Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194325 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurwidyawati Purnaningrum
"ABSTRAK
Anak dengan sindrom Down merupakan anak yang mengalami beberapa keterbatasan yang berdampak terhadap kemandirian. Anak dengan sindrom Down memiliki ketergantungan pada ibunya, sehingga seorang ibu memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan pola asuh yang tepat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan pola asuh ibu terhadap kemandirian perawatan diri pada anak sindrom Down. Penelitian ini menggunakana metode kuantitatif cross sectional. Responden yang didapat dalam penelitian ini sebanyak 38 orang. instrumen yang digunakan adalah kuesioner The Pediatric Evaluation of Disability Inventory PEDI dan kuesioner pola asuh. Hasil pengolahan data dengan menggunakan uji Fisher rsquo;s Exact didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan pola asuh ibu dengan kemandirian perawatan diri anak dengan sindrom Down di Kabupaten Bekasi p= 0,364 >? 0,05 . Tidak ada hubungan kemandirian perawatan diri dengan karakteristik anak usia, jenis kelamin dan kognitif anak >? 0,05 . Selain itu juga tidak didapatkan hubungan antara pola asuh ibu dengan karakteristik ibu usia, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan . Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor internal dalam anak dan ibu tidak mempengaruhi pemberian pola asuh dan kemandirian perawatan diri anak. Studi ini memberikan gambaran baru tentang kemandirian anak dengan sindrom Down dan pola asuh ibu. Diharapkan kedepannya ibu melatih kemampuan lain yang sesuai dengan potensi anak seperti dalam komunikasi atau kehidupan sosial.

ABSTRACT<>br>
Children with Down syndrome are children who experience some limitations that affect the independence. Children with Down syndrome have a dependence on their mother, so a mother has a very important role in providing proper parenting. This study was conducted to see the relationship of mother 39 s parenting to self reliance self care in children with Down syndrome. This research used quantitative cross sectional method. Respondents obtained in this research were 38 samples. The tools used to obtain the data are The Pediatric Evaluation of Disability Inventory PEDI questionnaires and parenting style questionnaires. Results of data processing using Fisher 39 s Exact Test is p 0.364 0.05. There is no relationship between mother 39 s parenting style and children self care with Down syndrome in Bekasi District. There is no relationship between self chldren with children characteristic age, gender and cognitive p 0,05 . However there is no relationship between mother parenting style with mother characteristic age, education, job, and family income p 0,05 .It can be concluded that internal factors in children and mothers do not affect the provision of parenting and children. This study provides a new picture of self care on children with Down syndrome and mother 39 s parenting style. It is expected that in the future Family train another activities that suitable with potention of the children like in comunincation and social life. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Manurung, Pebrina
"WHO memperkirakan terdapat 8 juta penderita Down syndrome di dunia. Spesifiknya, ada 3.000-5.000 anak lahir mengidap kelainan kromosom per tahunnya. Down syndrome menimpa satu di antara 700 kelahiran hidup atau 1 diantara 800-1000 kelahiran bayi. Kejadian down syndrome bertambah sesuai dengan meningkatnya usia ibu hamil. Berdasarkan data Riskesdas, terdapat 0,12% penderita down syndrome pada 2010. Berdasarkan data Riskesdas, terdapat 0,12% penderita down syndrome pada 2010. Angka itu meningkat jadi 0,13% di 2013 dan data terbaru meningkat menjadi 0,21% pada 2018. Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak down syndrom. Pada ibu yang berusia lebih dari 35 tahun, insidensi meningkat sampai 1 dari 300 kelahiran. Sedangkan pada ibu usia di atas 40 tahun, insidensi meningkat secara drastis mencapai 1 dari 10 kelahiran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia ibu saat hamil dengan kejadian down syndrome pada anak usia 0 – 59 bulan di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2018. Peneliti menggunakan desain studi cross-sectional menggunakan data sekunder dari survei Riskesdas 2018. Jumlah sampel 73.200 responden. Analisis yang digunakan uji regresi logistik biner. Signifikan secara statistik hubungan antara usia ibu saat hamil dengan kejadian down syndrome pada anak usia 0-59 bulan di Indonesia berdasarkan data Riskesdas dengan p-value = 0,000 dan POR 0,942 atau 1 (95% CI 0,918 – 0,967). Perlu dilakukan edukasi kepada wanita produktif mengenai risiko kehamilan di usia tua.

.WHO estimates that there are 8 million people with Down syndrome in the world. Specifically, there are 3,000-5,000 children born with chromosomal abnormalities per year. Down syndrome affects one in 700 live births or 1 in 800-1000 babies. The incidence of Down syndrome increases with the increasing age of pregnant women. Based on Riskesdas data, there were 0.12% of people with Down syndrome in 2010. Based on Riskesdas data, there were 0.12% of people with Down syndrome in 2010. The rate increased to 0.13% in 2013 and the latest data increased to 0.21% in 2018. The specific cause is not yet known, but pregnancy by mothers over the age 35 years of high risk of having Down syndrome children. In mothers over 35 years of age, the incidence increases to 1 in 300 births. Meanwhile, for mothers over 40 years of age, the incidence increases drastically, reaching 1 in 10 births. This study aims to determine the relationship between maternal age at pregnancy and the incidence of Down syndrome in children aged 0-59 months in Indonesia based on 2018 Riskesdas data. Researcher used a cross-sectional study design using secondary data from the 2018 Riskesdas survey. The total sample was 73,200 respondents. The analysis used binary logistic regression test. Statistically significant relationship between maternal age at pregnancy and the incidence of Down syndrome in children aged 0-59 months in Indonesia based on Riskesdas data with p-value = 0,000 and POR 0.942 or 1 (95% CI 0.918 - 0.967). It is necessary to educate productive women about the risks of pregnancy at old age"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Isabella Hotmidatua
"Sindroma Down adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh trisomi kromosom 21. Anak dengan sindroma Down memiliki kondisi rongga mulut yang beragam dan memiliki masalah kesehatan oral seperti karies dan penyakit periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian karies pada anak dengan sindroma Down usia 14 tahun ke atas di SLB C Jakarta. Subjek penelitian berasal dari 43 SLB C di Jakarta. Total subjek adalah 174 anak dengan sindroma Down usia 14 sampai 53 tahun. Pemeriksaan karies dilakukan dengan pemeriksaan klinis menggunakan indeks DMF-T. Hasil penelitian ditemukan indeks DMF-T 5,90 pada total subjek dengan prevalensi karies sebesar 84,48 . Kesimpulan studi ini adalah terdapat tingkat kejadian karies yang tinggi pada anak dengan sindroma Down usia 14 tahun ke atas di SLB C Jakarta dengan indeks DMF-T sebesar 5,90."

Down syndrome is a genetic disorder caused by trisomy of chromosome 21. Down syndrome children have variety of oral characteristics and have oral problem such as caries and periodontal disease. The aim of this study is to know frequency distribution of caries in Down syndrome children aged 14 years and over in SLB C Jakarta. Subjects of this study are from 43 SLB C in Jakarta. Total of subjects are 174 Down syndrome children aged 14 to 53. Caries examination was done by clinically using DMF T index. The result of this study is 5,90 DMF T index in total subject population with 84,48 caries prevalence. This study conclude that Down syndrome children aged 14 years and over in SLB C Jakarta have high caries experience with DMF T index scored 5,90."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngakan Nyoman Rai Bawa
"Prevalensi Sindrom Koroner Akut (SKA) yang merupakan penyakit jantung iskemik paling kritis menjadi sumber utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, meningkat secara signifikan setiap tahunnya di Indonesia termasuk Bali pada kelompok usia dewasa muda. Identifikasi faktor resiko yang bisa dimodifikasi seperti kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol dan makanan olahan yang membudaya menjadi bagian penting untuk pembuatan strategi pencegahan primer, terjadinya serangan dan pencegahan sekunder mengurangi readmision. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor yang dapat dimodifikasi berhubungan dengan kejadian SKA usia dewasa muda di Bali. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain cross sectional dengan studi deskriptif-analitik, dan teknik consecutive sampling pada 150 responden sesuai kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara Hipertensi, Diabetes Mellitus, Dislipidemia, Hiperuresemia, Diet, Aktivitas fisik, Obesitas, Merokok, Konsumsi Alkohol, Stres, dan Kualitas Tidur. Faktor yang paling berhubungan dengan kejadian SKA pada dewasa muda di Bali adalah Hipertensi (OR=6,785). Rekomendasi diharapkan penelitian lanjutan terkait faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian SKA dewasa muda di Bali seperti kardiososial serta strategi pencegahan dan pengendalian berbasis budaya Bali.

The prevalence of acute coronary syndrome (ACS), which is the most critical ischemic heart disease and the main source of morbidity and mortality in the world, it increases significantly every year in Indonesia, including young adult in Bali. Modifiable risk factors, such as the habit smoking habits, consuming alcohol drinks and processed foods is an important part of primary prevention strategy of attacks and secondary prevention of reducing readmissions. This study aims to identify modifiable factors that are associated with the incidence of acute coronary syndrome (ACS) in young adults in Bali. This quantitative research used a cross-sectional design with a descriptive-analytic study and a consecutive sampling technique on 150 respondents according to the inclusion criteria. Data analysis used descriptive analysis, chi-square test, and logistic regression. The results showed that there was a significant association between Hypertension, Diabetes Mellitus, Dyslipidemia, Hyperurecemia, Diet pattern, Physical activity, Obesity, Smoking, Alcohol consumption, Stress, and Sleep Quality. The most factor associated with the incidence of ACS in young adults in Bali is hypertension (OR=6.785). Recommendations for further research regarding other factors that can affect the incidence of ACS such as cardio-social in young adults in Bali as well as prevention and control strategies based on Balinese culture."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Okta Rizkiani
"Sindrom metabolik merupakan istilah untuk sekumpulan faktor risiko penyakitjantung dan diabetes mellitus. Pekerja memiliki perilaku pola hidup dan pola kerjayang bervariasi yang berisiko menyababkan sindrom metabolik. Penelitian inidilakukan untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrommetabolik pada pekerja tambang. Design penelitian cross sectional digunakandengan menganalisis data hasil kuesioner pola hidup dan pola kerja dan MedicalCheck Up yang meliputi Obesitas Sentral, Trigliserida, HDL, Tekanan Darah danGula Darah Puasa. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan yangsignifikan antara faktor aktivitas fisik p value 0,032; OR 3,030 dan riwayatpenyakit pada orang tua p value 0,026; OR 0,282 dengan sindrom metabolikyang dialami pekerja. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antarapengetahuan, durasi kerja, shift kerja, durasi tidur, dan pola makan dengansindrom metabolik. Upaya promotif dan preventif perlu dilakukan untukmencegah terjadinya sindrom metabolik populasi pekerja.

Metabolic syndrome is a term for risk factors for heart disease and diabetesmellitus. Workers have different lifestyle behaviors and work patterns that cancausing metabolic syndrome. This study was conducted to explain the factorsrelated with metabolic syndrome in miner workers. Cross sectional design is usedby analyzing lifestyle and work patterns questionnaire and Medical Check Up datawhich includes Central Obesity, Triglycerides, HDL, Blood Pressure and FastingBlood Sugar. Based on the research results, there were significant relationshipbetween physical activity factor p value 0,032, OR 3,030 and parents rsquo history ofdisease p value 0,026 OR 0,282 with metabolic syndrome. No significantrelationship was found between knowledge, work duration, shift work, sleepduration, and diet pattern with metabolic syndrome. Promotion and preventivecontrols are needed to prevent the metabolic syndrome in population."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maisya Putri Nibenia
"Anak down syndrome dengan keterbatasanya mendapatkan perhatian yang lebih banyak dari orang tua dibandingkan sibling. Perbedaan perlakuan antar anak oleh orang tua dapat mempengaruhi hubungan antar saudara dan pola asuh yang dilakukan orang tua juga dapat mempengaruhi dimensi hubungan yang berkaitan dengan kualitas sibling relationships. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pola asuh orang tua dengan sibling relationship pada anak down syndrome. Penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional pada 60 responden orang tua yang dipilih melalui teknik cluster sampling menggunakan instrumen Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ) dan Sibling Relationship Questionnaire (SRQ). Hasil penelitian menunjukan 73.9% responden menerapkan pola asuh autoritatif dan 61.67% terbentuk sibling relationship positif antara anak down syndrome dan sibling. Hasil analisis bivariat uji fisher exact memperoleh hasil p value <0.001 (<0.05). Hasil ini menunjukan adanya hubungan pola asuh orang tua dengan sibling relationship pada anak down syndrome. Peneliti merekomendasikan mengikutsertakan sibling dalam penelitian selanjutnya untuk melengkapi data dari sisi sibling.

Children with Down syndrome with their limitations get more attention from their parents than their siblings. Differences in treatment between children by parents can affect the relationship between siblings and parenting style by parents can also affect the dimensions of the relationship related to the quality of sibling relationships. This study aims to identify the relationship between parenting style and sibling relationship in children with Down syndrome. The study used a cross-sectional approach to 60 parent respondents who were selected through a cluster sampling technique using the Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ) and Sibling Relationship Questionnaire (SRQ) instruments. The results showed that 73.9% of respondents adopted authoritative parenting and 61.67% formed a positive sibling relationship between children with Down syndrome and siblings. The results of the bivariate analysis of the Fisher's exact test obtained a p value <0.001 (<0.05). These results indicate that there is a relationship between parenting style and sibling relationship in children with Down syndrome. Researchers recommend including sibling in future research to complete data from sibling side."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyandra Parikesit
"Penelitian ini dibuat untuk mengevaluasi hubungan antara LUTS/BPH dan sindrom metabolik pada pria Indonesia. Dua ratus dua puluh tujuh pasien dengan BPH diinklusi dalam penelitian ini. Pengukuran indeks masa tubuh, lingkar perut, volume prostat, dan international prostate symptom score (IPSS) dilakukan pada semua pasien. Berbagai pemeriksaan laboratorium seperti prostate specific antigen, gula darah puasa, trigliserida, lipoprotein densitas tinggi telah diuji. Diagnosa sindrom metabolik disesuaikan dengan kriteria dari The National Cholesterol Education Program (NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III). IPSS disubkategorikan menjadi nilai keluhan obstruktif dan iritatif dan sindrom metabolik di kelompokkan sesuai dengan jumlah komponen kriteria (kurang dari 3, 3, 4, dan 5). Uji korelasi Spearman digunakan untuk menganalisa hubungan antara seluruh data kontinyu. Nilai rerata antara kelompok faktor resiko dianalisa menggunakan One-way ANOVA untuk data dengan nilai distribusi normal dan Kruskall Wallis untuk data dengan nilai distribusi tidak normal. Pada penelitian ini didapatkan sindrom metabolik pada 87 pasien (38.3 %). Pasien dengan sindrom metabolik memiliki nilai indeks masa tubuh, lingkar perut, tekanan darah sistolik, trigliserida, gula darah puasa, gejala iritatif, dan total IPSS lebih tinggi, dan lipoprotein densitas tinggi lebih rendah secara signifikan. Pasien dengan obesitas sentral memiliki resiko mengalami gejala LUTS/BPH sedang-berat lebih tinggi secara signifikan (RR 1.16, 95% CI: 1.01-1.4, p = <0.05) dan resiko memiliki nilai PSA yang tinggi (PSA ³ 20) (RR 0.41, CI 95%: 0. 23 -0.74, P = <0.001). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sindrom metabolik memiliki dampak yang terbatas terhadap gejala LUTS/BPH pada pria Indonesia. Hubungan dan peningkatan resiko gejala LUTS/BPH hanya terlihat pada pasien dengan obesitas sentral.

This paper was made to evaluate the association between LUTS/BPH and MetS in Indonesian men. A total of 227 patients with histologic proven BPH were included in this study. Body mass index (BMI), waist circumference (WC), prostate volume, and international prostate symptom score (IPSS) were measured. Prostate specific antigen (PSA), fasting blood glucose (FBG), triglyceride (TG), high density lipoprotein (HDL) were tested. MetS were diagnosed using The National Cholesterol Education Program (NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III). IPSS was subcategorized as irritative and obstructive scores and patients were classified into 4 groups according to the number of exhibited MetS components (less than 3, 3, 4, and 5). Spearman s correlation were used to analyses the association between all continuous variable. Mean difference between risk factor groups were analysed using One-way ANOVA for normally distributed variables and Kruskall Wallis for abnormally distributed variables. In this paper, MetS was diagnosed in 87 patients (38,3%). Patients with MetS have significantly higher BMI, WC, systolic blood pressure, triglyceride, fasting blood glucose, IPSS irritative score, total IPSS score, and lower HDL cholesterol. Patients with central obesity have significantly higher risk of having moderate-severe LUTS (RR 1.16, 95% CI: 1.01 -1.4, p = <0.05) and decreased risk in developing higher PSA level (PSA ³ 20) (RR 0.41, CI 95%: 0. 23-0.74, P = <0.001). From this paper we could conclude that MetS has limited impact towards LUTS/BPH in Indonesian men. Association and increase risk of LUTS/BPH were only seen in patients with central obesity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Devy Aryanti
"Sindrom Down merupakan kelainan genetik yang dikarakteristikkan dengan keterlambatan perkembangan yang dapat mempengaruhi kemandirian anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemandirian dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari pada anak dengan sindrom Down usia sekolah dan remaja dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif non-eksperimen. Responden penelitian berjumlah 43 orang tua/ pengasuh anak dengan sindrom Down di Kota Depok.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas anak berada dalam kategori mandiri sebagian: 31 anak (72,1%); selebihnya mandiri total: 7 anak (16,3%) dan ketergantungan total: 5 anak (11,6%). Untuk itu, diperlukan pendidikan kesehatan dan dukungan emosional bagi keluarga, untuk mencapai kemandirian yang optimal pada anak dengan sindrom Down.

Down syndrome is a genetic disorder which characterized by lack of developmental that may affect the child's independence. This study aims to determine the level of independence of child with Down syndrome in school age and adolescents. This study used descriptive quantitative non-experimental approach with 43 parents or caregivers of child with Down syndrome in Depok.
The result showed that the majority of respondents belongs to modified independence: 31 children (72,1%), while respondents who belongs to total independence: 7 children (16,3%) and total dependence: 5 children (16,3%). For the reason, health education and emotional support for families is needed to achieve optimum independence in children with Down syndrome.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudianita Kesuma
"Irritable Bowel Syndrome (IBS) merupakan penyakit terbanyak pada anak dan remaja pada gangguan saluran cerna fungsional dengan subtipe diare, konstipasi, campuran dan unclassified. Mekanisme patofisiologi belum jelas dan memerlukan pembuktian adanya keterlibatan organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui epidemiologi IBS, peran infestasi Blastocystis hominis dan integritas mukosa usus dalam etiopatogenesis IBS, dampak IBS terhadap kualitas hidup, serta membuat sistem model prediksi IBS pada remaja.
Penelitian ini berbasis komunitas dengan pendekatan potong lintang komparatif dua kelompok pada remaja dari enam SMA di Palembang. Kriteria Roma III digunakan untuk menegakkan diagnosis IBS beserta kuesioner untuk menentukan faktor risiko. Secara multistage random sampling dibandingkan 70 subjek IBS dan 70 subjek nonIBS. Dilakukan pencatatan riwayat medis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan parasit dan biomarker tinja serta kuesioner IBSQOL. Pemeriksaan tinja segar dengan mikroskop untuk mengetahui infestasi Blastocystis hominis. Pemeriksaan kadar alfa-1 antitripsin dan kalprotektin tinja dengan ELISA untuk melihat adanya gangguan integritas mukosa usus. Dampak IBS terhadap kualitas hidup dinilai dengan kuesioner IBSQOL.
Terdapat 454 subjek dengan prevalens IBS 30,2%, terdiri dari subtipe terbanyak yaitu subtipe diare 36,5%, dan yang paling sedikit subtipe konstipasi 18,9%. Uji regresi logistik mendapatkan faktor risiko utama IBS adalah dibully, perempuan, usia 14-16 tahun, riwayat konstipasi, makan tiga jenis kacang, minuman kemasan, dan riwayat diare (kisaran OR 2,86-1,81). Blastocystis hominis ditemukan pada masing-masing grup sebesar 51,4 vs. 28,6%, dengan perbedaan bermakna (p = 0,006). Tidak ada hubungan bermakna untuk kerusakan mukosa (p = 0,734), tetapi bermakna dengan inflamasi usus (p = 0,039). Terbukti IBS secara bermakna menyebabkan rendahnya kualitas hidup (p = 0,001). Didapatkan 2 model prediksi skoring, yaitu model 1 yang dapat diaplikasikan pada layanan kesehatan primer yang bertujuan sebagai uji tapis dengan menilai faktor risiko. Model 2 diperuntukkan sebagai layanan terapi terkait infestasi Blastocystis pada layanan kesehatan tersier.
Simpulan, prevalens IBS pada remaja di Palembang tinggi dan memiliki faktor risiko utama dibully, perempuan, usia 14-16 tahun, riwayat konstipasi, makan 3 jenis kacang, minuman kemasan, riwayat diare. Terdapat hubungan yang bermakna antara Blastocystis hominis dan inflamasi usus dengan kejadian IBS pada remaja, serta dampaknya terhadap kualitas hidup membutuhkan penanganan yang komprehensif.

Irritable Bowel Syndrome (IBS) is a functional gastrointestinal disorder and commonly present in children and adolescences, presented as diarrhoea, constipation, mixed or unclassified type. The pathophysiological mechanisms of  IBS are unclear, and still challenging to determine organic disorders. The aim of this study was to investigate the epidemiology of IBS, the role of 'Blastocystis hominis' infestation and intestinal mucosal integrity in the etiopathogenesis of IBS, the impact of quality of lifes, and apply a scoring system to predict the occurrence of IBS among adolescences.
A community-based survey with comparative cross sectional approach was done from six high schools in Palembang. Subjects were recruited using the multistage random sampling divided into two groups (70 subjects IBS and 70 subjects nonIBS). The Rome III criteria were used to establish a diagnosis of IBS along with a questionnaire to determine risk factors,  analyzed for association with 'Blastocystis hominis' infestation, intestinal mucosal integrity, and its impact on quality of life. Direct microscopic stool examination to identify single 'Blastocystis' infection was performed, followed by culture in Jones medium, PCR and Sequencing of 18S rRNA to determine 'Blastocystis' subtype. Examination of antitrypsin alpha-1 and fecal calprotectin levels by ELISA was done to determine impaired intestinal mucosal integrity. Impact of IBS on quality of life was done with the IBSQOL questionnaire.
Of the 454 subjects, the prevalence of IBS was 30.2%, consisting of diarrhea subtypes 36.5%, 21.9% mixed, 22.6% Unclassified and 18.9% constipation. The major risk factors for IBS were bullying, girls, ages 14-16 years, history of constipation, eat three kinds of nuts, drink beverages, and history of diarrhea (range OR 2.86-1.81). 'Blastocystis hominis' was detected in each group of 51.4 vs. 28.6% (p = 0.006). There was no significant association for intestinal mucosal permeability (p = 0.734), but it was significant with intestinal inflammation (p = 0.039). Significant impairment of quality of life among IBS adolescences was found (p = 0.001). The IBS prediction score model had 2 models. Model 1 is more applicable in primary health care for sreening IBS based on risk factors. Model 2 only usable for tertiary health care, as management of 'Blastocystis' infestation.
Conclusion, the prevalence IBS among adolescence was high with major risk factors to IBS consisted of bullying, female gender, age between 14-16 years, previous illness of constipation, diet three nuts, drink beverages, previous illness diarrhoea. Significant association with 'Blastocystis hominis' infestation, intestinal inflammation were found, comphrehensive management is needed as for its impact on quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>