 88,8% dan masih menjadi masalah yang serius tidak hanya bagi perawatan kesehatan gigi, tetapi juga kesehatan secara umum. Karies gigi disebabkan oleh bakteri patogen utama dalam rongga mulut yaitu Streptococcus mutans yang memetabolisme karbohidrat menjadi asam. Selain itu, terdapat Streptococcus sanguinis yang tidak hanya merupakan bakteri komensal, tetapi juga bakteri perintis koloni yang turut berkontribusi dalam pembentukan biofilm sehingga memfasiltiasi perlekatan bakteri patogen ke permukaan gigi. Oleh karena itu, agen antibakteri terhadap karies gigi terus dikembangkan, termasuk tanaman obat. Sampai saat ini, 50% masyarakat Indonesia masih memanfaatkan tanaman obat dan 96% di antaranya merasakan manfaatnya. Salah satu tanaman obat yang terus diteliti khasiatnya adalah akar manis. Akar manis atau Glycyrrhiza glabra L. merupakan tanaman obat asli Indonesia yang dibudidayakan dalam skala besar dengan sistem budidaya yang telah dikenal oleh petani. Akar manis memiliki banyak manfaat di bidang medis, khususnya sebagai agen antibakteri. Akar manis mengandung senyawa kimia yaitu glycyrrhizin, flavonoid, tanin, saponin, dan glabridine yang diketahui memiliki efek antibakteri.
Tujuan: Menganalisis efektivitas ekstrak etanol akar manis dalam menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis, serta membandingkan efektivitas antibakterinya dengan kontrol positif (chlorhexidine).
Metode: Aktivitas antibakteri ekstrak etanol akar manis terhadap Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis dievaluasi dengan uji kadar hambat minimum (KHM) dan uji kadar bunuh minimum (KBM) dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125% (v/v). Selanjutnya, uji statistik komparasi dengan One-way ANOVA dilakukan.
Hasil: Ekstrak etanol akar manis dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans dengan nilai KHM dan KBM yaitu 6,25% dan 50%. Sementara itu, ekstrak juga dapat mengambat pertumbuhan serta membunuh bakteri Streptococcus sanguinis dengan nilai KHM dan KBM yaitu 25% dan 50%. Hasil uji statistik One-way ANOVA tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna dalam kedua kelompok (p>0.05).
Kesimpulan: Ekstrak etanol akar manis mampu menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis yang dapat berpotensi menjadi agen antibakteri terhadap karies gigi. Selain itu, tidak terdapat perbedaan efektivitas antara ekstrak etanol akar manis dengan kontrol positif (chlorhexidine).

Background: Dental caries is a major problem of oral health in Indonesia faced by 88,8% Indonesian population which poses a serious problem for dental health care as well as general health. Streptococcus mutans is the major causative pathogen of dental caries which metabolize carbohydrates into acids. In the other hand, Streptococcus sanguinis which are not only commensal bacteria, but also early colonizers contribute to the formation of biofilms thereby facilitating the adhesion of pathogenic bacteria to the tooth surface. Therefore, antibacterial agents against dental caries continue to be developed, including medicinal plants. To date, 50% of Indonesian people have been used medicinal plants and 96% of them feel the benefits. One of the medicinal plants which efficacy continues to be studied is licorice. Licorice or Glycyrrhiza glabra L. is a native Indonesian medicinal plant that has been cultivated on a large scale with cultivation system which has been known by farmers. Licorice has many benefits in the medical field, especially as an antibacterial agent. Licorice contains various chemical compounds such as glycyrrhizin, flavonoids, tannins, saponins, glabridine which are known to perform antibacterial effects.
Objective: To analyze the effectiveness of ethanol extract of licorice in inhibiting growth and killing Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis colonies and comparing the effectiveness of its antibacterial properties with the positive control (chlorhexidine).
Methods: The antibacterial activity of ethanol extract of licorice against Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis was evaluated by minimum inhibitory concentration (MIC) test and minimum bactericidal concentration (MBC) with the concentrations of 50%, 25%, 12.5%, 6, 25%, and 3.125% (v/v). Furthermore, One-way ANOVA comparative statistical test was performed.
Results: The ethanol extract of licorice inhibit growth and kill Streptococcus mutans colonies with MIC and MBC values of 6.25% and 50%, respectively. The extract can also inhibit growth and kill Streptococcus sanguinis with MIC and MBC values of 25% and 50%. The One-way ANOVA statistical test results did not show any significant difference within the two groups (p> 0.05).
Conclusions: The ethanol extract of licorice can inhibit growth and kill Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis colonies which may potentially be antibacterial agents against dental caries. In addition, there was no difference in effectiveness between ethanol extract of licorice root and positive control (chlorhexidine).
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajrina Busri
"Latar belakang: Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak etanol temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) terhadap Streptococcus mutans 25% dan 15% terhadap Streptococcus sanguinis single species (in vitro). Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis saling berkompetisi untuk memperoleh nutrisi.
Tujuan: Menganalisis efek antibakteri ekstrak etanol temulawak terhadap dual species Streptococcus in vitro.
Metode: Uji antibakteri dengan metode perhitungan koloni dan kuantifikasi dengan Real-time PCR. Analisis data menggunakan Kruskal Wallis, Mann-Whitney dan Unpaired T-test.
Hasil: KHM ekstrak etanol temulawak terhadap dual species Streptococcus 0,2% dan KBM 10%. Di dalam biofilm dual species Streptococcus, proporsi S.mutans lebih tinggi daripada S. sanguinis (p<0.05).
Simpulan: Konsentrasi efektif ekstrak etanol temulawak sebagai antibakteri terhadap S.mutans dan S.sanguinis dalam dual species lebih rendah dari pada terhadap kedua bakteri tersebut sebagai single species. Di dalam biofilm dual species, S. sanguinis lebih sensitif terhadap ekstrak temulawak daripada S.mutans.

Background: Minimal Bactericidal Concentration (MBC) of Java turmeric (Curcuma xanthorriza Roxb.) ethanol extract against Streptococcus mutans is 25% and 15% against Streptococcus sanguinis. In dental biofilm S.mutans and S.sanguinis competes each other to obtain nutrients.
Objectives: Analize the antibacterial effect of Java tumeric ethanol extract (MIC and MBC) against dual species Streptococcus in vitro.
Methods: Antibacteria activity of the extract was analyzed by measuring the growth of the bacteria after being exposed to the extract by counting colony formation and by quantifying the existing bacterial cell number using real-time PCR. Statistic analysis using Kruskal Wallis, Mann Whitney test and Unpaired t-test.
Results: The MIC of the extract was 0,2% and the MBC was 10%. After exposure of the extract to the dual species biofilm, the growth of S.mutans was higher than S.sanguinis (p<0,05).
Conclutions: Java tumeric ethanol extract is more effective against S.mutans and S.sanguinis as dual species Streptococcus than as single species. S.sanguinis is more sensitive to Java tumeric ethanol extract than S. mutans.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syafi`
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan suatu permasalahan utama mengenai kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2018 prevalensi karies di Indonesia mencapai 88,8%. Karies gigi dapat terjadi disebabkan oleh bakteri patogen Streptococcus mutans yang menjadi faktor patogen utama terbentuknya karies gigi. Karies dapat terbentuk karena terdapat peran dari bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis. Maka saat ini diperlukan pengembangan dari agen antibakteri, salah satu nya terhadap bakteri penyebab karies gigi. Pengembangan agen antibakteri yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan bahan alam sebagai agen antibakteri. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai agen antibakteri adalah kulit semangka. Kulit semangka (Citrullus lanatus) memiliki banyak manfaat di bidang medis, salah satu nya sebagai agen antibakteri. Kulit semangka ternyata mengandung bahan fitokimia seperti: flavonoid, terpenoid, tanin, saponin, dan alkanoid yang dapat berperan sebagai antibakteri. Tujuan: Mengetahui dan menganalisis efektivitas ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) serta membandingkan efektivitas ekstrak kulit semangka dengan chlorhexidine (kontrol positif). Metode: Efektivitas ekstrak kulit semangka terdapat bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) dilihat dari uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan konsentrasi ekstrak kulit semangka yang digunakan adalah 30%, 20%, dan 10%. Selanjutnya hasil tersebut dianalisis dengan uji statistik One Way Anova. Hasil: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) dengan nilai KHM 10% dan KBM 10%. Melalui uji statistik One Way Anova didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada efektivitas ekstrak kulit semangka dengan chlorhexidine (p ³ 0,05). Kesimpulan: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan bakteri serta membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) sehingga dapat menjadi agen antibakteri terhadap karies gigi.

Background: Dental caries is a major problem regarding dental and oral health in Indonesia. According to Riskesdas in 2018, caries prevalence in Indonesia reached 88.8%. Dental caries can be caused by the pathogenic bacteria Streptococcus mutans which is the main pathogenic factor for the formation of dental caries. Caries can be formed because of the role of the bacteria Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis. So now it is necessary to develop antibacterial agents, one of which is against bacteria that cause dental caries. The development of antibacterial agents can be done is to using natural ingredients as antibacterial agents. One of the natural ingredients that can be used as an antibacterial agent is watermelon peel. Watermelon peel (Citrullus lanatus) has many medical benefits, one of which is as an antibacterial agent. Watermetoln peel turns out to contain phytochemicals such as flavonoids, terpenoids, tannins, saponins, and alkaloids that can act as antibacterial. Objectives: To determine and determine the effectiveness of watermelon peel extract (Citrullus lanatus) in inhibiting the growth and killing bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) and to compare the effectiveness of watermelon peel extract with chlorhexidine (positive control). Methods: The effectiveness of watermelon peel extract contained Streptococcus mutans(ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) seen from the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test and Minimum Killing Concentration (MBC) test with concentrations of watermelon peel extract used were 30%, 20%, and 10%. Furthermore, these results were analyzed by using One Way Anova statistical test. Results: Watermelon peel extract (Citrullus lanatus) could inhibit the growth and kill the bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) with a MIC value of 10% and MBC of 10%. Through the One Way Anova statistical test, the results showed that there was no significant difference in the effectiveness of watermelon peel extract with chlorhexidine (p ³ 0.05). Conclusion: Watermelon peel extract (Citrullus lanatus) can inhibit bacterial growth and kill bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) so that it can be an antibacterial agent against dental caries."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devasya Nathania Kamilla
"Latar Belakang : Karies merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di dunia dan di Indonesia prevalensi karies mencapai 88,8%. Karies disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans, dalam rongga mulut bakteri Streptococcus mutans serotipe C mendominasi dengan jumlah 70-80%. Selain itu, Streptococcus sanguinis yang merupakan bakteri perintis koloni berkaitan erat dengan pembentukan biofilm. Menurut WHO, 80% populasi dunia masih bergantung pada obat berbahan dasar tanaman karena kurangnya biaya, lebih mudahnya akses dan efek samping. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai berbagai tanaman obat diperlukan. Salah satunya adalah Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng atau Daun Bangun-Bangun yang merupakan tanaman obat yang memiliki berbagai fungsi antara lain antimikroba. Tanaman ini juga mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti Fenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, dll yang diketahui memiliki efek antibakteri. Tujuan : Mengetahui efektivitas ekstrak Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Metode : Dilakukan uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) untuk mengetahui sifat antibakteri dari ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125% (v/v) untuk mengetahui pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Hasil : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 3,125% dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 50% dapat membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C. Sedangkan pada konsentrasi 6,25% ekstrak dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 25% dapat membunuh bakteri Streptococcus sanguinis. Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara setiap perlakuan (p<0.05). Kesimpulan : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis

Background : Caries is a disease with the highest prevalence in the world and in Indonesia the prevalence of caries reaches 88.8%. Caries is caused by Streptococcus mutans, in the oral cavity of the bacteria Streptococcus mutant serotype C dominates with an amount of 70-80%. In addition, Streptococcus sanguinis which is a primary colonizer bacteria related to the formation of biofilms. 1According to WHO, 80% of the world's population still depends on plant-based medicines due to lack of costs, easier access and side effects. Therefore, further research on various medicinal plants is needed. One of them is Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng or Daun Bangun-Bangun which is a medicinal plant that has various functions, including antimicrobial. This plant also contains various bioactive compounds such as Phenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, etc. which are known to have antibacterial effects. Objective: To determine the effectiveness of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng extract in inhibiting growth and killing Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Methods: The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimun Bactericidal Concentration (MBC) tests to determine the antibacterial properties of the ethanol extract of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng with a concentration of 50%, 25%, 12.5%, 6.25 %, and 3.125% (v/v) to determine the growth of Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Results: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract with a concentration of 3.125% inhibit the growth and at a concentration of 50% kill Streptococcus mutans serotype C. While at a concentration of 6.25% the extract inhibit the growth and at a concentration of 25% can kill Streptococcus sanguinis. The results of the One Way Anova statistical test showed a significant difference between each treatment (p <0.05). Conclusion: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract can inhibit growth and kill Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Ervintari
"Temulawak (Curuma xanthorrizaRoxb.) telah terbukti memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans (S. mutans) dan Streptococcus sanguinis(S. sanguinis) single species. S. mutans dan S. sanguinissaling berkompetisi dalam biofilm.
Tujuan: Menganalisis pengaruh ekstrak etanol temulawak terhadap viabilitas dual speciesS. mutans dan S. sanguinis pada fase pembentukan biofilm yang berbeda.
Metode: Model biofilm S. mutans dan S. sanguinis diinkubasi selama 20 jam (fase akumulasi aktif) dan 24 jam (fase maturasi) pada suhu 37oC. Kedua model biofilm dipaparkan ekstrak etanol temulawak dengan konsentrasi 0,2%-25%, klorheksidin 0,2% sebagai kontrol positif, dan kultur bakteri tanpa intervensi sebagai kontrol negatif. Viabilitas bakteri dianalisis menggunakan uji MTT.
Hasil: Ekstrak etanol temulawak menurunkan viabilitas S. mutans dan S. sanguinis secara signifikan (p<0,05) mulai konsentrasi 0,2%. Viabilitas bakteri pada biofilm dual species Streptococccus fase akumulasi aktif lebih rendah dibandingkan fase maturasi. Efek antibakteri ekstrak etanol temulawak setara dengan klorheksidin 0,2%.
Kesimpulan: Ekstrak etanol temulawak dapat menurunkan viabilitas S. mutans dan S. sanguinis pada biofilm. Efek ekstrak etanol temulawak efektif pada fase akumulasi aktif.

Curuma xanthorriza (C. Xanthorrhiza) Roxb. extract had been reportedto have antibacterial effect against Streptococcus mutans (S. mutans) and Streptococcus sanguinis (S. sanguinis)single species. S. mutans and S. sanguinis are competing in the biofilm.
Objective: To analyze the effect of C. xanthorrhiza extract onthe viability of dual species S. mutans and S. sanguinis in differrent stages of biofilm formation.
Methods: S. mutans and S. sanguinis in dual species model biofilm was incubated for 20 hours and 24 hours at 37oC and exposed by 0.2%-25% C. xanthorrhiza ethanol extract, 0.2 % Chlorhexidine as a positive control, and bacterial culture only as a negative control. The viability of the bacteria was analyzed using the MTT assay.
Results: The java turmeric ethanol extract decreased the S. mutans and S. sanguinis viability significantly (p<0.05 ) started from concentrations 0.2%. The viability of bacteria in dual species biofilms Streptococccus in the active accumulation phase is lower than in the maturation phase. The antibacterial effect of C. xanthorrhiza ethanol extract is equivalent to 0.2% Chlorhexidine.
Conclusion: The C. xanthorrhiza ethanol extract can reduce the viability of S. mutans and S. sanguinis in the biofilm. The effectivity of C. xanthorrhiza ethanol extract is higher in the active accumulation phase.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Timothy Aholiab Dien
"Latar Belakang: Kesehatan gigi dan mulut masih menjadi suatu permasalahan utama di Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2018 sebanyak 57,6% orang Indonesia memiliki permasalahan gigi dan mulut.Dalam risetnya, Prevalensi karies di Indonesia mencapai 88,8%. Faktor utama yang dapat menyebabkan permasalahan ini ialah bakteri patogen dalam rongga mulut, salah satunya yang paling patogenik ialah Streptococcus mutans. Karies terjadi ketika terjadi disbiosis dalam rongga mulut, yaitu ketika jumlah Streptococcus mutans berlebih sehingga menyebabkan kondisi asam pada rongga mulut. Tidak hanya menguntungkan bagi Streptococcus mutans, bakteri non-patogenik seperti Staphylococcus aureus akhirnya dapat memperburuk kondisi karies. Secara kimiawi, obat kumur Klorheksidin telah dimanfaatkan sebagai antibakteri yang secara akut dapat mengurangi jumlah bakteri rongga mulut. Tetapi dalam pemakaiannya ternyata klorheksidin menyebabkan efek samping jika dipakai untuk jangka panjang. Maka saat ini diperlukan pengembangan dari agen menggunakan herbal atau bahan alam. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai agen antibakteri adalah Paku Acel. Kandungan yang terdapat daun paku acel yaitu terdapat flavonoid, terpenoid, tanin, saponin, dan alkanoid yang dapat berperan sebagai antibakteri. Tujuan: Mengetahui dan menganalisis efektivitas ekstrak daun paku acel (Nephrolepis cordifolia) dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus serta membandingkan efektivitas ekstrak daun paku acel dengan chlorhexidine (kontrol positif). Metode: Efektivitas ekstrak daun paku acel terdapat bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus dilihat dari uji Kadar Hambat Minimum (KHM) mikrodilusi dengan ELISA Reader dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan konsentrasi ekstrak daun paku acel yang digunakan adalah 50%, 25%,12,5%, 6,25%, 3,25% Selanjutnya hasil tersebut dianalisis dengan uji statistik One Way Anova. Hasil: Ekstrak daun paku acel (Neprolephis cordifolia) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus dengan nilai KHM 12,5% dan 6,25% secara berurutan. Melalui uji statistik One Way Anova didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna pada efektivitas ekstrak daun paku acel dengan chlorhexidine (p < 0,05). Kesimpulan: Ekstrak daun paku acel (Nephrolepis cordifolia) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus sehingga dapat menjadi agen antibakteri yang efektif terhadap karies gigi tetapi kemampuannya masih dibawah klorheksidin

Background: Dental and oral health is still a major problem in Indonesia. According to Riskesdas in 2018 as many as 57.6% of Indonesians had dental and mouth problems In his research, the prevalence of caries in Indonesia reached 88.8%. The main bacterial factors that can cause this problem are pathogens in the oral cavity, one of the most pathogenic is Streptococcus mutans. Caries occur when dysbiosis occurs in the oral cavity, namely when the amount of Streptococcus mutans is excessive, causing an acidic condition in the oral cavity. Not only beneficial for Streptococcus mutans, but non-pathogenic bacteria such as Staphylococcus aureus can also finally oppose caries conditions. Chemically, Clorhexidine mouthwash has been used as an antibacterial which can acutely reduce the number of bacteria in the oral cavity. But in its use it turns out that Clorhexidine causes side effects if used for the long term. So at this time it is necessary to develop agents using herbs or natural ingredients. One of the natural ingredients that can be used as an antibacterial agent is Erect Sword Fern. Erect Sword Fern or Nephrolepis cordifolia has many benefits in the medical field, one of which is as an antibacterial agent. Objectives: To determine and analyze the effectiveness of acel nail extract (Nephrolepis cordifolia) in inhibiting the growth and killing of Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus bacteria colonies and to compare the effectiveness of acel nail extract with chlorhexidine (positive control). Method: The effectiveness of acel fern leaf extract contained Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus as seen from the microdilution Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test with ELISA Reader and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) test with the concentration of acel fern leaf extract used was 50%, 25%, 12.5%, 6 .25%, 3.25% Then the results were analyzed with the One Way Anova statistical test. Results: Leaf extract of Erect Sword Fern (Neprholepis cordifolia) only can inhibit growth Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus bacteria with MIC values ​​of 12,5% and 6,25%. Through the One Way Anova statistical test, it was found that there was a significant difference in the effectiveness of Erect Sword Fern leaf extract and Clorhexidine (p <0.05). Conclusion: Erect Swordfern leaf extract (Nephrolepis cordifolia) can inhibit bacterial growth Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus bacteria so that it can be an effective antibacterial agent against dental caries but its ability is still below Clorhexidine
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Maureen Senjaya
"Latar Belakang: Propolis merupakan bahan alami yang mulai digemari dalam kedokteran gigi. Secara komersial, propolis dapat dijadikan dalam bentuk obat kumur. Sifat anti-bakterial pada propolis memiliki efek kariostatik sehingga mampu untuk mencegah proses terjadinya karies. Bakteri Streptococcus sanguinis adalah bakteri komensal yang ditemukan pada rongga mulut yang dikaitkan dengan biofilm sehat. Sedangkan, bakteri penyebab utama karies adalah Streptococcus mutans. Keduanya berinteraksi secara antagonis, dimana rasio kedua bakteri pada rongga mulut diyakini dapat menentukan tingkat terjadi karies seseorang.
Tujuan: Menetapkan pengaruh pemberian obat kumur propolis 5% terhadap pertumbuhan biofilm dan interkasi pada biofilm dual-spesies Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis. 
Metode: Digunakan uji Crystal Violet untuk menentukan massa dan persentase pertumbuhan biofilm, serta persentase inhibisi obat kumur propolis 5%. 
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna pada massa biofilm yang terbentuk antara intervensi obat kumur propolis 5% dibandingkan kontrol negatif.
Kesimpulan: Terdapat interaksi antagonis antara bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis, serta tidak adanya pengaruh pemberian obat kumur propolis 5% terhadap interaksi antagonis kedua bakteri. Obat kumur propolis 5% mampu menurunkan massa biofilm dual-spesies Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis. Akan tetapi, obat kumur propolis 5% tidak dapat menghentikan pertumbuhan biofilm dual-spesies tersebut.

Introduction: Propolis is a natural substance that’s gaining popularity in dentistry. Commercially, propolis can be used in the form of mouthwash. The anti-bacterial properties of propolis have a cariostatic effect to prevent caries. Streptococcus sanguinis bacteria are commensal bacteria found in the oral cavity. Meanwhile, the main cause of caries is Streptococcus mutans. Both of them interact antagonistically, where the ratio of the two in the oral cavity is believed to determine the level of caries occurrence of a person. 
Objective: To determine the effect of 5% propolis mouthwash on biofilm growth and interactions in dual-species Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis biofilms. 
Method: The Crystal Violet Assay was used to determine the mass and proportion of biofilm growth, as well as the percentage of inhibition of 5% propolis mouthwash. 
Results: There was no significant difference in the mass of the biofilm formed between the 5% propolis mouthwash intervention and the negative control. 
Conclusion: There is an antagonistic interaction between Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis bacteria, and there is no effect of 5% propolis mouthwash on this interaction. 5% propolis mouthwash was able to reduce biofilm mass of dual-species Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis biofilms. However, 5% propolis mouthwash could not stop the growth of the dual-species biofilm.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vaza Nadia Zairinal
"Ekstrak daun sukun memiliki efek antibakteri. S. sanguinis diketahui sebagai bakteri yang berperan pada pembentukkan awal plak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi antibakteri ekstrak daun sukun terhadap viabilitas biofilm S. sanguinis secara in vitro. Bakteri S. sanguinis ATCC 10556 dikultur pada 96-well plate dan diinkubasi 370C selama 20 jam (fase akumulasi) dan 24 jam (fase maturasi) kemudian dipaparkan ekstrak daun sukun dengan konsentrasi 5; 10; 15; 20; 40; 80; dan 100%. Viabilitas biofilm S. sanguinis diuji menggunakan MTT assay dengan panjang gelombang 490 nm. Hasil dianalisis dengan one-way ANOVA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan bermakna viabilitas S. sanguinis setelah pemaparan dengan ekstrak daun sukun pelbagai konsentrasi pada fase akumulasi dan fase maturasi dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0.05). Viabilitas S. sanguinis setelah pemaparan ekstrak daun sukun konsentrasi 20; 80; dan 100% pada fase akumulasi lebih rendah dibandingkan fase maturasi.

Breadfruit leaf?s extract has a function as antibacterial. S. sanguinis is known as an early agent of formation of bacterial plaque.This research had purpose to analyze the antibacterial effect of breadfruit leaf?s extract against S. sanguinis growth. S. sanguinis ATCC 10556 were cultured in 96-well plate and incubated for 20 hours (accumulation phase) at 37 and 24 hours (maturation phase) then added breadfruit leaf?s extract concentrations 5; 10; 20; 40; 80; and 100%. Viability test was using MTT assay with wavelength of 490 nm. The results were analyzed by one-way ANOVA. The results showed that the viability of S. sanguinis after breadfruit leaf?s extract exposured in all concentrations on accumulation and maturation phase was lower than the control group (p<0.05). The viability of S. sanguinis after added breadfruit leaf?s extract concentration 20; 80; and 100% on accumulation phase was lower than maturation phase."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S44300
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Rezka Nur Alima
"Periodontitis merupakan penyakit gigi dan mulut yang dipicu inflamasi kronis serta menjadi sebab utama kehilangan gigi. Bakteri Porphyromonas gingivalis merupakan komponen prominen pada etiologi periodontitis kronis yang membentuk “red complex” bersama dengan bakteri T. forysthia dan T. denticola. Porphyromonas gingivalis secara lokal dapat menginvasi jaringan periodontal dan menurunkan mekanisme pertahanan host, sementara Streptococcus sanguinis merupakan bakteri komensal oral yang berperan sebagai bakteri pioner kolonisasi bakteri pada pembentukan biofilm. Salah satu tanaman yang memiliki nilai ethnomedis dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri adalah daun sirsak (Annona muricata L.) dengan senyawa aktif seperti alkaloid, fenol, flavanoid, dan tannin. Tujuan : Mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun sirsak terhadap bakteri Poprhyromonas gingivalis dan Streptococcus sanguinis. Metode : Ekstrak etanol daun sirsak disiapkan pada berbagai konsentrasi v/v (60%,50%,25%,12,5%,6,25%,3,125%), lalu dilakukan Uji Kadar Hambat Mininum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) pada bakteri P. gingivalis dan S. sangunis. Hasil Penelitian : Nilai KHM pada bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis ditetapkan pada konsentrasi ekstrak 25% dan 12,5%, sementara KBM pada bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis adalah 50% dan 60%. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar hambat pada kelompok perlakuan bakteri P.gingivalis dan S.sanguinis dengan kontrol positif CHX 0,2% dengan uji Post-Hoc Tukey (p≤0.05). Kesimpulan : Ekstrak etanol daun sirsak efektif menghambat dan membunuh bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis.

Periodontitis merupakan penyakit gigi dan mulut yang dipicu inflamasi kronis serta menjadi sebab utama kehilangan gigi. Bakteri Porphyromonas gingivalis merupakan komponen prominen pada etiologi periodontitis kronis yang membentuk “red complex” bersama dengan bakteri T. forysthia dan T. denticola. Porphyromonas gingivalis secara lokal dapat menginvasi jaringan periodontal dan menurunkan mekanisme pertahanan host, sementara Streptococcus sanguinis merupakan bakteri komensal oral yang berperan sebagai bakteri pioner kolonisasi bakteri pada pembentukan biofilm. Salah satu tanaman yang memiliki nilai ethnomedis dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri adalah daun sirsak (Annona muricata L.) dengan senyawa aktif seperti alkaloid, fenol, flavanoid, dan tannin. Tujuan : Mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun sirsak terhadap bakteri Poprhyromonas gingivalis dan Streptococcus sanguinis. Metode : Ekstrak etanol daun sirsak disiapkan pada berbagai konsentrasi v/v (60%,50%,25%,12,5%,6,25%,3,125%), lalu dilakukan Uji Kadar Hambat Mininum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) pada bakteri P. gingivalis dan S. sangunis. Hasil Penelitian : Nilai KHM pada bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis ditetapkan pada konsentrasi ekstrak 25% dan 12,5%, sementara KBM pada bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis adalah 50% dan 60%. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar hambat pada kelompok perlakuan bakteri P.gingivalis dan S.sanguinis dengan kontrol positif CHX 0,2% dengan uji Post-Hoc Tukey (p≤0.05). Kesimpulan : Ekstrak etanol daun sirsak efektif menghambat dan membunuh bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Warda Zulfikar
"Daun Sukun memiliki efek antibakteri. S.mutans berperan dalam pembentukan biofilm. Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi ekstrak daun Sukun terhadap viabilitas S.mutans secara in vitro. S.mutans ATCC 25175 dikultur, diinkubasi 20 jam (fase akumulasi) dan 24 jam (fase maturasi), kemudian dipaparkan ekstrak Daun Sukun 5;10;20;40;80;100%. Uji viabilitas menggunakan MTT assay, dianalisis dengan one-way ANOVA. Terdapat penurunan bermakna viabilitas S.mutans fase 20 jam setelah pemaparan ekstrak daun Sukun pada semua konsentrasi, dan fase 24 jam hanya konsentrasi 5% terjadi peningkatan bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0.05). Viabilitas biofilm S.mutans pada kelompok perlakuan fase 20 jam lebih rendah dibandingkan fase 24 jam.

Breadfruit leaf's has an antibacterial property. S.mutans has a function to form biofilm. The purpose of this study was to analyze the potential of breadfruit leaf’s extract toward the viability of S.mutans in vitro. S.mutans ATCC 25175 were cultured and incubated for 20 hours (accumulation phase) and 24 hours (maturation phase). Then added with the following breadlfruit leaf’s concentration :5;10;20;40;80;100%. The viability test was using MTT assay and would be analyzed by one-way ANOVA. There was significant decreased of the viability biofilm S.mutans on 20 hours phase after had been added the various concentration of bread fruit leaf’s extract, and on 24 hours phase only concentration 5% viability had increased significantly compared to the control group (p <0.05). The Viability biofilm S.mutans on 20 hours phase for all treatment group was lower than 24 hours phase."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S44947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>