Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79978 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Napitupulu, Mardianto Haholongan
"Pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi telah memicu permasalahan sampah perkotaan yang tidak terkendali. Perkembangan kajian sejak tahun 1990-an menunjukkan bahwa implementasi tata kelola sampah tidak dapat dicapai tanpa tata kelola kolaboratif. Penelitian terkait tantangan bagaimana meningkatkan partisipasi masing-masing pemangku kepentingan menjadi penting dalam kajian tata kelola sampah kota berkelanjutan. Untuk itu, tinjauan literatur dilakukan, dimana 22 artikel terkait dianalisis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang tata kelola sampah kota secara berkelanjutan. Kemudian memetakan hubungan antara pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai faktor penentu keberhasilan pengelolaan. Tantangan yang ditemukan oleh berbagai peneliti sejauh ini adalah kolaborasi antar pemangku kepentingan tersebut. Analisis artikel ini menunjukkan bahwa tidak ada solusi tunggal dalam tata kelola sampah kota. Akan tetapi, kerja sama antar pemangku kepentingan dapat menawarkan peluang terbaik untuk menciptakan tata kelola yang sesuai. Beberapa perubahan perilaku pemangku kepentingan dibutuhkan dari hulu hingga hilir pengelolaan sampah. Berdasarkan tinjauan literatur ini, kajian tata kelola sampah kota berkelanjutan telah berkembang hingga tahap pembahasan berbagai permasalahan, tanggung jawab dan hubungan dari tiga pemangku kepentingan utama. Penelitian lanjutan mengenai peran kemitraan publik-swasta khususnya di tingkat lokal diperlukan, terutama berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan dan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah berkelanjutan

Economic growth and urbanization have triggered an uncontrolled urban waste problem. The development of studies since the 1990s shows that the implementation of waste management cannot be achieved without collaborative governance. Research related to the challenges on how to increase the participation of each stakeholder is important in the study of sustainable municipal waste management. Therefore, a literature review was conducted, where 22 related articles were analyzed to obtain better understanding of the sustainable municipal solid waste management. Afterwards, the relations between government, private sector and society as determinant factors of the management success were mapped. The challenge that various researchers have found so far is collaboration among these stakeholders. The analysis carried out in this article showed that there was no single best approach in managing municipal solid waste. However, collaboration among stakeholders could offer the best opportunity to create an appropriate governance. Some changes in the behavior of stakeholders are needed from the upstream to the downstream of waste management processes. Based on the literature review, study of sustainable municipal solid waste management has been developing into the discussion of various problems, responsibilities and relationships between the three main stakeholders. For further studies, research on the roles of public-private partnerships, especially at the local level, is needed, aiming to improve the quality of education and community awareness in sustainable waste management"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faizal Ahmad
"Skripsi ini membahas mengenai Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Lokal (Studi Deskriptif Bank Sampah "Poklili", Depok). Agar dapat menjelaskan hal tersebut maka pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis deskriptif. Pada penelitian ini karakteristik informan yang ditetapkan adalah pengurus serta anggota Bank Sampah "Poklili".
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola partisipasi yang digambarkan berupa latar belakang partisipasi, bentuk partisipasi, tingkat partisipasi, faktor yang mendorong partisipasi anggota bank sampah dalam kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah "Poklili".

This thesis discusses about Community Participation in Local Community-Based Waste Management (Descriptive Study "Poklili" Waste Bank, Depok). In order to explain more about it, this thesis uses qualitative approach with descriptive research design. Characteristics of the informants in this study were boards and members of "Poklili" Waste Bank.
The study result shows that community participation which appear are participation background, participation form, participation level, factors which encourage the community participation in waste management activity of "Poklili" Waste Bank.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinto Susilowati
"Permasalahan sampah bukan hanya karena tingginya timbulan sampah tetapi masalah dalam pengelolaannya. Pendekatan pengelolaan sampah berkelanjutan berbasis masyarakat dilakukan pada Bank Sampah Kepodang di Kota Bekasi. Pengelolaan bank sampah melibatkan banyak pihak yaitu masyarakat, pemerintah, swasta, dan organisasi nonpemerintah. Tujuan penelitian untuk merancang strategi pengelolaan bank sampah berkelanjutan, tahap Plan (P) dari siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA) ISO14001:2015. Metode yang digunakan adalah Matriks Leopold, dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan dan keterampilan nasabah bank sampah merupakan faktor penting dalam pengelolaan bank sampah berkelanjutan. Preferensi strategi yang dipilih untuk pengembangan bank sampah Kepodang yang berkelanjutan adalah 1) peningkatan nilai tambah pengolahan sampah melalui pengembangan “socio-ecopreneur”, 2) meningkatkan kerjasama dengan pemerintah daerah (Dinas Lingkungan Hidup/kelurahan) dan swasta dalam rangka menampung dan membeli produk kerajinan, dan memberikan bantuan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, 3) menjadikan pemulung sebagai mitra dan nasabah untuk meningkatkan pengumpulan sampah. Pelaksanaan strategi memerlukan dukungan pemangku kepentingan dan penerapannya secara terus-menerus diharapkan dapat meningkatkan kepuasan, kepercayaan, partisipasi aktif pemangku kepentingan, kinerja bank sampah, dan berdampak positif bagi lingkungan, sosial, dan ekonomi.

The waste problem is not only due to the high waste generation but mismanagement
as well. The community-based sustainable waste management approach carried out
at the Kepodang Waste Bank in Bekasi City. The management of a waste bank
involves many parties, namely the community, government, private sector, and
non-governmental organizations. The research objective is to design a sustainable
waste bank management strategy, Plan stage of Plan-Do-Check-Act cycle of
ISO14001:2015. The method used is the Leopold matrix and Analytical Hierarchy
Process (AHP). It was found that increasing the knowledge and skills of waste bank
customers as a primary factor in the management of a sustainable waste bank. The
preferences strategic for the development of a sustainable Kepodang waste bank are
1) increasing the added value of waste processing through the development of
"socio-ecopreneur", 2) increasing cooperation with local governments (the
Environmental Agency/ward) and the private sector to accommodate and purchase
handicraft products, and provide the necessary facilities and infrastructure, and 3)
make scavengers as partners and customers to improve waste collection.
Implementation of strategies requires continuous stakeholder support and
application continuously expected to improve satisfaction, stakeholder trust,
participation, and performance, and have positive impacts on environment, social,
and economic.
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hardiyanti
"ABSTRAK
Penelitian ini didasari kebijakan pengelolaan sampah di Kota Cirebon yang belum
membahas tentang pengurangan sampah di tingkat sumber sampah. Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan post positivist serta analisis data yang bersifat
kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan implementasi kebijakan Peraturan
Daerah Kota Cirebon Nomor 2 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Kebersihan
di Kota Cirebon dalam upaya pembangunan berkelanjutan di Kota Cirebon dilihat
dari karakteristik masalah, karakteristik kebijakan dan lingkungan kebijakan.
Pembahasan selanjutnya yaitu pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan
sampah di Kota Cirebon (Studi Kasus Kecamatan Harjamukti) yang dilihat dari
perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Ketiga perspektif tersebut masih
terdapat kekurangan karena hanya sebagian kecil masyarakat yang telah
mengelola sampah dengan konsep 3R. Kelompok masyarakat yang dianggap
berhasil yang mengelola sampah dengan konsep 3R adalah masyarakat Rw 08
Merbabu Asih Kelurahan Larangan Kecamatan Harjamukti. Hal ini dikarenakan
adanya hambatan seperti kurangnya kesadaran masyarakat, kurangnya SDM
pelaksana kebijakan, kurangnya lahan, kurangnya peran swasta, terbatasnya
anggaran dan kebijakan pengelolaan sampah yang masih terdapat beberapa hal
yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 tahun 2010
tentang Pedoman Pengelolaan sampah.

ABSTRACT
This research is based on waste management in Cirebon City which have not
contain about waste reduction in the waste source stage. This research used post
positivist approach and analyzing qualitative data. The result of this research
describes the implementation of the policy from Regional Regulation of Cirebon
Number 2 of 2002 about the Realization of City?s Cleanliness Program in Cirebon
for sustainable development in Cirebon, which is assessed by tractability of the
problem, ability of statute to structure implementation, and nonstatutory variables
affecting implementation. The next part deals with sustainable development of
waste management in Cirebon (Case study: The district of Harjamukti) which
used economic, social, and environment perspective. All those three perspectives
could still be improved since there is only small number of people who could
apply the concept of 3R in dealing with waste. Groups of people that are
considered successful in using the concept of 3R in dealing with waste are Rw 08
Merbabu Asih, Larangan Subdistrict, The district of Harjamukti. This is caused by
some limitations like the lack of people?s awareness, the lack of human resources
for implementing the policy, the lack of space, the lack of private sector?s role, the
lack of financial support, and the policy regarding to waste management that is
not in accordance with Act Number 18 of 2008 about waste management and The
Regulation Number 33 of 2010 from Ministry of Internal Affairs about the
instruction of waste management."
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2014
S55675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Naldi
"Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga diperlukan keterlibatan seluruh elemen masyarakat termasuk dari kalangan remaja sebagai aset pembangunan berkelanjutan. Desa Paulan adalah salah satu desa di Kabupaten Karanganyar yang telah mengelola sampahnya secara mandiri. Namun, masih ditemukan prinsip-prinsip pengelolaan sampah berkelanjutan yang belum terpenuhi, salah satunya adalah kurangnya partisipasi remaja. Masalah dalam penelitian ini adalah perlunya optimalisasi partisipasi remaja untuk mewujudkan pengelolaan sampah rumah tangga yang berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah mengoptimalkan partisipasi remaja untuk mewujudkan pengelolaan sampah rumah tangga yang berkelanjutan di Desa Paulan. Metode yang digunakan adalah metode riset kualitatif dengan wawancara mendalam yang didukung dengan hasil kuesioner pada tahapan pra-wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kebiasaan/pengalaman, rasa tanggung jawab, pengetahuan dan pendidikan, agama, norma, dan budaya adalah enam faktor dominan yang dapat memengaruhi partisipasi remaja; hadirnya fasilitas pengolahan sampah di dekat sumber tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada perubahan tingkat partisipasi remaja; dan pemerintah desa memiliki peran utama untuk memberdayakan remaja dan karang taruna dalam pengembangan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Kesimpulan penelitian ini adalah pemerintah desa perlu menjalankan fungsinya sebagai pembina dan menyusun program pemberdayaan remaja yang dibuat secara berkelanjutan untuk mengoptimalisasi partisipasi remaja Desa Paulan dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
.....Youths need to be involved in community participation to achieve sustainability in household waste management. Paulan Village is one of the villages in Karanganyar Regency that has managed its waste independently. However, it is still found that the principles of sustainable waste management have not been fulfilled, one of them is the lack of youth participation. The research problem is the need to optimize youth participation to realize sustainable household waste management. The research purpose is to optimize youth participation to realize sustainable household waste management in Paulan Village. The research method is qualitative method with in-depth interviews supported by questionnaire’s results at the pre-interview stage. The results of this study indicate that the factors of habit/experience, sense of responsibility, knowledge and education, religion, norms, and culture are the six dominant factors that affect Paulan’s youth participation; the presence of waste processing facilities does not significantly inlfuence youth participation; and the village government has a major role to empower youth and local youth organization (karang taruna) to achieve sustainable waste management system. The conclusion of this study is that the village government needs to develop youth empowerment program to optimize the participation of Paulan Village youth in household waste management."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Patriastya
"Tesis ini membahas mengenai Tata Kelola Kolaboratif Dalam Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Anorganik Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Untuk dapat menjelaskan hal tersebut, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui studi literatur dan wawancara mendalam untuk mengetahui ukuran keberhasilan dan faktor-faktor yang menghambat pada Tata Kelola Kolaboratif kegiatan tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tata Kelola Kolaboratif kurang berhasil dikarenakan pelaksanaannya masih sekadar formalitas dan komitmen yang semakin berkurang dari masing-masing pihak yang berkompeten. Faktorfaktor yang menghambat adalah budaya, institusi dan politik.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis Tata Kelola Kolaboratif atau kolaborasi yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam implementasi kebijakan pengelolaan sampah Anorganik di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok.

This Thesis is mainly discussed about ?Tata Kelola Kolaboratif? or Collaborative Governance in the Policy Implementation of Anorganic Waste Management at the District of Pancoran Mas Depok. To explain more about it, the research uses qualitative approach with data collection through the literature study and in-depth interviews to know the indication and factors which obstruct the Collaborative Governance during the activities.
The research indicate that Collaborative Governance does not perform effectively because the implementation itself is sometimes too formal and the commitment among stakeholders is reducing gradually. Factors which obstruct the collaboration are internal culture, institution and politics.
This research aims to analyze Collaborative Governance between government and societies in the policy implementation of anorganic waste management at the District of Pancoran Mas Depok.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silviani Lionita Claudya Manik
"Sampah merupakan masalah umum yang dihadapi di perkotaan. Tren urbanisasi menyebabkan semakin pesatnya timbulan sampah di perkotaan sehingga diperlukan adanya solusi yang terintegrasi. Metode pengumpulan dan pengangkutan sampah di Indonesia saat ini masih dilakukan secara manual dan belum teintegrasi. Implementasi smart waste management system dengan meninjau pengelolaan sampah mulai dari pengumpulan dengan smart garbage bin, pengangkutan dengan truk yang terhubung IoT dan ICT ke fasilitas pengolahan sampah yang dapat dipantau dalam satu command center diharapkan dapat menjadi solusi untuk mencapai target KPI di IKN, yakni 60% daur ulang sampah di tahun 2045. Sampah yang sudah dipilah sejak awal kemudian akan dikelola dengan fasilitas recycle dan pengomposan di area TPST. Perhitungan biaya siklus hidup kemudian dilakukan untuk menilai kelayakan ekonomi penerapan smart waste management system di IKN.

Waste is a common problem faced in urban areas. The trend of urbanization has led to the rapid waste generation in cities, so an integrated solution is needed. Currently, the method of collecting and transporting waste in Indonesia is still done manually and not integrated. Implementation of a smart waste management system by reviewing the waste management procedure starting from collecting phase with smart garbage bins, transporting using vehicle truck connected with IoT and ICT to waste processing facilities that can be monitored in one command center is expected to be a solution to achieve the KPI target at IKN, that is 60% waste recycled in 2045. Waste that has been sorted from the start will be processed with recycling and composting facilities at the temporary waste collection area. Calculation of life cycle costs is then carried out to assess the economic feasibility of implementing a smart waste management system in IKN."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abiyyu Tsaqib
"Pengelolaan sampah yang ada di masyarakat saat ini saat ini belum sepenuhnya tepat dari pemilahan, pengumpulan, hingga pengolahan. Kondisi ini terjadi juga di Kelurahan Pancoran Mas Kota Depok. Pengelolaan sampah yang tidak tepat akan berdampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Sehingga dibutuhkan adanya penelitian untuk mengukur timbulan dan komposisi sampah, serta mengevaluasi kondisi pengelolaan sampah di Kelurahan Pancoran Mas, Depok. Timbulan dan komposisi sampah didapatkan dengan sampling sampah di 68 rumah tangga selama delapan hari berturut-turut di Kelurahan Pancoran Mas. Selain itu, evaluasi kondisi eksisting pengelolaan sampah dilakukan dengan observasi, wawancara, dan kuesioner. Berdasarkan sampling didapatkan bahwa timbulan sampah rata-rata di Kelurahan Pancoran Mas adalah sebesar 0,24 kg/orang/hari dan 2,43 l/orang/hari. Komposisi sampah terdiri atas sisa makanan 51%, plastik 18%, kertas/karton 12%, kain 4%, kayu/ranting 3%, kaca 2%, logam 1%, karet/kulit 1%, serta residu 8%. Dari hasil pengamatan didapatkan evaluasi pengelolaan sampah aspek teknis operasional yang disesuikan dengan Permen PU No. 3/PRT/M/2013 meliputi pemilahan sampah berdasarkan jenisnya dan teknologi pengolahan sampah yang belum sesuai standar. Oleh karena itu, pengelolaan sampah yang dapat ditingkatkan di Kelurahan Pancoran Mas meliputi sosialisasi mengenai pemilahan sampah di rumah tangga dan penyediaan sarana pemilahan sampah yang memadai. Selain itu, diperlukan adanya partisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah dan penerapan teknologi kompos Takakura yang dapat dilakukan di masing-masing rumah tangga.

Waste management in the community is currently not fully appropriate, from sorting, collecting, and processing. This condition also occurs in Pancoran Mas Urban Village, Depok City. Improper waste management will have a negative impact on the environment and human health. So research is needed to measure waste generation and composition and evaluate the condition of waste management in Pancoran Mas Urban Village, Depok. Waste generation and composition were obtained by sampling waste in 68 households for eight consecutive days in Pancoran Mas Urban Village. In addition, an evaluation of the existing conditions of waste management was conducted through observation, interviews, and questionnaires. Based on the sampling, it was found that the average waste generation in Pancoran Mas Urban Village was 0,24 kg/person/day and 2,43 l/person/day. The composition of waste consists of 51% food waste, 18% plastic, 12% paper or cardboard, 4% fabric, 3% wood or ranting, 2% glass, 1% metal, 1% rubber or leather, and 8% residue. From the observation, it was found that the evaluation of waste management in the technical aspect of operations in accordance with Permen PU No. 3/PRT/M/2013 includes sorting waste based on its type and waste processing technology that is not up to standard. Therefore, waste management that can be improved in Pancoran Mas Urban Village includes the socialization of waste sorting in households and the provision of adequate waste sorting facilities. In addition, there is a need for community participation in waste bank activities and the application of Takakura composting technology that can be carried out in each household."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathanael Thomas Aquino
"Pengelolaan sampah di seluruh Indonesia bukanlah kegiatan yang menghasilkan keuntungan kepada institusi yang memegang peran tersebut. Semenjak tahun 2008 Pemerintah DKI Jakarta menganggarkan dana hingga Rp300Milyar pertahunnya untuk membayar jasa pengelolaan sampah pada PT Godang Tua Jaya atas perannya mengelola TPST Bantargebang. Tahun 2016 Pemerintah DKI Jakarta memutuskan untuk melakukan swakelola karena PT Godang Tua Jaya melakukan wanprestasi kontrak. Oleh karena itu, Pemerintah DKI Jakarta melalui satuan unitnya, Unit Pengelolaan Sampah Terpadu UPST, mengambil alih tanggung jawab operasional TPST Bantargebang sepenuhnya.
Penelitian pada kasus swakelola ini menganalisa kualitas dari aktivitas-aktivitas di TPST Bantargebang dan membandingkan aktivitas tersebut antara kondisi sebelum swakelola dengan sesudah swakelola. Analisa aktivitas tersebut menggunakan pendekatan lima aspek pengelolaan sampah kota yang baik oleh Indonesia Solid Waste Association InSWA.
Penelitian ini juga menganalisa aspek ekonomi menggunakan pendekatan biaya manfaat dan biaya Lifecycle Costing. Hasil penelitian ini menemukan adanya perkembangan kualitas tata kelola dan penghematan anggaran dari kebijakan swakelola TPST Bantargebang. Meskipun begitu, Pemerintah DKI Jakarta menghadapi tantangan pada proses akusisi aset yang terlalu lama dan juga pembiayaan operasional yang terhambat sembari berbagai isu bermunculan di dalam masyarakat sekitar serta pengelolaan lingkungan yang harus ditangani pasca swakelola.

Waste management activity in Indonesia is not profitable to any institutions that role in it. Since 2008, Government of DKI Jakarta had been budgeting in estimated Rp300Billion every year to PT Godang Tua Jaya for its service role in running TPST Bantargebang. In 2016, Government of DKI Jakarta decided to do self management because of contract violation by PT Godang Tua Jaya. Therefore, Government of DKI Jakarta especially their division in charge, Integrated Waste Management Unit UPST, is taking over full operational responsibility of TPST Bantargebang.
This self management research analyzes the quality performance of activities in TPST Bantargebang and compares those activities before and after self management decision. This analysis is using five aspects of urban waste management approach introduced by Indonesia Solid Waste Association InSWA.
This research is also analyzex economic aspect using cost benefit analysis and lifecycle costing approach. The result of research finds some benefits such as an increase in management quality and cost reduction in annual budget from TPST Bantargebang self management. Even so, Government of DKI Jakarta is facing challenges in asset acquisition process that takes time too long and also obstructed operational financing while many issues emerges in surrounding society and environment management that have to be treated in post self management.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suganda
"Aspek pengelolaan persampahan terdiri dari Teknis Operasional, Pembiayaan, Partisipasi Masyarakat, Hukurn, dan Kelembagaan. Sistem teknis operasional terdiri sistem pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Berdasarkan pelakunya, sistem pengumpulan sebagian besar dilakukan oleh masyarakat, sedangkan sistem pengangkutan dilakukan oleh pemerintah daerah. Penelitian ini dilakukan pada partisipasi masyarakat dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik yaitu kegiatan pengumpulan sampah dari sumber rumah mewah, menengah, dan sederhana di Kecamatan Bantargebang, Rawa Lumbu, dan Bekasi 1imur. Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu 1) cakupan pelayanan sampah yang masih rendah yaitu Kecamatan Bantargebang 35%, Rawa Lumbu 34,7%, dan Bekasi Timur 35,2% sehingga sisa sampah yang belum terangkut untuk Kecamatan Bantargebang 241 m3/hari, Rawa Lumbu 250 m3/hari, dan Bekasi Timur 393 m3/hari, 2) komposisi sampah domestik Kota Bekasi termasuk kecamatan tersebut mencapai 80%, sisanya 20% adalah sampah non domestik seperti industri, perkantoran, pertokoan, rumah sakit, dan pasar, 3) implementasi penegakan hukurn rendah dan lemah, dan 4) tidak adanya paradigma baru yaitu 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan sampah. Hal tersebut diduga, salah satunya adalah akibat rendahnya partiaipasi masyarakat dalam operasionalisasi pengelolaan sampah. Berdasarkan identifikasi tersebut, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu adakah perbedaan partisipasi masyarakat berdasarkan kategori rumah mewah, menengah, dan sederhana dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik ?. Hipotesisnya adalah terdapat perbedaan partisipasi masyarakat berdasarkan kategori rumah mewah, menengah, dan sederhana dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik. Tujuannya adalah mengetahui partisipasi masyarakat kategori rumah mewah, menengah, dan sederhana dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik, sehingga kebijakan pemerintah daerah yang diterapkan terhadap masyarakat tepat.Penelitian ini dilakukan terhadap responden rumah mewah, menengah, dan sederhana yang berjumlah 116 di Kecamatan Bantargebang, Rawa Lumbu, dan Bekasi Timur, serta wawancara terhadap Lurah Pedurenan di Bantargebang, Lurah Bojong Rawa Lumbu di Rawa Lumbu, dan Lurah Duren Jaya di Bekasi Timur. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Kesimpulan sebagai berikut:
a. Terdapat perbedaan signifikan dalam kelompok sampel, yaitui antara mewah/menengah dengan sederhana. Perbedaan tersebut terletak pada I) kesesuaian tempat sampah dengan volume sampah yang dihasilkan, 2) kondisi tempat sampah, 3) keikutsertaan dalam penyuluhan, 4) kesediaan membayar retribusi, 5) keikutsertaan dalam go tong royong, dan 6) retribusi jika ditambah.
b. Terdapat perbedaan partisipasi masyarakat dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik di ketiga kecamatan yaitu 1) ketidaksesuaian kapasitas tempat sampah dengan volume sampah yang dihasilkan rumah mewah di Kecamatan Bekasi Timur dan rumah sederhana di Kecamatan Rawa Lumbu, 2) kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya di Kecamatan Bantargebang dan Bekasi Timur, 3) penyapuan halaman yang kurang frekuensinya pada rumah mewah di Kecamatan Bantargebang, dan 4) keikutsertaan dalam penyuluhan yang kurang di Kecamatan Bantargebang dan Bekasi Timur.
c. Adanya ketidaksesuaian kebijakan dengan kenyataan di masyarakat yaitu struktur retribusi sampah didasarkan pada kondisi bangunan tetapi pada kenyataannya di serahkan pada masyarakat, dan penenuan tarif progresif sampah didasarkan pada volume sampah yang dihasilkan tetapi kesulitan di pengukurannya.
d. Prioritas masyarakat terhadap kualitas kebersihan masih kurang dibandingkan dengan permasalahan lain seperti keamanan, air bersih, listrik, dan lain-lain. Pengeluaran masyarakat semua kategori rumah untuk masalah keamanan, air bersih, dan listrik lebih tinggi dibandingkan dengan kualitas kebersihan.

The aspect of Solid waste Management System are consist of operational technic, community participation, regulation, and institution. Based on it's role, a large part collecting system was done by community, whereas transportation system was done by district government. The scope of the study is particularly focused to the community participation in the operation of solid waste management from categories of house i.e, luxury, middle, and plain as solid waste generators in sub-district Bantargebang, Rawa Lumbu, and Bekasi Timur. There are more problems that identified namely : 1) the low of the services for solid waste i.e. sub-district Bantargebang 35%, Rawa Lumbu 34,7%, and Bekasi Timur 35,2%, so residu solid waste which hasn't transported for Bantargebang 241 m3/hari, Rawa Lumbu 250 m3/hari, and Bekasi Timur 393 m3/hari, 2) the composition of solid waste for Bekasi District conclude its sub-district are 80% and the residu are 20% namely non-domestic solid waste such as industries, office stores, hospitals, and market, 3) the implementation of the law is les and weak, and 4) there isn't new paradigm in solid waste management. Those are assumed as result of the low of the community participation in solid waste collecting system.
Based on identification, the problem that was described in this reseach namely are there are community participation based on categories of house that are luxury, middle, and plain in the operation of solid waste management ?, the hypothesa namely there are some differences in The community participation base on the categories of house; luxury, middle, and plain in the operation of solid waste management, so that policy of district government which are implemented to community exactly true.The research was done to responden of luxury, middle, and simple which were amounts 116 at Sub-district Bantargebang, Rawa Lumbu, and Bekasi Timur, also depth interview to Lurah of Pedurenan at Bantargebang, Lurah of Bojong Rawa Lumbu at Rawa Lumbu, and Lurah Duren Jaya at Bekasi Timur.
Based on result of research has got conclusion as follow:
a. There are different in sample group, between luxury/middle with plain. The different in: 1) suitable between capacity of solid waste bin with solid waste volume that be produced, 2) condition of solid waste bin, 3) participation in information, 4) participation in pay retribution, 5) participation in mutual assistance, and 6) retribution if be increased.
b. There are different community participation in the operation of solid waste management at three sub-district, 1) those are not suitable between capacity of solid waste bin with soiti waste volume that be produced luxury houses at sub district Bekasi Timur and simple houses at sub district Rawa Lumbu, 2) habit of dumping solid waste not in right place rub district Bantargebang and Bekasi Timur, 3) swept yard on luxury houses at sub-district Bantargebang, and 4) participation in information at sub-district Bantargebang and Bekasi Timur.
c. There aren't suitable policy with fact in community those are structure of solid waste retribution based on building condition but in fact delivered over at community, and appointment of progresif retribution based on solid waste volume be produced but difficult at measurment.
d. Prority of community on cleanness quality less be compared with other problem like security, water, electricity, etc. expenseas of community all house categories for security, water, electricity problem more than cleanness quality.
Based on the result of research could he recommended as:
a. Based on house categories, need socialization cleanness with different information according to its social condition.
b. According to every sub-district, need informatin about 1) suitable between capacity of solid waste bin with solid waste volume that be produced luxury houses at sub-district Bekasi Timur and simple houses at sub-district Rawa Lumbu, 2) habit of dumping solid waste not in right place sub.-district Bantargebang and Bekasi Timur, 3) swept yard on luxury house at sub-district Bantargebang, and 4) participation in information at sub-district Bantargebang and Bekasi Timur.
c. To engineer socialization of cleanness/ solid waste on community need involvement of social people like psychologist, communicant, sosiologist, etc.
d. About policy, district government need to 1) appoinment right and community obligation, 2) extending servant area which has reached only 35%, 3) considering the old approaching namely collecting, transportation, treatment, and dumping to the new approach like 3R (reduce, Reuse, Recycle) and 4) considering institutional changing that is SubDin Kebersihan.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>