Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 230291 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laelatus Zahro
"Sebagai bahan penelitian adalah gedung Pusat Inovasi dan Pengembangan Sumber daya Manusia milik kementrian perindustrian yang merupakan salah satu gedung bertingkat di Jakarta. Mulai dibangun pada awal 2020, terdiri dari 8 lantai dengan fungsi utamanya adalah kantor dan pusat inovasi serta pengembangan sumber daya manusia. Dari segi struktur dan arsitekturnya telah diteliti oleh tim pelaksana teknis di lapangan, dimana 60% sudah memenuhi konsep green building. Sedangkan dari segi konservasi energinya beberapa perlu dikaji ulang, seperti: pencahayaan, pendingin ruangan, penghawaan dan energi terbarukan yang pasti membantu dalam proses penghematan energinya. Dari perhitungan ulang desain awal perencanaan didapatkan Indeks Konsumsi Energinya adalah 11 kWh/m²/bulan. Sesuai standar Permen ESDM No. 13/2012 sudah termasuk cukup efisien (8.5 - 14 kWh/m²/bulan). Namun dengan investasi sebesar Rp. 2,842,540,600,- yaitu dengan pemanfaatan pencahayaan alami melalui teknologi sensor cahaya dan sensor gerak, penggantian pendingin udara menggunakan Chiller, tidak menggunakan AC pada area-area tertentu seperti: lobby Lift, koridor, toilet dan tangga darurat. Penambahan dan penggantian material, instalasi dan teknologi tersebut dihitung Return of Investment nya dan dibandingkan terhadap manfaat yang didapatkan. Hasilnya nilai Indeks Konsumsi Energinya turun menjadi 7.6 kWh/m²/bulan (sangat efisien). Nilai investasi yang dikonversikan terhadap nilai keekonomian tiap tahunnya Rp. 682,676,662,- maka Return of Investment yang didapatkan adalah 4.2 tahun.

As research material, the Ministry of Industry's Center for Innovation and Human Resources Development is one of the high rise buildings in Jakarta. This building began to be built in early 2020, consisting of 8 floors with the main function of being an office and a center for innovation and human resource development. In terms of structure and architecture, it has been researched by a technical implementation team in the field, where 60% have fulfilled the green building concept. Meanwhile, in terms of energy conservation, several things need to be reviewed, such as: lighting, air conditioning, ventilation and renewable energy which definitely help in the process of saving energy. From the recalculation of the initial design planning, the Energy Consumption Index was obtained as 11 kWh / m² / month. In accordance with the standard Permen ESDM No. 13/2012 is quite efficient (8.5 - 14 kWh / m² / month). However, with an investment of 2,842,540,600 rupiah namely by utilizing natural lighting through light sensor technology and motion sensors, replacing air conditioning using a chiller, not using air conditioning in certain areas such as: lobby lifts, corridors, toilets and emergency stairs. The Return of Investment and the addition and replacement of materials, installations and technology are calculated and compared to the benefits obtained. The result is that the Energy Consumption Index value drops to 7.6 kWh / m² / month (very efficient). The investment value which is converted to the economic value each year is 682,676,662 rupiah then the Return of Investment obtained is 4.2 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfin Imadul Haq
"Menteri Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2010 tentang kriteria dan sertifikasi bangunan ramah lingkungan. Tujuan utamanya yaitu sebagai bentuk pelaksanaan dan pengelolaan pembangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dan aspek penting dalam penanganan dampak perubahan iklim. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah perencanaan gedung bertingkat yang bersertikat green dengan sertifikasi dari Greenship Building Council Indonesia (GBCI). Sertifikasi Green Building merupakan sebuah sistem penilaian bangunan gedung hijau di Indonesia yang mensyaratkan suatu proyek untuk memenuhi serangkaian prasyarat dan untuk meraih kredit di beberapa kategori yang telah ditentukan. Dalam proses sertifikasi ada beberapa kriteria yang memang menjadi syarat diantaranya adalah ASD (Appropiate Site Development), EEC (Energy Efficiency And Conservation), WAC (Water Conservation), MRC (Material Resources and Cycle), IHC (Indoor Air Health dan Comfort) and BEM (Building Enviroment Management). Dalam penelitian ini tidak semua kriteria GBCI dibahas tetapi hanya membahas yang berhubungan dengan effisiensi penggunaan air dan listrik tetapi masih memenuhi standart SNI. Dalam sertifikasi Green Building, ada beberapa tingkatan penilaian diantaranya Bronze, Gold dan Platinum. Dalam penilaiannya di gunakan system scoring mengacu pada standart yang sudah di tetapkan oleh pihak GBCI (Green Building Council Indonesia). Dan setelah dilakukan evaluasi WAC dan EEC untuk melihat effisiensi air dan listrik maka diperoleh penghematan biaya listrik dan air sebesar 5 milyar per tahunnya atau setera dengan 61 persen dari Baseline (Mengacu kepada Standart SNI). Dengan waktu pay back periode dengan biaya investasi selama 2 tahun 8 bulan 46 hari.

Minister of Environment and Forestry has issued a regulation of the State Minister for the Environment No. 8 of 2010 about criteria and certification of the Green Building. Its main objective is to implement and manage a building that applies environmental principles and important concept to prevent the impact of climate change. Therefore, a building plan with certification from the Greenship Building Council Indonesia (GBCI) is required. Green Building Certification is a green assessment system in Indonesia that requires a building to meet several prerequisites and to obtain credit in predetermined categories. In the certification process, several criteria are required, including ASD (appropriate site development), EEC (Energy Efficiency and Conservation), WAC (Water Conservation), MRC (Material Resources and Cycles), IHC(Indoor Air Health and Comfort), and BEM(Building Environment Management). In this research, not all of the GBCI criteria were discussed but only those related to the efficient use of water and electricity but still met SNI standards. In Green Building certification, there are several levels of assessment include Bronze, Gold, and Platinum. In the assessment, a scoring system is used referring to the standards that have been set by the GBCI (Green Building Council Indonesia). After evaluating the WAC and EEC to assess the efficiency of water and electricity, obtained that it can save about 5 billion rupiahs per year of the electric and water costs or equal to 61 percent of the baseline (referring to the SNI Standard). The payback period for this investment is about 2 years, 8 months, and 46 days."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erina Asyera
"Penelitian ini mengkaji tentang korelasi antara bangunan berkelanjutan yang telah mendapatkan sertifikasi dari Green Building Council Indonesia (GBC Indonesia) dan perilaku energi berkelanjutan pengguna gedung. Gedung yang telah mendapatkan sertifikasi dari GBC Indonesia pada umumnya telah dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan adanya efisiensi energi. Sebuah gedung hidjau yang baik mampu memberikan input aktif dan pasif serta memberikan umpan balik kepada pengguna. Hal ini seharusnya dapat membuat perilaku pengguna gedung menjadi lebih baik sehinga ada korelasi antara gedung hijau dan perilaku energi berkekelanjutan.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal pada gedung bersertifikasi GBC Indonesia dengan menggunakan metode observasi serta melakukan wawancara kepada pihak pengelola gedung dan menyebarkan kuesioner kepada pengguna gedung dalam kaitannya dengan penghematan listrik. Peneliti akan mengkaji ruang kerja pengguna bangunan serta sistem kerja dan peraturan yang berlaku.

This study examines the correlation between sustainable buildings that have been certified by the Green Building Council Indonesia (GBC Indonesia) and the sustainable energy behavior of building users. Buildings that have been certified by the GBC Indonesia in general have been designed to enable energy efficiency. A good green building can provide active and passive input and provide feedback to users. This should improve the users behavior so that there should be a correlation between green buildings and sustainable energy behavior.
The research design used was a single case study in an GBC Indonesia certified building using the observation method and conducting interviews with building managers and distributing questionnaires to building users in relation to electricity savings. The researcher will examine the work space of the building users and the work system and applicable regulations.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willyam
"Gabungan sektor bangunan dan konstruksi menyumbang lebih dari sepertiga konsumsi
energi final global dan hampir 40% dari total emisi CO2 langsung dan tidak langsung.
Di antara semua jenis bangunan komersial, intensitas penggunaan energi bangunan
hotel adalah yang paling tinggi di antara jenis bangunan komersial lainnya. Dan di
antara berbagai tahapan siklus hidup bangunan, tahapan operasi menyumbang sebagian
besar konsumsi energi. Sayangnya, seringkali sebagian besar energi yang digunakan
disebabkan oleh pemborosan yang tidak perlu dan penggunaan yang tidak terkontrol.
Pendekatan bisnis-seperti-biasa dalam melacak penggunaan energi melalui tagihan
bulanan biasanya terlambat (post-facto) dan terlalu kasar (berada di tingkat bangunan
secara keseluruhan) untuk mengidentifikasi penyebab pemborosan. Dan jika masalah
tetap tidak terdeteksi untuk waktu yang lama, dapat menyebabkan sekitar 15 hingga 30
persen energi terbuang percuma di gedung komersial. Hal ini akan berdampak pada
pengeluaran rutin hotel yang pada akhirnya akan mengurangi keuntungan bulanan. Oleh
karena itu, perlu dicari cara atau sistem untuk meningkatkan kinerja operasional agar
lebih efisien dalam penggunaan energi tanpa mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan
pengguna bangunan, khususnya tamu hotel. Dalam upaya mencari jawabannya
dilakukan studi pustaka, kuesioner dan wawancara terstruktur terhadap objek studi PT.
Archipelago International Indonesia (PT. AII). Perusahaan ini merupakan operator hotel
swasta dan independen terbesar di Indonesia, namun sayangnya implementasi efisiensi
energi dalam kegiatan operasional masih dilakukan secara manual dan dalam skala kecil.
PT. AII memiliki banyak portofolio sehingga cocok untuk dijadikan objek penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpotensi dalam
penghematan energi, dan seberapa besar peningkatan efisiensi energi yang dapat dicapai
dalam kegiatan operasional hotel PT. AII, sehingga dapat mengurangi biaya rutin
bulanan hotel dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan. Untuk menguji pengaruh
variabel-variabel independen tersebut terhadap variabel dependen, dilakukan survey
kuantitatif kepada profesional operasional hotel, yang kemudian akan diolah dan
dianalisis dengan metode Structural Equation Modeling Partial Least Square (SEMPLS).
Hasil studi menunjukkan bahwa di antara keempat variabel, tantangan dalam
penerapan efisiensi energi adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan
efisiensi energi pada kegiatan operasional hotel PT. AII.

The building and construction sectors combined account for more than a third of global
final energy consumption and nearly 40% of total direct and indirect CO2 emissions.
Among all types of commercial buildings, the energy use intensity of hotel buildings is
the highest among other types of commercial buildings. And between the various stages
of the building's life cycle, the operation stages account for the majority of energy
consumption. Unfortunately, often most of the energy used is caused by unnecessary
waste and uncontrolled use. The business-as-usual approach of tracking energy use
through monthly bills is usually late (post-facto) and too abrasive (at the level of the
building as a whole) to identify the causes of waste. And if the problem remains
undetected for a long time, it can cause about 15 to 30 percent of energy wasted in a
commercial building. This will have an impact on routine hotel expenses which in turn
will reduce monthly profits. Therefore, it is necessary to look for ways or systems to
improve operational performance in order to be more efficient in energy use without
affecting the health and comfort of building users, especially hotel guests. In an effort to
find the answers, literature studies, questionnaires and structured interviews were
carried out on the study object of PT. Archipelago International Indonesia (PT. AII).
This company is the largest private and independent hotel operator in Indonesia, but
unfortunately the implementation of energy efficiency in operational activities is still
done manually and on a small scale. PT. AII has many portfolios so that they are
suitable as objects of research. The purpose of this study was to determine the factors
that have the potential to save energy, and how much energy efficiency improvements
can be achieved in the operational activities of PT. AII, so as to reduce the routine
monthly hotel costs and ultimately increase profits. To test the effect of these
independent variables on the dependent variable, a quantitative survey was conducted to
hotel operational professionals, which would then be processed and analyzed using the
Structural Equation Modeling Partial Least Square (SEM-PLS) method. The results of
the study show that among the four variables, challenges in the application of energy
efficiency are the most influential factors in increasing energy efficiency in the
operational activities of PT. AII.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusup Arjuna
"Di Indonesia, pekerjaan green retrofitting mengacu pada Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2021 dan rating tools GBCI. Digunakan pendekatan WBS untuk membagi pekerjaan menjadi tingkatan yang lebih sederhana, dengan menggabungan 2 (dua) standar pekerjaan green retrofitting bangunan kantor bertingkat tinggi dari aspek konservasi dan efisiensi energi menjadi 5 tingkatan yang mudah untuk dikelola. Melakukan retrofitting bangunan dapat menghemat penggunaan energi sebesar 50% - 70%. Upaya pemaksimalan pekerjaan green retrofitting dipengaruhi oleh akurasi perencaan WBS serta akurasi perencaan sumber daya pada proyek. Penelitian yang dilakukan dibatasi untuk pekerjaan green retrofitting bangunan gedung kantor bertingkat tinggi aspek konservasi dan efisiensi energi (EEC). Data dikumpulkan menggunakan metode studi literatur, analisis arsip, analisa deskriptif, dan kuesioner yang diuji mengunakan analisa delphi, serta analisa statistik mengunakan uji homogenitas, uji kecukupan data, validitas internal, reliabilitas data, dan validitas eksternal. Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui indikator/aktivitas pada struktur WBS yang penting dan berpengaruh terhadap akurasi perencanaan sumber daya.

In Indonesia, the term "green retrofitting" refers to Minister of Public Works Regulation Number 21 of 2021 and the GBCI rating tools. The Work Breakdown Structure (WBS) approach is utilized to divide the work into simpler levels,by combining two green retrofitting standards for high-rise office buildings, focusing on conservation and energy efficiency, into five manageable levels. Retrofitting buildings can result in energy savings of 50% - 70%. The effectiveness of green retrofitting efforts is influenced by the accuracy of WBS planning and resource planning in the project. The research is limited to green retrofitting of high-rise office buildings, specifically focusing on conservation and energy efficiency aspects (EEC). Data is collected using literature study, archival analysis, descriptive analysis, and questionnaires tested with Delphi analysis, as well as statistikal analysis using tests for homogeneity, data adequacy, internal validity, data reliability, and external validity. The results of this research aim to identify the important indicators/activities in the WBS structure that significantly affect resource planning accuracy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivana Patricia Lilipaly
"Kerusakan lingkungan dan Pemanasan Global telah menjadi perhatian masyarakat Global termasuk Indonesia selama beberapa tahun kebelakang. Salah satu faktor yang menjadi penyebab Kerusakan lingkungan dan Pemanasan Global adalah semakin banyaknya jumlah bangunan tanpa mempertimbangkan kelestarian lingkungan sekitar. Konsep green building pada bangunan baru maupun bangunan yang sudah  ada diterapkan sebagai upaya untuk mengurangi kerusakan lingkungan. GBCI memiliki system rating yaitu greenship yang merupakan tolak ukur untuk bangunan hijau. Selain untuk mengurangi pemanasan global, dalam konsep green building juga diperlukan aplikasi nyata dari pihak yang bersangkutan melaksanakan upaya penerapan Green Building. Selain GBCI, regulasi dari pemerintah terkait penerapan Bangunan Hijau tertera pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia no. 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau dan no. 21 Tahun 2021 tentang penilaian Kinerja Bangunan Gedung Hijau. Berdasarkan hasil evaluasi penerapan Green Building pada Kantor MMP di Balikpapan, didapatkan kesimpulan bahwa Gedung Kantor belum dapat dikatakan sebagai bangunan hijau baik berdasarkan GBCI maupun Permen PU. Rekomendasi teknis yang dapat dilakukan untuk perbaikan antara lain: pembuatan taman resapan, pemasangan instalasi panel surya, pemasangan sistem pengolahan air limbah domestic, dan pembuatan SOP penerapan hemat energi.

Environmental damage and Global Warming have become the concern of the global community including Indonesia for the past few years. One of the factors that causes environmental damage and global warming is the increasing number of buildings without considering the sustainability of the surrounding environment. The concept of green building in new buildings and existing buildings is applied as an effort to reduce environmental damage. GBCI has a rating system, namely greenship which is a benchmark for green buildings. In addition to reducing global warming, the concept of green building also requires real application from the parties involved in carrying out efforts to implement Green Building. Apart from GBCI, government regulations regarding the implementation of Green Buildings are listed in the Regulation of the Minister of Public Works and Public Housing of the Republic of Indonesia no. 02/PRT/M/2015 concerning Green Buildings and no. 21 of 2021 concerning the assessment of Green Building Performance. Based on the results of evaluating the implementation of Green Building at the MMP Office in Balikpapan, it was concluded that the Office Building cannot be said to be a green building either based on the GBCI or the PU Regulation. Technical recommendations that can be made for improvement include: creating an infiltration park, installing solar panels, installing a domestic wastewater treatment system, and making SOPs for energy-saving applications."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ekkywona Rumiazizah Novanandini
"Bangunan mengkonsumsi 32% dari total energi di dunia. Bangunan komersial di Indonesia mengalami peningkatan konsumsi energi sebesar 0,11% dari 2019 hingga 2020. Pasar tradisional adalah salah satu bangunan komersial yang mendapat perhatian dari pemerintah terkait konsumsi energinya pascarevitalisasi. Revitalisasi pasar tradisional dilakukan dalam pemenuhan indikator SNI Pasar Rakyat untuk pengelolaan pasar yang berkelanjutan. Sejak 2019, konsep bangunan hijau sudah diterapkan pada revitalisasi pasar tradisional dengan efisiensi energi sebagai salah satu aspeknya. Namun, data konsumsi energi pasar-pasar tersebut hingga saat ini belum tersedia begitu juga dengan benchmark Intensitas Konsumsi Energi (IKE) pasar tradisional. Penelitian ini mengeksplorasi tentang konsumsi dan strategi konservasi energi pada pasar tradisional yang direvitalisasi dengan konsep bangunan hijau. Benchmarking IKE pasar tradisional yang dihasilkan penelitian ini dapat menjadi tolok ukur bagi pasar yang sedang atau akan direvitalisasi. Strategi konservasi energi dalam penelitian ini mempertimbangkan pemenuhan ketentuan OTTV dan WWR pada parameter selubung bangunan serta tingkat pencahayaan dan densitas daya lampu pada parameter sistem pencahayaan. Pasar Prawirotaman Yogyakarta dan Pasar PON terpilih menjadi studi kasus penelitian ini. Penyelidikan konsumsi dan strategi konservasi energi dilakukan dengan pendekatan Building Information Modeling (BIM) melalui Autodesk Revit untuk modeling 3D dan Green Building Studio untuk simulasi energi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi lapangan, studi dokumen serta pengukuran dengan Power Quality Analyzer (PQA) dan Amperemeter. Benchmarking IKE dalam penelitian ini berdasarkan luas bersih bangunan, jam operasional, dan jumlah pengguna secara berurutan adalah sebesar 23,11 kWh/m2/tahun; 34,84 kW/tahun; dan 0,70 kWh/orang/tahun. Penggunaan kaca double clear glass dan penambahan densitas daya lampu menjadi strategi konservasi yang diusulkan pada studi kasus.

Buildings consume 32% of the world’s total energy. Commercial buildings in Indonesia experienced a 0,11% increase in energy consumption from 2019 to 2020. Traditional markets are one of the commercial buildings that have received attention from the government regarding their post-revitalization energy consumption. The revitalization of traditional markets is carried out to fulfil the SNI Pasar Rakyat indicator for sustainable market management. Since 2019, the green building concept has been applied to revitalizing traditional markets with energy efficiency. However, data on energy consumption in these markets is not yet available, as well as Energy Use Intensity (EUI/IKE) benchmarks for traditional markets. This study explores energy consumption and conservation strategies in traditional markets, which are revitalized with green buildings concept. The IKE benchmarking of traditional markets produced by this research can be used as a benchmark for markets that are being or will be revitalized. The energy conservation strategy of this research considers the fulfilment of OTTV and WWR provisions on the building envelope parameters as well as the level of lighting and lighting power density on the parameter of the lighting system. Prawirotaman Market Yogyakarta and PON Market Trenggalek were selected as case studies of this research. The study of consumption and energy conservation strategies was carried out using the Building Information Modeling (BIM) approach through Autodesk Revit for 3D modeling and Green Building Studio for energy simulation. Data was collected through interviews, field observations, document studies and measurements with Power Quality Analyzer (PQA) and Amperemeter. This study’s benchmarking of EUI/IKE based on the occupied or net floor area of the building, operating hours, and the number of users are 23,11 kWh/m2/year; 34,84 kW/year; and 0,70 kWh/person/year, respectively. The use of double clear glass and the addition of lighting power density are the conservation strategies proposed in the case study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Yolanda
"Indonesia memiliki salah satu lembaga legal untuk melakukan sertifikasi green building yang disebut GBCI (Green Building Council Indonesia). GBCI memiliki sistem penilaian sendiri yang disebut Greenship. Salah satu aspek penilaian yang terdapat pada Greenship adalah MRC (Material Resource Cycle). Pembahasan aspek ini dilakukan melalui metode deskriptif dan evaluatif untuk melihat aspek MRC yang telah dipenuhi, aspek MRC yang berkemungkinan untuk dipenuhi serta aspek yang tidak dipenuhi. Pembahasan ini dilakukan untuk mengetahui peranan pemilihan material dalam pencapaian performa green building, khususnya pada sistem curtain wall. Kemudian juga akan dilakukan komparasi antara standar umum green building material (non-Greenship) dengan Greenship untuk melihat poin non-Greenship yang berpotensi untuk dijadikan poin rekomendasi penilaian dalam Greenship. Dari data dan analisis disimpulkan bahwa pemilihan material pada curtain wall tidak dapat berkontribusi maksimal terhadap pencapaian poin Greenship. Serta aspek penilaian material berdurabilitas tinggi dan meminimalisasi material pembungkus dapat dijadikan sebagai poin rekomendasi penilaian Greenship.

Indonesia has one legal institutions to perform green building certification called GBCI (Green Building Council Indonesia). GBCI has its own scoring system called Greenship. One aspect of the assessment contained in Greenship is MRC (Materials Resource Cycle). The discussion of this aspect is done through descriptive and evaluative to see aspects of the MRC which has been met, MRC aspects that are likely to be met as well as the aspects that were not met. The discussion was conducted to determine the role of materials selection in achieving green building performance, especially in the curtain wall system. Then also will do a comparison between the general standard of green building materials (non-Greenship) with Greenship to see non-Greenship points potentially to be used in the assessment recommendation Greenship points. From the data and analysis concluded that the selection of materials in curtain wall can not contribute to achieve maximum Greenship points. As well as high durability material and minimize the wrapping material can be used as assessment's points on Greenship.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnama Santy
"Bertambahnya bangunan gedung di Indonesia tidak diikuti dengan bertambahnya populasi green building. Sertifikasi Greenship dari Green Building Council Indonesia telah ada sejak tahun 2011 dan sampai tahun 2015 hanya 16 gedung yang telah mendapatkan sertifikasi. Dari penelitian sebelumnya, diketahui green building memberikan keuntungan bagi pemilik gedung dengan penghematan biaya perawatan dan operasional, namun pada awal pembangunan membutuhkan biaya yang lebih besar untuk membangun gedung dan instalasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengembangkan insentif bangunan gedung untuk menambah populasi green building. Kebijakan insentif bagi bangunan gedung sendiri belum berjalan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literatur, benchmarking dan wawancara pakar untuk mengetahui jenis-jenis intensif yang dapat diaplikasikan di Indonesia. Studi kasus dilakukan untuk mengetahui perbedaan biaya pembangunan green building dan non-green building. Besaran insentif yang diusulkan didapat dengan membuat model, memperoyeksikan besaran pajak dan menghitung proyeksi keuntungan pemilik gedung. Diharapkan kebijakan insentif gedung dari pemerintah akan mendorong penyelenggaraan green building oleh pemilik gedung sehingga akan meningkatkan populasi green building di Indonesia.

Rapid growth of new buildings in Indonesia is not in compliance with green building growth. Greenship certification from Green Building Council Indonesia has been establish since 2011 and until 2015 only 16 building get the certification. From previous research, it is known that green building gives its benefit to building owner by saving in the operation and maintenance phase, but in the initial phase it need premium cost to build. This research aims to acknowledge and develop building incentives to promote green building population. There is no building incentive policy in Indonesia yet, so from literature review, bench marking and interviews we will find out the appropriate incentive system which is applicable in Indonesia. Case study is done to find out the green premium cost. The proposed amount of incentives is get by doing model, tax projection and projecting the building owner benefit. Like in other countries, government incentive policy will encourage building owner to develop more green building in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Dewi
"Bangunan hijau dengan pemeliharaan yang tepat akan memiliki efisiensi energi yang lebih tinggi dan masa pakai yang lebih lama, karena kerusakan pada utilitas bangunan dapat diminimalkan. Salah satu utilitas vital adalah komponen elektrikal. Kerusakan komponen elektrikal dapat berakibat fatal seperti korsleting atau kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemeliharaan komponen elektrikal gedung hijau. Sebuah studi kasus diambil dari gedung hijau pemerintah untuk komponen elektrikal, untuk memenuhi persyaratan keandalan bangunan yang terdiri dari keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Sistem pemeliharaan yang berupa alternatif desain dari Work Breakdown Structure (WBS) pemeliharaan gedung hijau terintegrasi dengan sistem informasi berupa web dan Building Information Modeling (BIM) adalah faktor yang berpengaruh untuk kinerja keandalan pemeliharaan bangunan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis arsip, studi kasus, survei, validasi pakar, dan analisis statistik. Penelitian ini menghasilkan produk sistem informasi berbasis web yang terintegrasi dengan BIM, dan juga model matematikayang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pemeliharaan gedung hijau pemerintah untuk komponen elektrikal sehingga menjadi lebih efektif dan efisien terutama untuk kinerja keselamatan.
A green building with proper maintenance will have higher energy efficiency and longer lifetime, as damages to building utilities can be minimised. One of the vital utilities are electrical components. Damages to electrical components may have fatal consequences such as short circuit or fire. This research aims to improve the maintenance of electrical components of green building. A case study is taken from a government green building for electrical components, in order to meet the building reliability requirements which consist of safety, health, comfort, and convenience. Maintenance system which is Work Breakdown Structure (WBS) of green building maintenance integrated with information systems and Building Information Modeling (BIM) are influential factors for building maintenance performance. The research methods used are archival analysis, case study, survey, expert judgement, and statical analysis. This research generates product of web based information system integrated with BIM, and also mathematical model that enhance the maintenance performance of government green building for electrical components would become more effective and efficient especially for safety performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>