Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140292 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aura Amca Diputra
"Kondisi lingkungan saat ini mendorong para peneliti untuk mencari teknologi yang berkelanjutan serta material yang lebih ramah lingkungan untuk mengatasi pengurangan sumber daya alam. Perkembangan desain bata interlocking yang paling cocok dan mudah dipakai agar saling mengunci satu sama lain saat disusun merupakan salah satu upaya untuk menggantikan penggunaan bata yang beredar di pasaran dengan cara mengurangi penggunaan mortar dalam konstruksi. Desain bata interlocking telah diuji agar saling mengunci telah disusun dengan tonjolan dan lekukannya memiliki perbedaan diameter sebesar 1 mm dimana bagian tonjolan memiliki diameter 1 mm lebih kecil disbanding lekukannya. Cetakan untuk produksi bata interlocking diuji menggunakan cetakan hasil 3-D printing dan cetakan silikon dimana cetakan silikon menunjukkan hasil proses pelepasan yang lebih mudah. Penggunaan mortar geopolimer pada bata interlocking yang telah didesain juga merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran akan material ramah lingkungan yang dalam hal ini menggunakan terak nikel sebagai pengganti semen. Material yang dipilih sebagai bahan pembuat bata interlocking adalah geopolimer berbasis terak nikel hasil penelitian dari Rama Aditya Syarif yang menghasilkan mortar geopolimer dengan kuat tekan dalam rentang 36 - 58 Mpa pada umur 28 hari, dengan laju absorpsi sebesar 20.7%.

The current environmental conditions urge researches to find sustainable and affordable technologies and more environmentally friendly material to overcome the depletion of natural resources. The development in finding the most suitable and easiest design of interlocking brick to fit when stacked dry one another is one of the effort to replace the use of common bricks by reducing the use of mortar in the construction. The design of interlocking brick is tested to fit when stacked upon the other interlocking brick with the bulges and the indentations having 1 mm diameter differences in which the bulges have 1 mm smaller diameter. The mold for interlocking brick production is tested using 3-D printing interlocking brick mold made from PLA polymer and silicon mold which results in the better removal process using the silicon mold. The use of geopolymer mortar in the designed interlocking brick will raise the awareness of environmentally friendly material that in this case use nickel slag instead of cement. The material chosen as an interlocking brick material is geopolymer made from nickel slag based on research from Rama Aditya Syarif, which produces geopolymer mortar with compressive strength in the range of 36-58 MPa at the age of 28 days, with absorption rate of 20.7%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guruh Sakti Maruli
"Dinding batu bata di dalam struktur gedung sebagai material pengisi antara 2 kolom dan 2 balok. Beban vertikal yang diterima oleh balok di atas dinding batu bata akan disalurkan sebagian ke dinding batu bata sehingga menimbulkan tegangan tekan pada dinding batu bata. Mortar sebagai material pengikat antara batu bata akan menerima gaya horisontal dan momen. Gaya tersebut terjadi diakibatkan oleh gempa, yang juga akan diterima sebagian oleh dinding batu bata dan timbul geser pada pasangan batu bata. Bila dilihat satu unit mortar yang sangat kecil dari pasangan batu bata tersebut maka akan terjadi tegangan tarik dan tekan. Dalam evaluasi ini akan diadakan pengujian kuat tekan, tarik, modulus elastisitas dan susut pada suatu sampel mortar di laboratorium. Tipe rancang campuran yang akan diuji adalah 1:1:4, 1:1:5, dan 1:1:6 untuk perbandingan air, semen dan pasir. Dari pengujian laboratorium tersebut akan diketahui bahwa propertis dari tiap rancang campuran mortar tersebut di atas akan mempengaruhi kuat tekan, tarik, susut dan modulus elastisitas dari mortar. Karena seperti telah diketahui bahwa untuk meningkatkan kekuatan tekan pada beton maka proporsi semen yang harus ditingkatkan, ini tentunya juga akan berlaku pada mortar. Kata kunci : mortar, kuat tekan, kuat tarik, susut dan modulus elastisitas"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S34757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal
"Penelitian ini bertujuan untuk membuat mortar menggunakan sampah kertas perkantoran yang telah dicacah menggunakan mesin penghacur kertas, untuk mendapatkan mortar yang ramah lingkungan, memenuhi standard dan diharapkan memiliki sifat mekanis yang lebih baik dibandingkan mortar yang menggunakan agregat alam. Benda uji penelitian dibuat dengan persentase cacahan sampah kertas hasil mesin penghancur kertas adalah 10%, 15%, 20% dan 25% terhadap berat semen yang digunakan. Pengujian kuat tekan dan kuat lentur dilakukan pada hari ke-7,14, 21 dan 28 sedangkan pengujian susut dilakukan hingga hari ke-28. Pengujian density pun dilakukan setelah umur mortar mencapai 28 hari. Dari hasil pengujian, didapatkan bahwa mortar dengan campuran 10% dan 15% memiliki mutu sebesar 6.57 MPa dan 6.52 Mpa digolongkan kedalam tipe N yaitu jenis adukan dengan kuat tekan sedang, dipakai untuk aduk pasangan terbuka diatas tanah. Sedangkan campuran 15% memiliki mutu sebesar 4.62 MPa dan 25% sebesar 2.49 MPa digolongkan kedalam tipe O yaitu jenis adukan dengan kekuatan tekan yang agak rendah, dipakai untuk konstruksi tembok yang tidak menahan beban tekan tidak lebih dari 7 kg/cm2 dan gangguan cuaca tidak berat.

This research object is make mortar using office block waste paper with shred paper pretreatment to get green mortar, standardized, and has a better mechanical quality than mortar using natural aggregate. The shredding paper ratio in mixture are 10%, 15%, 20% and 25% to cement mass. Compressive strength and flexural test did at day 7th, 14th, 21st, 28th whereas shrinkage test did at day 28th. Density test also did after mortar at the age of 28 days. As aresult from test, providable that the mixed 10% and 15% of mortar has compressive strength 6.57 MPa and 6.52 MPa. This kind of product be classified to N type that is mixed with medium compressive strength, used for open paired stir up on ground. The mixture of 20% mortar has compressive strength 4.62 MPa and the mixture of 25% of mortar has compressive strength 2.49 MPa, it can be classified to O type that is kind of mixed with low compressive strength, use for wall construction with compressive strength less than 7 kg/cm2 and medium disturbance of weather."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugeroho Soesanto
"Serbuk kayu gergaji adalah limbah dari industri kayu, limbah serbuk kayu ini belum dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, yang telah dilakukan terhadap campuran mortar dengan menggunakan serbuk kayu gergaji, didapatkan hasil bahwa pengunaan serbuk kayu gergaji dapat mempengaruhi sifat mekanis mortar. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis mencoba untuk melakukan pengujian kembali serbuk kayu gergaji, dalam proses yang berbeda dengan sebelumnya, yaitu melalui pembakaran serbuk kayu gergaji hingga menjadi abu, dengan melalui proses pembakaran dengan suhu 7000C selama 3 jam. Dengan menambahkan abu serbuk kayu gergaji sebagai material subtitusi parsial yang menggantikan berat semen kedalam campuran mortar dengan komposisi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% terhadap berat semen. Serangkaian uji coba di laboratorium dilakukan untuk mengetahui pengaruh terhadap kuat tarik maupun kuat tekan dari mortar dengan campuran abu serbuk kayu gergaji. Hasil evaluasi data saat ini didapatkan bahwa :
1. Penggunanaan abu serbuk kayu gergaji pada campuran mortar mengakibatkan penurunan terhadap kuat tekan pada mortar, dimana semakin besar komposisi penambahan abu serbuk kayu gergaji maka semakin kecil kekuatan tekan mortar dalam menahan gaya tekan yang terjadi pada mortar.2. Penggunanaan abu serbuk kayu gergaji pada campuran mortar mengakibatkan penurunan terhadap kuat tarik langsung pada mortar, dimana semakin besar komposisi penambahan abu serbuk kayu gergaji maka semakin kecil kekuatan mortar dalam menahan gaya tarik yang terjadi pada mortar.
3. Penggunanaan abu serbuk kayu gergaji pada campuran mortar mengakibatkan penurunan terhadap kuat tarik lentur pada mortar, dimana semakin besar komposisi penambahan abu serbuk kayu gergaji maka semakin kecil kekuatan mortar dalam menahan gaya lentur yang terjadi pada mortar.

Sawdust is a waste of industrial saws wood, sawdust waste is not used optimally. Based on the results of previous studies, which have been made to mix mortar using wood powder saw, showed that the use of wood saw dust can affect the mechanical properties of mortar. Therefore, in this study the authors tried to do the test again saw sawdust, in a process that is different from before, namely through the burning of wood saw dust to ashes, with the combustion process with a temperature of 700 0 C for 3 hours. By adding sawdust ash saw as a partial substitution of materials that replace heavy cement mortar mix into the composition of 0%, 5%, 10%, 15%, and 20% of the weight of the cement. A series of laboratory tests conducted to determine the effect on tensile strength and compressive strength of mortar with a mixture of sawdust ash saws. The results of the evaluation of current data found that:
1. Usage saw sawdust ash on mortar mixture resulted in a decrease of the compressive strength in mortar, wherein the composition further addition of sawdust ash saw it, the smaller the compressive strength of mortar in the resist compressive force that occurs in mortar
2. Usage saw sawdust ash on mortar mixture resulted in a decrease of the tensile strength directly on the mortar, where the greater the addition of ash composition sawdust saw it, the less strength in holding the mortar tensile force occurring in mortar.
3. Usage saw sawdust ash on mortar mixture resulted in a decrease of the flexural tensile strength in mortar, wherein the composition further addition of sawdust ash saw it, the less strength in the mortar resist bending that occurs in mortar
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lasino
"Mortar sebagai bahan pengikat dalam pekerjaan pasangan dan plesteran telah lama dikenal mulai dari teknologi yang sangat sederhana sampai yang lebih maju. Saat ini teknologi mortar telah berkembang begitu pesat seiring dengan kemajuan teknologi konstruksi. Berkembangnya teknologi dalam industri konstruksi telah menghasilkan inovasi produk dan sistem yang lebih baik sehingga lebih kompetitif dan aplikatif. Tuntutan kebutuhan yang semakin kompleks juga perlu direspon secara bijaksana dan menjadikannya sebagai harapan dan peluang dalam pengembangan usaha. Mortar siap pakai merupakan salah satu produk yang semakin dibutuhkan dalam industri konstruksi karena beberapa alasan seperti sumber bahan, lokasi proyek, ketepatan mutu, efisiensi bahan, manajemen dan faktor harga. Makin besar skala kota dan makin sulit mendapatkan kualitas bahan dengan harga yang murah serta penanganan yang makin kompleks cukup menjadikan alasan dalam pengembangan suatu produk yang lebih praktis dengan jaminan mutu yang lebih baik. Tulisan ini menyajikan hasil kajian dari berbagai jenis produk mortar siap pakai yang telah banyak beredar di pasaran serta hasil penelitian laboratorium yang telah dilakukan dengan berbagai bahan baku dan proporsi campuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kondisi dan rekayasa lalu lintas, penggunaan Mortar Siap Pakai (MSP) sangat sesuai untuk kota besar dan metropolitan terutama yang tidak memiliki lokasi penyimpanan bahan yang cukup luas. Mortar siap pakai sangat cocok untuk semua jenis pekerjaan seperti pasangan bata normal, bata ringan, plesteran, keramik dan lapisan lantai. Sedangkan dari sifat mekanik, kekuatan tekan mortar dapat memenuhi syarat spesifikasi standar sesuai tujuan penggunaannya."
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2020
690 MBA 55:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratno Wijaya
"Dengan meningkatnya pertumbuhan pembangunan infrastruktur dunia berdampak pada meningkatnya permintaan material konstruksi. Umumnya, material konstruksi berasal dari alam dan terus dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang jika dibiarkan maka akan terjadi kerusakan ekosistem dunia. Maka dari itu diperlukan material alternatif sebagai solusi, salah satunya adalah terak nikel yang dapat digunakan sebagai agregat. Terak nikel merupakan limbah dari produksi peleburan bijih nikel. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan terak nikel sebagai agregat halus secara ekonomis. Adapun karakteristik yang diuji berupa karakteristik fisis (karakterisasi visual, karakterisasi agregat, dan karakterisasi morfologi mikro) dan karakterisasi kimiawi (karakteristik komposisi kimia, karakterisasi fasa dan karakterisasi pelindian beracun) serta karakteristik mortar dengan Portland Composite Cement (PCC) beragregat terak nikel. Adapun uji mekanis yang menjadi fokus analisis pada penelitian ini adalah nilai kuat tekan serta perilaku ekspansi dari mortar beragregat terak nikel. Variasi komposisi agregat terak nikel adalah 30%, 40%, 50%, 60% dan 70% dengan waktu curing selama 28 hari. Dari hasil pengujian kuat tekan, didapatkan nilai maksimum kuat tekan sebesar 31 MPa, pada komposisi 70%. Dari hasil uji pelindian beracun pada penelitian ini, terak nikel dinyatakan aman dan dapat digunakan sebagai agregat pada mortar. Selain itu, terak nikel masuk dalam kategori non-reaktif sehingga ekspansi pada mortar cenderung aman. Secara keseluruhan, tidak ditemukan adanya ekspansi yang signifikan pada mortar beragregat terak nikel, sebaliknya justru ditemukan adanya kecenderungan penyusutan. Meskipun agregat terak nikel didominasi dengan fasa amorfus dan memiliki kecenderungan reaktif, namun tingkat reaktifitas tersebut masih di bawah ambang batas.

The increasing growth of world infrastructure development has an impact on increasing demand for construction materials. Generally, construction materials come from nature and continue to be exploited to meet development needs which, if left unchecked, will damage the world's ecosystems. Therefore, alternative materials are needed as a solution, one of which is nickel slag which can be used as an aggregate. Nickel slag is a waste from nickel ore smelting production. This study aims to analyze the use of nickel slag as a fine aggregate economically. The characteristics tested were physical characteristics (visual characterization, aggregate characterization, and micro-morphological characterization) and chemical characteristics (chemical composition characteristics, phase characterization and toxic leaching characterization) and mortar characteristics with Portland Composite Cement (PCC) with nickel slag aggregate. The mechanical test that is the focus of the analysis in this study is the value of the compressive strength and expansion behavior of the nickel slag aggregated mortar. Variations in the composition of nickel slag aggregate are 30%, 40%, 50%, 60% and 70% with a curing time of 28 days. From the results of the compressive strength test, the maximum value of the compressive strength is 31 MPa, at a composition of 70%. From the results of the toxic leaching test in this study, nickel slag was declared safe and could be used as aggregate in mortar. In addition, nickel slag is included in the non-reactive category so that expansion in mortar tends to be safe. Overall, no significant expansion was found in the nickel slag-aggregated mortar, on the contrary, a shrinkage trend was found. Although nickel slag aggregate is dominated by an amorphous phase and has a reactive tendency, the level of reactivity is still below the threshold."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dhafa
"Kebutuhan bahan bangunan yang terus meningkat menjadi tantangan signifikan dalam perkembangan kehidupan manusia. Permintaan akan pasir dan agregat, yang merupakan bahan penting dalam pembuatan beton, diperkirakan akan terus meningkat, dengan proyeksi konsumsi pasir global mencapai 60 miliar ton pada tahun 2030. Ketersediaan terak feronikel yang melimpah di Indonesia dapat menjadi solusi pemenuhan kebutuhan agregat pada bahan bangunan. Penelitian ini membahas karakteristik secara fisik (visual, morfologi mikro, kehalusan, kekerasan) dan secara kimiawi (komposisi kimia, fasa senyawa) pada terak feronikel, dan juga mortar yang dibuat dengan campuran semen OPC tipe I dengan 100% agregat terak feronikel. Hasil penelitian menunjukkan terak feronikel memiliki kekerasan 646 HV dengan bentuk angular yang didominasi oleh tiga unsur oksida utama yautu SiO2 45,76%, MgO 27,12%, dan Fe2O3 15,92% dalam bentuk fasa mineral forsterite dan enstatite. Perhitungan parameter pengoperasian ball mill dilakukan dengan menggunakan 80% kecepatan kritis tabung mill dan 30% ball filling ratio, serta rasio fraksi bola dengan powder sebesar 0,6 untuk mengoptimalkan proses reduksi ukuran. Secara umum, mortar beragregat terak feronikel menunjukkan kuat tekan yang lebih baik daripada mortar beragregat pasir Ottawa. Pada FM 3,398, 2,349, 2,00, 1,853, dan 1,615 secara berurutan kuat tekan yang dihasilkan sebesar 32,08 MPa, 31,40 MPa, 29,15 MPa, 30,51 Mpa, dan 33,77 MPa. Tidak ditemukan hasil reaksi MgO dan pozzolanik dari terak feronikel pada proses hidrasi semen Portland.

The increasing demand for building materials poses a significant challenge in human development. The demand for sand and aggregates, which are essential materials in concrete production, is expected to continue to rise, with projected global sand consumption reaching 60 billion tons by 2030. The abundant availability of ferro-nickel slag in Indonesia can be a solution to meet the aggregate needs in construction materials. This research discusses the physical characteristics (visual, micro-morphology, fineness, hardness) and chemical characteristics (chemical composition, compound phases) of ferro-nickel slag, as well as the mortar made with a mixture of Type I OPC cement and 100% ferronickel slag aggregate. The research results show that ferro-nickel slag has a hardness of 646 HV with angular shape, predominantly consisting of three main oxide components, namely SiO2 45.76%, MgO 27.12%, and Fe2O3 15.92%, in the form of the mineral phases forsterite and enstatite. The operating parameters of the ball mill were calculated using 80% of the critical speed of the mill cylinder, a 30% ball filling ratio, and a ball-to-powder fraction ratio of 0.6 to optimize the size reduction process. Overall, the ferro-nickel slag aggregate mortar exhibits better compressive strength compared to Ottawa sand aggregate mortar. For FM 3.398, 2.349, 2.00, 1.853, and 1.615, the resulting compressive strengths are 32.08 MPa, 31.40 MPa, 29.15 MPa, 30.51 MPa, and 33.77 MPa, respectively. No MgO or pozzolanic reaction was observed from the ferro-nickel slag during the hydration process of Portland cement."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kevarga Sulistyarso
"ABSTRAK
Pembuatan beton daur ulang merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan limbah beton. Limbah beton dapat digunakan sebagai pengganti agregat dalam jumlah tertentu. Namun, penggunaan agregat daur ulang pada campuran beton atau mortar berpengaruh terhadap sifat fisik maupun mekanik seperti menurunnya kuat tekan dan kuat lentur. Dalam penelitian ini, penulis memelajari pengaruh berbagai jenis semen pada mortar dengan agregat halus daur ulang sebanyak 20 terhadap kuat tekan, kuat lentur, susut dan absorpsi menggunakan 5 semen dengan merek berbeda sebagai variasinya yang selanjutnya diberi kode A, B, C, D dan E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mortar yang menggunakan semen D memiliki kuat tekan dan kuat lentur terbesar, yakni sebesar 29.2 MPa dan 4.6 MPa, dimana semen D memiliki kadar C3S terbesar. Pada pengujian susut, penyusutan tertinggi terjadi pada penggunaan semen A, yakni sebesar 0.1158 , sedangkan pada pengujian daya serap air hasil tertinggi didapatkan pada penggunaan semen B, yakni sebesar 96.22 g/cm2.

ABSTRAK
The utilization of recycled concrete is one of the way to reuse concrete waste. In certain amount, concrete waste can be utilized as the subtitution of aggregate. However, the use of recycle aggregate on concrete or mortar affects both physical and mechanical properties such as compressive strength and flexural strength decrease. In this study, the authors investigated the effect of various types of cement on mortar with 20 recycled fine aggregate on compressive strength, flexural strength, shrinkage and absorbtion using 5 different cement products which are coded as A, B, C, D and E. The results shows that cement D has the strongest compressive strength and flexural strength which amounted as 29.2 MPa and 4.6 MPa respectively where cement D has the highest levels of C3S. The shrinkage test shows that the highest shrinkage is shown on the usage of cement A which is 0.1158 while the highest water absorption test is shown on the usage of cement B which amounted 96.22 g cm2."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emir Muhammad Rizky
"Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh sektor konstruksi mulai pengoptimalan pemakaian material daur ulang, seperti penggunaan Ground Granulated Blast Furnace Slag (GGBFS). Penggunaannya pada mortar atau beton dalam kadar tertentu dapat menyerupai bahkan melebihi kekuatan dan ketahanan mortar atau beton yang menggunakan ordinary portland cement (OPC). Penggunaan GGBFS sebenarnya juga kerap digunakan sebagai pencampur tambahan pada semen portland, sehingga menghasilkan material komposit yang dinamakan Portland Composite Cement (PCC) yang sekarang ini sudah cukup pasaran. Di sisi lain, penggunaan serat sebagai material konstruksi juga menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan material, karena mampu meningkatkan kekuatan mekanis, terutama pada kuat tarik dan lentur. Pada penelitian ini dilakukan substitusi semen portland biasa (OPC) dengan PCC sebesar 100% dan GGBFS sebesar 50% pada mortar yang mengandung serat abaka dan serat rami. Variasi dilakukan uji mekanis seperti uji kuat tekan, uji kuat tarik belah, dan uji kuat lentur, serta uji fisis seperti uji permeabilitas, uji susut, dan uji absorpsi air. Hasil menunjukkan bahwa substitusi GGBFS dapat menghasilkan sifat mekanis dan fisis yang serupa dengan mortar yang hanya menggunakan semen OPC. Penambahan serat juga berdampak baik bagi sifat mekanis mortar, terutama pada kuat lenturnya.

The environmental impact caused by the construction sector has started to trigger the usage optimalization of recycled materials, such as the use of Ground Granulated Blast Furnace Slag (GGBFS). Its use in mortar or concrete in a certain way can resemble and even exceed the strength and durability of mortar or concrete using ordinary portland cement (OPC). The use of GGBFS is actually also often used as an additional mixer for portland cement, resulting in a composite material called Portland Composite Cement (PCC) which is currently quite on the market. On the other hand, the use of fiber as a construction material is also an alternative to reduce the use of materials, because it can increase the mechanical strength of mortar or concrete, especially in tensile and flexural strength. In this study, the substitution of ordinary portland cement (OPC) with 100% PCC and 50% GGBFS was carried out in a mortar containing abaca fiber and ramie fiber. Variations were carried out to mechanical tests such as compressive strength tests, split tensile strength tests, and flexural strength tests, as well as physical properties such as permeability tests, shrinkage tests, and water absorption tests. The results show that the GGBFS substitution can match the mechanical and physical properties of mortar using OPC. The addition of fibers also has a good impact on the mechanical properties of mortar, especially on its flexural strength."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Andiska
"Pengamatan sifat mekanik mortar semen yang dilakukan pada penelitian ini adalah kuat tekan, absorpsi, density dan modulus elastisitas. Dalam penelitian ini digunakan dua tipe semen PCC yang dihasilkan dari dua buah industri yang berbeda. Semen PCC yang digunakan dalam campuran mortar akan ditambahkan dengan PSB dan ASP dengan proporsi campuran 30% PCC-15% ASP-55% PSB yang disebut sebagai mortar campuran E. Mortar E untuk PCC tipe 1 disebut sebagai mortar E1 dan mortar yang menggunakan PCC tipe 2 disebut sebagai mortar E2. Dari hasil penelitian didapatkan kuat tekan maksimum mortar campuran E1 dan E2 sebesar 20,97 MPa dan 18,29 MPa, absorpsi maksimum untuk campuran mortar E1 dan E2 sebesar 164 gram/100 cm2 dan 165,6 gram/100 cm2, density rata-rata mortar campuran E1 dan E2 sebesar 2327,9 kg/m3dan 2435,3 kg.m3 dan modulus elastisitas sebesar 15858,8 MPa dan 11440 MPa. Menurut SNI 03-6882-2002 mortar campuran E1 dan E2 digolongkan kedalam mortar tipe M.

Mechanichal properties tested in the labolatory were compressive strength, absorption, density and modulus of elasticity of mortar cement. The composition of mortar using cement PCC taken from 2 different industries with composition of mixture 30% PCC-15% ASP-55% PSB (mixture E1 and mixture E2). From the research test, the maximum compressive strength of mixture E1 and E2 are 20,97 MPa and 18,97 MPa, maximum absorption of mixtrure E1 and E2 are 164 gram/100 cm2 and 165,6 gram/100 cm2, average density of mixture E1 and E2 are 2327,9 kg/m3dan 2435,3 kg.m3 and modulus of elasticity of mixture E1 and E2 are 15858,8 MPa dan 11440 MPa. From SNI 03-6882-2002 mixture E1 an E2 can be used to mortar mixed in mortar type M."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S804
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>