Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140995 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novita Hillary Christy Damanik
"Arsitektur dan konstruksi memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam aspek lingkungan. Mereka berkontribusi pada emisi karbon tinggi dan konsumsi energi yang tinggi. Bahan bangunan merupakan salah satu faktor utama penyebab kerusakan lingkungan. Material tanah, khususnya bata membutuhkan energi yang tinggi dan mengeluarkan karbon ke atmosfer akibat proses pembakaran. Penelitian sebelumnya telah menggunakan serat alami, seperti serat ampas tebu dan ekstraksi sayuran yang difermentasi sebagai penguat untuk menghasilkan bata yang tidak dibakar. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sifat mekanis, fisis dan tampak bata dengan penambahan perkuatan SBF dan bio-enzim. Percobaan menghasilkan empat spesimen yang mengandung persentase komposisi yang sama tetapi berbeda pada bahan yang dikandungnya. Sampel bata diproduksi secara manual dengan ukuran 50 mm × 50 mm × 50 mm dan 230 mm × 110 mm × 50 mm. Sampel dikeringkan selama 28 hari pada suhu ruangan pada 2 ± 28 ° C sebelum dilakukan observasi dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan SBF dan bio-enzim pada sampel meningkatkan sifat mekaniknya. Sedangkan sifat fisiknya, yaitu resapan air, sampel bata melebur saat direndam dalam air. Untuk sifat tampak, sampel bata dengan SBF memenuhi standar toleransi tekstur, warna, dan ukuran.

Architecture and construction play an important role in achieving sustainable development goals, especially in the environmental aspect. They contribute to high carbon emission and high energy consumption. Building material is one of the main factors that cause environmental damage. Earthen material, especially clay brick, requires high energy and emits carbon to the atmosphere due to the process of kiln-firing. Previous studies have been using natural fiber, such as (SBF) and the extraction of fermented vegetables as reinforcements to produce unfired clay brick. This paper aims to investigate the effect on mechanical, physical and visible properties of unfired clay brick by adding reinforcement: SBF and bio-enzyme. The experiment produces four specimens that contain the same percentage of composition but differed in the contained ingredients. The brick samples were produced manually with the size of 50 mm × 50 mm × 50 mm and 230 mm × 110 mm × 50 mm. They were cured for 28 days at room temperature 2±28°C before the observation and test were conducted. The results showed that by adding both SBF and bio-enzyme to the samples increased its mechanical property. While the physical property, the water absorption, the brick samples melted when immersed in water. For the visible property, the brick samples with SBF met the standard of texture, color, and size tolerance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Daffa
"Ampas tebu merupakan limbah perkebunan dengan kandungan serat selulosa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusun komposit. Komposit serat alami dengan matriks epoksi memiliki beberapa kelebihan diantaranya sifat mekanis yang baik. Penambahan carbon nanotube (CNT) pada komposit diketahui melalui banyak penelitian dapat meningkatkan sifat mekanik. Perlakuan alkali dengan NaOH dilakukan pada serat untuk menghilangkan pengotor pada permukaan serat serta mengaktivasi gugus hidroksil dari serat. Mild acid oxidation dilakukan pada CNT menggunakan HNO3 dan H2O2 untuk mengfunsionalisasi CNT menjadi CNTOH. Perlakuan silane coupling agent (GLYMO) dilakukan terhadap serat dan CNT untuk meningkatkan kompabilitas dengan matriks. Pada penelitian ini dilakukan penambahan carbon nanotube pada komposit serat ampas tebu (bagasse) dengan matriks epoksi sebanyak 0,5%, 1% dan 1,5% terhadap berat matriks yang digunakan. Pengujian FTIR membuktikkan keberhasilan proses perlakuan alkali, mild acid oxidation dan perlakuan silane coupling agent dengan menunjukkan terbentuknya gugus hidroksil, karboksil dan silanol. Selain itu, pengujian Uv-Vis Spektroskopi juga menunjukkan keberhasilan proses fungsionalisasi CNT dengan meningkatkan dispersitas kelarutan CNT sebesar 5%. Hasil uji tekuk yang didapatkan dari penelitian adalah meningkatkan kekuatan lentur komposit sebesar 150,65%, 87,61%, dan 72,73% pada penambahan CNT 0,5%, 1% dan 1,5% berat. Dapat disimpulkan bahwa penambahan CNT akan meningkatkan kekuatan lentur komposit hingga titik optimum penambahan CNT sebesar 0,5% berat dan komposit yang terbentuk dapat dimanfaatkan dalam industri otomotif untuk bahan interior mobil.

Sugarcane bagasse is a plantation waste containing cellulose fiber which can be used as a composite material. Natural fiber composites with epoxy matrices have several advantages including good mechanical properties. The addition of carbon nanotubes (CNT) to composites known through many studies can improve mechanical properties. Alkali treatment with NaOH is carried out on the fiber to remove impurities on the surface of the fiber and activate hydroxyl groups from the fiber. Mild acid oxidation is carried out on CNT using HNO3 and H2O2 to functionalize CNT become CNT-OH. The silane coupling agent (GLYMO) treatment was performed on fiber and CNT to improve compatibility with the matrix. In this study, the addition of carbon nanotubes on bagasse fiber composites (bagasse) with epoxy matrix as much as 0.5%, 1% and 1.5% of the weight of the matrix used. FTIR result proves the success of the alkali, mild acid oxidation and silane coupling agent treatment by showing the formation of hydroxyl, carboxyl and silanol groups. In addition, Uv-Vis Spectroscopy also showed the success of CNT functionalization process by increasing CNT solubility dispersion by 5%. The bending test obtained from the study were to increase the flexural strength of composites by 150.65%, 87.61%, and 72.73% on the addition of CNT 0.5%, 1% and 1.5% by weight. It can be concluded that the addition of CNT will increase the flexural strength of the composite with the optimum value of adding CNT by 0.5% by weight and the composite formed can be utilized in the automotive industry for car interior materials."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Aditha Nugraha
"ABSTRAK
Kontrak adalah hal yang sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari. Kontrak adalah hal yang mendasari sebuah tindakan yang mewajibkan seseorang untuk memberikan sesuatu kepada orang lain dan orang lain dapat memaksakan untuk mendapatkan haknya sesuai dengan perjanjian yang mengikat kedua belah pihak tersebut. Kontrak juga dipergunakan sebagai bukti seseorang sudah mengambil alih/memiliki suatu barang. Dewasa ini, olahraga berkuda di Indonesia sedang berkembang dengan pesat karena Indonesia memiliki tim berkuda yang dapat diandalkan, sudah banyak Indonesia memenangkan pertandingan equestrian taraf internasional, dan masyarakat Indonesia sudah memulai mengenal olahraga ini banyak diantaranya memilih untuk mempunyai sendiri mamalia berkaki 4 itu. Maka dari itu, tesis ini bermaksud untuk memandu baik masyarakat yang baru saja ingin membeli kuda, maupun kepada masyarakat yang baru saja menjajaki dunia berkuda, dan menunjukan betapa pentingnya membuat perjanjian tertulis agar tidak terjadinya kerugian dan penipuan.

ABSTRACT
The contract is very important in daily basis. Contract is an action that requires a person to give something to others and then others can impose to be eligible in accordance with the agreement binding on both parties. Contract also used as a proof that a person has taken over the ownership of the goods/a person is already possessed the goods. Nowadays, equestrian sports in Indonesia is growing rapidly because Indonesia is known to have a reliable equestrian team, this country has won numerous equestrian competitions in international level, because of that, Indonesian society has started to notice this sport, many of Indonesian society prefer to have their own what so called four-legged mammals. Therefore, this thesis intends to guide people both for those who are just about to purchase their own horse as well as to those who are new to the equestrian world, and shows how important it is to make a written agreement beforehand in order to avoid the occurrence of loss and fraud.
"
2016
S64124
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Bagus Adittya
"[ABSTRAK
Serat bagas tebu (Sugarcane bagasse) yang merupakan serat alam dapat digunakan sebagai penguat komposit matriks polimer.Namun, serat tebu dengan matriks polimer memiliki kompatibilitas yang rendah dikarenakan sifat hidrofobik dari matriks polimer dan sifat hidrofilik dari serat.Selain itu, serat alam masih banyak mengandung fraksi amorf (lignin dan hemiselulosa), sehingga komposit menjadi getas dan kristalinitasnya rendah.Oleh karena itu, dilakukan perlakuan untuk mengurangi fraksi amorf tersebut melalui perlakuan kimia.Perlakuan kimia tersebut mampu mengurangi kandungan fraksi amorf (lignin dan hemiselulosa) secara efektifsehingga meningkatkan indeks kristalinitas serat secara signifikan.Perlakuan kimia tersebut terdiri dari perlakuan awal dan perlakuan inti, keduanya penting untuk mengurangi kandungan fraksi amorf dan meningkatkan indeks kristalinitas serat secara signifikan.Perlakuan awal yang digunakan adalah alkalinisasi dengan varian temperatur dan konsentrasi.Perlakuan inti yang digunakan adalah pemutihan dengan menggunakan larutan natrium klorit dan asam sulfat. Selain itu, dilakukan juga perlakuan oksidasi reaktif dengan bantuan katalis TEMPO (2,2,6,6-tetrametilpiperidin-1-oksil radikal). Dari berbagai perlakuan tersebut diperoleh rangkaian perlakuan yang paling efektif untuk mengurangi kandungan fraksi amorf (lignin dan hemiselulosa) karena mampu meningkatkan.

ABSTRACT
, "Sugarcane bagasse fiber (Sugarcane bagasse) is a natural fiber used as a reinforce on polymer"
"matrix composites. However, sugarcane fiber, with the polymer matrix, have a low compatibility due to the hydrophobicity of the polymer matrix and hydrophilic properties of the natural fiber. In addition, natural fiber still contains many amorphous fraction (lignin and hemicellulose), so that the composite becomes brittle and low crystallinity. Therefore, there are several methods of chemical treatment to decrease the amorphous fraction. The chemical treatment can decrease the content of amorphous fraction (lignin and hemicellulose) effectively and increase the crystallinity index significantly. Initial treatment used is alcalinization with variants of temperature and concentration. Core treatments used are bleaching by using a solution of sodium chlorite and sulfuric acid. In addition, the treatment was conducted by using reactive oxidation catalyst, named TEMPO (2,2,6,6- tetrametilpiperidin-1-oksil radical). From those various treatments, it was obtained the most effective treatment to reduce the content of amorphous fraction (lignin and hemicellulose)"
"which is can increase crystallinity index up to 76.13%."]
"
2015
S60352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofa
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan karbon aktif dari ampas tebu dengan luas permukaan melebihi 800 m2/gram dan mengetahui pengaruh metode aktivasi, suhu aktivasi dengan KOH, dan waktu aktivasi dengan KOH terhadap luas permukaan karbon aktif yang dihasilkan.Aktivasi kimiawi dilakukan dengan menggunakan KOH pada suhu 600oC, 700oC, dan 800oC selama ½ jam dan 1 jam. Sebagai pembanding dilakukan aktivasi fisika tanpa KOH pada suhu 700oC selama 1 jam. Karbon aktif yang diperoleh dikarakterisasi luas permukaannya. Luas permukaan tertinggi 1135 m2/gram diperoleh dari aktivasi menggunakan KOH selama ½ jam pada suhu 800oC. Dengan metode aktivasi fisika diperoleh luas permukaan 293 m2/gram.

ABSTRACT
This research aims to produce activated carbon made from sugarcane bagasse with a surface area exceeding 800m2/gram and determine the effect of activation method, temperature of KOH activation, and time of KOH activation of the surface area of activated carbon. Chemical activation performed using KOH at a temperature of 600oC, 700oC, and 800oC for ½ hour and 1 hour. As a comparison, physics activation performed without KOH at a temperature of 700oC for 1 hour.Surface area of activated carbon was characterized. The highest surface area is 1135m2/gram obtained from KOH activation for ½ hour at temperature of 800oC. Through the physical activation, the surface area is 293m2/gram."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43263
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Waruwu, Desiyana Christyn Natalia
"Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji karakteristik fisik dan mekanik batu bata tanpa dibakar dengan campuran tanah lempung, pasir, semen, air dan serabut kelapa yang disimpan di ruangan penyimpanan bata yang berbeda. Penelitian ini berbasis teknologi tepat guna dan semua bahan dan peralatan yang digunakan adalah yang mudah didapat, serta siapa saja dengan bantuan pemandu (guide) bisa mengerjakannya. Sebelum mempersiapkan campuran pembuatan bata, serabut kelapa yang digunakan pada penelitian ini melewati proses treatment terlebih dahulu. Rata-rata, serabut kelapa dipotong menjadi 2,5 cm dan digunakan sebanyak 2%, 4% dan 6% dari massa semen (massa pengikatnya).
Bata tanpa dibakar pada penelitian ini dibagi menjadi dua jenis bata, yaitu bata BM (bata yang disimpan di ruangan terbuka, tanpa adanya dinding penyekat dan hanya dilindungi dengan atap) dan bata BP (bata yang disimpan di ruangan tertutup dengan sedikit jendela terbuka). Penentuan formula campuran yang berbasis tanah kering dalam penelitian ini telah melewati proses trial and error terlebih dahulu dan komposisi campuran 30% tanah, 55% pasir, 15% semen dan 12,5% air dipilih menjadi formula acuan untuk pembuatan batu bata tanpa dibakar. Karakteristik fisik yang diselidiki pada penelitian ini meliputi; pengujian daya serap (absorption), kadar air (water content), massa jenis (density) dan susut (shrinkage) bata, sedangkan untuk pengujian karakteristik mekanik bata meliputi; kuat tekan (compressive strength) bata dan kuat lentur (modulus of rupture) bata.
Hasil penelitian yang dilakukan selama 90 hari menunjukkan bahwa nilai absorpsi pada bata BP dan bata BM mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur bata, sedangkan nilai kadar air menunjukkan penurunan seiring dengan bertambahnya umur bata. Pada umur 90 hari, bata BP menunjukkan performa kuat tekan dan kuat lentur yang lebih baik dibandingkan dengan bata BM. Anomali yang terdapat di dalam penelitian ini disarankan menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan pada penelitian selanjutnya. Secara umum, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa moisture dan cara pencetakan bata mempengaruhi respon yang diberikan oleh masing-masing bata.

This study was conducted to assess the physical and mechanical characteristics of unfired bricks were made with a mixture of clay, sand, cement, water and coconut fibers, and were stored in a different storage room. The study was based on low technology approach where all of the materials and equipments used in this research are easily procured as well as anyone can make those bricks only with little help from someone who has many experiences on bricks. Before preparing the mixture, coconut fibers which are used in this study went through a treatment process. In average, the fibers were cut into 2,5 cm length and propotional 2%, 4% and 6% from the mass of cement (binder).
Unfired bricks in this study were grouped into two types of brick, namely BM bricks (stored in opened room without any wall or just covered with roof) and BP bricks (stored in a close room with little window opening). Based on dry soil mass formulation and through a trial and error process, a composition of 30% soil, 55% sand, 15% cement and 12.5% water has been chosen as the reference formula for making unfired bricks. Physical characteristics of the bricks were obtained by means of; absorption, water content, density and shrinkage testing, while, mechanical characteristics were covered through its compressive and flexural strength (modulus of rupture).
Results of the experiments which were conducted up to 90 days showed that the average absorption of BP bricks and BM bricks increased in accordance with ages, while the water content exhibited the decreasing rate. At the age of 90 days, BP bricks showed better results in strength and flexural performance than those of BM bricks. Anomalies which were appeared in this study are suggested to be considered for future studies. In general, the results of this study indicate that the moisture and the way the bricks were made will affect the physical and mechanical characteristics of each individual brick."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58120
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahfuzhoh Karimah
"Pemilihan jenis adsorben merupakan hal penting dalam proses adsorpsi. Adsorben yang paling sering digunakan adalah karbon aktif karena memiliki luas permukaan yang besar sehingga daya adsorpsinya lebih besar dari pada adsorben lainnya. Pada penelitian pembuatan karbon aktif dari ampas tebu ini dilakukan dengan metode aktivasi menggunakan gas CO2. Dengan laju alir gas CO2 300 ml/menit, 400 ml/menit, dan 500 ml/menit. Aktivasi dilakukan pada temperatur 700 °C, 800 °C,dan 900 °C selama 2 jam. Ampas tebu dipilih karena mengandung karbon yang cukup. Selain itu, ketersediaan ampas tebu melimpah di Indonesia dan sebagai representatif dari sumber daya alam yang terbarukan. Karbon aktif yang diperoleh dikarakterisasi luas permukaannya. Proses dengan aktivasi CO2 ini diharapkan dapat diperoleh karbon aktif dengan luas permukaan yang cukup tinggi sehingga akan membantu dalam proses adsorpsi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi waktu aktivasi dan laju alir CO2, maka luas permukaan yang direpresentasikan dengan bilangan iod semakin meningkat. Luas permukaan karbon aktif tertinggi yang direpresentasikan dengan bilangan iod sebesar 730 mg/g diperoleh dengan aktivasi pada laju alir CO2 sebesar 500 mL/menit dan temperatur aktivasi 900°C.

Selection type of adsorbent is important in the adsorption process. The most commonly used adsorbent is activated carbon because it has a large surface area so that the adsorption energy is greater than the other adsorbents. To study the manufacture of activated carbon from bagasse was carried out by the method of activation using carbon dioxide gas. With CO2 flow rate 300 mL/min, 400 mL/min, and 500 mL/min. Activation is done at a temperature of 700 °C, 800 °C, and 900 °C. Bagasse chosen because they contain enough carbon. Moreover, the availability of bagasse abundant in Indonesia and as a representative of a renewable natural resource. Activated carbon were then characterized its surface area. With carbon dioxide activation process is expected to obtain activated carbon with high surface area that will help in the process of adsorption. The results showed that the higher the activation time and the flow rate of CO2, the surface area represented by the iodine number is increasing. The surface area of activated carbon is represented by the highest iodine number of 730 mg / g obtained by activation of the CO2 flow rate of 500 mL / min and a temperature of 900 ° C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Firlyannisa Pratiwi
"Padi dan tebu adalah dua hasil pertanian utama di Asia. Kedua tanaman tersebut menghasilkan sejumlah besar limbah yang berpotensi untuk dimanfaatkan untuk biorefinery setiap tahunnya. Beberapa penelitian telah mengidentifikasi potensi kedua biomassa tersebut untuk menghasilkan senyawa organik melalui fermentasi mikroba yang dipengaruhi oleh kandungan lignin yang tinggi terkait dengan selulosa dan hemiselulosa yang terkandung. Salah satu senyawa organik yang dapat diproduksi yaitu asam suksinat. Dalam penelitian ini, asam suksinat diproduksi dengan pre-treatment asam perasetat dan alkali peroksida dengan dibantu oleh ultrasonikasi yang kemudian dilanjutkan dengan konfigurasi semi simultaneous saccharification and fermentation (SSSF) dengan menggunakan bakteri yang telah diisolasi dari rumen sapi. Pre-treatment bekerja sangat baik pada kedua jenis substrat, namun hasil terbaik terlihat pada jerami padi. Pre-treatment yang dilakukan berhasil menghilangkan 21,799% lignin yang terkandung dan meningkatkan komponen selulosa sebanyak 26,286% hanya dengan sedikit penurunan jumlah komponen hemiselulosa sekitar 6,883%. Proses fermentasi dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi inokulum (2,5; 5; 7,5; dan 10% v/v medium) dan konsentrasi ekstrak ragi dalam medium fermentasi (5, 10, dan 15 g/L). Produksi asam suksinat cenderung meningkat dengan bertambah tingginya konsentrasi inokulum dan konsentrasi ekstrak ragi dalam medium fermentasi. Dari penelitian ini, produksi asam suksinat tertinggi dari jerami padi diproduksi pada media dengan 15 g/L ekstrak ragi yang diinokulasi dengan 5% v/v medium yang menghasilkan konsentrasi, yield, dan produktivitas sebesar 3,833 g/L, 0,383 g/g, dan 0,08 g/L/jam. Sedangkan dari ampas tebu, produksi tertinggi dihasilkan dari medium yang mengandung 10 g/L ekstrak ragi dan diinokulasi dengan 10% v/v medium menghasilkan konsentrasi asam suksinat, yield, dan produktivitas sebesar 5,607 g/L, 0,561 g/g, dan 0,117 g/L/jam. Namun, berdasarkan data keseluruhan yang diperoleh, jerami padi menghasilkan produktivitas, yield, dan konsentrasi asam suksinat yang dihasikan daripada ampas tebu pada variasi yang sama dikarenakan komposisi selulosa dan hemiselulosa yang lebih tinggi.

ABSTRACT
Paddy rice and sugarcane are two of main agriculture crops in Asia. They annually produce huge amount of potential waste for the utilization of biorefinery. Several studies have been reported its potential to produce organic compounds by microbial fermentation affected by high cell wall content of lignin associated with cellulose and hemicellulose contained. One of the organic compounds is succinic acid which already utilized for wide variety of applications. In this research, succinic acid produced through ultrasonic-assisted peracetic acid and alkaline peroxide pre-treatment followed by semi-simultaneous saccharification and fermentation (SSSF) configuration which was supported by isolated bacteria from bovine rumen. Biomass pre-treatment worked very well on both typed of substrate, yet the best one on rice straw. The pre-treatment conducted successfully removed 21.799% of lignin contained and raised up 26.286% of cellulose component with only a bit reduction of hemicellulose around 6.883%. The fermentation process was done by variating the inoculum of isolated bacteria concentration (2.5; 5; 7.5; and 10% v/v medium) and yeast extract concentration (5, 10, and 15 g/L) in the medium. Succinic acid production tends to increase due to higher inoculum concentration added as well as greater concentration of yeast extract presence in fermentation medium. Based on data obtained, highest succinic acid production from rice straw was produced on medium with 15 g/L yeast extract inoculated with 5% v/v medium producing concentration, yield, and productivity of 3.833 g/L, 0.383 g/g, and 0.08 g/L/h respectively. While from sugarcane bagasse, the highest production was on medium contained 10 g/L yeast extract and inoculated with 10% v/v medium inoculum releasing succinic acid concentration, yield and productivity of 5.607 g/L, 0.561 g/g, and 0.117 g/L/h. However, based on the overall data obtained, rice straw gives higher productivity, yield, and succinic acid concentration produced rather than sugarcane bagasse in the same variation due to higher cellulose and hemicellulose composition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Hidayat Nurwahid
"Pemanfaatan bahan yang berlimpah di alam sebagai bahan baku alternatif yang lebih ekonomis dan dapat pula mengurangi limbah padat yang dihasilkan oleh berbagai industri dengan mengubahnya menjadi produk yang bermanfaat. Pada penelitian ini, dilakukan ekstraksi SiO2 dari ampas tebu dan batu apung dengan menggunakan metode ekstraksi alkali suhu rendah dan proses presipitasi asam. SiO2 yang telah diekstraksi kemudian dikarakterisasi menggunakan X-Ray Fluorescence (XRF), X-Ray Diffraction (XRD), Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscopy (SEM), dan Ultraviolet/Visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV/VIS DRS). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa SiO2 telah berhasil diekstraksi dari ampas tebu dan batu apung dengan tingkat kemurnian yang tinggi, yang dikonfirmasi oleh hasil XRF (98,4% dan 96,3%). Data karakterisasi XRD dan FTIR mengkonfirmasi bahwa hasil ekstraksi SiO2 memiliki struktur amorf dan terdapat gugus siloksan dan silanol. Ukuran partikel SiO2 hasil ekstraksi dari ampas tebu dan batu apung adalah 4,95 nm dan 6,19 nm. Modifikasi SiO2 dilakukan dengan penambahan logam perak untuk membentuk katalis Ag2O/SiO2. Hasil modifikasi dikarakterisasi menggunakan XRD, FTIR, SEM, Transmission Electron Microscopy (TEM), dan UV/VIS DRS. Katalis yang telah disintesis digunakan dalam aplikasi reduksi 4-nitrophenol (4-NP) yang menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk mereduksi 4-NP dengan katalis Ag2O/SiO2 dari batu apung lebih cepat dibandingkan dengan katalis Ag2O/SiO2 dari ampas tebu. Aktivitas katalitiknya yang diamati menggunakan spektroskopi UV/VIS (Ultraviolet/Visible) dan dihasilkan bahwa katalis Ag2O/SiO2 dari batu apung lebih baik daripada katalis Ag2O/SiO2 dari ampas tebu.

Utilization of materials that are abundant in nature as an alternative raw material that is more economical and can also reduce solid waste generated by various industries by turning it into a useful product. In this study, SiO2 was extracted from sugarcane bagasse and pumice stone by using a low-temperature alkaline extraction method and acid precipitation process. The extracted SiO2 was then characterized using X-Ray Fluorescence (XRF), X-Ray Diffraction (XRD), Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscopy (SEM), and Ultraviolet/Visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV/VIS DRS). The results obtained showed that SiO2 was successfully extracted from sugarcane bagasse and pumice stone with high purity, which was confirmed by XRF results (98.4% and 96.3%). The XRD and FTIR characterization data confirm that the extraction of SiO2 has an amorphous structure and has siloxane and silanol groups. The particle size of SiO2 extracted from sugarcane bagasse and pumice stone is 4.95 nm and 6.19 nm. Modification of SiO2 is done by adding silver metal to form Ag2O/SiO2 catalyst. The modification results were characterized using XRD, FTIR, SEM, Transmission Electron Microscopy (TEM), and UV/VIS DRS. The synthesized catalyst is used in the 4-nitrophenol (4-NP) reduction which shows that the time needed to reduce 4-NP with Ag2O/SiO2 catalyst from pumice stone is faster than Ag2O/SiO2 catalyst from sugarcane bagasse. The catalytic activity was observed using UV/VIS (Ultraviolet/Visible) spectroscopy and it was found that the Ag2O/SiO2 catalyst from pumice stone was better than the Ag2O/SiO2 catalyst from sugarcane bagasse.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Betsyeba Bertameina
"Ampas tebu berpotensi besar untuk dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan biochar dari ampas tebu melalui proses pirolisis dengan impregnasi logam dan proses aktivasi untuk digunakan sebagai bahan elektroda superkapasitor. Logam natrium dan nikel dapat memperbesar luas permukaan dan membentuk pori biochar sehingga dapat menghasilkan kinerja superkapasitor yang baik. Kandungan logam natrium dan nikel divariasikan sebesar 0%, 5%, 10%, suhu pirolisis pada 450 °C, 500 °C, 550 °C, dan suhu aktivasi pada 600°C dan 700°C. Karakterisasi dengan BET untuk mengetahui luas permukaan spesifik dan ukuran pori biochar, SEM untuk mengetahui morfologi biochar, dan band gap energy untuk mengetahui sifat konduktivitas biochar. Uji kinerja superkapasitor dilakukan dengan metode cyclic voltammetry menggunakan elektrolit KOH 3 M untuk mengetahui nilai kapasitansi. Didapatkan bahwa biochar terimpregnasi logam Ni 10% yang dipirolisis pada suhu 550 °C dan diaktivasi pada suhu 700 °C merupakan sampel terbaik untuk digunakan sebagai bahan elektroda superkapasitor yang dilihat dari terksturnya berpori, luas permukaan sebesar 285,202 m2/g, band gap energy sebesar 1 eV, dan diperoleh nilai kapasitansi spesifik sebesar 103,292 F/g yang menunjukkan bahwa biochar dapat digunakan sebagai bahan elektroda superkapasitor.

Sugarcane bagasse has great potential to be used as a high-value product. This study aims to produce biochar from sugarcane bagasse through a pyrolysis process with metal impregnation and activation process to be used as a supercapacitor electrode material. Sodium and nickel metals can increase the surface area and form biochar pores so that they can produce good supercapacitor performance. The contents of sodium and nickel were varied by 0%, 5%, 10%, pyrolysis temperature at 450°C, 500°C, 550°C, and activation temperature at 600°C and 700°C. Characterization with BET to determine the specific surface area and pore size of biochar, SEM to determine the morphology of biochar, and band gap energy to determine the conductivity properties of biochar. The supercapacitor performance test was carried out using the cyclic voltammetry method using 3 M KOH electrolyte to determine the capacitance value. It was found that 10% Ni metal impregnated biochar which was pyrolyzed at 550 °C and activated at 700 °C was the best sample for use as a supercapacitor electrode material as seen from its porous texture, surface area of 285,202 m2/g, band gap energy of 1 eV, and a specific capacitance value of 103.292 F/g was obtained which indicated that biochar could be used as a supercapacitor electrode material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>