Ditemukan 53289 dokumen yang sesuai dengan query
Olivia Dian Ardiati
"Pada akhir periode pemerintahan Dinasti Qing, terdapat dua buah peristiwa besar yang memiliki peran penting terhadap runtuhnya sistem kekaisaran Cina selama berabad-abad lamanya. Kedua peristiwa tersebut antara lain Pemberontakan Taiping (1850-1864) dan Revolusi Xinhai (1911) yang merupakan respon terhadap perubahan sosial dan ekonomi dan ideologi di Cina saat itu. Penelitian ini akan menganalisis keterkaitan antar kedua peristiwa ini terhadap revolusi modern Cina 1911 dengan melihat dari kondisi politik dan ideologi Cina di akhir periode kekaisaran Manchu. Melalui pengamatan dari aspek-aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua peristiwa ini memiliki keterkaitan berupa pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap terjadinya revolusi modern Cina. Pengaruh langsung dapat dilihat dari ideologi “Tiga Prinsip Rakyat” yang dicetuskan oleh Sun Yat-sen sebagai dasar awal berdirinya Cina sebagai negara republik. Sedangkan pengaruh tidak langsung dapat dilihat dari menurunnya pengaruh pemerintah pusat (sentralisasi) Dinasti Qing dan menguatnya kekuatan lokal (desentralisasi). Penulis menggunakan metode kualitatif dan teknik deskriptif serta pendekatan sejarah.
At the end reign of the Qing dynasty, there were two major events which played an important role in the collapse of the Chinese imperial system over the centuries. The two events included Taiping Rebellion (1850-1864) and Xinhai Revolution (1911) which were a response to social economic changes and ideology in China at that time. This study will analyze the relationship between these two events to the Chinese modern revolution in 1911 by looking at the political and ideological conditions of China at the end of Manchu Empire. Through observations of these aspects, it can be concluded that these two events were related in the form of a direct and indirect influence on the occurrence of the modern Chinese revolution. The direct influence can be seen from the ideology of the "Three Principles of the People" which was initiated by Sun Yat-sen as the initial basis for the establishment of China as a republic. Meanwhile, the indirect effect can be seen from the decline in the influence of central government of Qing Dynasty (centralization) and the strengthening of local power (decentralization). The author uses qualitative methods with descriptive techniques and historical approaches."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Gasster, Michael
Seattle: University of Washington, 1969
951 GAS c
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Ho Kan-Chih
Peking: Foreign Language Press, 1959
SIN 951 H 311 h
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Wu, Yu-Chang
Peking: Foreign Language Press, 1962
951 WUY r
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Wright, Stanley F.
Shanghai: Statistical department of the Inspectorate general of customs, 1935
336.26 WRI c
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Chew, I. W. H.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], 1986
951.034 CHE t
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Tokyo: University of Tokyo Press, 1984
951.036 INT o
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Becher, Johannes R.
Munchen : Damnitz verlag, 1971
Jer 831.9 Bec g
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Szekely-Lulofs, Madelon Hermine
Schoorl : Conserve, 1992
BLD 839.36 SZE h (1)
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Hutagaol, Savitra B.
"Keadaan dalam negeri pemerintahan Qing ditandai dengan bermacam-macam pergolakan. Pada masa ini pegawai pemerintahan dapat disuap dan tidak memperhatikan kesejahteraan rakyat. Para bangsawan yang kaya menghindari berbagai macam pajak seperti pajak tanah. Akhirnya pajak_pajak tersebut dibebankan kepada para petani yang miskin. Situasi ini menyebabkan kegeli sahan dikalanganan masyarakat. Akibatnya muncul perampokan-perampokan baik di darat, maupun di laut, bahkan diberatkan lagi dengan adanya musim kering dan banjir. Keadaan pemerintahan Qing semakin lemah dan kacau, rakyat semakin tertindas, setelah masuknya bangsa asing yang terdiri dari bangsa-bangsa Rusia, Amerika, Perancis, Jerman Inggris dan sebagainya ke Cina yang telah dimulai pada abad 16. Sebenarnya kedatangan bangsa asing ini kurang mendapat simpati dari rakyat Cina yang kemudian menimbulkan pertentangan dan peperangan diantara kedua bangsa tersebut dan diakhiri dengan perjanjian-perjanjian yang tak seimbang serta merugikan pihak Cina. Rasa kurang senang rakyat Cina ini pun karena rakyat Cina masih memegang teguh pada ajaran Konfusius, serta masih belum dapat menerima pengaruh-pengaruh dariluar.Hal ini disebabkan Cina terlalu lama menutup dirinya untuk berhubungan dengan pihak luar. Rasa kecewa dan tidak puas terhadap pemerintahan ini dicetuskan melalui pembrontakan Taiping pada tahun 1830 dan pembrontakan Yi He Yuan (Boxer) pada tahun 1899 oleh rakyat, petani dan buruh kecil yang menentang bangsa asing dan pemerintahan Qing. Keadaan masyarakat dan pemerintahan negara Cina berubah setelah Cina kalah perang dengan Jepang pada tahun 1894-1895"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S12872
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library