Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165881 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marcel Antoni
"Latar belakang: Vitamin B12 merupakan kofaktor enzimmetionin sintase yang berperan pada
proses remetilasi homosistein menjadi metionin sehingga, mencegah akumulasi homosistein
(hiperhomosisteinemia). Defisiensi vitamin ini dapat menyebabkan terjadinya
hiperhomosisteinemia dan memicu stres oksidatif yang menyebabkan resistensi insulin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah resistensi insulin yang diinduksi restriksi
vitamin B12 dapat menurunkan kontrol insulin terhadap proses glukoneogenesis melalui
pensinyalan FOXO1 dan ekspresi gen targetnya, G6Pc.
Metode: Penelitian ini menggunakan 24 jaringan hati tersimpan tikus jantan Spraque-Dawley,
berusia 36-40 minggu; yang terbagi dalam 4 kelompok: kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan yang diberi pakan khusus restriksi vitamin B12 selama 4, 8, dan 12 minggu. Semua
sampel jaringan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sampel jaringan yang sama,
yang digunakan dalam penelitian oleh Sianipar, dkk, berjudul “Dampak Restriksi Vitamin B12
Terhadap Kadar Homosistein, HOMA-IR, dan Gambaran Histopatologi Perlemakan Hati Non-
Alkoholik Pada Tikus”. Terhadap 24 sampel jaringan hati tersebut dilakukan pemeriksaan
Western Blot untuk membandingkan aktivitas protein FOXO1 dan pemeriksaan real time-PCR
untuk membandingkan ekspresi gen G6Pc antar kelompok sampel.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna, baik aktivitas protein FOXO1 maupun ekspresi
gen G6Pc antara kelompok restriksi vitamin B12 dengan kelompok kontrol.
Kesimpulan: Pada keadaan resistensi insulin yang dipicu oleh hiperhomosisteinemia, pada
kondisi restriksi vitamin B12, proses glukoneogenesis tergantung insulin melalui inhibisi jalur
pensinyalan FOXO1 dan G6Pc tidak berbeda dibandingkan kelompok kontrol. Penelitian lebih
lanjut dibutuhkan untuk melihat kemungkinan apakah hiperglikemia pada kondisi ini dapat
disebabkan melalui jalur lain atau adanya penurunan utilisasi glukosa dan proses glikogenesis

Background: Vitamin B12 is a cofactor of the enzyme methionine synthase which plays a role
in the remetilation process of homocysteine to methionine so as to prevent the accumulation of
homocysteine (hyperhomocysteinemia). Deficiency of this vitamin can cause
hyperhomocysteinemia and trigger oxidative stress which causes insulin resistance. This study
aims to determine whether insulin resistance induced restriction of vitamin B12 can reduce
insulin control of gluconeogenesis through FOXO1 signaling and the expression of its target
gene, G6Pc.
Methods: This study used 24 stored liver tissue of Spraque-Dawley male rats, aged 36-40
weeks; divided into 4 groups: the control group and the treatment group who were given special
food restriction of vitamin B12 for 4, 8, and 12 weeks. All tissue samples used in this study
were the same tissue samples, which were used in a study by Sianipar, et al., titled "The Impact
of Vitamin B12 Restriction on Homocysteine, HOMA-IR, and Histopathological Descriptions
of Non-Alcoholic Fatty Liver in Mice". Western Blot tests were performed on 24 liver tissue
samples to compare FOXO1 protein activity and real time-PCR examination to compare G6Pc
gene expression between sample groups.
Results: There was no significant difference, either the FOXO1 protein activity or G6Pc gene
expression between the vitamin B12 restriction group and the control group.
Conclusion: In a state of insulin resistance triggered by hyperhomocysteinemia, under
conditions of vitamin B12 restriction, gluconeogenesis depends on insulin through the
inhibition of the FOXO1 signaling pathway and G6Pc no different than the control group.
Further research is needed to see the possibility of whether hyperglycemia in this condition can
be caused by other pathways or by a decrease in glucose utilization and the process of
glycogenesis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irena Ujianti
"Nama : Irena UjiantiProgram Studi : Program Magister Ilmu BiomedikJudul Tesis :Dampak Restriksi Vitamin B12 Terhadap Kadar Homosistein, Resistensi Insulin Dan Gambaran NAFLDPembimbing : dr. Imelda Rosalyn Sianipar, M.Biomed, Ph.D dan Dr. dr. Dewi Irawati Soeria Santoso, MS Latar Belakang: Perlemakan hati merupakan penyakit hati kronik terbesar di dunia. Kondisi yang mendasari terjadinya perlemakan hati dimulai dari kondisi resistensi insulin. Salah satu patogenesis terjadinya resistensi insulin adalah gangguan pada pensinyalan insulin oleh zat toksik tertentu yang akan berinteraksi dengan protein yang menyusun jalur pensinyalan insulin. Peningkatan homosistein dikaitkan dengan resistensi insulin. Homosistein akan meningkat sejalan dengan terganggunya jalur metilasi dari siklus metionin. Pemberian diet restriksi vitamin B12 akan memicu terjadinya resistensi insulin lewat jalur stres oksidatif yang ditimbulkan oleh homosistein.Bahan dan Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental terhadap 24 tikus Sprague Dawley jantan Rattus norvegicus, 300-350 gram, usia 35-40 minggu , terbagi ke dalam 4 kelompok yaitu kontrol K , Kelompok perlakuan 4 minggu P-1 , Kelompok Perlakuan 8 minggu P-2 dan kelompok perlakuan 12 minggu P-3 . Pada Kelompok kontrol, diberikan diet standar AIN-93M sedangkan kelompok perlakuan diberikan pakan modifikasi restriksi vitamin B12 AIN-93 sesuai usia perlakuan.Hasil: Kelompok perlakuan 8 minggu paling baik dalam menggambarkan kondisi perlemakan hati dibandingkan kelompok kontrol dan perlakuan 4 minggu, sedangkan kelompok perlakuan 12 minggu telah mempresentasikan kondisi NASH Non Alcoholic Steatohepatitis . Hasil ini sejalan dengan kondisi peningkatan homosistein plasma pada kelompok kontrol dan masing-masing usia perlakuan.Kesimpulan: Peningkatan homosistein akibat diet restriksi vitamin B12 mengakibatkan kondisi steatosis dan steatohepatitits pada hati, sebagai akibat dari kondisi resistensi insulin dan kerusakan sebagian dari sel beta pankreas. Kata kunci: Homosistein, Restriksi vitamin B12, NAFLD, Resistensi Insulin
ABSTRACT Name Irena UjiantiStudy Program Master Program of Biomedical SciencesThesis Title Impact of Vitamin B12 Restriction on Homocysteine Levels, Insulin Resistance and NAFLDCounselor dr. Imelda Rosalyn Sianipar, M.Biomed, Ph.D. dr. Dewi Irawati Soeria Santoso, MS Background The fatty liver is the biggest chronic liver disease in the world. The underlying condition of fatty liver starts from the condition of insulin resistance. One of the pathomechanisms of insulin resistance is the disturbance in insulin signaling by certain toxic substances that will interact with one of the proteins that make up the insulin signaling pathway. Increased homosisteine is associated with insulin resistance. Homosisteine will increase in line with the disruption of the methionin metionin pathway. Dietary vitamin B12 deficiency will trigger insulin resistance through the path of oxidative stress generated by homocysteine.Materials and Methods This study used an experimental method of 24 male Sprague Dawley rats Rattus norvegicus, 300 400 gram, age 7 8 months , divided into 4 groups kontrol K , 4 weeks treatment group P 1 , 8 weeks treatment group P 2 and 12 week treatment group P 3 . In the kontrol group, a standard AIN 93 diet was administered while the feeding group was administered vitamin A deficiency deficiency AIN 93M according to treatment age.Results The best 8 weeks treatment group described the conditions of fatty liver compared to the 4 week kontrol and treatment group, while the 12 week treatment group presented the NASH condition. These results are consistent with the elevated plasma homocysteine conditions in the kontrol group and each treatment age.Conclusion Increased homocysteine due to dietary vitamin B12 deficiency is able to induce the condition of steatosis and steatohepatitits in the liver, as a result of the condition of insulin resistance and beta cell pancrease damage as the underlying patomechanism. Keywords Homocysteine, vitamin B12 Deficiency, NAFLD, Insulin Resistance "
2018
T55512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghafur Rasyid Arifin
"ABSTRACT
Latar Belakang: Defisiensi vitamin B12 belum diketahui secara jelas insidensi dan prevalensinya di seluruh dunia dan hanya terdapat penelitian di daerah-daerah tertentu. Terdapat indikasi defisiensi asam folat dan vitamin B12 menjadi masalah kesehatan masyarakat dalam beberapa negara. Dalam beberapa penelitian, ditemukan bahwa kadar vitamin B12 yang rendah berhubungan dengan terjadinya perlemakan hati. Kondisi perlemakan hati memiliki spektrum yang luas, dari perlemakan hati sederhana, steatohepatitis, fibrosis, hingga sirosis hati. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan gambaran histopatologi perlemakan hati pada tikus dengan diet restriksi vitamin B12 dalam durasi waktu tertentu. Metode: Penelitian dilakukan dengan 18 ekor tikus Sprague-Dawley yang terbagi dalam 3 kelompok: (1) kelompok kontrol dengan diet normal selama 16 minggu; (2) kelompok perlakuan dengan diet restriksi vitamin B12 selama 8 minggu; dan (3) kelompok perlakuan dengan diet restriksi vitamin B12 selama 16 minggu. Setelah masa perlakuan selesai, hewan coba didekapitasi dan diambil jaringan hati dan dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin untuk diamati perlemakan hati yang terjadi.Hasil: Ditemukan steatosis mikrovesikular pada ketiga kelompok. Hanya sedikit ditemukan steatosis markovesikular, inflamasi lobular, dan pembengkakan hepatiosit pada kelompok perlakuan. Pemberian diet restriksi vitamin B12 menunjukkan perbedaan yang bermakna ketika dilihat melalui persentase pelemakan hati yang terjadi (p=0,001). Analisis post-hoc dilakukan dan didapatkan hasil yaitu terdapat perbedaan perlemakan hati yang bermakna pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok perlakuan 8 minggu dan pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok perlakuan 16 minggu. Kesimpulan: Diet restriksi vitamin B12 menunjukkan adanya perbedaan gambaran perlemakan hati yang bermakna yang terlihat pada gambaran histologi jaringan hati setelah perlakuan 8 dan 16 minggu.

ABSTRACT
Introduction: Vitamin B12 deficiencys incidence and prevalence throughout the world are still unknown  and studies only found in certain areas. There is an indication that folate and vitamin B12 deficiency will be global health problem in some countries. In some research, it was found that low level of serum vitamin B12 was associated with non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD). NAFLD has a broad spectrum, from simple steatosis, steatohepatitis, fibrosis, until cirrhosis. Objective: This research aimed to investigate the histopathological changes of steatosis in rats induced with vitamin B12 restriction diet within observation period. Method: This experimental study was conducted with 18 Sprague-Dawley rats that were divided equally in 3 groups: (1) control group with normal diet for 16 weeks; (2) treatment group with vitamin B12 restriction diet for 8 weeks; and (3) treatment group with vitamin B12 restriction diet for 16 weeks. After observation period was finished, decapitation was performed to obtain rats liver tissue. Liver tissue then stained with Hematoxylin-Eosin to observe the steatosis percentage. Result: Microvesicular steatosis was observed in all groups. There were a little macrovesicular steatosis, lobular inflammation, and hepatic ballooning in treatment group. Steatosis percentage showed significant result when all groups were compared (p=0,001). Post-hoc analysis then performed; there was significant difference of steatosis percentage of control group compared with 8 weeks treatment group and control group compared with 16 weeks treatment group. Conclusion: Vitamin B12 restriction diet showed significant difference of steatosis showed in liver tissue after 8 and 16 weeks of treatment."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desak Gede Budi Krisnamurti
"Latar belakang: Prediabetes didefinisikan sebagai keadaan hiperglikemia dengan kadar glukosa di atas normal dan dapat berkembang menjadi keadaan diabetes. Beberapa studi membuktikan keadaan defisiensi vitamin D berhubungan dengan keadaan resistensi insulin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek modulasi suplementasi vitamin D terhadap mekanisme molekular pada kondisi resistensi insulin melaluli regulasi persinyalan jalur inflamasi dan mikrobiota usus pada tikus prediabetes.
Metode: Penelitian ini dilakukan pada tahun 2019-2021 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Medica Satwa Laboratory Bogor. Eksperimen dilakukan pada tikus Wistar jantan berumur 4 minggu. Tikus akan dibagi secara acak, yaitu tikus yang menerima diet normal dan diet tinggi lemak dan tinggi glukosa (DTL-G)yang dikombinasi dengan dosis rendah injeksi streptozotocin 30 mg/kgBB intraperitoneal pada minggu ketiga. Setelah itu dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan dosis 2 gram/kgBB pada tikus. Jika telah terjadi resistensi insulin (model tikus prediabetes) maka tikus prediabetes dibagi dalam tiga kelompok secara acak yaitu: (1) kelompok yang tidak diberi terapi, (2) kelompok yang diterapi vitamin D3 dosis 100 IU/kg/hari, (3) kelompok yang diterapi vitamin D3 dosis 1000 IU/kgBB/hari bersamaan dengan induksi DTL-G 12 minggu. Setelah itu akan dilakukan pengukuran kadar glukosa darah puasa (GDP), kadar glukosa darah 2 jam pasca-bebas glukosa, nilai HOMA-IR, kadar Glycated albumin, profil hematologi, kadar 25(OH)D3,pengamatan histopatologi pankreas, kadar TNF-alpha, IL-6, IL-10, NF-κB, TLR2, TLR4, PPARg, IRS1, dan komposisi mikrobiota usus.
Hasil: Pada tikus prediabetes terjadi peningkatan nilai glukosa darah puasa, kadar glukosa darah 2 jam pasca-bebas glukosa, nilai HOMA-IR, kadar Glycated albumin, serta perubahan profil hematologi. Pemberian vitamin D 1000 IU mampu menurunkan nilai GDP, TTGO, Glycated albumin, HOMA-IR, serta mampu mengurangi degenerasi pada pulau Langerhans. Vitamin D 1000 IU mampu meningkatan sitokin anti-inflamasi IL-10, menurunkan ekspresi TLR2 dan TLR4, mengembalikan ekspresi IRS seperti kelompok normal, serta dapat meningkatkan keragaman mikrobiota. Suplementasi vitamin D berkorelasi dengan kadar PPARg, IRS1, TLR2, TLR4, dan sel beta pankreas.
Kesimpulan: Pemberian vitamin D 1000 IU bersamaan dengan DTL-G pada tikus prediabetes dapat memberikan perbaikan kondisi resistensi insulin, meningkatkan sitokin anti-inflamasi, mengembalikan nilai ekspresi PPARg, meningkatkan ekspresi protein IRS1 kembali seperti kelompok normal, serta meningkatkan keragaman mikrobiota yang berkorelasi dengan regulasi persinyalan sitokin inflamasi.

Introduction: Prediabetes is defined as a state of intermediate hyperglycemia and can lead to type 2 diabetes. Several studies have shown that vitamin D deficiency is associated with insulin resistance. This study aimed to analyze the modulating effect of vitamin D supplementation on the molecular mechanisms of insulin resistance through signaling regulation pathways of inflammation and gut microbiota in prediabetic rats.
Methods: The study was conducted during 2019-2021 at the Faculty of Medicine, Universitas Indonesia and Medica Satwa Laboratory Bogor. The experiments was conducted on male Wistar rats of 4 weeks. Rats were divided randomly into control and a high-fat and high-glucose (HFD-G) diet combined with 30 mg/kg intraperitoneal injection of streptozotocin in the third week. Oral glucose tolerance test (OGTT) was performed at 2 grams/kgBW gluocose. If insulin resistance has occurred (prediabetic rat model) then rats were randomly divided into three groups, namely: (1) the group that was not given therapy, (2) the group with vitamin D3 at a dose of 100 IU/kgBW/day, (3) the group with vitamin D3 at a dose of 1000 IU/kgBW/day together with HFD-G in 12 weeks. Fasting blood glucose (FBG) levels, OGTT, HOMA-IR, Glycated albumin levels, hematological profiles, 25(OH)D3 levels, pancreatic histopathological observations, TNF-alpha, IL-6, IL-10, NF-B, TLR2, TLR4, PPARg, IRS1, and gut microbiota composition was evaluated.
Results: In prediabetic rats there was an increase in FBG, OGTT, HOMA-IR, Glycated albumin levels, and changes in hematological profiles. The administration of vitamin D 1000 IU could reduce the levels of FBG, OGTT, Glycated albumin, HOMA-IR, and could reduce degeneration of the islets of Langerhans. Vitamin D 1000 IU increased the anti-inflammatory cytokine IL-10, decreased the expression of TLR2 and TLR4, increased IRS1 expression like the normal group, and increased the diversity of gut microbiota. Vitamin D supplementation correlated with levels of PPARg, IRS1, TLR2, TLR4, and pancreatic beta cells.
Conclusion: Vitamin D 1000 IU vitamin D together with HFD-G in prediabetic rat could reduce insulin resistance, increased anti-inflammatory cytokines, increased PPARg expression level, increased IRS1 protein expression, and increased diversity of gut microbiota which correlates with signaling regulation of Inflammatory Pathways.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patwa Amani
"ABSTRAK
Defisiensi vitamin B12 merupakan masalah kesehatan di negara maju dan berkembang. Penelitian ini menganalisis hubungan restriksi vitamin B12 dengan perubahan struktur dan fungsi ginjal. Tikus Sprague-Dawley 18 ekor dibagi menjadi tiga kelompok: 1 kontrol yang diberi pakan standar hewan coba AIN-93M selama 12 minggu; 2 perlakuan-1 P-1 diberi pakan AIN-93M modifikasi tanpa vitamin B12 selama 4 minggu; dan 3 perlakuan-2 P-2 selama 12 minggu. Vitamin B12 plasma total turun dari 529.17 166.51 pg/ml menjadi 426.33 60.59 pg/ml pada P-1 dan 708.70 124.35 pg/ml menjadi 519.16 84.96 pg/ml pada P-2, pada kelompok kontrol meningkat dari 567.79 102.52 pg/ml menjadi 650.26 193.12 pg/ml. Homosistein plasma meningkat pada kelompok perlakuan setelah 4 minggu kontrol vs P-1 = 351.05 110.69 pmol/ml vs 597.09 308.02 pmol/ml dan 12 minggu kontrol vs P-2 = 414.473 224.13 pmol/ml vs 1055.12 651.68 pmol/ml, p

ABSTRACT
Vitamin B12 deficiency is still a health problem in both developed and developing countries. This study was conducted to explore possible relationship between vitamin B12 dietary restriction with kidney rsquo;s histological and physiological changes. Eighteen male Sprague Dawley rats were divided into three groups: 1 control group were fed with standard AIN-93M for 12 weeks; 2 1st treatment group P-1 were fed with cobalamin restricted AIN-93M for 4 weeks; and 3 2nd treatment group P-2 were fed with cobalamin restricted AIN-93M for 12 weeks. Vitamin B12 level decreased from 529.17 166.51 pg/ml to 426.33 60.59 pg/ml in P-1 group and from 708.70 124.35 pg/ml to 519.16 84.96 pg/ml in P-2 group, while it increased from 567.79 102.52 pg/ml to 650.26 193.12 pg/ml in control group after 12 weeks. Plasma Hcy increased in treatment group after 4 weeks control vs P-1 = 351.05 110.69 pmol/ml vs 597.09 308.02 pmol/ml and 12 weeks control vs P-2 = 414.473 224.13 pmol/ml vs 1055.12 651.68 pmol/ml; p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fabrian Charlie Nugroho
"Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronik umum yang terjadi pada masyarakat modern. Setelah penyakit jantung dan kanker, penyakit DM mewakili penyebab kematian ketiga pada manusia. Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis yang paling umum dari penyakit DM dan DM tipe 2 dapat menyebabkan komplikasi pada jantung yang disebut sebagai diabetic cardiomyopathy. Metformin adalah obat yang meningkatkan sensivitas terhadap insulin dan banyak digunakan sebagai terapi untuk diabetes melitus tipe 2 namun metformin memiliki berbagai macam efek samping yang merugikan. Maka dari itu diperlukan suatu obat alternatif yang lebih aman untuk terapi diabetes melitus tipe 2 yaitu seperti alfa mangostin karena alfa mangostin memiliki efek antidiabetik dan kardioprotektif. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa efek terapi alfa mangostin pada tikus dengan diabetic cardiomyopathy.
Metode: Hewan percobaan yang digunakan berupa tikus jantan galur wistar. Hewan coba dibagi jadi 6 kelompok yaitu kelompok 1 diberikan pakan normal, kelompok 2 diberikan pakan normal dan senyawa alfa mangostin sebesar 200 mg/kg BB tikus,kelompok 3 diberikan pakan tinggi lemak, kelompok 4 diberikan makanan tinggi lemak dan diberikan suntikan streptozotocin lalu diberikan metformin 200 mg/kg BB tikus, kelompok 5 diberikan makanan tinggi lemak dan diberikan suntikan streptozotocin lalu diberikan alfa mangostin 100 mg/kg BB tikus dan kelompok 6 diberikan makanan tinggi lemak dan diberikan suntikan streptozotocin lalu diberikan alfa mangostin 200 mg/kg BB tikus. Gula darah diukur setiap minggu, tekanan darah dan berat badan dan berat jantung diukur pada minggu saat hewan disacrifice. Semua sampel organ jantung dan plasma dari semua kelompok hewan uji yang telah disacrifice di minggu ke 11 akan dianalisa kadar HOMA-IR, MCP-1, TNF-α, IL-6, IL-1β dan dilakukan pemeriksaan histopatologi.
Hasil Penelitian : Pemberian streptozotocin dan diet tinggi lemak menyebabkan gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, nilai HOMA-IR tinggi, nilai rasio BB/BJ tinggi, kadar MCP-1, TNF-α, IL-6, IL-1β tinggi dan ukuran sel kardiomiosit besar. Tetapi dengan pemberian metformin dan alfa mangostin dapat merendahkan nilai gula darah , tekanan darah , nilai HOMA-IR, nilai rasio BB/BJ, kadar MCP-1, TNF-α, IL-6, IL-1β.
Kesimpulan : Alfa mangostin memperlihatkan efek anti-inflamasi dan antidiabetik terhadap kadar gula darah dan jantung hewan coba yang diberikan diet tinggi lemak dan disuntik STZ.

Background : Diabetes mellitus (DM) is a common chronic disease that occurs in modern society. After heart disease and cancer, DM represents the third leading cause of death in humans. Diabetes mellitus type 2 is the most common type of DM disease and type 2 diabetes can cause heart complications called diabetic cardiomyopathy. Metformin is a drug that increases insulin sensitivity and is widely used as a therapy for type 2 diabetes mellitus but metformin has a variety of adverse side effects. Therefore we need a safer alternative drug for the treatment of type 2 diabetes mellitus, such as alpha mangostin because alpha mangostin has antidiabetic and cardioprotective effects. The purpose of this study was to analyze the effects of alpha mangostin therapy in rats with diabetic cardiomyopathy.
Method : Test animals or experimental animals used in the form of male wistar strain rats. Experimental animals were divided into 6 groups: group 1 was given normal food, group 2 was given normal food and alpha mangostin compound was 200 mg / kg BW rat, group 3 was given high fat food, group 4 was given high fat food and given streptozotocin injection and then given metformin 200 mg / kg body weight rat, group 5 given high fat food and given streptozotocin injection then given alpha mangostin 100 mg / kg body weight rat and group 6 given high fat food and given streptozotocin injection then given alpha mangostin 200 mg / kg body rat. Blood sugar is measured every week, blood pressure and body weight and heart weight are measured on the week when the animal is disacrifice. All cardiac organ and plasma samples from all groups of test animals that were sacrificed at week 11 will be analyzed for HOMA-IR, MCP-1, TNF-α, IL-6, IL-1β levels and histopathological examination.
Result : Administration of streptozotocin and high-fat diets causes high blood sugar, high blood pressure, high HOMA-IR values, high BB / BJ ratio values, MCP-1 levels, TNF-α, IL- 6, high IL-1β and large cardiomyocyte cell sizes . But by giving metformin and alpha mangostin can lower blood sugar values, blood pressure, HOMA-IR values, BB / BJ ratio values, MCP-1 levels, TNF-α, IL-6, IL-1β.
Conclusion : Alfa mangostin exhibits anti-inflammatory and antidiabetic effects on blood sugar and heart of experimental animals which are given a high-fat diet and STZ injections.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irena Ujianti
"Belum banyak studi mempelajari keterkaitan antara defisiensi vitamin B12 dan toksisitas homosistein. Hiperhomosisteinemia dikaitkan dengan penyakit selular terkait NAFLD. Toksisitas homosistein dapat berupa steatosis atau inflamasi sel hati. H. sabdariffa. dan konstituen aktifnya memiliki efek pencegahan terhadap cedera seluler. Ekstrak H. sabdariffa. diuji pada tikus Sprague-Dawley (SD) dalam penelitian ini.Penelitian ini untuk melihat efek H.sabdariffa terhadap peningkatan homosistein pada hati tikus SD yang diberikan diet resriksi vitamin B12.
Penelitian ini merupakan penelitian in vivo yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sebanyak 30 ekor tikus SD dibagi menjadi enam kelompok sesuai waktu perlakuan di 8 dan 16 minggu sebagai berikut: Kelompok kontrol diberikan diet standar AIN-93M, kelompok restriksi vitamin B12 diberi diet AIN-93M dengan modifikasi pengurangan komponen vitamin B12 dan kelompok restriksi vitamin B12 diberi AIN-93M dengan modifikasi pengurangan komponen vitamin B12 ditambah ekstrak etanol H.sabdariffa (HSE). Setelah 8 dan 16 minggu, kadar vitamin B12 dan homosistein diukur. Peningkatan aktivitas toksisitas homosistein dilihat dari ekspresi protein GRP78, SREBP1c dan NF-kB. Aktivitas hepatoprotektif HSE dinilai menggunakan AST, ALT, GGT, dan NAFLD Activity Score (NAS).
Kadar vitamin B12 pada 8 minggu (233 ± 10.8 vs 176 ± 5.4 pg/L; p < 0.001) dan 16 minggu (226 ± 13 vs 190 6 pg/L; p < 0,001), lebih tinggi secara bermakna pada kelompok restriksi vitamin B12 dengan diet HSE dibandingkan kelompok diet restriksi vitamin B12 tanpa HSE. Kadar plasma homosistein plasma lebih rendah secara bermakna pada kelompok restriksi vitamin B12 dengan HSE dibandingkan kelompok restriksi vitamin B12 tanpa HSE di usia perlakuan 8 minggu (2,25 ± 0,07 vs 2,63 ± 0,1 mol/L; p < 0,001) dan 16 minggu (2,18 ± 0,07 vs 2,64 ± 0,09 mol/L; p < 0,001). Aktivitas GGT plasma di usia 16 minggu perlakuan menurun secara bermakna pada kelompok restriksi vitamin B12 dengan HSE dibandingkan kelompok restriksi vitamin B12 tanpa HSE (14,5 ± 1,1 vs 22,9 ± 2,4 IU; p < 0,05). Ekspresi protein GRP78, SREBP1c, dan NfKB diukur menggunakan protein GADPH sebagai kontrol internal. Pada minggu ke-8 dan 16, ekspresi protein NF-kB lebih rendah pada kelompok restriksi vitamin B12 dengan HSE dibandingkan dengan grup restriksi vitamin B12 tanpa HSE (0,78 ± 0,08 vs 1,08 ± 0,06; p < 0,05). Ekspresi protein SREBP1c lebih rendah pada kelompok restriksi vitamin B12 dengan HSE dibandingkan dengan grup restriksi vitamin B12 tanpa HSE pada usia perlakuan 16 minggu (0,55 ± 0,03 vs 1,00 ± 0,02; p < 0,05). Kelompok restriksi vitamin B12 dengan HSE memiliki gambaran histopatologis steatosis, inflamasi, dan fibrosis lebih baik dibandingkan kelompok yang restriksi vitamin B12 tanpa HSE setelah 16 minggu perlakuan.
Disimpulkan peningkatan homosistein akibat diet restriksi vitamin B12 pada tikus SD menyebabkan steatosis hati, inflamasi, dan fibrosis. Ekstrak etanol H.Sabdariffa memiliki efek pencegahan terhadap kondisi steatosis, inflamasi dan fibrosis akibat peningkatan homosistein pada tikus SD yang diberi diet restriksi vitamin B12.

There haven't been many studies on the link between vitamin B12 deficiency and homocysteine toxicity. Homocysteine is linked to NAFLD-related cellular disease, and toxicity can manifest as steatosis or inflammation of the liver cells. H. sabdariffa. and its active constituents have a preventive effect against cellular injury. H. sabdariffa extract was tested on Sprague-Dawley (SD) rats with NAFLD in this study. This study aimed to examine the effect of H. sabdariffa on increasing homocysteine ​​in the liver of SD rats fed a vitamin B12 restriction diet.
This research is an in vivo study conducted at the Faculty of Medicine, University of Indonesia. 30 SD rats were divided into six groups based on treatment time at 8 and 16 weeks, with the following treatments: the control group received the standard AIN-93M diet, the vitamin B12 restriction group received the AIN-93M diet with a modified reduction of the vitamin B12 component, and the vitamin B12 restriction + HSE group received the AIN-93M diet with a modified reduction of the vitamin B12 component and an ethanol extract of H. sabdariffa (HSE). After 8 and 16 weeks, vitamin B12 and homocysteine ​​levels were measured. The increase in homocysteine ​​toxicity activity was seen from the expression of GRP78, SREBP1c, and NF-kB proteins. The hepatoprotective activity of HSE was assessed using the AST, ALT, GGT, and NAFLD Activity Score (NAS).
Vitamin B12 levels at 8 weeks (233 ± 10.8 vs 176 ± 5.4 pg/L; p < 0.001) and 16 weeks (226 ± 13 vs 190 6 pg/l; p < 0.001), significantly higher in the HSE group with a vitamin restriction diet. B12. Plasma homocysteine ​​levels were significantly lower in the vitamin B12 restriction group with HSE than in the vitamin B12 restriction group without extract at 8 weeks of age (2.25 ± 0.07 vs. 2.63 ± 0.1 mol/L; p < 0.001 ) and 16 weeks (2.18 ± 0.07 vs. 2.64 ± 0.09 mol/L; p < 0.001). Plasma GGT activity at 16 weeks of treatment decreased significantly in the vitamin B12-restricted group with HSE compared to the vitamin B12-restricted group without HSE (14.5 ± 1.1 vs. 22.9 ± 2.4 IU; p < 0.05). GRP78, SREBP1c, and NfKB protein expressions were measured using GADPH protein as an internal control. At weeks 8 and 16, NF-kB protein expression was lower in the vitamin B12 restriction group with HSE compared to the vitamin B12 restriction group without HSE (0.78 ± 0.08 vs. 1.08 ± 0.06; p < 0 ,05). SREBP1c protein expression was lower in the vitamin B12 restriction group with HSE compared to the vitamin B12 restriction group without HSE at 16 weeks of treatment (0.55 ± 0.03 vs. 1.00 ± 0.02; p < 0.05). The vitamin B12 restriction group with HSE had better histopathological features of steatosis, inflammation, and fibrosis than the vitamin B12 restriction group without HSE after 16 weeks of treatment.
It was concluded that the increase in homocysteine ​​due to dietary restriction of vitamin B12 in SD rats caused liver steatosis, inflammation, and fibrosis. The ethanolic extract of H. Sabdariffa had a preventive effect on steatosis, inflammation, and fibrosis due to increased homocysteine ​​in SD rats fed a vitamin B12 restriction diet.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniasari
"Latar Belakang: Mangiferin (MGR) adalah glikosida xanton yang pertama kali diisolasi dari Mangifera indica. Efek anti hiperglikemik dan anti hiperlipidemik MGR merupakan akibat dari aktivasi peroxisome proliferator activated gamma (PPARγ) dan AMP-activated protein kinase (AMPK). Aktivasi PPARγ menyebabkan peningkatan transkripsi gen glucose transporter 4 (GLUT4) sedangkan aktifasi AMPK menyebabkan stimulasi translokasi GLUT4 ke membran sel serta peningkatan oksidasi asam lemak. Mekanisme tersebut sama dengan tiazolidinedion (TZD), yaitu obat yang digunakan untuk pengobatan resistensi insulin.
Metode: Tikus Spraque Dawley jantan diinduksi resistensi insulin selama 6 minggu dengan memberikan larutan fruktosa 60% melalui sonde dan fruktosa 10% sebagai air minum. Setelah induksi resistensi insulin selesai dilakukan terapi dengan MGR 50 mg/kgBB/hari atau MGR 100 mg/kgBB/hari atau pioglitazon (PIO) 3 mg/kgBB/hari diberikan selama 4 minggu dan selama itu induksi fruktosa tetap dilakukan. Pemeriksaan kadar glukosa, trigliserida, insulin, dan perhitungan nilai HOMA-IR dilakukan pada akhir minggu ke-6 sedangkan kadar kolesterol total plasma puasa, kadar protein kinase C alfa otot, serta tingkat ekspresi mRNA GLUT4 otot dan lemak diperiksa pada akhir minggu ke-10.
Hasil: Pada tikus dengan resistensi insulin yang mendapatkan MGR 50 mg/kgBB/hari dan MGR 100 mg/kgBB/hari terdapat kecenderungan penurunan kadar trigliserida dan kolesterol total puasa, sedangkan kecenderungan penurunan kadar glukosa dan insulin puasa serta nilai HOMA-IR ditemukan pada kelompok yang mendapatkan MGR 50 mg/kgBB/hari bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan terapi (IND FRK). Pada kelompok yang mendapatkan PIO 3 mg/kgBB/hari terdapat penurunan kadar glukosa, trigliserida, insulin, kolesterol total puasa, dan nilai HOMA-IR yang berbeda bermakna dengan kelompok IND FRK. Peningkatan ekspresi mRNA GLUT4 pada jaringan otot dan lemak terlihat pada kelompok yang mendapatkan MGR dan PIO, dan peningkatan ekspresi tersebut sedikit lebih besar pada kelompok yang mendapatkan PIO. Pada pemeriksaan kadar PKCα tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna di semua kelompok.
Kesimpulan: Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian MGR 50 mg/kgBB memiliki potensi untuk memperbaiki resistensi insulin meskipun perbaikan tersebut masih belum optimal dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan PIO 3 mg/kgBB/hari.

Introduction: Mangiferin (MGR) is a glucoside xanthone that is first isolated from Mangifera indica. Anti-hyperglycemic and anti-hiperlipidemic effect of mangiferin related to activation of peroxisome proliferator activated gamma (PPARγ) and AMP-activated protein kinase (AMPK). Mangiferin act as PPARγ agonist and activate glucose transporter 4 (GLUT4) gene transcription while activation of AMPK leads to GLUT4 translocation to cell membrane and fatty acids oxidation. This mechanism are same as tiazolidinedion (TZD), which is one of medicine used for insulin resistance treatment.
Methode: Male Spraque-Dawley rats are fed with high fructoce concentration (60% on direct oral and 10% in drinking water) for 6 weeks (IND FRK) to induced insulin resistance. Treatment with MGR 50 mg/kgBW/day or 100 mg/kgBW/day or pioglitazone (PIO) 3 mg/kgBW/day is given for 4 weeks after insulin resistance induction. Fasting plasma glucose, triglyceride, insulin, and HOMA-IR value are measured in the end of sixth and tenth week. Fasting plasma total cholesterol, muscle protein kinase C (PKCα) level, and mRNA GLUT4 expression level in muscle and white adipose tissue are measured in the end of tenth week.
Result: In this study we found that MGR 50 mg/kgBW and MGR 100 mg/kgBW had tendention to decreased fasting plasma triglyceride and total cholesterol, while MGR 50 mg/kgBW/day also had tendention to decreaced fasting plasma glucose and insulin, and HOMA-IR value. In PIO treated rats, there were significant decreasement of fasting plasma glucose, triglyceride, insulin, and total cholesterol, and HOMA-IR value compared with untreated rats. Increase expression level of mRNA GLUT4 in muscle and adipose tissue were observed in rats given MGR 50 and 100 mg/kgBW/day and PIO 3 mg/kgBW/day. Expression level of muscle and adipose mRNA GLUT4 in PIO treated rats were higher than in MGR treated rats. In all study groups there were no significant difference of muscle PKCα level.
Conclusion: MGR 50 mg/kgBW/day has potention to improve insulin resistance even though this effect less than PIO 3 mg/kgBW/day.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edenia Saumi
"Hiperglikemia merupakan gejala metabolik berupa peningkatan glukosa darah melebihi batas normal, yang dikaitkan dengan diabetes melitus (DM). Modifikasi gaya hidup yang lebih sehat, seperti dilakukannya restriksi kalori dengan metode fasting-mimicking diet (FMD) dapat dilakukan sebagai alternatif pendekatan untuk pengendalian DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh FMD berbahan nabati yang tersedia di Indonesia, terhadap kadar glukosa darah dan resistensi insulin. Penelitian dilakukan terhadap tikus jantan galur Sprague-Dawley model hiperglikemia yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan (n=16), yakni kelompok hiperglikemia (high fat diet[HFD]-streptozotosin[STZ] 35 mg/kgBB dan CMC Na 0,5%), kelompok metformin (HFD-STZ 35 mg/kgBB dan metformin 250 mg/kgBB), kelompok FMD (HFD-STZ 35 mg/kgBB dan FMD), dan kelompok normal diet (ND) (CMC Na 0,5%). Pemberian perlakuan dilakukan selama 28 hari. Tikus dilakukan pengecekan glukosa darah puasa (GDP) dan berat badan setiap minggu perlakuan dan dikorbankan untuk diambil sampel darahnya setelah perlakuan berakhir. Homeostasis model assessment of insulin resistance (HOMA-IR) digunakan untuk mengukur resistensi insulin. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar GDP dengan adanya pemberian FMD, walaupun tidak terdapat perbedaan signifikan antara GDP pra-perlakuan dengan GDP minggu ke-4 perlakuan (p>0,05). Hasil penelitian juga menunjukkan nilai HOMA-IR kelompok FMD mendekati nilai HOMA-IR kelompok ND dan lebih rendah secara signifikan dibandingkan nilai HOMA-IR kelompok hiperglikemia (p<0,05), yang berarti pemberian FMD pada tikus hiperglikemia menghasilkan tingkat resistensi insulin yang lebih rendah dibandingkan dengan tikus hiperglikemia yang tidak diberikan FMD. Sebagai kesimpulan, pemberian FMD dapat menurunkan GDP dan menghasilkan tingkat resistensi insulin yang lebih rendah pada tikus model hiperglikemia.

Hyperglycemia is a metabolic symptom in the form of an increase in blood glucose exceeding normal limits, which is associated with diabetes mellitus (DM). Healthy lifestyle modifications, such as calorie restriction with the fasting-mimicking diet (FMD) method, can be used as an alternative approach to controlling type 2 diabetes. This study aims to determine the effect of FMD using plant-based ingredients available in Indonesia on blood glucose levels and insulin resistance. The study was conducted on male rats of the Sprague-Dawley strain model of hyperglycemia, which were divided into 4 treatment groups (n = 16), namely the hyperglycemic group (high fat diet [HFD]-streptozotocin [STZ] 35 mg/kgBW and CMC Na 0.5%), the metformin group (HFD-STZ 35 mg/kgBW and metformin 250 mg/kgBW), the FMD group (HFD-STZ 35 mg/kgBW and FMD), and the normal diet (ND) group (CMC Na 0.5%). The treatment was carried out for 28 days. Rats were checked for fasting blood glucose (FBG) and body weight every week of treatment and sacrificed for blood samples after the treatment ended. Homeostasis model assessment of insulin resistance (HOMA-IR) was used to measure insulin resistance. The results showed a decrease in FBG levels with the administration of FMD, although there was no significant difference between pre-treatment FBG and FBG at the 4th week of treatment (p>0,05). The results also showed that the HOMA-IR value of the FMD group was close to the HOMA-IR value of the ND group and was significantly lower than the HOMA-IR value of the hyperglycemic group (p<0,05), which means that administering FMD to hyperglycemic rats resulted in lower levels of insulin resistance than the hyperglycemic rats that were not given FMD. In conclusion, administration of FMD can reduce FBG and result in lower levels of insulin resistance in hyperglycemic rats."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Krishna Murthi
"Defisiensi kobalamin dapat menyebabkan berkurangnya donor metil yang berpotensi menggangu metabolisme jantung. Defisiensi kobalamin dapat terjadi pada pasien dengan malnutrisi, ulkus peptikum, diabetes melitus, dan alkoholisme. Berbagai studi pada defisiensi vitamin B12 masih berfokus pada aterogenesis dan stress oksidatif. Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi defisiensi vitamin B12 dengan penurunan fungsi jantung melalui gambaran EKG, ekspresi protein PGC-1α dan protein BNP. Empat belas tikus Sprague-Dawley jantan usia 24-28 minggu dibagi dalam 2 kelompok (kontrol dan perlakuan). Kelompok kontrol diberikan pakan standar dengan nutrisi lengkap, sementara kelompok perlakuan diberikan pakan AIN-93M termodifikasi defisien vitamin B12. Kedua kelompok diberikan pakan dalam periode yang sama yakni selama 16 minggu. Pada akhir minggu ke-16 dilakukan pemeriksaan EKG, pemeriksaan ELISA vitamin B12 plasma, Hcy plasma, ekspresi PGC-1α dan kadar BNP-45 plasma. Hasil penelitian pada kelompok perlakuan menunjukkan terdapat penurunan kadar vitamin B12 plasma, peningkatan kadar Hcy plasma disertai dengan penurunan ekspresi protein PGC-1α dan peningkatan kadar BNP-45 plasma. Pada kelompok perlakuan didapatkan hasil tebal miokardium lebih besar dari kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan juga didapatkan aritmia pada rekam EKG 2 dari 7 tikus. Terdapat korelasi negatif dengan kekuatan sedang antara penurunan ekspresi PGC-1α dengan peningkatan BNP-45 plasma. Defisiensi kobalamin terbukti menyebabkan gangguan metabolisme energi kardiomiosit yang ditandai dengan penurunan ekspresi protein PGC-1α dan berujung pada aritmia serta hipertrofi/pembesaran ventrikel kiri yang ditandai dengan peningkatan tebal miokardium dan peningkatan kadar BNP-45 plasma.

Cobalamin deficiency may cause lack of dietary methyl donors which alter heart metabolism. Cobalamin deficiency are common in patients with malnutrition, gastrics ulcers, diabetes mellitus, and alcoholism. Most studies on cobalamin deficiencies are focused on its relationship with oxidative stress and atherogenesis. Therefore, this study aims to find the corelation between cobalamin deficiency and heart function deterioration through analysis of ECG pattern, expression of PGC-1α protein, and plasma BNP-45 level. Fourteen male Sprague-Dawley rats (age 24-28 weeks) were divided into 2 groups: control group and treatment group. The control group was given standard diet while the treatment group received a modified diet type AIN-93M. Both groups are fed with the same 16-weeks period. ECG and ELISA was performed to evaluate plasma vitamin B12, Hcy levels, expression of PGC-1α protein and plasma BNP-45 levels in each group at the end of the treatment period. At the end of study period, higher Hcy level was observed in the treatment group with lower plasma cobalamin followed by two rats has developed arrythmias and decreased expression of PGC-1α protein and also increased in plasma BNP-45 levels. There is a relatively strong correlation between deterioration of PGC-1α protein with the increased in plasma BNP-45 levels. Cobalamin deficiency has proven to alter cardiomyocites energy metabolism which resulted in arrythmia and tendency to developed left ventricular hypertrophy."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>