Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208547 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laelatus Zahro
"Sebagai bahan penelitian adalah gedung Pusat Inovasi dan Pengembangan Sumber
daya Manusia milik kementrian perindustrian yang merupakan salah satu gedung
bertingkat di Jakarta. Mulai dibangun pada awal 2020, terdiri dari 8 lantai dengan fungsi
utamanya adalah kantor dan pusat inovasi serta pengembangan sumber daya manusia. Dari
segi struktur dan arsitekturnya telah diteliti oleh tim pelaksana teknis di lapangan, dimana
60% sudah memenuhi konsep green building. Sedangkan dari segi konservasi energinya
beberapa perlu dikaji ulang, seperti: pencahayaan, pendingin ruangan, penghawaan dan
energi terbarukan yang pasti membantu dalam proses penghematan energinya. Dari
perhitungan ulang desain awal perencanaan didapatkan Indeks Konsumsi Energinya adalah
11 kWh/m²/bulan. Sesuai standar Permen ESDM No. 13/2012 sudah termasuk cukup
efisien (8.5 - 14 kWh/m²/bulan). Namun dengan investasi sebesar Rp. 2,842,540,600,-
yaitu dengan pemanfaatan pencahayaan alami melalui teknologi sensor cahaya dan sensor
gerak, penggantian pendingin udara menggunakan Chiller, tidak menggunakan AC pada
area-area tertentu seperti: lobby Lift, koridor, toilet dan tangga darurat. Penambahan dan
penggantian material, instalasi dan teknologi tersebut dihitung Return of Investment nya
dan dibandingkan terhadap manfaat yang didapatkan. Hasilnya nilai Indeks Konsumsi
Energinya turun menjadi 7.6 kWh/m²/bulan (sangat efisien). Nilai investasi yang
dikonversikan terhadap nilai keekonomian tiap tahunnya Rp. 682,676,662,- maka Return
of Investment yang didapatkan adalah 4.2 tahun

As research material, the Ministry of Industry's Center for Innovation and Human
Resources Development is one of the high rise buildings in Jakarta. This building began to
be built in early 2020, consisting of 8 floors with the main function of being an office and
a center for innovation and human resource development. In terms of structure and
architecture, it has been researched by a technical implementation team in the field, where
60% have fulfilled the green building concept. Meanwhile, in terms of energy
conservation, several things need to be reviewed, such as: lighting, air conditioning,
ventilation and renewable energy which definitely help in the process of saving energy.
From the recalculation of the initial design planning, the Energy Consumption Index was
obtained as 11 kWh / m² / month. In accordance with the standard Permen ESDM No.
13/2012 is quite efficient (8.5 - 14 kWh / m² / month). However, with an investment of
2,842,540,600 rupiah namely by utilizing natural lighting through light sensor technology
and motion sensors, replacing air conditioning using a chiller, not using air conditioning in
certain areas such as: lobby lifts, corridors, toilets and emergency stairs. The Return of
Investment and the addition and replacement of materials, installations and technology are
calculated and compared to the benefits obtained. The result is that the Energy
Consumption Index value drops to 7.6 kWh / m² / month (very efficient). The investment
value which is converted to the economic value each year is 682,676,662 rupiah then the
Return of Investment obtained is 4.2 years
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfin Imadul Haq
"Menteri Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2010 tentang kriteria dan sertifikasi bangunan ramah lingkungan. Tujuan utamanya yaitu sebagai bentuk pelaksanaan dan pengelolaan pembangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dan aspek penting dalam penanganan dampak perubahan iklim. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah perencanaan gedung bertingkat yang bersertikat green dengan sertifikasi dari Greenship Building Council Indonesia (GBCI). Sertifikasi Green Building merupakan sebuah sistem penilaian bangunan gedung hijau di Indonesia yang mensyaratkan suatu proyek untuk memenuhi serangkaian prasyarat dan untuk meraih kredit di beberapa kategori yang telah ditentukan. Dalam proses sertifikasi ada beberapa kriteria yang memang menjadi syarat diantaranya adalah ASD (Appropiate Site Development), EEC (Energy Efficiency And Conservation), WAC (Water Conservation), MRC (Material Resources and Cycle), IHC (Indoor Air Health dan Comfort) and BEM (Building Enviroment Management). Dalam penelitian ini tidak semua kriteria GBCI dibahas tetapi hanya membahas yang berhubungan dengan effisiensi penggunaan air dan listrik tetapi masih memenuhi standart SNI. Dalam sertifikasi Green Building, ada beberapa tingkatan penilaian diantaranya Bronze, Gold dan Platinum. Dalam penilaiannya di gunakan system scoring mengacu pada standart yang sudah di tetapkan oleh pihak GBCI (Green Building Council Indonesia). Dan setelah dilakukan evaluasi WAC dan EEC untuk melihat effisiensi air dan listrik maka diperoleh penghematan biaya listrik dan air sebesar 5 milyar per tahunnya atau setera dengan 61 persen dari Baseline (Mengacu kepada Standart SNI). Dengan waktu pay back periode dengan biaya investasi selama 2 tahun 8 bulan 46 hari.

Minister of Environment and Forestry has issued a regulation of the State Minister for the Environment No. 8 of 2010 about criteria and certification of the Green Building. Its main objective is to implement and manage a building that applies environmental principles and important concept to prevent the impact of climate change. Therefore, a building plan with certification from the Greenship Building Council Indonesia (GBCI) is required. Green Building Certification is a green assessment system in Indonesia that requires a building to meet several prerequisites and to obtain credit in predetermined categories. In the certification process, several criteria are required, including ASD (appropriate site development), EEC (Energy Efficiency and Conservation), WAC (Water Conservation), MRC (Material Resources and Cycles), IHC(Indoor Air Health and Comfort), and BEM(Building Environment Management). In this research, not all of the GBCI criteria were discussed but only those related to the efficient use of water and electricity but still met SNI standards. In Green Building certification, there are several levels of assessment include Bronze, Gold, and Platinum. In the assessment, a scoring system is used referring to the standards that have been set by the GBCI (Green Building Council Indonesia). After evaluating the WAC and EEC to assess the efficiency of water and electricity, obtained that it can save about 5 billion rupiahs per year of the electric and water costs or equal to 61 percent of the baseline (referring to the SNI Standard). The payback period for this investment is about 2 years, 8 months, and 46 days."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusup Arjuna
"Di Indonesia, pekerjaan green retrofitting mengacu pada Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2021 dan rating tools GBCI. Digunakan pendekatan WBS untuk membagi pekerjaan menjadi tingkatan yang lebih sederhana, dengan menggabungan 2 (dua) standar pekerjaan green retrofitting bangunan kantor bertingkat tinggi dari aspek konservasi dan efisiensi energi menjadi 5 tingkatan yang mudah untuk dikelola. Melakukan retrofitting bangunan dapat menghemat penggunaan energi sebesar 50% - 70%. Upaya pemaksimalan pekerjaan green retrofitting dipengaruhi oleh akurasi perencaan WBS serta akurasi perencaan sumber daya pada proyek. Penelitian yang dilakukan dibatasi untuk pekerjaan green retrofitting bangunan gedung kantor bertingkat tinggi aspek konservasi dan efisiensi energi (EEC). Data dikumpulkan menggunakan metode studi literatur, analisis arsip, analisa deskriptif, dan kuesioner yang diuji mengunakan analisa delphi, serta analisa statistik mengunakan uji homogenitas, uji kecukupan data, validitas internal, reliabilitas data, dan validitas eksternal. Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui indikator/aktivitas pada struktur WBS yang penting dan berpengaruh terhadap akurasi perencanaan sumber daya.

In Indonesia, the term "green retrofitting" refers to Minister of Public Works Regulation Number 21 of 2021 and the GBCI rating tools. The Work Breakdown Structure (WBS) approach is utilized to divide the work into simpler levels,by combining two green retrofitting standards for high-rise office buildings, focusing on conservation and energy efficiency, into five manageable levels. Retrofitting buildings can result in energy savings of 50% - 70%. The effectiveness of green retrofitting efforts is influenced by the accuracy of WBS planning and resource planning in the project. The research is limited to green retrofitting of high-rise office buildings, specifically focusing on conservation and energy efficiency aspects (EEC). Data is collected using literature study, archival analysis, descriptive analysis, and questionnaires tested with Delphi analysis, as well as statistikal analysis using tests for homogeneity, data adequacy, internal validity, data reliability, and external validity. The results of this research aim to identify the important indicators/activities in the WBS structure that significantly affect resource planning accuracy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnama Santy
"Bertambahnya bangunan gedung di Indonesia tidak diikuti dengan bertambahnya populasi green building. Sertifikasi Greenship dari Green Building Council Indonesia telah ada sejak tahun 2011 dan sampai tahun 2015 hanya 16 gedung yang telah mendapatkan sertifikasi. Dari penelitian sebelumnya, diketahui green building memberikan keuntungan bagi pemilik gedung dengan penghematan biaya perawatan dan operasional, namun pada awal pembangunan membutuhkan biaya yang lebih besar untuk membangun gedung dan instalasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengembangkan insentif bangunan gedung untuk menambah populasi green building. Kebijakan insentif bagi bangunan gedung sendiri belum berjalan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literatur, benchmarking dan wawancara pakar untuk mengetahui jenis-jenis intensif yang dapat diaplikasikan di Indonesia. Studi kasus dilakukan untuk mengetahui perbedaan biaya pembangunan green building dan non-green building. Besaran insentif yang diusulkan didapat dengan membuat model, memperoyeksikan besaran pajak dan menghitung proyeksi keuntungan pemilik gedung. Diharapkan kebijakan insentif gedung dari pemerintah akan mendorong penyelenggaraan green building oleh pemilik gedung sehingga akan meningkatkan populasi green building di Indonesia.

Rapid growth of new buildings in Indonesia is not in compliance with green building growth. Greenship certification from Green Building Council Indonesia has been establish since 2011 and until 2015 only 16 building get the certification. From previous research, it is known that green building gives its benefit to building owner by saving in the operation and maintenance phase, but in the initial phase it need premium cost to build. This research aims to acknowledge and develop building incentives to promote green building population. There is no building incentive policy in Indonesia yet, so from literature review, bench marking and interviews we will find out the appropriate incentive system which is applicable in Indonesia. Case study is done to find out the green premium cost. The proposed amount of incentives is get by doing model, tax projection and projecting the building owner benefit. Like in other countries, government incentive policy will encourage building owner to develop more green building in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr Coryna Yusi Rachmawati
"ABSTRAK
Gedung adalah bangunan sipil yang membutuhkan konsumsi energi terbesar. Dengan pengembangan konsep Green Building adalah merencanakan passive design dengan melakukan optimalisasi desain fasad bangunan sehingga berdampak pada efisiensi energi dan penurunan life cycle cost. Bagaimana rekomendasi desain fasad bangunan yang optimum dalam upaya efisiensi energi, dan bagaimana rekomendasi fasad sehingga menurunkan life cycle cost. Window wall ratio adalah salah satu faktor sangat berpengaruh pada luasan area Gedung yang menggunakan pencahayaan alami, dan mempengaruhi besarnya energi yang dibutuhkan dalam mendinginkan suhu ruangan.
Perhitungan Overal Thermal Transfer Value (OTTV) digunakan untuk menghitung besaran external load yang mempengaruhi energi pendinginan dalam bangunan.

ABSTRACT
Buildings are civil buildings that require the greatest energy consumption. By developing the concept of Green Building is planning a passive design by optimizing the design of the building facade so that it impacts on energy efficiency and decreases life cycle costs. How to recommend the optimum building facade design in an effort to improve energy efficiency, and how to recommend the facade so as to reduce the life cycle cost. Window wall ratio is one of the factors that greatly influences the area of a building that uses natural lighting, and influences the amount of energy needed to cool the room temperature.
Calculation of Overal Thermal Transfer Value (OTTV) is used to calculate the amount of external load that affects cooling energy in buildings."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Dewi
"Bangunan hijau dengan pemeliharaan yang tepat akan memiliki efisiensi energi yang lebih tinggi dan masa pakai yang lebih lama, karena kerusakan pada utilitas bangunan dapat diminimalkan. Salah satu utilitas vital adalah komponen elektrikal. Kerusakan komponen elektrikal dapat berakibat fatal seperti korsleting atau kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemeliharaan komponen elektrikal gedung hijau. Sebuah studi kasus diambil dari gedung hijau pemerintah untuk komponen elektrikal, untuk memenuhi persyaratan keandalan bangunan yang terdiri dari keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Sistem pemeliharaan yang berupa alternatif desain dari Work Breakdown Structure (WBS) pemeliharaan gedung hijau terintegrasi dengan sistem informasi berupa web dan Building Information Modeling (BIM) adalah faktor yang berpengaruh untuk kinerja keandalan pemeliharaan bangunan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis arsip, studi kasus, survei, validasi pakar, dan analisis statistik. Penelitian ini menghasilkan produk sistem informasi berbasis web yang terintegrasi dengan BIM, dan juga model matematikayang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pemeliharaan gedung hijau pemerintah untuk komponen elektrikal sehingga menjadi lebih efektif dan efisien terutama untuk kinerja keselamatan.
A green building with proper maintenance will have higher energy efficiency and longer lifetime, as damages to building utilities can be minimised. One of the vital utilities are electrical components. Damages to electrical components may have fatal consequences such as short circuit or fire. This research aims to improve the maintenance of electrical components of green building. A case study is taken from a government green building for electrical components, in order to meet the building reliability requirements which consist of safety, health, comfort, and convenience. Maintenance system which is Work Breakdown Structure (WBS) of green building maintenance integrated with information systems and Building Information Modeling (BIM) are influential factors for building maintenance performance. The research methods used are archival analysis, case study, survey, expert judgement, and statical analysis. This research generates product of web based information system integrated with BIM, and also mathematical model that enhance the maintenance performance of government green building for electrical components would become more effective and efficient especially for safety performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Priyambodo
"Rancangan gedung Manufacturing Research Center FTUI yang dikatakan sebagai gedung hemat energi perlu adanya pembuktian secara sistematis. Pembuktian tersebut salah satunya dengan dilakukan simulasi pemakaian energi menggunakan software EnergyPlus. Tujuan lain dari penelitian ini selain melakukan pengkajian pemakaian energi, juga dilakukan pemilihan upaya-upaya atau metode-metode penghematan pemakaian energi terutama pada sistem mechanical dan electrical yang digunakan pada gedung. Dengan simulasi software ini, akan didapatkan sebuah sistem mechanical dan electrikal gedung yang paling hemat energi sehingga dapat menambah efisiensi bangunan pada sektor biaya energi.

Manufacturing Research Center FTUI building design which is claimed by the designer as a green building has to be proved systematically. One of the method to prove that the building design is a green building is by auditing the energy consumption of the building by using EnergyPlus software simulation. Beside the energy consumption audit of the building, this research also focus on searching the methods specifically for mechanical and electrical building to get better energy efficiency. The result of this research is a mechanical and electrical system of the building which has the best efficiency energy consumption so that the building also has better energy cost efficiency."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1477
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Meutia Aurora
"Bangunan hijau yang mengusung konsep sustainability dimaknai juga suatu konsep
yang mengaplikasikan bagaimana sebuah bangunan dirancang, dibangun dan
diaplikasikan dengan memperhatikan sumber daya yang efisien, bertanggung jawab
terhadap lingkungan serta berdampak positif bagi lingkungan sosial dan ekonomi.
Kegagalan konsep dalam bangunan sering timbul akibat besarnya perhatian pada
pertimbangan teknis, dengan hanya sedikit mempertimbangkan nilai-nilai,
perilaku dan karakter penghuninya. Bangunan blok eksisting rusunawa pada
kawasan yang ditetapkan menggunakan konsep zona hijau, belum melakukan
penerapan konsep hijau pada bangunan. Untuk menerapkan konsep tersebut pada
bangunan perlu ditinjau aspek perilaku penghuninya. Dari hubungan bangunan
dan penghuninya, dapat diketahui faktor-faktor yang paling mempengaruhi agar
konsep bangunan hijau untuk penghuni rusunawa yang lebih optimal. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan konsep bangunan hijau pada
Rusunawa ditinjau dari aspek efisiensi energi, air, kualitas udara, dan pengelolaan
limbah, menganalisis perilaku peduli lingkungan penghuninya, serta menganalisis
hubungan perilaku peduli lingkungan dengan sikap, pemahaman dan persepsi
penghuni terhadap penerapan konsep hijau pada bangunan. Metode analisis
deskripif digunakan untuk menganalisis penerapan bangunan hijau dan mengukur
indeks perilaku peduli lingkungan penghuni. Untuk menganalisis hubungan
perilaku peduli lingkungan dengan sikap, pemahaman dan persepsi penghuni
terhadap penerapan konsep hijau pada bangunan digunakan metode SEM-PLS.
Berdasarkan analisa diperoleh hasil bahwa penerapan konsep hijau ditinjau dari
aspek efisiensi energi pada bangunan lokasi penelitian sudah memenuhi kriteria;
aspek efisiensi air, penerapan pada bangunan sudah memenuhi kriteria; aspek
kenyamanan termal bangunan belum memenuhi kriteria kenyamanan dalam
konsep hijau; aspek pengelolaan limbah cair bangunan belum memenuhi kriteria
dalam hal pemanfaatan air hasil olahan IPAL; dan dari aspek limbah padat
bangunan belum menyediakan fasilitas pengolahan/pemilahan sampah. Dari hasil
penilaian perilaku peduli lingkungan penghuni rusun, tingkat kepedulian penghuni
berada pada kriteria sedang, dengan indeks tertinggi pada kriteria efisiensi energi
dan terendah pada kriteri pengelolaan sampah. Berdasarkan model dapat diketahui
bahwa untuk memperbaiki perilaku peduli lingkungan dapat dilakukan dengan
meningkatkan pengetahuan penghuni terhadap informasi mengenai program
lingkungan dan meningkatkan persepsi penghuni terhadap penerapan konsep
hijau. Persepsi penghuni terhadap penerapan konsep hijau dapat ditingkatkan
dengan perbaikan fasilitas pada bangunan sesuai kriteria.

Green building is defined as a concept that applies how a building is designed,
built and applied with due regard to efficient resources, is responsible for the
environment and has a positive impact on the social and economic environment.
The failure of the concept in the building often arises from the great attention paid
to technical considerations, with little consideration of the values, behavior and
character of the inhabitants. The existing rental flats building blocks in the area
that are designated using the green zone concept, have not implemented the green
concept in the building. To apply this concept to buildings, it is necessary to
review aspects of the occupants' behavior. From the relationship between the
building and its occupants, it can be seen the factors that most influence the
optimal green building concept for the residents of the flat. The purpose of this
research is to analyze the application of the green building concept in rental flats
in terms of energy efficiency, water, air quality and waste management, to analyze
the environmental care behavior of its residents, and to analyze the relationship
between environmental care behavior and occupants' attitudes, understanding
and perceptions of the concept application green on the building. Descriptive
analysis method is used to analyze the application of green buildings and measure
the index of environmental care for residents. To analyze the relationship between
environmental care behavior and attitudes, understanding and occupants'
perceptions of the application of green concepts in buildings, SEM-PLS method is
used. Based on the analysis, the results show that the application of the green
concept in terms of energy efficiency aspects in the research location building has
met the criteria; aspects of water efficiency, application in buildings has met the
criteria; the thermal comfort aspect of the building does not meet the comfort
criteria in the green concept; the aspect of building liquid waste management
does not meet the criteria in terms of utilizing water from IPAL; and from the
aspect of solid waste, the building has not provided waste processing / sorting
facilities. From the results of the assessment of the environmental care behavior
of the residents of the flat, the level of care of residents is in the medium criteria,
with the highest index on the criteria for energy efficiency and the lowest on the
criteria for waste management. Based on the model, it can be seen that improving
environmental care behavior can be done by increasing residents 'knowledge of
information about environmental programs and increasing residents' perceptions
of the application of green concepts. Residents' perceptions of the application of
the green concept can be improved by improving facilities in buildings according
to the criteria. The concept requires environmental program factors that are run
by the building manager and the active involvement of residents."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasunungan Sitompul, Samuel Albert Bill Clinton
"Fakultas Teknik Universitas Indonesia membangun laboratorium baru yang akan digunakan sebagai balai penelitian dan inovasi bagi mahasiswa dan staf untuk berkolaborasi. Pada pembangunan Gedung i-CELL FTUI dilakukan pengembangan PLTS rooftop 101 kWp yang terhubung ke jaringan PLN. Energi yang dihasilkan hingga saat ini telah mengurangi suplai energi listrik dari PLN pada Gedung i-CELL FTUI sebesar 10,59%/tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase potensi penghematan energi yang dihasilkan oleh PLTS 101 kWp tersebut. Produksi energi diestimasi menggunakan HelioScope dan unjuk kerja langsung ke lokasi instalasi PLTS. Data yang diperlukan antara lain lokasi PLTS, dan spesifikasi teknis PLTS. Simulasi menghasilkan data energi total dalam satu tahun sebesar 135,9 MWh/tahun. Selain dari proyeksi potensi penghematan dari PLTS, penelitian ini juga memuat analisis penilaian green building dengan menggunakan rating penilaian GREENSHIP New Building V1.2.

The Faculty of Engineering, University of Indonesia is building a new laboratory that will be used as a research and innovation center for students and staff to collaborate. In the construction of the i-CELL FTUI Building, a 101 kWp rooftop Photovoltaic System was developed which is connected to the PLN network. The energy produced so far has reduced the supply of electrical energy from PLN in the FTUI i-CELL Building by 10.59% / year. This study aims to determine the percentage of potential energy savings generated by PLTS 101 kWp. Energy production is estimated using HelioScope and direct investigation to the Photovoltaic System installation location. The data required includes the location of the Photovoltaic System and the technical specifications of the Photovoltaic System. The simulation produces a total energy data in one year of 135.9 MWh / year. Apart from the projection of potential savings from the Photovoltaic System, this study also includes an analysis of green building assessments using the GREENSHIP New Building V1.2 rating."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poetro Catoer Pralabda
"ABSTRAK
Perkembangan desain gedung green building di dunia semakin kompleks,dan memiliki tingkat resiko yang tinggi. Diperlukan peran Arsitek untuk mencapai tujuan peringkat green building yang diinginkan. Namun perkembangannya pada proyek-proyek yang terjadi tidak diimbangi kompetensi Arsitek sehingga berdampak pada tidak tercapainya peringkat green building yang diinginkan sehingga, antara desain dengan kenyataan berbeda. Oleh karena itu diperlukan peningkatan standar kompetensi Arsitek berbasis resiko untuk mengetahui sebab dan akibat serta kuantifikasi efek potensial dari faktor resiko dominan yang lebih tajam sehingga dapat melakukan tindakan preventif dan menentukan strategi yang tepat dalam menangani resiko-resiko yang terjadi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat gap kompetensi yang diperlukan arsitek untuk mendesain green building dan diperlukan penambahan materi modul pelatihan kompetensi arsitek untuk green building.

ABSTRACT
The development of green building design in the world increasingly complex, and has a high level of risk. Architects are required to achieve the desired rating. But its development on the projects that occur is not offset the competence of Architects so that the impact on not achieving the desired green building rating so that, between the design with different reality. Therefore, it is necessary to evaluate the competency standards of risk based Architects to find out the cause and effect and quantify the potential effects of the sharper dominant risk factors so that they can take preventive action and determine the right strategy in handling the risks that occur. The result shows that there are a gaps competencies architect needs to fulfill and additional course subject for following training"
2017
T48877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>