Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202540 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Ryo Tjokrosoedomo
"Tembakau merupakan salah satu tanaman yang memiliki luas lahan terbesar di Indonesia, namun hampir seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan rokok. Dengan adanya Framework Convention on Tobacco Control yang dicanangkan WHO pada tahun 2003 pada skala global dan adanya beberapa peraturan seperti UU No. 36 Tahun 2009 dengan penjelasan pada PP No. 109 Tahun 2012, serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 40 Tahun 2013 mengenai pengendalian rokok pada skala nasional, maka diperlukan suatu usaha agar penghasilan petani tembakau tidak berkurang. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan tembakau sebagai bahan baku produk lain, salah satunya adalah sebagai pestisida. Limbah tembakau yang mengandung 0,6 - 4 persen nikotin sulfat merupakan insektisida yang efektif. Nikotin yang ada dalam tembakau merupakan racun saraf yang bekerja sangat cepat dan paling efektif pada serangga bertubuh lunak dan tungau. Ekstraksi nikotin dilakukan menggunakan pelarut etanol pada ekstraktor tubular dengan unggun yang memiliki ketinggian 30 cm dan diameter 3 cm. Ekstraksi dilakukan selama 100 menit dengan variasi laju alir 0,5 mL/menit, 1 mL/menit, dan 3 mL/menit, Variasi diameter partikel dilakukan pada 0,45 mm dan 0,9 mm. Nikotin yang dihasilkan dari proses ekstraksi tersebut dapat dianalisis menggunakan HPLC untuk mendapatkan nilai yield dari proses ekstraksi tersebut. Hasil uji HPLC menunjukkan bahwa ekstraksi memiliki yield optimal pada laju alir pelarut 1 mL/menit dan diameter partikel 0,45 mm sebesar 10,88 mg.

Tobacco have one of the largest plantation area in Indonesia, but almost every tobacco is used as a raw material for cigarette. With Framework Convention on Tobacco Control coming in 2003 on global scale and several government rule about cigarette control on national scale, someway is needed so tobacco farmer profit will not go down. One of the things to do is to use tobacco as a raw material for other products, such as pesticide. Tobacco waste has 0,6-4 percent nicotine sulfate which is an effective insecticide. Nicotine inside tobacco is a strong neurotoxin that can work really fast and very effective on insect and mold. Nicotine extraction is conducted using ethanol as solvent in a tubular extractor. Extraction process is done on bed with 30 cm height and 3 cm diameter for 100 minute with sampling every 20 minute on 0,5 mL/minute, 1 mL/minute, and 3 mL/minute solvent flow rate as well as 0,45 mm and 0,9 mm particle diameter variation. Nicotine that produced from the extraction process can be analyzed using HPLC to get the yield from that extraction process. HPLC testing shows that the extraction optimal yield is 10.88 mg, on 1 mL/minute solvent flow rate and 0,45 mm particle diameter."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risky Azlia Edrina
"Produksi tembakau nasional saat ini masih bergantung pada produksi
rokok yang sebetulnya ingin dikurangi oleh pemerintah. Pengurangan produksi rokok justru akan mengganggu kesejahteraan petani tembakau di Indonesia. Di lain pihak, tembakau yang mengandung senyawa alkaloid nikotin sebetulnya sudah diolah secara sederhana untuk diaplikasikan menjadi bahan baku biopestisida di beberapa daerah di Indonesia. Hal ini menunjukkan potensi tembakau untuk dapat diolah menjadi produk yang lebih bermanfaat. Nikotin mengandung racun neurotoxin yang sangat efektif untuk membunuh hama. Racun ini akan berbahaya jika dipakai secara berlebihan, akan tetapi tetap sangat efektif bagi hama pada konsentrasi rendah. Metode ekstraksi dengan pelarut etanol dipakai karena dari beberapa eksperimen terlihat bahwa etanol dapat menghasilkan yield yang maksimal. Penelitian ini akan melakukan eksperimen serta pemodelan ekstraksi nikotin dari tembakau dengan pelarut etanol di dalam ekstraktor unggun diam. Yield yang yang paling tinggi dihasilkan dari laju alir 3ml/menit dan diameter partikel 0,45mm sementara yang paling rendah dari laju alir 5ml/menit dan diameter partikel 0,9mm. Model matematik pada penelitian ini disimulasikan dengan Comsol Multiphysics 5.2. Koefisien perpindahan massa didapatkan dengan mengatur nilai koefisien sedemikian rupa sehingga kurva yang didapatkan dari hasil simulasi dengan hasil eksperimen. Terdapat 3 koefisien yang didapatkan dari 3 variasi yang berbeda yatitu 9x10-8m/s; 6,5 x10-8m/s; 1,5 x10-8m/s. Dari koefisien tersebut bilangan ? bilangan Reynold, Schmidt, dan Sherwood dapat dihitung, sehingga dapat didapatkan korelasi dari bilangan ? bilangan tersebut. Korelasi yang didapatkan dalam penelitian ini adalah Sh=0,00003Re-0,77Sc1/3.

Today's national tobacco production is still dependent on cigarette production which actually the government desires to be reduced. The reduction of cigarette production in Indonesia, however, will disturb the prosperity of tobacco farmer. On the other hand, tobacco plant in which contains alkaloid compound is already treated, with a simple method, as a raw material for natural pesticides. Nicotine is a neurotoxin which able to effectively kill pest, particularly agricultural pest. This toxic will be dangerous in a massive amount, but in a moderate amount nicotine can be very useful. An extraction method with ethanol solvent is used because several prior experiments have proven that utilizing ethanol results in maximum number of yield. In this research, extraction experiment and modelling is done to get mass transfer coefficient of nicotine solid-liquid extraction from tobacco leaf with etanol solvent in packed bed extractor. The highest yield resulted from the velocity of the solvent is 3ml/minute and the diameter of the particle is 0.45mm. Otherwise, the lowest yield resulted from the velocity of the solvent is 5ml/minute and the diameter of the particle is 0.9mm The mathematical model is simulated by Comsol Multiphysics 5.2. The mass transfer coefficient is obtained by constantly formulating the coefficient value to achieve the result curve which alligns with the experiment. There are three obtained coefficients from three different variations those are 9x10-8m/s; 6.5 x10-8m/s; 1.5 x10-8m /s. From those coefficients, the Reynold, Schmidt, and Sherwood numbers could be counted, therefore, the correlation between these numbers could be acquired . The result of the correlation from this research is Sh=0,00003Re-0,77Sc1/3.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64118
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diara Dita Kenastiti
"Ekstraksi Logam tanah jarang dari limbah tailing bauksit menggunakan roasting dan ekstraksi padat cair di dalam ekstraktor unggun diam telah diteliti. Dalam studi ini, tailing bauksit digunakan sebagai bahan baku untuk mengekstraksi Logam tanah jarang dalam upaya mengurangi dampak negatifnya dan menghasilkan Logam tanah jarang yang dapat dimanfaatkan untuk industri. Beberapa penelitian telah berhasil dilakukan dalam ekstraksi Logam tanah jarang dengan menggunakan sistem batch namun studi lebih dalam mengenai ekstraksi Logam tanah jarang menggunakan sistem kontinu masih sangat terbatas. Untuk itu, pada penelitian ini dilakukan ekstraksi Logam tanah jarang menggunakan sistem kontinu didalam ekstraktor unggun diam.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan hasil tertinggi Logam tanah jarang yang terekstrak dari limbah tailing bauksit dengan menggunakan ekstraktor unggun diam dengan menggunakan pelarut asam sulfat. Proses ekstraksi Logam tanah jarang dari limbah tailing bauksit terdiri dari tiga tahap, yaitu perlakuan panas roasting, ekstraksi padat-cair tailing bauksit didalam ekstraktor unggun diam, dan proses pengendapan. Tailing bauksit diberi perlakuan panas roasting pada suhu 650oC selama 1 jam. Kemudian ekstraksi padat-cair leaching tailing bauksit dilakukan didalam ekstraktor unggun diam pada suhu 25oC selama 4 jam dengan laju alir 1 mL/menit dengan menggunakan variasi asam sulfat H2SO4 2 dan 3 M. Proses terakhir adalah pengendapan pada larutan hasil ekstraksi. Logam tanah jarang hasil proses leaching diendapkan dengan dua tahap proses pengendapan menggunakan natrium sulfat dan natrium fosfat sebagai agen pengendapan.
Hasil leaching dikarakterisasi dengan menggunakan ICP-OES untuk mengetahui kandungan Logam tanah jarang yang terkandung didalam larutan proses ekstraksi. Dari hasil penelitian didapatkan yield Logam tanah jarang maksimum sebesar 70,9660 dengan logam tertinggi yaitu noedimium sebesar 167,761 mg/L pada kondisi operasi suhu 25oC dengan waktu proses leaching selama 4 jam dengan menggunakan asam sulfat 3M dan dari proses pengendapan didapatkan padatan Logam tanah jarang hidroksida sebesar 2,6 gram.

he extracting rare earth elements from bauxite tailing effluents using roasting and solid liquid extraction in a fixbed extractor has been studied. In this study, bauxite tailings are used as raw materials for extracting rare earth elements in an effort to reduce their negative impacts and produce rare earth elements that can be utilized for industry. Several studies have been successful in the extraction of rare earth elements using a batch system but in depth study of rare earth elements extraction using continuous systems is still very limited. For that, in this study extraction of rare earth elements using a continuous system in the fixbed extractor.
The purpose of this study was to obtain the highest yield of rare earth elements extracted from bauxite tailings by using a fixbed extractor using sulfuric acid solvent. The process of extracting rare earth elements from bauxite tailings is comprised of three stages, namely the roasting, the solid liquid extraction of bauxite tailing in the fixbed extractor and the precipitation. The bauxite tailings were subjected to roasting at 650oC for 1 hour. Then bauxite tailing extraction was carried out in a fixbed exctractor at 25 C for 4 hours at a flowrate of 1 mL min using a variations of sulfuric acid H2SO4 2 and 3 M. The final process is the precipitation of the extraction solution. The rare earth elements of the leaching process are precipitated by two stages of the deposition process using sodium sulfate and sodium phosphate as precipitation agents.
The leaching results were characterized by using ICP OES to determine the rare earth metal content contained in the extraction process solution. The result of the research shows that the maximum rare earth metal yield was 70.9660 and the highest metal is neodymium 167,761 mg L at operating conditions 25 C with 4 hours leaching process using 3M sulfuric acid and from the precipitation process obtained a rare earth elements hydroxide solids of 2.6 grams.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Muhammad Fathi
"Pembatasan penggunaan daun tembakau kering untuk produksi rokok harus disertai dengan adanya pengembangan produk alternatif non-rokok yang berbahan dasar daun tembakau. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan kandungan senyawa nikotin yang telah diisolasi pada daun tembakau. Nikotin diisolasi dari ekstrak daun tembakau menggunakan metode kromatografi kolom dengan variasi rasio campuran petroleum eter dan etanol sebagai fasa gerak, dimulai dari 8:2, 6:4, 4:6, 2:8, hingga 0:10. Fraksi hasil dari setiap rasio yang berhasil didapatkan, kemudian diuji secara kualitatif dengan menggunakan kromatografi lapis tipis KLT serta secara kuantitatif dengan instrumen HPLC. Proses kromatografi yang dilakukan mampu mengisolasi 4,006 senyawa nikotin dari nilai awal sebesar 4,19 . Didapatkan pula bahwa senyawa etanol baik untuk digunakan dalam mengisolasi nikotin yang terdapat dalam ekstrak daun tembakau.

Restrictions on the use of dried tobacco leaf for cigarette production must be accompanied by the development of non cigarette alternative products that are made from tobacco leaves. One of the alternatives that can be done is to use the nicotine compound that is isolated from tobacco leaf extract. Nicotine is isolated using column chromatography method with the variation of mobile phase mixture petroleum ether and ethanol, started from 8 2, 6 4, 4 6, 2 8, to 0 10. All of the chromatographic fraction from each mobile phase rsquo s ratio is then tested qualitatively using thin layer chromatography TLC and also quantitatively using HPLC instrument. The column chromatography process can isolate 4.006 of nicotine compound from 4.19 tobacco leaf extract rsquo s nicotine. It is also known that ethanol is good to be used as chromatography rsquo s mobile phase for nicotine isolation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anifa Tamara
"Ekspor Crude Palm Oil (CPO) merupakan penyumbang devisa negara terbesar dari sektor non-migas bagi Indonesia hingga saat ini dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Nilai jual ekspor CPO berpotensi untuk ditingkatkan, yaitu dengan cara mengembangkan hasil produksi hulu (CPO) menjadi hasil industri hilir seperti β-karoten. Karena manfaatnya yang banyak, saat ini β-karoten semakin dibutuhkan oleh industri pangan, kosmetik, analisis, dan kesehatan. Di sisi lain, β-karoten justru sengaja dihilangkan dari pengolahan minyak sawit karena memberikan warna gelap (kotor) yang tidak disukai konsumen. Maka, pemisahan β-karoten dari minyak sawit kasar perlu dilakukan. Metode ekstraksi pelarut merupakan metode pemisahan yang paling sesuai untuk karakteristik β- karoten dari minyak sawit, dimana dilakukan tanpa pemanasan yang tinggi yang dapat merusak kandungan β-karoten tersebut. Sebelum melakukan ekstraksi β-karoten dari minyak sawit kasar, diperlukan data kesetimbangan untuk mengetahui karakteristik sistem yang akan dipakai. Sejauh ini data kesetimbangan cair-cair untuk sistem ekstraksi β-karoten dari minyak sawit dengan pelarut organik belum ditemukan.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah data neraca massa, kurva koefisien distribusi (K), dan kurva selektivitas (β) dengan variasi rasio massa isopropanol/CPO 0,2 sampai 1,6. Didapatkan kurva Kβ-karoten dimana nilai Kβ-karoten pada variasi terkecil 0,7939 dan terbesar 3,4457. Sedangkan kurva ββ-karoten juga didapatkan dengan nilai ββ-karoten pada variasi terkecil 0,7980 dan terbesar 3,6659. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah Isopropanol yang digunakan akan meningkatkan jumlah β-karoten yang terekstrak. Selain itu didapatkan pula bahwa isopropanol kurang selektif dalam menyerap β-karoten dari CPO

Export Crude Palm Oil (CPO) is the largest foreign exchange earner from non-oil sector for Indonesia until now and the value steadily increased year to year. CPO`s value has the potential to be improved. One of way is developing the upstream product (CPO) become downstream product such as β-carotene. Because of its benefits, currently β-carotene required by food industry, cosmetic industry, analysis industry, and healthcare industry. On the other hand, β-carotene is removed during the process of palm oil. The purpose is to eliminate the dark colour of the palm oil that the consumen does not like it. Thus, the separation of β-carotene from crude palm oil needs to be done. Solvent extraction is the most appropriate method for the separation β-carotene from palm oil, since without high temperatur that can damage the content of β-carotene. Before perform the β-carotene extraction from crude palm oil, equilibrium data are needed to determine the characteristics of the system that will be used. Until now, the data of liquid-liquid equilibrium for system of β-carotene extraction from CPO with an organic solvent have not been found.
The results of this research are the mass balance data, distribution curve and selectivity curve, with the variation of the mass ratio of isopropanol/CPO 0.2 to 1.6. Kβ-karoten obtained, that the value of smallest variation is 0.7939 and the largest is 3.4457. While the ββ-karoten is also obtained, with the smallest variation is 0.7980 and the largest is 3.6659. The result showed that by increasing the amount of isopropanol, it will increase the amount of β-carotene that extracted. But, other showed that isorpopanol is less selective in absorbing β-carotene from CPO."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
T41671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Radifan Sumarna
"In this study, the effectiveness of the absorption of CO2 using hollow fiber membrane contactors is evaluated based on variations in the gas flow rate, and the number of membrane. This study used membrane composed of 1000, 3000, 5000 fiber PVC and solvent PEG 300. The gas flow rate variation is 197, 300 and 380 mL min, while the rate of solvent used is 300 mL min. Variation in this research is gas flow rate, and membrane fibers. Based on the research mass transfer coefficient is 5,4 13,88 x 10 7 m s, flux is 1,99 ndash 9,11 x 10 5 mol m2.s, the amount of absorbed CO2 is 9,43 18,34 x 10 3 mmol s, dan absorption efficieny is 17,90 22,22.

Dalam studi ini, efektivitas penyerapan CO2 menggunakan kontaktor membran serat berongga dievaluasi berdasarkan variasi laju alir gas, dan dan jumlah membrane. Pada studi ini digunakan kontaktor membran yang terdiri dari 1000, 3000, dan 5000 serat PVC dan pelarut PEG-300. Laju alir gas yang digunakan adalah 197, 300, dan 380 mL/min, sedangkan laju pelarut yang digunakan adalah 300 mL/min. Gas yang digunakan pada penelitian ini adalah campuran CO2-CH4. Bedasarkan penelitian yang dilakukan nilai koefisien perpindahan massa sebesar 5,4-13,88 x 10-7 m/s, fluks 1,99 ndash;9,11 x 10-5 mol/m2.s, CO2 terabsorpsi 9,43-18,34 x 10-3 mmol/s, , dan efisieni penyerapan sebesar 17,90-22,22."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husnul Aulia Alamudy
"Dillenia indica merupakan tumbuhan yang banyak terdapat di Indonesia dan memiliki banyak potensi untuk dimanfaatkan. Salah satu potensi yang belum banyak dimanfaatkan selama ini adalah sebagai sumber antioksidan alami yang dapat menggantikan penggunaan antioksidan sintetik. Pada penelitian ini senyawa bioaktif dari daun Sempur air (Dillenia indica) pada variasi diameter serbuk daun 0,3 mm; 0,5 mm dan 0,8 mm akan dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol. Kemudian hasil ekstrak akan diuji untuk mengetahui aktivitas antioksidannya dan kandungan total fenolik di dalamnya. Pemisahan hasil ekstrak dilakukan dengan menggunakan kromatografi kolom dan KLT. Fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan dilakukan uji aktivitas dengan metode carotene bleaching. Identifikasi dilakukan terhadap fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan paling stabil dengan menggunakan analisis spektrofotometri Infrared (IR), Mass Spectrometry (MS), Nuclear Magnetic Resonance (NMR 1H dan 13C. Pengujian aktivitas antioksidan juga dilakukan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) untuk mengetahui mampu atau tidaknya antioksidan dalam ekstrak berfungsi sebagai radical scavenger.
Hasil yang didapat dari penelitian ini yaitu ekstrak etanol dari daun Sempur air memiliki aktivitas antioksidan dan kandungan senyawa fenolik didalamnya. Kandungan total fenolik terbesar, yaitu 29,030 GAE, terdapat pada hasil ekstrak dengan diameter serbuk daun 0,3 mm. Selain itu, pada uji aktivitas carotene bleaching, fraksi dari ekstrak dengan diameter serbuk daun 0,3 mm memiliki aktivitas antioksidan paling baik yang ditunjukkan pada fraksi B, C dan E. Keberadaan antioksidan pada fraksi B, C dan E didukung oleh hasil identifikasi senyawa dengan menggunakan spektrofotometri IR, MS, 1HNMR dan 13CNMR, yang menunjukkan adanya senyawa fenolik di dalam tiap fraksi. Selain itu ekstrak etanol dari daun Sempur air mampu berfungsi sebagai radical scavenger pada nilai EC50 (efficient concentration 50%) sebesar 30,465 ppm. Selain itu, aktivitas antioksidan yang paling baik ditunjukkan pada ekstrak dengan menggunakan pelarut etanol dibandingkan ekstrak dengan menggunakan pelarut etil asetat dan petroleum eter.

Dillenia indica is a common plant in Indonesia and has a big usage potential. One of its function is as natural antioxidant that can replace the usage of synthetic antioxidant. In this research, bioactive compound from leaves of Dillenia indica on powder diameter variation of 0,3 mm; 0,5 mm and 0,8 mm will be extracted with ethanol solvent. The extract will be tested to find out the antioxidant activity and total phenolic content. The separation of extract will be used column cromatography and thin layer cromatography. Fraction which has antioxidant activity will be tested with carotene bleaching methode. The identification will be done on fraction which has the most stable antioxidant activity with Infrared Spectrophotometry (IR), Mass Spectrometry (MS), Nuclear Magnetic Resonance (NMR) 1H and 13C analyses. Antioxidant activity testing also done with DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) methode to find out the ability of antioxidant in extract as radical scavenger.
The results from this research are ethanol extract from Dillenia indica leaves have antioxidant activity and total phenolic content. The biggest total phenolic content is 29,030 GAE on the extract of leaves powder on 0,3 mm diameter. Besides, on carothene bleaching tested methode, fracton from extract with leaves powder diameter 0,3 mm has the best antioxidant activity which is shown on B, C and E fraction. The presence of antioxidant on B, C and E fraction is supported by the compound identification with the usage of IR spectophotometry, MS, 1HNMR and 13CNMR, which show the presence of phenolic compound in each fraction. Besides, ethanol extract from Dillenia indica leaves has a function as radical scavenger with EC50 (efficient concentration 50%) value 30,465 ppm. The comparation of antioxidant activity has been done on Dillenia indica leaves extract with three different solvents (ethanol, ethyl acetate, and petroleum ether). The usage of ethanol solvent on extract shows the best antioxidant activity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dillenia indica merupakan tumbuhan yang banyak terdapat di Indonesia dan memiliki banyak potensi untuk dimanfaatkan. Salah satu potensi yang belum banyak dimanfaatkan selama ini adalah sebagai sumber antioksidan alami yang dapat menggantikan penggunaan antioksidan sintetik. Untuk mendapatkan antioksidan dari daun Dillenia indica, digunakan metode ekstraksi tekanan tinggi. Pada proses ini, digunakan pelarut etanol pada tekanan tinggi di bawah kondisi superkritis. Kondisi operasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah tekanan dan laju alir pelarut. Selain itu, dikaji pula pengaruh sistem sirkulasi pelarut terhadap ekstrak yang dihasilkan. Hasil ekstrak diuji aktivitas antioksidannya terhadap minyak curah dengan menggunakan metode carotene bleaching. Aktivitas antioksidan dari ekstrak dapat dikaitkan dengan keberadaan senyawa fenolik yang terkandung didalamnya. Untuk itu, dilakukan pula uji kandungan fenolik dengan metode spektrofotometer menggunakan reagen Folin-Ciocalteu. Hasil ekstraksi tekanan tinggi ini dibandingkan dengan ekstraksi sonikasi dan soxhlet menggunakan ANOVA. Dari hasil penelitian, didapatkan aktivitas antioksidan terbesar pada variasi tekanan adalah sampel 12 bar yaitu sebesar 94,145 % dengan jumlah kandungan fenolik sebesar 34,693 GAE. Untuk variasi laju alir pelarut, sampel 1,5 mL/min mempunyai aktivitas antioksidan terbesar yaitu 94,941 % dengan jumlah kandungan fenolik sebesar 52,547 GAE. Sedangkan untuk sistem sirkulasi, aktivitas antioksidan yang dihasilkan sebesar 98,733 % dan jumlah kandungan fenolik sebesar 88,722 GAE. Hasil perbandingan dengan metode sonikasi dan soxhlet menggunakan ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat signifikan terhadap jumlah kandungan fenolik yang dihasilkan masing-masing metode. Jumlah fenolik dalam ekstrak sangat dipengaruhi oleh metode ekstraksi dan kondisi operasi yang digunakan pada saat ekstraksi."
[Fakultas Teknik Universitas Indonesia, ], 2007
S49738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Alexander
"Karbon dioksida merupakan senyawa pengotor pada gas alam yang dapat mengurangi nilai kalor dan bersifat korosif pada perpipaan. Salah satu metode pemisahan CO2 dari gas alam adalah dengan menggunakan kontaktor membran. Penggunaan kontaktor membran membran superhidrofobik digunakan sebagai media alternatif karena kemampuannya dalam memisahkan CO2 dengan area kontak yang besar pada ukuran yang compact dan mempunyai ketahanan yang baik akan pembahasan yang terjadi oleh larutan absorben.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja kontaktor membran superhidrofobik pada penyerapan gas CO2. Gas yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran gas CO2 dan CH4 sebagai pendekatan dari gas alam yang sesungguhnya. Pada penelitian ini, gas campuran CO2-CH4 dialirkan di bagian shell dan absorben PEG-300 di bagian lumen dalam membran kontaktor. Pengambilan sampel dilakukan setelah 15 menit dan kandungan CO2-CH4 yang tersisa dianalisis dengan Gas Chromatography. Variasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah laju alir gas umpan, konsentrasi pelarut PEG-300, dan jumlah serat membran kontaktor.
Bedasarkan penelitian yang dilakukan nilai koefisien perpindahan massa sebesar 0,99-4.29 x 10-7 m/s, fluks 0,39 ndash; 1.05 x 10-5 mol/m2.s, CO2 terabsorpsi 1,94-5.33 x 10-3 mmol/s, CO2 Loading 2.33-6.40 x 10-3, dan efisieni penyerapan sebesar 3.39-7.98.

Carbon dioxide is pollutant in natural gas that could decrease heating value of gas and corrosive due to pipeline gas. One of the separataion method of CO2 from natural gas using membrane contactor. The usage of contactor membrane hidrofobic as alternative method because of a huge surface of contactor area in a compact size. Also it has good resistance from wetting that caused by solvent.
The purpose of this research is to know the performance super hidrofobic membrance contactor on absorbing carbon dioxide gas. Gas that used in this research is the mixed of CO2 and CH4 to approach on real natural gas composition. In this research CO2 CH4 is flown on shell side and the absorbent PEG 300 is in lument site of membrane. Sampling time is done in 15 minutes. After 15 minutes the gas will be analysed using Gas Chromatography. Variation in this research is gas flow rate, PEG 300 solvent concentration, and membrane fibre.
Based on the research mass transfer coefficient is 0,99 4.29 x 10 7 m s, flux is 0,39 ndash 1.05 x 10 5 mol m2.s, absorbed CO2 is 1,94 5.33 x 10 3 mmol s, CO2 Loading 2.33 6.40 x 10 3, dan absorption efficieny is 3.39 7.98.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Givon Fatakhul Khisan
"Solanesol memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dan absorpsi radikal bebas yang kuat dan sebagai bahan baku intermediat koenzim Q10. Solanesol umumnya ditemukan di tanaman solanaceous. Daun tembakau termasuk tanaman yang mengandung sumber solanesol terbanyak. Sintesis berbantuan ultrasonik (UAE) meningkatkan rendemen ekstrak melalui reduksi waktu proses, temperatur rendah, dan penggunaan pelarut yang aman. Penelitian ini mengevaluasi kelayakan investasi dari pabrik produksi solanesol dari daun tembakau sebagai bahan baku intermediat koenzim Q10. Pabrik akan dibangun di daerah Temanggung dengan masa usia proyek 15 tahun dan ditargetkan mampu memenuhi 1% market share di Asia Pasifik. Penelitian ini membandingkan tiga alur skenario proses ekstraksi solanesol, yaitu UAE Skenario 1, UAE Skenario 2, dan Soxhlet. Perangkat lunak SuperPro Designer digunakan untuk mensimulasikan proses produksi sehingga diperoleh data neraca massa, energi, dan parameter keekonomian. Simulasi menunjukkan produksi solanesol dengan metode ekstraksi UAE Skenario 1 pada daun tembakau sebagai skenario terbaik dengan nilai konversi 2,3% dan parameter profitabilitas berupa NPV, IRR, PBP, dan ROI sebesar USD 25.764.000, 34,45%, 2,20 tahun, dan 45,49% secara berurutan pada harga jual solanesol sebesar USD 2100/kg. Alternatif lain dengan metode UAE Skenario 2 dan Soxhlet memiliki nilai konversi tertinggi dan terendah, yaitu masing – masing 2,5%, dan 2,17%, dengan nilai parameter profitabilitas positif

Solanesol has high antioxidant activity and strong free radical absorption, and serves as an intermediate raw material for coenzyme Q10. Solanesol commonly found in solanaceous plants. Tobacco leaves are the highest source of solanesol. Ultrasonic-assisted extraction (UAE) increases the extract yield through reduce process time, low temperature, and using safe solvents. This study evaluates economic feasibility in solanesol production plant from tobacco leaves. The plant will be built in the Temanggung city with a project lifespan of 15 years and aims to achieve a 1% market share in the Asia Pasific region. This research compares three process extraction scenarios for solanesol: UAE Scenario 1, UAE Scenario 2, and Soxhlet. The SuperPro Designer software is used to simulate the production process, obtaining data on mass and energy balance, and economic parameters. The simulation shows that solanesol production using UAE Scenario 1 is the best scenario, with a conversion rate of 2,3% and profitability parameters such as NPV, IRR, PBP, and ROI of USD 25.764.000, 34,45%, 2,20 years, and 45,49% respectively, at solanesol selling price of USD 2.100/kg. Meanwhile, UAE Scenario 2 and Soxhlet methods has the highest and lowest conversion rates at 2,5% and 2,17% respectively, with positive profitability parameters."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>