Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141103 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sakinah Ralea Lestari
"Pantai Depok dan Baron merupakan salah satu obyek wisata di Desa Parangtritis dan tempat perintisan perikanan di pesisir selatan Yogyakarta. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di pesisir Pantai Depok menjadi TPI dengan produksi ikan tertinggi di Bantul pada tahun 2013-2017 dan memberikan kontribusi nilai ekonomi sumber daya perikanan tertinggi di Pesisir Selatan Bantul begitupun dengan perikanan tangkap di Pantai Baron. Tetapi nelayan tidak lepas dari kemiskinan. Pendapatan mereka lebih tinggi hanya pada musim-musim tertentu. Minimnya kepastian penghasilan setiap hari dalam rumah tangga seorang
nelayan, membuat perempuan beradaptasi sebagai salah satu pilar penunjang kebutuhan hidup rumah tangga. Tidak hanya di rumah tangga, perempuan pesisir juga menjadi tonggak pembangunan desa pesisir, perempuan dengan usia rata-rata 20-40 tahun terlibat dalam usaha perikanan di pesisir Pantai Depok. Wanita yang bekerja dan memiliki posisi ekonomi juga faktor penentu dalam menghadapi laki-laki, baik dalam bidang kegiatan di keluarga maupun masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rumah tangga nelayan berdasarkan sebaran dan karakteristiknya. Serta mendeskripsikan hubungan
pengambilan keputusan rumah tangga berdasarkan setiap karakteristik rumah tangga istri nelayan. Metode yang digunakan adalah analisis spasial perbedaan kedua tempat.
Hasilnya adalah terdapat 3 karakteristik rumah tangga yang berbeda berdasarkan aset alat perikanan tangkap, yaitu rumah tangga nelayan juragan, pemilik kapal, dan buruh. Nelayan dan istri dari masing-masing rumah tangga nelayan memiliki pekerjaan, pendapatan, dan jam kerja yang beragam. Secara garis besar, rendah tingginya pendapatan istri nelayan tidak terlalu berpengaruh terhadap pengambilan keputusan di dalam rumah tangga, melainkan pendapatan sang nelayan itu sendiri.

Depok and Baron beaches are one of the tourist attractions in Parangtritis Village and a fishery pioneer site on the south coast of Yogyakarta. The Fish Auction Place (TPI) on the coast of Depok Beach became the TPI with the highest fish production in Bantul in 2013-2017 and contributed the highest economic value of fisheries resources on the South Coast of Bantul as well as capture fisheries on Baron Beach. But fishermen are not free from poverty. Their income is higher only in certain seasons. The lack of certainty of income every day in the household of a fisherman has made women adapt as one of the pillars to support the needs of household life. Not only in households, coastal women are also the pillars of coastal village development, women with an average age of 20-40 years are involved in fisheries business on the coast of Depok Beach. Women who work and have an economic position are also determining factors in dealing with men, both in the field of activities in the family and society. This study aims to analyze fisherman households based on their distribution and characteristics. As well as describing the relationship between household decision making based on each characteristic of the fishermen's wife's
household. The method used is a spatial analysis of the differences between the two places. The result is that there are 3 different household characteristics based on fishing gear assets, namely the household of skipper fishermen, boat owners, and workers. Fishermen and the wife of each fishing household have different jobs, incomes and working hours. Broadly speaking, the low and high income of fishermen's wives does not really affect decision making in the household, but rather the income of the fishermen themselves.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Mutiara
"Penelitian ini mencoba untuk melihat sejauh mana pengaruh penggunaan sarana telekomunikasi untuk dapat membantu permasalahan asimetris informasi selama kegiatan pra-pasca penangkapan dalam unit usaha perikanan, dan dampaknya bagi kesejahteraan rumah tangga nelayan di Indonesia. Studi ini menggunakan analisis data cross-section yang didapatkan dari IFLS (Indonesia Life Family Survey) dan data Potensi Desa tahun 2011 dan 2014 mengenai usaha tani, karakteristik dan kondisi ekonomi rumah tangga nelayan, penggunaan telepon seluler serta jaringan internet perkecamatan di Indonesia.
Survei nasional tersebut memiliki 683 responden yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa penggunaan telepon seluler dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga nelayan di Indonesia sebesar 30.6%. Hasil dari regresi melalui dua tahapan OLS atau 2SLS menunjukkan bahwa rumah tangga nelayan yang memiliki telepon seluler dan menggunakannya dalam usaha perikanan akan mengalami kenaikan konsumsi perkapita dibanding rumah tangga nelayan yang tidak memiliki telepon seluler. Hal ini memperlihatkan bahwa pengenalan akses telekomunikasi berbasis internet dalam rumah tangga nelayan menjadi faktor yang penting dalam kesejahteraan rumah tangga nelayan.

The study attempts to find out to what extent of the influence utilization of telecommunications facilities to be able to help asymmetric information problems during pre-capture fishing activities in the fisheries business unit, and their impact on the fishermen household`s welfare in Indonesia. This study uses cross-section data analysis obtained from the IFLS (Indonesia Life Family Survey) and Village Potential data in 2011 and 2014 concerning farming, economic characteristics and conditions of fishing households, cell phone utilization and internet connections sub-district in Indonesia.
The national survey had 684 respondents spread across 34 provinces in Indonesia. This study found that cell phone can increase the welfare of fishermen households in Indonesia by 30.6%. The results of the regression through two stages of OLS or 2SLS show that fishermen households that have cellular phones and use it in fisheries businesses will experience an increase in per capita consumption compared to fishermen households that do not have cell phones. This shows that the introduction of internet-based telecommunications access in the fishing households is an important factor in the welfare of the fishing households."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54724
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Mahardhika Pratiwi
"Aktivitas perikanan tangkap laut di pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di kawasan Pantai Depok mengalami perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keberlanjutan aset mata pencaharian dan strategi mata pencaharian nelayan di Pantai Depok tahun 2020 menggunakan Pendekatan Mata Pencaharian Berkelanjutan (SLA). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan analisis spasial. Wilayah penelitian dibagi menjadi dua berdasarkan jarak tempat tinggal nelayan dari pantai Depok yaitu kurang dari 500 meter dan lebih dari 500 meter. Berdasarkan perhitungan rentang skala, mata pencaharian nelayan yang tinggal kurang dari meter dari Pantai Depok termasuk kurang berkelanjutan, sedangkan aset nelayan yang tinggal di lebih dari 500 meter dari Pantai Depok termasuk berkelanjutan. Strategi mata pencaharian yang dilakukan adalah migrasi dan diversifikasi mata pencaharian.

Marine fisheries activities on the southern coast of Special Region of Yogyakarta province, especially in the Depok Beach area, has gradually developed. This research aims to analyze the livelihood sustainability level and livelihood strategy of small-scale fishermen at Depok Beach in 2020 based on Sustainable Livelihood Approach (SLA). The methods used in this research are quantitative descriptive analysis and spatial analysis. Study area divided into two groups based on the distance of fishers’ house from Depok Beach, i.e. less than 500 meters and more than 500 meters from the Depok Beach. Based on the calculation of the scale range, livelihood of fishermen in living in less than meters from Depok Beach considered less sustainable, while assets of fishers living in more than 500 meters from Depok Beach are sustainable. The livelihood strategies are diversification and migration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qisty Afifah Noviyanti
"Ketahanan pangan sampai saat ini masih menjadi masalah dunia, terutama di negara miskin dan berkembang. Rumah tangga yang tidak tahan pangan memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku food coping strategy sebagai respon jangka pendek menghadapi penurunan akses pangan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan beberapa faktor dengan skor food coping strategy di permukiman kumuh Kelurahan Depok. Pengambilan data dilakukan pada bulan April-Mei 2018 dengan subjek yaitu ibu rumah tangga atau wanita pengurus makan rumah tangga yang memenuhi kriteria inklusi. Sejumlah 115 orang responden dipilih secara acak sederhana. Data penelitian diperoleh melalui wawancara kuesioner Coping Strategies Index CSI Maxwell tahun 2008, karakteristik rumah tangga, penerima bantuan sosial, dan Household Food Insecurity Access Scale HFIAS oleh FANTA. Untuk mengetahui hubungan antarvariabel dilakukan analisis menggunakan uji t indepen, uji one-way ANOVA, dan uji korelasi pearson two-tailed. Uji regresi linear sederhana dilakukan untuk memprediksi skor food coping strategy terhadap variabel pendapatan rumah tangga.
Hasil penelitian menunjukkan sebesar 78,3 rumah tangga melakukan food coping strategy dalam 7 hari terakhir dengan skor rata-rata 11. Perilaku yang paling sering dilakukan antara lain memilih makanan yang lebih murah dan kurang disukai, membatasi konsumsi orang dewasa agar anak bisa makan dan membatasi porsi makan. Dalam penelitian ini ditemukan adanya hubungan bermakna antara pendidikan kepala keluarga p=0,018, pendapatan rumah tangga p=0,000, dan ketahanan pangan p= 0,000 dengan skor food coping strategy. Hubungan antara pendapatan dengan skor food coping strategy adalah semakin tinggi pendapatan, skor food coping strategy semakin rendah.

Food insecurity has been a worldwide issue, especially in least developed and developing countries. Food insecure households tend to do food coping strategy as a response to decrease of food access.This study was conducted to find out the association between some factors with food coping strategy in Kelurahan Depok rsquo s slum area. This was a quantitative research with cross sectional study design which was taken from April to May 2018. 115 housewives or main food caretakers of household whom meet the inclusion criterias was selected by simple random sampling. Data of this study obtained by questionnaires using Coping Strategies Index CSI 2008 by Maxwell, household characteristics, social assistance program beneficiaries status, and Household Food Insecurity Access Scale HFIAS by FANTA. Bivariate analysis was conducted by independent t test, oneway ANOVA, and pearson correlation two tailed. Simple linear regression was done to predict food coping strategy score with household income.
The result of this study showed that 78,3 households had done food coping strategy on the last 7 days with an average score was 11. The most common behaviours were rely on less preferred and cheaper food, restrict consumption by adults in order for small children to eat, and limit portion size. Bivariate results showed a significant association between household head rsquo s education p 0,018, income p 0,000, food security status p 0,000 with food coping strategy. Food coping strategy score and income has shown negative association as every increase of households income, decrease of food coping strategy score.
"
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudio Suhalim
"Tujuan studi ini adalah mempelajari apakah rata-rata pengeluaran rumah tangga dan karakteristik rumah tangga lainnya berpengaruh secara signifikan terhadap status penerima BLT, Raskin, dan pelayanan kesehatan gratis. Dengan menggunakan data SUSENAS 2009 analisis deskriptif menunjukkan bahwa rumah tangga dengan ratarata pengeluaran kuintil teratas masih menjadi penerima program dan rumah tangga dengan kuintil terbawah ada yang tidak menerima program.
Model regresi probit menunjukan bahwa seluruh karakteristik rumah tangga yang digunakan dalam penelitian ini secara signifikan mempengaruhi status penerima program perlindungan sosial. Rata-rata pengeluaran rumah tangga berhubungan secara negatif dengan status penerima program BLT, Raskin, dan pelayanan kesehatan gratis.
The purpose of this study is to analyze whether the average household expenditure and other household characteristics affect the status of BLT, Raskin and free health service recipients. Using the 2009 SUSENAS data, descriptive analysis shows that there are households from highest average expenditure quintile receive the programs while there are households from lowest quintile do not receive the programs.
The results of probit regression show that all household characteristics significantly affect the status of BLT, Raskin, and free health service recipients. Average household expenditure is negatively related to the status of BLT, Raskin and free health care recipients.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Kadek Suardani
"ABSTRAK
Sekalipun persentase penduduk miskin di Indonesia terus mengalami penurunan, masih cukup banyak penduduk yang hidup sedikit di atas Garis Kemiskinan yang rentan jatuh miskin. Penelitian ini selain melakukan identifikasi rumah tangga rentan miskin pada tahun 2009, juga menunjukkan bahwa persentase rumah tangga rentan yang mengalami dinamika kemiskinan antara tahun 2009 dan 2010 lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga tidak rentan. Selain itu, diketahui bahwa perbedaan outcome (status kemiskinan pada tahun 2010) pada rumah tangga rentan, berkaitan dengan jumlah anggota rumah tangga, dependency ratio, pendidikan kepala rumah tangga, kepemilikan aset, dan beberapa karakteristik komunitas.
Konsep kerentanan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peluang rumah tangga menjadi miskin di periode mendatang, di mana peluang tersebut diestimasi menggunakan metode dari Chaudhuri, Jalan, dan Suryahadi (2002). Model estimasi peluang dibangun dengan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Panel Maret 2009 dan Podes (Potensi Desa) 2008. Untuk keperluan analisis dinamika kemiskinan juga digunakan data Susenas Panel Maret 2010.

ABSTRACT
Although the poverty rate in Indonesia continues to decline, there are still a lot of people who live just above the poverty line, that are vulnerable to poverty. This study in addition to the identification of vulnerable households in 2009, also show that the percentage of vulnerable households experiencing poverty dynamics between 2009 and 2010 is higher than households who are not vulnerable. This study also note that differences in outcomes (the poverty status in 2010), are related to household size, dependency ratio, education of household head, ownership of assets, and some of the communitycharacteristics.
The concept of vulnerability to poverty used in this study is probability of households to become poor in the next period, in which the probability are estimated using the method of Chaudhuri, Jalan, and Suryahadi (2002). The estimation model are made using data Susenas (The National Socio Economic Survey) Panel in March 2009 and Podes (Village Potential datasets) 2008. For purposes of poverty dynamics analysis, this study also used Susenas Panel in March 2010."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Kartika Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh karakteristik rumah tangga yaitu karakteristik demografi, ekonomi maupun sosial serta ekspektasi ibu terhadap pengeluaran pendidikan yang dilakukan oleh rumah tangga. Berdasarkan hasil regresi linier dengan metode tobit pada data Sakerti 2007, didapat bahwa karakteristik rumah tangga secara umum berpengaruh terhadap pengeluaran pendidikan yang dilakukan rumah tangga dengan arah positif, seperti jumlah anak usia 7-24 tahun dalam rumah tangga, proporsi anak usia SD, SMP, dan SMA, serta pendidikan KRT. Penemuan baru dari penelitian ini adalah ekspektasi ibu terhadap kehidupan anaknya di masa depan berpengaruh terhadap pengeluaran pendidikan yang dilakukan rumah tangga. Usia KRT serta jenis kelamin KRT ditemukan tidak signifikan mempengaruhi pengeluaran pendidikan dalam rumah tangga.

This study aims to know the effects of household's characteristics which is demographic characteristics economic characteristics social characteristics and also mother's expectation on household's education expenditure. By applying linear regression Tobit Method on Sakerti 2007 data it is found that in general household's characteristics positively affect household's education expenditure which is number of children age 7 24 in household proportion of primary school age secondary school age and also education of household head. The new finding of this research is mother's expectation about condition of her children in the future was affect household's education expenditure Occupation of household head was found insignificant to affect household's education expenditure.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S57125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mera Diah Asri Suryaningtyas
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh karakteristik individu, rumah tangga, dan pasangan terhadap kontribusi perempuan pada anggaran rumah tangga dengan menggunakan data Susenas 2012. Hasil regresi Tobit menunjukkan bahwa perempuan yang berasal dari status ekonomi tingkat bawah berkontribusi lebih besar pada anggaran rumah tangga. Selain itu, preferensi pada perempuan dalam hal mengurus rumah tangga berhubungan positif dengan kontribusi perempuan pada anggaran rumah tangga. Sebaliknya, jumlah anak dalam rumah tangga berhubungan negatif dengan kontribusi perempuan pada anggaran rumah tangga. Ditemukan pula bahwa faktor terkuat yang memengaruhi kontribusi perempuan pada anggaran rumah tangga adalah status pekerjaan perempuan di sektor formal.

This study analyzes the effect of individual, household and spouse characteristics on women?s contribution on household expenditure. Applying Tobit regressions using 2012 Susenas data, it is found that female from low level of status economic contributes more to household expenditure. Preference for female in housework is positively related to female?s contribution on household expenditure. On the contrary, number of children in household negatively related to female's contribution on household expenditure. It is also found that women?s employment in formal sectors have the strongest effect on their contribution on household expenditure."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadlullah
"

Perairan Yogyakarta merupakan salah satu perairan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 dengan aktivitas penangkapan ikan. Nelayan sebagai aktor utama aktivitas tersebut akan terus memanfaatkan sumber daya perikanan untuk kebutuhan hidupnya. Padahal perairan merupakan common-pool resources yang dapat menimbulkan sebuah masalah akibat adanya kegiatan penangkapan ikan. Masalah tersebut dapat berujung pada eksploitasi dan degradasi lingkungan perairan. Perairan Yogyakarta umumnya dimanfaatkan oleh komunitas nelayan di Provinsi Yogyakarta dengan pemanfaatan terbesar pada komunitas nelayan di Kabupaten Bantul. Salah satu komunitas nelayan di Kabupaten Bantul, Yogyakarta yang paling besar dan maju adalah nelayan di Pantai Depok, Desa Parangtritis. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemilihan fishing grounds dan aktivitas penangkapan ikan berdasarkan jarak dari garis pantai untuk mencapai pengelolaan sumber daya perikanan yang tepat. Metode analisis yang digunakan adalah analisis keruangan dan keterkaitan hubungan yang dijelaskan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan masih sangat bergantung kepada kondisi cuaca dan perairan. Pemilihan fishing grounds hanya mencapai 10 mil dari garis pantai ketika musim berlimpah. Fishing grounds tersebut akan berubah dan cenderung mendekat ke arah garis pantai ketika memasuki musim paceklik. Pemilihan fishing grounds memiliki hubungan yang cukup erat dengan asal daerah nelayan. Nelayan pendatang dari Cilacap yang sudah terbiasa dengan aktivitas penangkapan ikan dapat memilih fishing grounds yang lebih jauh dibandingkan nelayan lokal. Untuk pola spasial penangkapan ikan, jarak fishing grounds akan mempengaruhi ukuran mesin armada. Sementara faktor penangkapan lain seperti armada (kepemilikan dan ukuran), alat tangkap, dan hasil tangkapan cenderung sama baik pada fishing grounds dekat dan jauh di Perairan Yogyakarta. Komoditas tangkapan ikan yang sama serta kondisi cuaca dan perairan diperkirakan membuat aktivitas penangkapan kurang bervariasi oleh nelayan di Pantai Depok.


Yogyakarta waters are one of the waters in Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 with capture fisheries activity. Fisher is the main actor in fisheries activity who always uses the resources to their life necessities. Waters is a common-pool resource that can cause problems with capture fisheries activity. These problems could lead to exploitation and environmental degradation of waters. Generally, the fisher community who lived in the coastal area in Yogyakarta fishing in Yogyakarta waters. Bantul Regency becomes the biggest fishery production in 2018 than the other regency in Yogyakarta Province. One of the fishing communities in Bantul Regency, Yogyakarta that continues to grow and the most advanced in capture fisheries is the fisher at Depok Beach, Parangtritis Village. Therefore, the research conduct to analyze the fisher spatial behavior of fishing activities based on distance from the coastline to do proper fisheries management. The analytical method used was spatial analysis and quantitative descriptive. The results showed that fisher at Depok Beach still depends on the weather and water condition. Fishing grounds can reach 10 miles from the coastline on west monsoon (good season). Those fishing grounds will change and got shorter to the coastline on east monsoon (bad season). Fishing grounds choice has a relationship with the origin of the fisher. Migrant fishers from Cilacap who familiar with fishing activities choose fishing grounds more distant than a local fisher. For the spatial pattern of fishing, the fishing grounds distance will affect the size of the boat engine. While other fishing activities like a boat (ownership and size), gears, and the amount of catch fish tend to be the same both near and far fishing grounds at Yogyakarta waters. The same commodities and weather and water conditions are thought to make fishing activities less varied by fisher on Depok Beach.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeti Lastuti
"Beberapa literatur terbaru mengungkapkan bahwa saat ini konsumsi conspicuous tidak hanya mencakup barang-barang terlihat (visible good) saja, melainkan juga barang-barang tak terlihat (invisible good), yang sebagian besar merupakan kebutuhan dasar individu. Konsumsi conspicuous sangat erat kaitannya dengan ketimpangan pendapatan dan karakteristik regional seperti etnis dan agama, namun penelitian antara ketiga variabel ini masih sangat terbatas, terutama di negara-negara berkembang. Indonesia memiliki ketimpangan pendapatan yang cukup tinggi serta keberagaman etnis dan agama yang sangat luas, sehingga akan sangat mempengaruhi bagaimana share dari konsumsi conspicuous rumah tangga. Penelitian ini menggunakan data pooled konsumsi rumah tangga yang disediakan oleh BPS dari tahun 2017 sampai dengan 2018. Dengan metode 2SLS, hasil penelitian ini menemukan bahwa (1) ketimpangan pendapatan tidak memiliki pengaruh, tetapi kedua variabel karakteristik regional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap share konsumsi conspicuous untuk visible good dan (2) ketimpangan pendapatan dan kedua variabel karakteristik regional berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap share konsumsi conspicuous untuk invisible good

The latest literature reveals that currently conspicuous consumption includes not only visible goods, but also invisible good, which are mostly basic individual needs. Conspicuous consumption is closely related to income inequality and regional characteristics such as ethnicity and religion, however research between these three variables is still very limited, especially in developing countries. Indonesia has a fairly high income inequality as well as a very wide ethnic and religious diversity, so that it will greatly affect how the share of conspicuous household consumption is. This study uses pooled household consumption data provided by BPS from 2017 to 2018.With the 2SLS method, the results of this study find that (1) income inequality has no effect, but the two regional characteristic variables have a positive and significant effect on consumption share conspicuous for visible good and (2) income inequality and the two regional characteristic variables have a negative and significant effect on the share of conspicuous consumption for invisible good."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>