Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156513 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ariza Bima Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena keterlibatan pemuda dalam aktivitas kerelawanan sosial pada bidang pendidikan yang di tiga wilayah tertinggal Provinsi Banten. Lingkup pemuda yang diambil dalam penelitian ini adalah mereka yang berada pada organisasi Istana Belajar Anak Banten (ISBANBAN), serta mereka yang pernah, atau sedang mengikuti kegiatan sosial kerelawanan yang diselenggarakan oleh ISBANBAN Foundation. Beberapa teori yang penulis gunakan sebagai acuan dalam penelitian ini antara lain teroi relawan yang dikemukakan oleh Schroeder, teori gerakan sosial oleh Anthony Giddens, teori Tindakan sosial oleh Max Webber teori kepemudaan, teori pendidikan serta Ketahanan Nasional. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Diketahui bahwa alasan yang melatarbelakangi pemuda untuk terlibat dalam aktivisme sosial di Isbanban adalah karena keprihatinan terhadap kondisi Pendidikan di Banten dan juga motivasi pribadi untuk mendapatkan kepuasan atau kebahagiaan secara batin. Sementara itu aktivitas yang dilakukan pemuda melalui aktivisme sosial merupakan bentuk kontribusi masyarakat terhadap Ketahanan Nasional melalui Pendidikan, dimana memperbaiki generasi melalui ilmu akan meningkatkan sumberdaya manusia yang unggul dalam segala aspek ketahanan nasional.

This study aims to analyze the phenomenon of youth involvement in social volunteer activities especially in the field of education in three regions of Banten Province. The scope of youth taken in this study are those in the Istana Belajar Anak Banten (ISBANBAN) organization, as well as those who have participated in, or are currently participating in voluntary social activities organized by the ISBANBAN Foundation. Some of the theories that the author uses as a reference in this research include volunteer work proposed by Schroeder, social movement theory by Anthony Giddens, social action theory by Max Webber, youth theory, education theory and National Resilience. In this study, researchers used qualitative research methods with a phenomenological approach. It is known that the reason behind youth to engage in social activism in Isbanban is due to concern for the condition of education in Banten and also personal motivation to gain inner satisfaction or happiness. Meanwhile, the activities carried out by youth through social activism are a form of society's contribution to National Resilience through Education, where improving generations through science will increase superior human resources in all aspects of national resilience."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santoso Tri Raharjo
"Perkembangan organisasi pelayanan sosial dalam masyarakat Indonesia, tidak terlepas dari sifat kesukarelaan anggota masyarakat untuk membantu sesama. Sifat 'gotong royong', 'gugur gunung', 'rawe-rawe rantas' dan nama-nama lain yang berbeda-beda di setiap daerah merupakan wujud dari kepedulian dari sebagian warga masyarakat untuk membantu warga masyarakat lainnya yang mengalami kesusahan. Merekalah yang kemudian dikenal sebagai volunteers (relawan) yang secara sukarela menyumbangkan tenaga, pemikiran dan materinya tanpa mempertimbangkan imbalan. Dalam perkembangan selanjutnya, permasalahan sosial makin beragam, sehingga membutuhkan keahlian dan mekanisme penanganan yang lebih terorganisir.
Relawan sosial sebagai salah satu ujung tombak kegiatan pelayanan sosial menjadi penting untuk diperhatikan, khususnya berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan mereka dalam kegiatan pelayanan. Selain itu para relawanlah yang menjadi pelaksana operasional kegiatan di lapangan; merekalah sebenarnya pekerja garis depan dari suatu organisasi pelayanan sosial. Namun demikian pada umumnya para relawan sulit dikendalikan dibandingkan dengan staf, dan terkadang mereka tidak memiliki kebutuhan secara ekonomis atas pekerjaan yang dia lakukan dalam suatu organisasi, sehingga ketika ia merasa tidak nyaman atau tidak betah dia akan pergi begitu saja. Latar belakang relawan yang berbeda baik persepsi dan motivasi yang mereka miliki memerlukan perhatian khusus dari para pengurus organisasi pelayanan sosial.
Pendidikan dan pelatihan relawan merupakan salah satu upaya pengembangan sumber daya relawan sebagai bagian dari manajemen sumber daya manusia perlu dikaji dan dikembangkan dalam upaya efektivitas pelayanan sosial. Hal yang mendasari secara akademis perlunya kajian ini adalah untuk memperkaya telaah mengenai kerelawanan dan khususnya memperoleh pemahaman secara mendalam mengenai proses pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan sumber daya relawan melalul pendidikan dan pelatihan relawan di Mitra Citra Remaja (MCR) PKBI Jawa Barat. Kemudian secara khusus pula ingin mengetahui mengenai Informasi dan motivasi relawan masuk ke MCR-PKBI, jenis pelatihan, tujuan, fasilitator, metode, waktu, sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan, dan manfaat pendidikan dan pelatihan relawan dalam kegiatan pelayanan di Mitra Citra Remaja Bandung.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan mewawancarai 9 (sembilan) orang tenaga relawan dan 6 (enam) orang staf MCR-PKBI Jawa Barat yang diperoleh secara purpossive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi teman merupakan informasi pertama sekaligus menjadi daya tank utama mereka aktif di MCR-PKBI Jawa Barat. Berbagai motivasi lain yang mendorong mereka aktif di lembaga ini adalah mengisi waktu luang, mencari pengalaman, memperoleh keterampilan dan pengetahuan barn, serta teman-teman baru.
Pendidikan dan pelatihan relawan di MCR-PKBI Jawa Barat dilaksanakan berdasarkan pola-pola tertentu yang sudah ada dan dilaksanakan secara berkala. Namun dalam pelaksanaan di lapangan telah dilakukan beberapa modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan potensi di lembaga MCR-PKBI Jawa Barat itu sendiri. Jenis pelatihan di MCR dilakukan secara berjenjang, yaitu pelatihan dasar, pelatihan lanjutan, pengayaan di masing-masing divisi dan pelatihan khusus. Tujuan utama dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta untuk dapat berperan sebagai peer educator dan konselor dalam kesehatan reproduksi remaja.
Gaya fasilitator yang disukai oleh peserta atau relawan selain menguasai akan bidangnya adalah yang santai, lugas, tidak kaku dalam penyampaian materinya dan bisa humor. Failitator yang mampu melihat suasana dan mampu menghangatkan suasana pelatihan sehingga peserta tidak bosan. Para fasilitator pelatihan berasal dari dalam yaitu dan MCR PKBI yang kompeten dalam penyampaian materi tertentu. Sedangkan fasilitator yang berasal dan luar adalah mereka yang dikenal dan diketahui ahli dalam bidangnya, baik dari perguruan tinggi atau LSM lain.
Metode dan teknik yang dipergunakan dalam pendidikan dan pelatihan di MCR-PKBI Jawa Barat, antara lain ceramah, diskusi dan tanya jawab (CTJ), juga memanfaatkan permainan peran (role play) dan permainan-permainan (games), simulasi, bahas kasus serta teknik-teknik ice breaking untuk mencairkan suasana. Ketepatan dalam menggunakan berbagai teknik dalam pelatihan juga terkait dengan kamampuan fasilitator dalam menyampaikan materinya.
Waktu penyelenggaraan pelatihan relawan paling tidak satu tahun sekali untuk pelatihan dasar, sedangkan pelatihan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Sarana dan prasarana pelatihan sebagian besar telah disediakan oleh pihak MCR PKBI sendiri. Untuk mengetahui respon peserta terhadap pelatihan dipergunakan pre-tes dan pos-tes; sedangkan evaluasi menyeluruh mengenai penyelenggaraan pelatihan itu sendiri belum dilakukan.
Rekemondasi berkaitan dengan penyelenggaraan pelatihan di MCR-PKBI Jawa Barat antara lain pencatatan proses penyelenggaraan pelatihan perlu dikembangkan sehingga dapat terlihat efektivitas pelatihan. Perlu kiranya mengadakan pelatihan untuk pelatih (training for trainer) untuk meningkatkan kualitas pelatihan dan serta tersedianya sejumlah pelatih yang berasal MCR-PKBI itu sendiri.
Relawan MCR-PKBI Jawa Barat, walaupun telah memeproleh pendidikan dan pelatihan, kemudian diikat dengan kontrak dan peluang jenjang karier untuk menjadi staf, namun tetap saja tingkat 'tum-over'-nya tinggi. Sehingga diperiukan perhatian khusus berkaitan dengan upaya pmeliharaan dan pengembangan relawan yang sudah terlatih dengan cara yang lain, misalkan dengan mengembangkan kegiatan kegiatan yang bersifat penguatan keeratan hubungan antar staf dan relawan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12269
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Wulandari
"ABSTRACT
Dalam organisasi pelayanan kemanusiaan terdapat kecenderungan bahwa pelibatan relawan dalam pelayanan hanya ditujukan untuk kegiatan yang sifatnya insidental saja, dan belum mensinergikan relawan dalam struktur organisasi secara berkelanjutan. Selain itu, terdapat juga suatu kondisi dimana terjadi ketimpangan antara jumlah staf dan relawan. Sehingga jumlah staf yang sedikit harus dibebani dengan peran pengelolaan relawan, beriringan dengan berbagai pekerjaan yang biasa mereka lakukan. Berdasarkan permasalahan tersebut, skripsi ini membahas mengenai proses pelaksanaan manajemen relawan yang diterapkan dalam organisasi pelayanan kemanusiaan Sekolah Relawan, beserta dengan faktor pendukung dan penghambat proses pengelolaan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Sekolah Relawan melakukan pengelolaan relawan secara langsung, dan memiliki enam tahapan utama, yaitu 1 persiapan internal, 2 rekrutmen, 3 orientasi dan pelatihan, 4 penugasan atau aksi, 5 penguatan dan pemberian dukungan, dan 6 pengawasan. Adapun faktor yang mendukung proses pengelolaan relawan adalah keberadaan visi dan misi yang mengarah pada relawan, motivasi pribadi relawan, suasana kekeluargaan dan pengaruh pimpinan organisasi. Sedangkan faktor penghambat yang dialami, antara lain belum adanya bagian khusus yang menangani relawan, kesibukan lain yang dimiliki relawan, dan hambatan komunikasi.

ABSTRACT
In the human service organization there is a tendency that volunteer involvement in services is only aimed at incidental activities only, and has not synergized them in the organizational structure. In addition, there is also a condition where there is an imbalance between the number of staff and volunteers. So the small number of staff should be burdened with the role of volunteer management, along with the various jobs that they usually do. Based on these problems, this study discuses about volunteer management process conducted by Sekolah Relawan with the supports and obstacles. This study used qualitative method and descriptive design approach. The result of study show that Sekolah Relawan performs direct volunteer management, and has six main stages 1 internal preparation, 2 recruitment, 3 orientation and training, 4 assignment or action, 5 strengthening and support, and 6 supervision This volunteer management process are supported by the existence of vision and mission that leads to volunteer, personal motivation of volunteers, family atmosphere in organization and influence of board of directors. Whereas, the obstacles are the absence of volunteer manager, other activities owned by volunteers, and communication barriers."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rido Dinata
"Pada tahun 2014 Pemerintah Provinsi Banten telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2014 tentang Pembangunan kepemudaan. Perda ini berfungsi sebagai payung hukum dan dasar konstitusional program, kebijakan, penganggaran dalam pembangunan kepemudaan di Provinsi Banten. Tujuan dibuatnya perda ini adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepemudaan di Provinsi Banten yang meliputi penyadaran, pemberdayaan dan pengembangan potensi pemuda termasuk kepemimpinan, kewirausahaan dan kepeloporan pemuda. Perda ini mengamanatkan paling sedikit 2 % (persen) dari APBD untuk pelayanan kepemudaan di Banten, empat tahun usia perda kepemudaan ini namun apakah sudah ter-implementasi dengan baik dan sejauh mana manfaat perda Kepemudaan dalam mengatasi problem-problem sosial kepemudaan di Provinsi Banten. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis implementasi model Merilee S. Grindle dan analisis alokasi anggaran untuk menganalisa implementasi perda kepemudaan dari asepek content of policy dan context of implementation. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa implementasi perda kepemudaan nomor 10 tahun 2014 terhadap alokasi anggaran 2 % (persen) untuk pelayanan kepemudaaan di Banten belum berjalan optimal. Segi content, isi kebijakan perda ini lemah karena tidak didukung konsep dan ketentuan pembangunan kepemudaan yang aplikatif. Segi context of implementation, perda ini tidak cukup dukungan dan keberpihakan dari pemerintah Provinsi Banten baik dalam skala prioritas pembangunan atau regulasi teknis pelayanan kepemudaan di lintas stakeholder.

In 2014 th, Banten Provincial Government have been Establishing Regional Regulation Number 10 of 2014 concerning Youth Development. This serves as a legal standing and constitutional basis for programs, policies, budgeting youth development in Banten Province. The purpose of the regulation to improve the quality of youth services in Banten Province is includes awareness, empowerment and development of the potential of youth including leadership, entrepreneurship and youth leadership. In terms of funding this regional regulation mandates at least 2% (percent) of the Regional Government Budget for youth services in Banten,youth regulation is well implemented and the extent of the benefits of the Youth regulation in overcoming youth social problems in the Province Banten after four-year ago. This study uses a qualitative approach with the analysis method of implementing the Merilee S. Grindle model and analysis of budget allocations to analyze the implementation of youth regulations from asepek content of policy and context of implementation. The results of this study concluded that have been implementation of the number 10 regulation on youth in 2014th budget allocation of 2% (percent) for youth services in Banten had not yet run optimally. In terms of content, the contents of this regional regulation are weakening because it is not supported by applicable youth development concepts and provisions. In terms of context of implementation, this regulation does not have enough support and partiality from the Banten provincial government the development priority scale or the technical regulation of youth services across stakeholders."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T52553
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Kinasih Sisherninda
"ABSTRAK
Strategi Komunikasi untuk mengimplementasikan Kegiatan Sukarela Karyawan dalam Program CSRStudi Kasus Karyawan Membangun Desa di Pertamina Hulu Energi ONWJDara Kinasih Sisherninda, Magdalena Wenas, CPR, M. Comm Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia Email: darakinasihs@ymail.com Abstrak Tanggung jawab sosial perusahaan adalah salah satu hal yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan. Pada saat ini, kegiatan tanggung jawab sosial juga semakin berkembang dan beragam, salah satunya adalah kegiatan sukarela karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi komunikasi apa yang digunakan oleh tim dalam mengundang karyawan untuk berpartisipasi dalam kegiatan Karyawan Membangun Desa. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memeriksa apakah kegiatan Karyawan Membangun Desa memberikan manfaat bagi karyawan dan perusahaan atau tidak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penulis melakukan wawancara kepada salah satu anggota tim. Analisis isi dilakukan untuk menginterpretasikan isi wawancara ke dalam konteks dengan berfokus pada strategi komunikasi yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tim menggunakan campuran komunikasi vertikal dan horizontal. Selain itu, hasilnya juga menunjukkan bahwa ada beberapa manfaat bagi karyawan dan perusahaan. Kata kunci: Strategi Komunikasi, Aktivitas sukarelawan karyawan, Corporate Social Responsibility.

ABSTRACT
Communication Strategy to Implement Employee Volunteering Activities in CSR ProgramCase Study of Karyawan Membangun Desa in PHE ONWJ.Dara Kinasih Sisherninda, Magdalena Wenas, CPR, M. Comm Department of Communication, Faculty of Social and Political Science, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia. E-mail: darakinasihs@ymail.com Abstract Corporate social responsibility is one of the things that every company should have. At this time, social responsibility activities are also growing and diverse, one of which is the voluntary activities of employees. This study aims to identify what strategy communication used by the team in inviting employees to participate in the activities of Karyawan Membangun Desa. In addition, this study also aims to check whether the activities Karyawan Membangun Desa provide benefits to employees and companies or not. The research method used in this research is qualitative method. The author conducted an interview to one of the team members. Content analysis is done to interpret the content of the interview into the context by focusing on the communication strategy used. The results showed that the team used a mixture of vertical and horizontal communications. In addition, the results also show that there are some benefits to employees and companies. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Desty Rosdianti
"[ ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Perceived Empathic Self-Efficacy dengan Volunterisme pada volunter di bidang pendidikan. Variabel perceived empathic self-efficacy diukur dengan Perceived Empathic Self-Effiacy Scale (PESE) dan variabel volunterisme diukur dengan menggunakan skala Volunterisme. Penelitian ini dilakukan dengan sebanyak 100 orang partisipan usia remaja dan dewasa muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kedua variabel (r = 0,368, n = 100, p < 0,01, one tailed
ABSTRACT The purpose of this study is to examine the relationship of perceived empathic self-efficacy and volunteerism on educational volunteer. Perceived empathic self efficacy measured with Perceived Empathic Self-Efficacy scale (PESE) which adapted in Indonesian and volunteerism measured with Volunteerism scale that constructed by researcher. One hundred volunteer from four volunterism organization participated this research.The result shows that there is significant positive relationship of both variable (r = 0,368, n = 100, p < 0,01, one tailed).;The purpose of this study is to examine the relationship of perceived empathic self-efficacy and volunteerism on educational volunteer. Perceived empathic self efficacy measured with Perceived Empathic Self-Efficacy scale (PESE) which adapted in Indonesian and volunteerism measured with Volunteerism scale that constructed by researcher. One hundred volunteer from four volunterism organization participated this research.The result shows that there is significant positive relationship of both variable (r = 0,368, n = 100, p < 0,01, one tailed).;The purpose of this study is to examine the relationship of perceived empathic self-efficacy and volunteerism on educational volunteer. Perceived empathic self efficacy measured with Perceived Empathic Self-Efficacy scale (PESE) which adapted in Indonesian and volunteerism measured with Volunteerism scale that constructed by researcher. One hundred volunteer from four volunterism organization participated this research.The result shows that there is significant positive relationship of both variable (r = 0,368, n = 100, p < 0,01, one tailed).;The purpose of this study is to examine the relationship of perceived empathic self-efficacy and volunteerism on educational volunteer. Perceived empathic self efficacy measured with Perceived Empathic Self-Efficacy scale (PESE) which adapted in Indonesian and volunteerism measured with Volunteerism scale that constructed by researcher. One hundred volunteer from four volunterism organization participated this research.The result shows that there is significant positive relationship of both variable (r = 0,368, n = 100, p < 0,01, one tailed)., The purpose of this study is to examine the relationship of perceived empathic self-efficacy and volunteerism on educational volunteer. Perceived empathic self efficacy measured with Perceived Empathic Self-Efficacy scale (PESE) which adapted in Indonesian and volunteerism measured with Volunteerism scale that constructed by researcher. One hundred volunteer from four volunterism organization participated this research.The result shows that there is significant positive relationship of both variable (r = 0,368, n = 100, p < 0,01, one tailed).]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S61927
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kharrizma Kanya Sani
"Aktivisme feminisme telah menemukan dinamika baru seiring dengan kehadiran media sosial. Media tersebut digunakan para aktivis, tak terkecuali feminis perempuan muda, dalam mempraktikkan aktivisme digitalnya. Akan tetapi, feminis tersebut akan lebih memilih media sosial yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Studi ini merangkum beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji bagaimana feminis perempuan menggunakan media digital tertentu yang dapat memenuhi kebutuhan mereka sebagai aktivis. Teori Uses and Gratification dipinjam untuk melihat karakteristik kebutuhan yang dijadikan pertimbangan mereka ketika menggunakan media sosial tertentu. Berdasarkan rangkuman literatur, terdapat lima kategori kebutuhan yang menggambarkan alasan feminis perempuan muda untuk menggunakan media sosial dalam aktivitasnya. Kebutuhan tersebut meliputi tension release needs, personal gain needs, cognitive needs, social interaction needs, serta affective emotional needs. Tulisan ini kemudian menawarkan informasi tambahan terhadap literatur terkait kebutuhan yang mungkin mendorong aktivitas feminis perempuan dalam media sosial.

Feminist activism has found a new dynamic along with the presence of social media. This media is used by activists, including young feminist girls, in their digital practice. However, these feminists only choose social media that are able to meet their needs. This review summarizes previous studies that examine how feminist girls choose digital media that can fulfil their needs as an activist. The Uses and Gratification theory is borrowed to analyse the characteristics of needs that were taken into consideration by these feminists when using social media. Based on the literature summary, there are five categories of needs that describe the reasons of young feminist girls' use of social media for activism. These needs include the need to release tension, personal gain needs, cognitive needs, social interaction needs, and affective emotional needs. This paper then offers additional information on needs that might encourage feminist activities in social media. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Khoiriyah
"Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis pengembangan destinasi pariwisata yang ada di Kabupaten Pesisir Barat. (2) Menganalisis minat wisatawan muda (generasi millennial) dalam menggunakan media sosial. (3) Menganalisis hubungan antara pengembangan pariwisata dan minta generasi milleniah dalam menggunakan media sosial terhadap minat dan keputusan berkunjung wisatawan. (4) Mengetahui tingkat kepemilikan Media sosial pengelola wisata dan dampaknya terhadap Industri Pariwisata tersebut. Pendekatan penelitian ini menggunakan metode campuran, dua model analisis data yang menggunakan pendekatan kualitatif yaitu deskriptif analisis serta analisis konten dan pendekatan kuantitatif yaitu pemetaan pengembangan pariwisata untuk mengambil informasi langsung pada tahun 2020 di Kabupaten Pesisir Barat. Penyajian data menggunakan analisis kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan cara wawancara pada akhir tahun 2019 dan data responden menggunakan kuisioner secara daring (online). Metode analisis data menggunakan metode che square dengan perhitungan SPSS 25. Lokasi penelitian di Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung. Jumlah responden sebanyak 200 orang yang dipilih secara purposive sampling dan wawancara dengan sumber dipilih Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Pesisir Barat, Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pesisir Barat dan Pengelola Destinasi Wisata di Kabupaten Pesisir Barat. Hasil uji menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan memiliki keterkaitan antara keputusan berkujung serta ketertarikan berkunjung wisatawan terhadap pengembangan desinasi wisata di Kabupaten Pesisir Barat, memiliki hubungan dengan minat penggunaan media sosial generasi millenial. Serta terdapat keterkaitan dengan adanya dampak terhadap kepemilikan media sosial yang dimiliki pengelola destinasi wisata.


The objectives of this study are (1) to analyze the development of tourism destinations in the Pesisir Barat Regency. (2) Analyzing the interest of young tourists (millennial generation) in using social media. (3) Analyzing the relationship between tourism development and asking the millennial generation to use social media for tourist interest and visiting decisions. (4) Knowing the level of social media ownership of tourism managers and their impact on the tourism industry. This research approach uses mixed methods, two data analysis models that use a qualitative approach, namely descriptive analysis and content analysis and a quantitative approach, namely mapping tourism development to take direct information in 2020 in Pesisir Barat Regency. Presentation of data uses qualitative analysis that produces descriptive data. Data collection in this study used interviews at the end of 2019 and respondent data used online questionnaires. Methods of data analysis using the che square method with the calculation of SPSS 25. The research location is in the Pesisir Barat Regency, Lampung Province. The number of respondents was 200 people who were selected by purposive sampling and interviews with selected sources of the West Coastal District Tourism and Creative Economy Office, the West Coastal District Communication and Information Office and the West Coastal District Tourism Destination Manager. The test results show that there are significant results that have a relationship between the end decisions and the interest in visiting tourists to the development of tourist destinations in Pesisir Barat Regency, which has a relationship with the interest in using social media for the millennial generation. And there is a relationship with the impact on social media ownership owned by tourist destination managers."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Kajian Ketahanan Nasional, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norman David Krisnando Sabandar
"ABSTRAK
Skripsi ini mengkaji kegiatan sukarela yang dilakukan lansia di Klinik Lentera Pamulang. Kesukarelawanan yang dilakukan lansia berorientasi pada nilai kristiani yaitu diakonia. Klinik ini mentrasmisikan nilai diakonia kepada sukarelawan melalui peranan tokoh keagamaan dan kegiatan organisasi. Dengan pendekatan etnografi, skripsi ini menunjukkan bahwa nilai diakonia yang disampaikan oleh tokoh keagamaan dan kegiatan organisasi diterima oleh sukarelawan. Penerimaan nilai diakonia turut meningkatkan motivasi sukarelawan melakukan pelayanan sosial kepada masyarakat. Meningkatnya motivasi sukarelawan melakukan pelayanan sosial memberikan manfaat kepada masyarakat. Dengan demikian, nilai diakonia merupakan pedoman utama sukarelawan saat menjalankan kesukarelawanan di tengah kehidupan masyarakat

ABSTRACT
This study discussed about volunteerism activities of the older adults in Klinik Lentera, Pamulang. Volunteerism which was conducted by this volunteers have orientation with Christian value called diakonia. This clinic transmitted diakonia value to the volunteers by the role of the spiritual key person and also by the activities of organization. In this study, the ethnography approach showed the diakonia value was transmitted by the spiritual key person and the activities of organization accepted by the volunteers. Diakonia value acceptation increased the volunteers motivation to conduct social services. This motivation gave benefits to the community. Thus, diakonia value became the volunteers guideline to give the social services in the community. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Karina Nathania
"Hollywood, sebagai pusat industri film yang terkenal, telah memainkan peran penting dalam membentuk opini publik. Terutama dalam konteks hubungannya dengan Negara Israel, Hollywood menjadi alat utama dalam mempengaruhi pandangan masyarakat. Selama bertahun-tahun, Hollywood menampilkan narasi yang menguntungkan pihak Israel dalam meruntuhkan citra Bangsa Palestina. Tidak jarang propaganda ini mengikutsertakan selebriti yang dianggap memiliki pengaruh besar terhadap audiensnya. Munculnya suara baru yang menentang narasi tersebut datang dari beberapa aktivis dan selebriti seperti Susan Sarandon. Kendati demikian, pidato sang aktris dalam demonstrasi 17 November 2023 diputar balikkan oleh media Barat yang mengakibatkan publik dan industri “membalikkan punggung” mereka dari sang aktris. Susan dipecat oleh agensi yang telah menaunginya selama 10 tahun akibat tuduhan anti semitism yang dilekatkan padanya. Respon media Barat dan industri terhadap keterlibatan sang aktris akan ditinjau melalui teori Manufacturing Consent dan dianalisis melalui media framing. Penulis menggunakan metode penulisan kualitatif dan pengumpulan data secara studi literatur dari buku, jurnal, artikel, dan berita internet dari sumber terpercaya. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kuasa media oleh elit dan korporat tetap kuat, bahkan di era media sosial. Namun, masyarakat terus berupaya membangun solidaritas untuk mendukung isu-isu yang mengancam kehidupan di Palestina. Dengan mengecam ketidakadilan yang diterima aktivis dan figur publik yang menunjukkan advokasi #FreePalestine seperti Susan Sarandon, hingga upaya untuk melawan balik sistem yang membatasi ruang kebebasan berbicara seperti akan memberikan kontribusi bagi keberhasilan gerakan media sosial.

Hollywood, as the center of the famous film industry, has played an important role in shaping public opinion. Including in the context of the State of Israel, Hollywood is the main tool in influencing people's views. Over the years, Hollywood has performed narratives that benefit the Israelis in undermining the image of the Palestinians. It is not uncommon for this propaganda to include celebrities who are considered to have a great influence on their audiences. The emergence of a new voice against the narrative came from several activists and celebrities such as Susan Sarandon. However, the actress's speech in the November 17, 2023 demonstration was reversed by Western media which resulted in the public and industry "turning" their backs from the actress. Susan was fired by the agency that had been watching her for 10 years due to allegations of antisemitism attached to her. The response of Western media and industry to the actress's involvement will be reviewed through the Manufacturing Consent theory and analyzed through media framing. Authors use qualitative writing and data collection methods to study literature from books, journals, articles, and internet news from reliable sources. This research reveals that media power by elites and corporations remains strong, even in the era of social media. However, the community continues to strive to build solidarity to support issues that threaten life in Palestine. By condemning the injustices received by activists and public figures who demonstrate #FreePalestine advocacy such as Susan Sarandon, and efforts to fight back against systems that limit the space for free speech, such as will contribute to the success of the social media movement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>