Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164218 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurchalis Rasyid
"Latar belakang: Malaria merupakan penyakit parasitik yang masih banyak ditemukan di Indonesia Timur. Inflamasi akibat infeksi malaria memicu stress oksidatif sehingga terjadi apoptosis sel yang berlebihan yang berhubungan dengan ekspresi protein Caspase-3 sebagai protein eksekutor apoptosis. Pemberian sambiloto dan spirulina yang memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan dapat berpotensi mencegah kerusakan sel epitel kolon media mencit yang diinduksi Plasmodium berghei.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh pemberian kombinasi sambiloto dan spirulina terhadap ekspresi Caspase-3 pada sel epitel kolon media mencit yang diinduksi Plasmodium berghei.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental yang menggunakan materi biologi tersimpan kolon media mencit Swiss Webster jantan. Kelompok uji berupa AP (Sambiloto 200 mg/KgBB), AP+PS (sambiloto 200 mg/KgBB dan bubuk spirulina 130 mg/KgBB), AP+ES (sambiloto 200 mg/KgBB dan ekstrak spirulina 26 mg/KgBB), kontrol negatif (carboxymethil cellulose 0,5%) dan kontrol positif (Dihidroartemisinin Piperakuin 195 mg/KgBB). Setelah diberikan terapi selama 28 hari, mencit diterminasi lalu dilakukan pewarnaan imunohistokimia anti-Caspase-3 pada jaringan kolon. Spesimen dilihat menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x sebanyak lima lapang pandang. Analisis data menggunakan piranti ImageJ® dengan melihat persentase ekspresi Caspase 3 lalu dianalisis menggunakan SPSS 20.0
Hasil: Uji hipotesis One Way ANOVA diperoleh hasil signifikan (p<0,05). Berdasarkan uji Post-hoc Bonferroni diperoleh kelompok AP+PS (148,54 +/- 17,23) berbeda signifikan (p<0,05) dengan kelompok AP dan kontrol negatif. Selain itu, kelompok AP+PS menunjukkan efek yang tidak berbeda dengan kontrol positif (162,66 +/- 7,01; p=0,952).
Simpulan: Pemberian ekstrak sambiloto dan serbuk spirulina menunrunkan ekspresi Caspase-3 pada sel epitel kolon media mencit terinduksi Plasmodium berghei.

Background: Malaria is a parasitic disease that is still widely found in Indonesia, Inflammation caused by malaria infection can trigger oxidative stress which can lead to excessive cell apoptosis associated with protein Caspase-3 expression as an apoptosis executor protein. The administration of sambiloto and spirulina which have anti-inflammatory and antioxidant effects can potentially prevent Plasmodium berghei-induced damage to the colonic epithelial cells of mice.
Aim: This study aims to determine the effect of giving a combination of sambiloto and spirulina on the expression of Caspase-3 in mice colonic epithelial cells induced by Plasmodium berghei.
Methods: This study is an experimental study using biological material stored in colon media of male Swiss Webster mice. The test groups were AP (Sambiloto 200 mg/KgBB), AP + PS (sambiloto 200 mg/KgBB and spirulina powder 130 mg/KgBB), AP + ES (sambiloto 200 mg / KgBB and spirulina extract 26 mg/KgBB), negative control. (carboxymethil cellulose 0.5%) and positive control (Dihydroartemisinin Piperakuin 195 mg/KgBW). After 28 days of therapy, the mice were terminated and then stained with anti-Caspase-3 immunohistochemicals on the colonic tissue. Specimens were viewed using a light microscope with a magnification of 400x for five fields of view. Data analysis using the ImageJ® tool by looking at the percentage of Caspase 3 expression then analyzed using SPSS 20.0.
Results: The One Way ANOVA hypothesis test obtained significant results (p <0.05). Based on the Bonferroni Post-hoc test, it was found that the AP + PS group (148.54 +/- 17.23) was significantly different (p <0.05) from the AP group and negative control. In addition, the AP + PS group showed no different effects from the positive control (162.66 +/- 7.01; p = 0.952)
Conclusion: Provision of sambiloto extract and spirulina powder reduced the expression of Caspase-3 in colonic epithelial cells of Plasmodium berghei induced mice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Ariffandi
"Latar belakang: Malaria masih menjadi masalah kesehatan dunia dan masih menjadi penyakit endemik di Indonesia. Selain mortalitas yang masih tinggi, resistensi obat juga menjadi masalah yang semakin memburuk. Sambiloto (Andrographis paniculata) dan spirulina (Spirulina platensis) merupakan dua bahan antimalaria potensial. Sambiloto dan spirulina juga memiliki khasiat sebagai antioksidan dan antiinflamasi yang mampu menekan morbiditas akibat inflamasi sistemik malaria, termasuk proliferasi di kolon. Penyelidikan lebih lanjut dengan menggunakan biomarka spesifik diperlukan untuk meningkatkan pemahaman mengenai aktivitas kedua bahan potensial ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pemberian ekstrak sambiloto dan spirulina terhadap ekspresi protein Ki-67 pada sel epitel kolon media mencit terinfeksi Plasmodium berghei. Metode: Sampel kolon media diperoleh dari 30 ekor mencit Swiss-Webster jantan terinfeksi P. berghei yang dibagi dalam lima kelompok uji yaitu kelompok kontrol negatif (CMC), kelompok kontrol positif (DHP), kelompok ekstrak sambiloto (AP), kelompok kombinasi ekstrak sambiloto dengan ekstrak spirulina (AP+ES) dan dengan spirulina serbuk (AP+PS). Organ kolon kemudian diproses dengan imunohistokimia untuk mendeteksi Ki-67. Ekspresi protein dinilai berdasarkan H- score menggunakan aplikasi ImageJ®.
Hasil: Ditemukan perbedaan ekspresi Ki-67 di antara kelima kelompok uji (p=0,001). Rerata H-score ekspresi Ki-67 pada kelompok CMC adalah 135,503 ± 6,723. Ekspresi terendah berada pada kelompok AP+PS dengan rerata H-score 110,941 ± 7,079. Pemberian ekstrak sambiloto saja tidak memberikan hasil yang signifikan dibanding kelompok CMC (p=0,514), begitu pula dengan kelompok AP+ES (p=0,234).
Simpulan: Pemberian kombinasi ekstrak sambiloto dan spirulina serbuk mampu menurunkan ekspresi Ki-67 pada sel epitel kolon media mencit terinfeksi P. berghei.

Background: Malaria remains a global health concern and an endemic disease in Indonesia. Aside from the high mortality rate, drug resistance has become a bigger problem. Creat (Andrographis paniculata) and spirulina (Spirulina platensis) are two potential antimalarial agents. Creat and spirulina also act as antioxidants and antiinflammatories that can suppress morbidities during chronic inflammation in the setting of malaria, such as proliferation in colon. Further investigation using specific biomarker is necessary to enhance the understanding of these ingredients’ effectivity. The aim of this study is to investigate the effects of creat extract and spirulina administration on Ki-67 protein expression in medial colon epithelial cells of Plasmodium berghei-infected mice.
Methods: Thirty P. berghei-infected male Swiss-Webster mice were distributed into five experimental groups. The five groups were negative controls (CMC), positive controls (DHP), creat extract alone (AP), creat extract in combination with spirulina extract (AP+ES), and with spirulina powder (AP+PS). Medial colon tissues were processed with immunohistochemistry to detect Ki-67. Expression level was measured by H-score using ImageJ®.
Results: Difference of Ki-67 expression was observed among the 5 groups (p<0,01). The mean H-score for the CMC control group is 135,503 ± 6,723. Lowest level of Ki-67 expression was observed in the AP+PS group (H-score = 110,941 ± 7,079). Administration of creat extract alone didn’t show a significant difference from the CMC group (p=0,514) and neither is the AP+ES group (p=0,234).
Conclusion: Administration of creat extract and spirulina powder lowers Ki-67 expression in medial colon epithelial cells of Plasmodium berghei-infected mice.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiqi Nur Hairi
"Latar belakang: Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia, khususnya Indonesia bagian timur. Malaria secara tidak langsung mengakibatkan inflamasi dan defek metabolisme yang menimbulkan kerusakan usus berupa hiperplasia sel goblet hingga peningkatan ekspresi protein Muc-1. Penggunaan kombinasi ekstrak sambiloto dan spirulina sebagai antiinflamasi dan antioksidan berpotensi mencegah kerusakan pada kolon media mencit terinfeksi Plasmodium berghei ANKA. Tujuan: Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh antara kombinasi sambiloto dan spirulina terhadap aktivitas Muc-1 pada kolon media mencit terinfeksi Plasmodium berghei Anka.
Metode: Penelitian ini memanfaatkan materi biologi tersimpan kolon media Mencit Swiss Webster jantan. Kelompok percobaan meliputi kelompok kontrol positif (Dehidroartemisin piperakuin 195 mg/kgBB), kontrol negatif (carboxymethil cellulose 0,5%), AP (sambiloto 200 mg/kgBB), AP+ES (sambiloto 200 mg/kgBB ekstrak spirulina 26 mg/kgBB), AP+PS (sambiloto 200 mg/kgBB; serbuk spirulina 130 mg/kgBB). Mencit diterminasi setelah hari ke-28 pemberian terapi dan jaringan kolon diberikan diwarnai dengan metode imunohistokimia anti-Muc-1. Spesimen dianalisis menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x sebanyak lima lapang pandang. Data dianalisis menggunakan piranti lunak ImageJ® untuk melihat persentase ekspresi Muc-1 kemudian dianalisis secara statistik menggunakan SPSS 20.0.
Hasil: Berdsarkan uji hipotesis One Way ANOVA, menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05). Berdasarkan uji posthoc Duncan, kelompok AP+PS (120,98 ± 3,37) memiliki perbedaan signifikan (p<0,05) dengan kelompok kontrol negatif, AP, dan AP+ES. Sementara itu, kelompok AP+PS menunjukkan efek yang tidak berbeda dengan kelompok DHP (128,04 ± 4,94) (p=0,137).
Simpulan: Pemberian ekstrak sambiloto 200 mg/kgBB dan serbuk spirulina 130 mg/KgBB menurunkan ekspresi Muc-1 pada jaringan kolon media mencit terinfeksi Plasmodium berghei ANKA.

Introduction: Malaria is still becomes health problem in the world, especially in Eastern Indonesia. Malaria induces inflammation and metabolism defect indirectly, which can cause colonic damage, such as goblet cells hyperplasia and enhancement Muc-1 protein expression. Sambiloto extract and spirulina combination as antiinflammation and antioxidative agent potentially prevent medial colonic damage Plasmodium berghei ANKA infected mice.
Aim: This experimental study proposed to show the effect between smbiloto extract and spirulina on Muc-1 protein activity in medial colon Plasmodium berghei ANKA infected mice
Method: This study was done preserve male Swiss Webster mice colonic tissue. There are five different treatment group including positive control (dehydroartemisin piperakuine 195 mg/kgBW), negative control (carboxymethil cellulose 0,5%), AP (sambiloto 200 mg/kgBW), AP+ES (sambiloto 200 mg/kgBW; spirulina extract 26 mg/kgBW), AP+PS (sambiloto 200 mg/kgBW; spirulina powder 130 mg/kgBW). Mice terminated after 28 days of treatment and colonic tissue was stained with immunohistochemistry anti-Muc-1. Specimens were observed using ligh microscope (400x) in five different field and sample protein Muc-1 expression was analyzed with ImageJ® software. Statistical analysis was done with SPSS 20.0.
Result: One way ANOVA test show significant result (p<0,05). According to Duncan posthoc test, only AP+PS (120,98 ± 3,37) group, which is significantly difference (p<0,05) between negative control, AP, and AP+ES group. Meanwhile, There are not significantly difference between AP+PS and DHP group (128,04 ± 4,94) (p=0,137).
Conclusion: Combination sambiloto extract 200 mg/kgBW and spirulina powder 130 mg/kgBB can reduce protein Muc-1 expression in medial colon Plasmodium berghei ANKA infected mice.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Firzan
"ABSTRACT
Malaria prevalence in Indonesia is high, with half of the provinces considered as endemic area. Up until now, Indonesian people used to use Sambiloto and Spirulina as a cure for several inflammatory diseases. This research was done to see the effect of Sambiloto and Spirulina combination from histopathologic aspect in medial colon of P. berghei infected mice. The data from clincal experiment uses Male Swiss Webster mice that has been infected with Plasmodium berghei Anka where they are divided into 4 different groups as follows The first group with Sambiloto the second group with Sambiloto and extract Spirulina the third group with Sambiloto and powder Spirulina the fourth group control with DHP. The data analysed using Shapiro Wilk reveal normal distribution in all groups. Continued with ANOVA test, followed by Tukey Post Hoc test on the significant data, and Kruskal Wallis test for insignificant data. The result show Spirulina group present a significant result in reducing the inflammatory focus and angiogenesis which most likely came from anti inflammatory attribute from the phycocyanin. While the correlation between Sambiloto Spirulina with the goblet cell and dysplasia rate on the infected mice are insignificant, as it requires prolonged inflammation process in order to achieve the optimal result.

ABSTRAK
Malaria masih menjadi momok kesehatan di Indonesia karena tingginya prevalensi dan luasnya daerah endemik. Penggunaan obat tradisional dari tumbuh-tumbuhan sangat dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia sejak dulu, seperti Sambiloto dan Spirulina yang diduga memiliki banyak khasiat seperti anti-inflamasi dari substans flavonoid dan juga angiostatik dari phycocyanin. Riset ini dilakukan untuk mengetahui efek dari kombinasi Sambiloto dan Spirulina pada aspek histopatologi kolon media tikus yang diinfeksikan dengan P. berghei Anka. Data percobaan ini berasal dari mencit Swiss Webster jantan yang sudah diinfeksikan dengan P. berghei anka. Mencit dibagi menjadi 4 kategori; kelompok pertama diberikan Sambiloto, kelompok kedua diberikan Sambiloto dengan ekstrak Spirulina, kelompok ketiga diberikan Sambiloto dan bubuk Spirulina, dan kelompok keempat sebagai kontrol yang telah diberi terapi DHP. Data kemudian diproses dengan uji Saphiro-Wilk dengan hasil distribusi normal. Olah data dilanjutkan dengan uij ANOVA, kemudian uji Tukey Post Hoc untuk hasil yang signifikan dan uji Kruskal Wallis untuk hasil tidak signifikan. Hasil riset membuktikan penambahan Spirulina memberikan perubahan signifikan pada kolon medial mencit, terutama pada fokus inflammasi dan juga angiogenesis. Namun, efek pada jumlah sel Goblet dan displasia tidak memberikan hasil signifikan karena dibutuhkan proses inflamasi yang berkepanjangan untuk mencapai hasil yang optimal. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Azzahroh
"ABSTRAK
Malaria merupakan penyakit infeksi dengan prevalensi yang tinggi di Indonesia. Peningkatan resistensi terhadap pengobatan malaria telah ditemukan di beberapa negara untuk mengindikasikan bahwa penelitian dan pengembangan antimalaria baru sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan antimalaria alternatif, dengan memanfaatkan ekstrak tanaman herbal, yaitu Spirulina dan Pasak Bumi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menguji pemberian Spirulina secara tunggal dan kombinasi dengan ekstrak akar Pasak Bumi terhadap mencit Mus musculus yang terinfeksi Plasmodium berghei. Dosis Spirulina yang digunakan pada penelitian ini adalah 300 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB sedangkan dosis ekstrak Pasak Bumi yang digunakan adalah 60 mg/kgBB dan 75 mg/kgBB. Pada semua kelompok perlakuan terjadi peningkatan tingkat parasitemia pada hari ke-4 dengan persentase inhibisi parasitemia yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa Spirulina dosis 300 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB dan ekstrak akar pasak bumi dosis 60 mg/kgBB dan 75 mg/kgBB tidak memiliki efek antimalaria, Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak Spirulina tunggal dan kombinasi Spirulina dengan ekstrak Pasak Bumi pada dosis di atas tidak efektif sebagai antimalaria.

ABSTRACT
Malaria is an infectious disease with high prevalence in Indonesia. Increasing in resistance to malaria therapy has been observed in several countries to indicate that new antimalarial studies and development are needed. This study is aimed to find alternative antimalaria by using herbal plant extracts, namely Spirulina and Pasak Bumi. This study is an experimental study that tested the Spirulina administration singly and in combination with the extract of Pasak Bumi root to the mice Mus musculus infected with Plasmodium berghei. The dosage of Spirulina used in this study was 300 mg kgBW and 500 mg kgBW while the dosage of Pasak Bumi root extract was 60 mg kgBW and 75 mg kgBW. In all treatment groups, there was an increased level of parasitemia on day 4 with negative parasitemia inhibition percentage. It shows that Spirulina dose of 300 mg kgBW and 500 mg kg BW and Pasak Bumi root extract by dose 60 mg kgBB and 75 mg kgBW have no antimalarial effect. Thus, it can be concluded that administration of Spirulina singly and the combination of Spirulina and Pasak Bumi root extract are not effective as antimalaria."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabil Bilqis Maulida
"ABSTRAK
Pengantar: Saat ini, malaria masih menjadi penyakit endemik dan hampir 3.2 milyar orang berisiko terkena malaria, kasus terbanyak terjadi di Asia Tenggara dan Afrika. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang memiliki prevalensi tinggi. Terlebih lagi, berkembangnya resistensi terhadap obat anti malaria di Asia Tenggara, khususnya resistensi kloroquin di Indonesia. Sambiloto merupakan obat herbal yang telah digunakan sebagai obat anti malaria dan anti inflamasi. Spirulina juga memiliki fungsi sebagai anti inflamasi. Namun, belum ada penelitian mengenai kombinasi kedua obat ini sebagai obat anti malaria. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efek kombinasi dari sambiloto dan spirulina pada perubahan histopatologi di usus halus mencit terinfeksi Plasmodium berghei. Metode: Data diambil dari percobaan pada mencit jantan Swiss Webster yang sudah terinfeksi Plasmodium berghei Anka. Ada empat kelompok perlakuan, kelompok AP yang sudah diobati dengan ekstrak sambiloto, kelompok AP ES yang diberikan ekstrak sambiloto dan ekstrak spirulina, kelompok AP PS yang diobati dengan ekstrak sambiloto dan powder spirulina, serta kelompok DHP sebagai kontrol positif. Hasil: Hasil analisis menggunakan tes one-way ANOVA dan Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam jumlah fokus inflamasi, sel goblet, dysplasia dan angiogenesis. Namun, dengan pengamatan mikroskopik dan perhitungan rata-rata tiap kelompok, kelompok yang diberikan spirulina memiliki hasil jumlah fokus inflamasi, sel goblet, dysplasia dan angiogenesis yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Diskusi: Pada riset ini, sifat anti inflamasi pada sambiloto dan spirulina dikarenakan komponen aktif dari sambiloto yaitu andrographolide dan phycocyanin dari spirulina. Jumlah sel goblet meningkat bersamaan dengan meningkatnya inflamasi, karena fungsi nya sebagai pelindung pada lapisan mucosa. Dysplasia juga berkaitan dengan proses inflamasi terutama dalam perkembangan neoplasma. Beberapa mediator inflamasi juga memiliki sifat angiogenic, yang mendukung terjadinya proses angiogenesis saat mediator- mediator ini direkrut pada proses inflamasi.

ABSTRACT
Introduction Recently, malaria is still endemic in some area and approximately 3.2 billion people were at risk, most cases happen in South East Asia and African. Indonesia also has high prevalence of malaria. Moreover, high level of antimalarial drug resistance occurs in South East Asia, specifically choloroquine in Indonesia. Sambiloto, one of herbal drugs, has been used as anti malarial drug and also anti inflammatory. Spirulina also has anti inflammatory properties. However, there is no study that prove sambiloto and spirulina combination could be use as anti malarial drug. The purpose of this study is to analyze the effects of sambiloto and spirulina combination to histopathological changes of small intestine from mice that already infected by Plasmodium berghei Method Data is obtained from clinical experiment of Male Swiss Webster mice that already infected with Plasmodium berghei Anka. There are 4 groups of treatment, AP group which has been treated with sambiloto extract, AP ES group treated using sambiloto extract with spirulina extract, AP PS that were treated using sambiloto extract and spirulina powder, and DHP group which is treated with DHP as the positive control group. Results Data analysis using one way ANOVA and Kruskal Wallis shows that there is no significant differences in inflammatory focus, goblet cells, dysplasia and angiogenesis among 4 group of treatment. However, from microscopic field view and mean comparison, addition of spirulina, both extract and powder form, into sambiloto extract decreased inflammatory focus, goblet cells, dysplasia and angiogenesis on the small intestine. Discussion In this research, anti inflammatory properties of sambiloto is due to its bioactive component such as andrographolide and phycocyanin that inhibit pro inflammatory mediators. Goblet cells count increase as inflammation occurs, as it has function as protective part in mucous layer. Dysplasia is also related to inflammation process, especially in neoplasm development. Inflammatory cytokines also have angiogenic properties, as increasing of inflammation process will recruit inflammatory mediators and promote angiogenesis to happen. "
2016
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Najma
"ABSTRAK
Artemisinin Combination Therapy ACT merupakan pengobatan lini pertama rekomendasi WHO untuk pengobatan malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, namun resistensi pengobatan tersebut telah ditemukan di beberapa negara. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan terapi alternatif menggunakan tanaman herbal yaitu Spirulina dalam bentuk crude. Spirulina merupakan tanaman yang berpotensi sebagai antiplasmodium karena kemampuan antioksidan, antiinflamasi, dan imunomodulator yang dimilikinya. Kemampuan tersebut didapatkan terutama dari kandungan Fikosianin dan beta karoten yang dimilikinya. Penelitian ini menguji Spirulina secara tunggal dan kombinasi dengan Dihidroartemisinin Piperakuin DHP yang merupakan salah satu jenis Terapi Kombinasi Artemisin per oral pada mecit yang telah terinfeksi Plasmodium berghei. Dosis Spirulina yang digunakan adalah 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB. Perbandingan densitas parasitemia hari ke-4 dan hari ke-0 pada semua kelompok memilki nilai signifikan p.

ABSTRACT
Artemisinin Combination Therapy is the first line medication recommended by WHO to cure malaria caused by Plasmodium falciparum , but the issue of drug resistance has been discovered in some countries. This research is aimed to find alternative therapy by using the herbal plant, namely Spirulina in crude form. Spirulina is a potential plant to be antiplasmodium since it has antioxidant, anti inflammatory, and immunomodulatory capabilities. The capabilities are obtained from its Phycocyanin and beta carotene. In research single extract of Spirulina and it combination with Dihydroartemisinin Piperaquine DHP as a type of Artemisinin Combination Therapy orally were tested on mice infected by Plasmodium berghei. The doses of Spirulina were 200 mg kgWB and 400 mg kgWB. The comparison of parasitemia on 4th day and 0 day on all groups has a significant value p"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Maulana Fanshur
"Latar belakang: Malaria merupakan masalah kesehatan dunia, termasuk juga Indonesia, dengan jumlah kasus dan angka kematian yang cukup tinggi. Saat ini, terjadi tren peningkatan resistensi terhadap obat antimalaria lini pertama. Sambiloto (Andrographis paniculata) dan spirulina (Arthrospira platensis) merupakan dua tanaman herbal yang banyak terdapat di Indonesia dan diketahui memiliki aktivitas antimalaria. Penelitian Kusmardi dkk menunjukkan pemberian kombinasi ekstrak sambiloto dan spirulina dapat menurunkan fokus inflamasi pada kolon media mencit terinfeksi Plasmodium berghei ANKA.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi ekstrak sambiloto dan spirulina terhadap ekspresi protein COX-2 pada kolon media mencit terinfeksi Plasmodium berghei ANKA.
Metode: 30 ekor mencit Swiss Webster jantan terinfeksi P. berghei dibagi ke dalam lima kelompok uji yang terdiri atas kelompok kontrol positif (DHP), kontrol negatif (CMC), ekstrak sambiloto (AP), kombinasi ekstrak sambiloto dengan ekstrak spirulina (AP+ES), dan dengan powder spirulina (AP+PS). Sebanyak lima lapang pandang untuk masing-masing sampel biologi tersimpan diambil menggunakan mikroskop cahaya (400x) dan dianalisis menggunakan ImageJ® untuk mendapatkan persentase indeks H-Score COX-2.
Hasil: Ditemukan hasil signifikan antara kelompok DHP dengan AP, AP+ES, dan AP+PS (p<0,05). Angka rata-rata ekspresi COX-2 pada kelompok DHP adalah 226,67, sedangkan pada kelompok AP, AP+ES, dan AP+PS berturut-turut adalah 201,89; 203,22; dan 204,9. Tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok CMC dengan DHP (p=0,7) dan kelompok CMC dengan AP (p=0,875).
Kesimpulan: Pemberian ekstrak sambiloto dan spirulina, baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi dapat menurunkan ekspresi COX-2 pada jaringan kolon media mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei ANKA.

Background: Malaria is a world health problem, including Indonesia, with a fairly high number of cases and mortality. Currently, there is an increasing trend of resistance to first-line antimalarial drugs. Sambiloto (Andrographis paniculata) and spirulina (Arthrospira platensis) are two herbal plants that are widely available in Indonesia and are known to have antimalatial activity. Kusmardi et al’s study showed that giving a combination of sambiloto and spirulina extracts could reduce the inflammation focus in the colon media of mice infected with Plasmodium berghei ANKA.
Objective: This study aims to determine the effect of giving a combination of sambiloto and spirulina extract on the expression of COX-2 protein in the colon media of mice infected witth Plasmodium berghei ANKA.
Methods: Thirty male Swiss Webster mice infected with P. berghei were divided into five groups consisting of positive control (DHP), negative control (CMC), sambiloto extract (AP), combination of sambiloto extract and spirulina extract (AP+ES), and with spirulina powder (AP+PS). A total of five colon’s histological images were taken by microscope (400x) and analyzed using ImageJ® to obtain the percentage of the H Score COX-2 index value.
Results: Significant results were found between the DHP group with AP, AP+ES, and AP+PS (p<0.05). The mean number of COX-2 expression in the DHP group is 226.67, while in the AP, AP+ES, and AP+PS groups are 201.89, 203.22, and 204.9, respectively. There is no significant difference between the CMC group with DHP (p=0.7) and the CMC group with AP (p=0.875).
Conclusion: The administration of sambiloto extract and spirulina, either in single or in combination form, can reduce the level of COX-2 expression in the medial colon of mice infected with Plasmodium berghei ANKA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Yohanna Priscilla
"Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan adalah adanya radikal bebas yang berperan dalam stres oksidatif. Glutation (GSH) berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap kerusakan oksidatif dengan menangkal radikal bebas melalui elektron yang didonorkannya. Spirulina sp. merupakan antioksidan alami yang dapat meningkatkan kadar glutation. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol Spirulina plantesis terhadap kadar glutation ginjal tikus. Metode Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental. Sampel berjumlah 30 tikus wistar jantan dari berbagai usia (12, 18, dan 24 minggu) masing-masing terdiri dari kelompok spirulina dan kontrol, sehingga total 6 kelompok. Kadar GSH diuji dengan metode Elman. Analisis data dilakukan dengan uji ANOVA. Hasil Data menunjukkan kadar GSH pada ginjal tikus berusia 12 dan 18 minggu yang diberi ekstrak etanol spirulina lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Tikus kontrol berusia 24 minggu memiliki kadar GSH yang jauh lebih tinggi daripada yang berusia 12 dan 18 minggu. Tidak terdapat perbedaan bermakna di antara usia yang berbeda pada kelompok tikus yang diberi ekstrak etanol spirulina. Kesimpulan Pengaruh pemberian ekstrak etanol Spirulina platensis terhadap penundaan penuaan organ ginjal tampak lebih dominan khususnya di usia muda.

Introduction One of the causes of aging is the presence of free radicals which play a role in oxidative stress. Glutathione (GSH) plays a role in the body's defense mechanism against oxidative damage by removing free radicals through donating electrons. Spirulina sp. is a natural antioxidant that can increase glutathione levels. This study focused on determining the effect of administration of Spirulina plantesis ethanol extract on rat kidney glutathione levels. Method This study uses an experimental research design. The sample consisted of 30 male wistar rats of various ages (12, 18, and 24 weeks), with each consisting of spirulina and control groups, though the total was 6 groups. GSH levels were tested using the Elman method. Data analysis was performed by ANOVA test. Results Data showed that GSH levels in the kidneys of rats aged 12 and 18 weeks which were given spirulina ethanol extract were higher than the control group. Control mice aged 24 weeks had significantly higher levels of GSH than those aged 12 and 18 weeks. There were no significant differences between different ages in the group of mice given spirulina ethanol extract. Conclusion The effect of Spirulina platensis ethanol extract to delay the aging of the kidney organs was dominant especially at a young age."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Tombe
"Latar Belakang: IBD saat ini merupakan epidemi global. Prevalensi IBD di Indonesia adalah 1,16% hingga 26,5%. Mucin-1 melindungi permukaan epitel usus besar. Namun inflamasi menyebabkan terjadinya overekspresi Mucin-1 dan berkontribusi pada progresi kanker. Lunasin dari kedelai telah terbukti dapat mengurangi inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah Lunasin dapat menurunkan kadar Mucin-1. Metode: Hewan coba yang digunakan adalah mencit Swiss Webster, jantan, usia 12 minggu, BB 25 g yang dibagi dalam 4 kelompok yaitu Normal, Negatif (Terinduksi DSS 2%), Kelompok Perlakuan 1 dan 2 merupakan kelompok yang diinduksi DSS dan diberi terapi Lunasin 12,5 mg atau 25 mg/hari. Setelah 6 minggu perlakuan, mencit dimatikan dan jaringan usus besarnya diambil. Pewarnaan imunohistokimia akan memberikan coklat kekuningan untuk Mucin-1. Kemudian pewarnaan ini akan difoto menggunakan mikroskop cahaya dan program Indomikromme. Setelah itu, kadar Mucin-1 akan dianalisis menggunakan plugin profiler IHC ImageJ. ‘ Hasil: Uji ANOVA p<0,05. Tes post hoc kelompok normal dengan tiga kelompok lainnya nilai p<0.05. Kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan 1 menunjukkan nilai p=0.168 dibanding pada kelompok perlakuan 2 dengan nilai p=0.045. Kelompok perlakuan 1 dan 2 memperlihatkan nilai p=0.872. Kesimpulan: Lunasin dosis menurunkan konsentrasi dan kuantitas Mucin-1 pada sel epitel kolon Crypts of Lieberkühn , namun tidak terlalu berpengaruh pada dosis yang diberikan.

Background: IBD is a global epidemic. Indonesia has a 1.16-26% IBD prevalence. IBD can cause colorectal cancer. Mucin-1 protects the large intestine epithelium. However, inflammation overexpresses Mucin-1, which promotes malignancy. Soybean rich-lunasin decreases colitis. This study measures Mucin-1 levels to see if Lunasin reduces colon Mucin-1. Methods: Swiss Webster mice, 12 weeks old, 25 g, were utilised as experimental animals and separated into four groups: Normal, Negative (2 % DSS-induced), Treatment Groups 1 and 2, induced by DSS and administered Lunasin, 12.5 mg or 25 mg/day respectively. The lege artist method uses mice with large intestinal tissue on glass slides. Mucin-1 positive, H&E-stained slides are yellowish-brown. Next, we will photograph the staining with a light microscope and Indomicromme. Next, the IHC ImageJ plugin profiler will check Mucin-1 levels. Result: This study used unpaired numerical comparison. Normality, ANOVA, and post hoc tests were used on the four groups. Shapiro-Wilk normality test p>0.05. P<0.05 in ANOVA. The post hoc test compared the standard group to the other three groups with a p<0.05. The negative group's p-value for treatment group 1 was 0.168, whereas group 2's was 0.045. p=0.872 for treatment groups 1 and 2. Conclusion: Lunasin dose lowered Mucin-1 expression in Crypts of Lieberkühn colonic epithelial cells but did not significantly affect the dose."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>