Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94666 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ari Rahma Yanti
"Darah sangatlah penting demi menunjang keberlangsungan hidup manusia. Di Indonesia masih terdapat kekurangan stok persediaan darah dari jumlah ideal sebanyak 972.522 kantong darah atau sebesar 18,8% belum terpenuhi. Ditambah dengan adanya kondisi pandemik Covid-19 seperti saat ini semakin membuat stok darah di sejumlah daerah berada di ambang batas kekhawatiran. Salah satu faktor permasalahan tersebut dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjadi sukarelawan donor darah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat masyarakat menjadi sukarelawan donor darah dengan cara mensosoialisasikan kampanye gerakan “Suka & Rela Donor Darah” yang peneliti kembangkan menggunakan bantuan media sosial instagram Unit Transfusi Darah Pusat Palang Merah Indonesia @utdpusatpmi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dan dilakukan survei online untuk mengukur minat masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konten yang diunggah di instagram @utdpusatpmi berdasarkan indikator tingkat kognitif rata-rata skor yakni 4,31, diikuti indikator tingkat afektif 3,67, dan indikator tingkat keperilakuan 3,43. Dari hasil penelitian ini dapat menciptakan respon kognitif positif, yakni responden mengetahui atas informasi kesehatan dan terjadi peningkatan pengetahuan mengenai donor darah. Namun demikian kampanye ini belum mencapai indikator afektif dan keperilakuan sehingga belum terjadinya perubahan perilaku pada masyarakat.

Blood is very important to support human life. In Indonesia, there is still a shortage of blood supplies, from the ideal number of 972,522 blood bags or 18.8% that has not been fulfilled. Coupled with the current Covid-19 pandemic conditions, the blood stock in a number of areas is on the threshold of concern. One of the factors of this problem is the low level of public awareness in volunteering for blood donations. This study aims to increase public interest in volunteering for blood donations by socializing the campaign for the “Like & Willing Blood Donation” movement which the researchers developed using social media assistance from the Indonesian Red Cross Central Blood Transfusion Unit @utdpusatpmi. This type of research is quantitative research and online surveys are conducted to measure people's interest. The results showed that the content uploaded on Instagram @utdpusatpmi was based on the average cognitive level indicator score of 4.31, followed by the affective level indicator at 3.67, and the behavioral level indicator at 3.43. From the results of this study, it can create a positive cognitive response, in which the respondents are aware of health information and there is an increase in knowledge about blood donors. However, this campaign has not reached the indicators of affective and behavioral, so there has not been a change in behavior in society."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diviandari Sabitha
"ABSTRAK
Dengan banyaknya kebutuhan penggunaan darah di rumah sakit, menjadikan darah sebagai produk yang penting. Jika jumlah minimal kebutuhan darah tidak dapat dipenuhi, rumah sakit akan mengalami kesulitan untuk melakukan transfusi darah kepada pasien yang membutuhkan. Salah satu provinsi yang kebutuhan darahnya belum terpenuhi adalah Provinsi Banten. Untuk memenuhi kebutuhan darah di Banten, maka timbul usulan untuk membuat Unit Donor Darah baru di Tangerang Selatan agar jumlah pasokan darah dapat mencapai target minimum kebutuhan darah. Dalam menentukan jumlah dan lokasi Unit Donor Darah baru yang optimal, diperlukan sebuah pengembangan model matematika yang turut mempertimbangkan beberapa faktor seperti jarak antara Unit Donor Darah dengan Unit Transfusi Darah, jumlah donasi darah pada area kandidat Unit Donor Darah baru, anggaran biaya yang dibutuhkan, serta area wilayah kandidat Unit Donor Darah baru. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan Binary Integer Programming sebagai cara untuk membuat keputusan dalam menentukan jumlah dan lokasi Unit Donor Darah dari beberapa pilihan yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terpilih dua lokasi Unit Donor Darah untuk dibangun. Dari lokasi pertama didapatkan jumlah donasi darah sebanyak 1680 kantong per bulan dengan biaya pembuatannya sebesar Rp 597.958.976. Dari lokasi kedua didapatkan jumlah donasi darah sebanyak 930 kantong per bulan dengan biaya pembuatannya sebesar Rp 595.056.976. Dari kedua Unit Donor Darah baru ini, jumlah darah yang didapat telah memenuhi jumlah minimal kebutuhan darah Provinsi Banten per bulan serta sudah sesuai dengan anggaran biaya yang dimiliki.

ABSTRACT
With the many needs of the use of blood in hospitals, making blood a very important product. If a minimum amount of blood needs cannot be met, the hospital will have difficulty in making blood transfusions to patients in need. Banten is one of the provinces that has not been able to meet the minimum blood needs. To meet blood needs in Banten, a proposal emerged to create new Blood Donation Unit in South Tangerang so that the amount of blood supply could reach the minimum target of blood needs. In determining the optimal number and location of new Blood Donation Units, it is necessary to develop a mathematical model that considers several factors such as the distance between the Blood Donation Unit and the Blood Transfusion Unit, the amount of blood donation in the candidate area of the new Blood Donation Unit, the required budget to make Blood Donation Unit, and new Blood Donation Unit candidate area. To solve this problem, this study uses Binary Integer Programming as a way to make decisions in determining the number and location of Blood Donation Units from several options. The results showed that two Blood Donation Unit location has been chosen to build. From the first location, the number of blood donations obtained is 1680 bags per month, with the manufacturing cost is Rp. 597.958.976. From the second location, the total number of blood donations obtained is 930 bags per month with the manufacturing cost is Rp. 595.056.976. From the two new Blood Donation Units, the amount of blood obtained has met the minimum amount of blood needs in Banten Province per month and is in accordance with the budget available."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Rachmawati
"ABSTRAK
Tesis ini membahas strategi pemasaran sosial donor darah sukarela Palang Merah
Indonesia terutama pada tahun 2012-2013. Dalam tesis ini dideskripsikan
kegiatan-kegiatan promosi yang ditentukan dan dijalankan menurut kemampuan
PMI. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil
penelitian menyatakan bahwa strategi pemasaran sosial yang dijalankan PMI
tampaknya memberikan hasil walaupun dalam pelaksanaanya PMI memiliki
keterbatasan sumber daya.

ABSTRACT
This thesis explores the social marketing strategy of voluntary blood donors in
Indonesian Red Cross, especially in 2012-2013. In this thesis described
promotional activities that are defined and executed according to the capabilities
of Indonesian Red Cross. This study is a descriptive qualitative research design.
The study states that a social marketing strategy that Indonesian Red Cross run
seems to provide results even though Indonesian Red Cross implementation has
experienced limited resources.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42134
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soenardi Moeslichan
"Rasa syukur kita ini akan bertambah nikmat manakala kita menyadari eksistensi diri di alam jagat raya ini. Manusia adalah salah satu dari sejumlah makhluk bumi, dan seorang manusia adalah seorang warga penduduk bumi yang diperkirakan akan mencapai 6,2 milyard pada tahun 2000 nanti. Mereka saling berinteraksi dan saling merindukan kedamaian (walaupun masih terjadi peperangan antar manusia disana-sini yang masih sulit untuk didamaikan).
Menyadari betapa kecil kehadiran manusia di bumi ini, manusia akan lebih merasakan betapa kecilnya lagi manakala dianugerahi kemampuan berfikir, bahwa bumipun hanya merupakan sebagian kecil eksistensinya dalam tata surya alam ini. Allahu Akbar.
Dengan manusia sebagai titik tumpu setelah teropong megamakro digunakan untuk mengagumi kebesaran jagad raya dalam makrokosmos berbalik teropong itu diarahkan ke dalam dunia mikro terhadap komposisi tubuh manusia. Kita akan dapat temukan berbagai fenomena menakjubkan yang dapat dilihat dan dipelajari. Salah satu diantaranya adalah darah.
Benda cair yang berwarna merah ini tersusun dari berbagai materi biologis yang juga saling berinteraksi. Interaksi yang serasi diperankan oleh masing-masing unsur untuk mempertahankan homeostasis tubuh agar terpelihara tubuh yang sehat. Mereka diproduksi .di dalam sumsum tulang. Sumsum tulang ini seakan-akan suatu pabrik yang memproduksi berbagai jenis sel darah, setiap hari tiada hentinya. Diperhitungkan sekitar 200 bilion sel darah merah, 10 bilion sel darah putih dan 400 bilion butir trombosit diproduksi setiap hari. Betapa besar kapasitas pabrik dalam tubuh kita ini. Keindahan semakin dirasakan karena terbukti masing-masing materi bioiogis ini saling berinteraksi yang sangat unik di dalam dunianya. Apabila karena sesuatu hal interaksi dan produksi tersebut terganggu maka terjadilah penyakit yang mengancam kehidupan individu tersebut.
Darah masih merupakan materi biologis yang belum dapat di sintesis di luar tubuh, atas dasar itu apabila pada suatu saat terjadi kekurangan darah atau komponennya, biasanya seseorang memerlukan bantuan darah dari orang lain yang disebut transfusi darah. Tetapi dalam transfusi darah yang bertujuan menyelamatkan jiwa sesama manusia tersebut, dapat mengundang pula berbagai risiko yang merugikan kesehatan tubuh, bahkan dapat berakibat kematian. Atas dasar itu praktek transfusi darah yang benar haruslah dilandasi oleh suatu disiplin ilmu yang disebut Ilmu Transfusi Darah (Transfusion Medicine).
Berbagai keindahan dan pesona darah yang mendasari ilmu ini mengundang kekaguman, dan kadang-kadang enak dinikmati, karena itu saya ingin berbagi rasa dengan para hadirin dengan menyajikan sekelumit tentang transfusi darah yang berkaitan dengan profesi saya sebagai dokter anak, kemudian ikut memikirkan kemungkinan permasalahannya dalam suatu sajian yang berjudul Kajian Pediatrik Terhadap Transfusi Darah.
Para hadirin yang berbahagia,
Seperti dikemukakan sebelumnya darah adalah materi biologis, berbentuk cair berwarna merah. Didalamnya terkandung bagian yang bersifat korpuskuler dan sebagian lainnya bersifat tarutan. Bagian korpuskuler ini disebut sebagai butiran darah yang terdiri dari sel darah merah (erythrocyte), sel darah putih (leukocyte) dan butir trombosit (platelet), Ketiga jenis butiran darah ini terutama dibuat di dalam sumsum tulang dari sejenis sel yang disebut sel stem. Sel stem ini seolah-olah suatu benih yang mampu terus-menerus bertahan dengan memperbanyak diri serta berdeferensiasi. Hal ini dimungkinkan karena di dalam sumsum tulang terdapat strama yang memberkan lingkungan mikro (micraenvironment) seakan-akan suatu lahan tanah yang subur bagi pertumbuhan sel stem.
Katau diperhatikan lebih seksama, sel darah merah itu berbentuk diskus bikonkaf yang fleksibel, diameternya 8 um, dan didalamnya berisi cairan hemoglobin. Hemoglobin inilah yang memberi warna merah darah kita. Bentuk sel darah merah yang fleksibel memungkinkan sel darah merah melalui saluran sirkulasi mikro yang berdiameter lebih kecil."
Jakarta: UI-Press, 1995
PGB 0121
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Syafitri Evi Gantini
"Pendahuluan: Transfusi darah pada hakekatnya adalah suatu proses pemindahan darah dari seorang donor ke resipien. Untuk memastikan bahwa transfusi darah tidak akan menimbulkan reaksi pada resipien maka sebelum pemberian transfusi darah dari donor kepada resipien, perlu dilakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta uji silang serasi antara darah donor dan darah resipien. Walaupun golongan darah donor dan pasien sama, ternyata dapat terjadi ketidakcocokan(inkompatibilitas) pada uji silang serasi.Sehingga perlu dilakukan analisis penyebab ketidakcocokan pada uji silang serasi antara darah donor dan pasien.
Cara kerja : Hasil pemeriksaan terhadap 1.108 sampel darah pasien yang dirujuk ke laboratorium rujukan unit transfusi darah daerah (UTDD) PMI DKI dari bulan Januari-Desember 2003 dikumpulkan, kemudian dikaji penyebab terjadinya inkompatibilitas pada uji silang serasi.
Hasil dan diskusi: Dari 1.108 kasus yang dirujuk, 677 (61.10%) kasus menunjukkan adanya inkompatibilitas pada uji silang serasi. Sisanya 431 (38.90 %) menunjukan adanya kompatibilitas (kecocokan) pada uji silang serasi. Dari 677 kasus inkompatibel, 629 (92.90%) kasus disebabkan karena pemeriksaan antiglobulin langsung (DAT-Direct Antiglobulin Test) yang positif. Sisanya yaitu 48 (7.10%) kasus disebabkan karena adanya antibodi pada darah pasien yang secara klinik berpengaruh terhadap transfusi darah dari donor ke pasien. Kasus inkompatibel yang menunjukan hasil positif pada uji antiglobulin langsung (DAT=Direct Antiglobulin Test )sebanyak 629 kasus (92.90%), dengan perincian hasil positip DAT terhadap IgG pada ditemukan sebanyak 493 kasus (78.38%), hasil positip DAT terhadap komplemen C3d sebanyak 46 kasus (7.31%), dan hasil positip DAT terhadap kombinasi IgG dan C3d sebanyak 90 kasus (14.31%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13665
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hima Liliani
"Darah merupakan sumber daya yang tidak tergantikan. Menurut Hall (2013), di University Hospitals of Leicester UK, dari 507 unit darah yang di-crossmatch hanya 283 unit darah yang ditransfusikan. Terdapat 25% darah terbuang pada Rumah Sakit Publik Guyana (Kurup, 2016). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Berdasarkan analisis diperoleh hasil, yaitu 35.79% unit darah yang tidak ditransfusikan, capaian CT Ratio 2.12 (dari 3536 unit darah yang dicrossmatch, hanya 1670 unit darah yang ditransfusikan), Penyebab darah terbuang adalah kadaluarsa 98.4%, selang habis, kantong bocor, darah rusak dll. Penggunaan MSBOS dapat menurunkan angka ketidakterpakaian darah pada pasien operasi elektif sebesar 35.64%.

Blood is an irreplaceable resource. According to Hall (2013), at University Hospitals of Leicester UK, from 507 units of crossmatched blood, only 283 units were used. There is 25% discharge blood at Guyana Public Hospital (Kurup, 2016). This research is a descriptive case study with qualitative method. Based on the analysis, 35.79% of the blood units were not transfused, the CT ratio was 2.12 (from 3536 unit of crossmatched blood, only 1670 unit were transfused). The cause of blood wastage is expired 98.4%, blood tube runs out, blood bag leak, blood damaged and unidentified causes. The use of MSBOS may decrease the rate of blood units wastage in elective surgery patients by 35.64%.
"
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Arum Satiti
"Latar belakang: Pasien dengan hemofilia dan Von Willebrand (VWD) memiliki risiko infeksi terkait transfusi, salah satunya adalah infeksi hepatitis C (HCV). Skrining darah donor terbaru adalah nucleic acid testing (NAT) dengan window period 3 hari. Berdasarkan rekapitulasi pasien hemofilia dewasa di RS Cipto Mangunkusumo tahun 2012, ditemukan 38% mengalami infeksi HCV dan dua diantaranya sudah didiagnosis dengan sirosis hati. Pengobatan infeksi HCV secara dini dapat menurunkan risiko sirosis hati. Namun saat ini belum ada data mengenai proporsi infeksi HCV pada hemofilia dan VWD anak yang menggunakan NAT dan tidak menggunakan NAT untuk skrining darah donor.
Tujuan: Mengetahui proporsi infeksi HCV pada pasien hemofilia dan VWD anak yang tidak menggunakan skrining NAT dan yang menggunakan skrining NAT.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif yang dilakukan terhadap pasien hemofilia dan Von Willebrand (VWD) anak dengan riwayat transfusi komponen darah. Subyek penelitian dieksklusi bila memiliki riwayat penggunaan jarum suntik bergantian dan ibu dengan riwayat infeksi HCV C. Subyek penelitian dibagi menjadi kelompok tidak menggunakan skrining NAT dan menggunakan skrining NAT. Kemudian dilakukan pemeriksaan anti HCV pada tiap kelompok. Subyek dengan hasil anti HCV reaktif menjalani pemeriksaan HCV RNA. Kemudian dilakukan analisa risiko relatif (RR) antara penggunaan skrining NAT terhadap proporsi infeksi HCV.
Hasil: Studi dilakukan terhadap 108 subyek penelitian mendapatkan proporsi anti HCV reaktif pada kelompok yang tidak menggunakan skrining NAT sebesar 3,3% (3/91) dan pada kelompok yang mengguanakan skrining NAT sebesar 0% (0/17). Analisis hubungan antara penggunaan skrining NAT dan anti HCV reaktif ditemukan hasil RR = 1,034 (IK95% 0,996-1,074) dengan nilai P 0,448 dan kekuatan penelitian 8,3%. Hasil pemeriksaan HCV RNA tidak ditemukan virus pada kedua subyek dengan anti HCV reaktif.
Simpulan: Proporsi anti HCV reaktif pada kelompok dengan riwayat transfusi komponen darah yang tidak menggunakan skrining NAT lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan skrining NAT. Namun hasil pemeriksaan HCV RNA tidak ditemukan virus pada seluruh subyek dengan anti HCV reaktif.
Title of the article : Hepatitis C Infection Related to Blood Transfusion in Children with Hemofilia and Von Willebrand Before and After the Implementation of Nucleic Acid Testing as the Method of Blood Donor Screening.

Background: Patient with hemophilia and Von Willebrand (VWD) have an increased risk of acquiring transfusion transmitted infection (TTI). The latest technology of blood donor screening method were using nucleic acid testing (NAT). In 2012, there were 38% of adult with hemophilia acquiring hepatitis C infection in Cipto Mangunkusumo hospital and two of them had developed liver cirrhosis. Early initiation of therapy may prevent the progression of hepatitis C (HCV) infection into liver cirrhosis. Currently, there is no data regarding the incidence of HCV infection in children with hemophilia and VWD before and after the implementation of NAT for blood donor screening.
Aim: To determine the incidence of HCV infection in children with hemophilia and VWD who were not using NAT compares to the one who were using NAT as their blood screening method.
Method: It is a cohort retrospective study of children with hemophilia and VWD with history of blood transfusion. The exclusion criteria were personal history of sharing needle and having mother with history of HCV infection. Subjects were divided into the group of subjects who were using NAT and not using NAT for blood donor screening method. Anti HCV examination were performed on each group. HCV RNA examination were carried out only on subjects with reactive anti HCV result. Relative risk (RR) of using NAT related to the incidence of HCV infection were then calculated.
Results: Study in 108 subjects reported the incidence of reactive anti HCV in a group who were not using NAT around 2% (2/91) compared to other group who were using NAT around 0% (0/17). The association between NAT implementation and the incidence of HCV infection showed RR = 1.022 (CI95% 0.991-1.054) with P value of 0.54 and power of 8.4%. HCV RNA examination showed no virus were found on both subjects with reactive anti HCV.
Conclusion: The incidence of reactive anti HCV was higher in the group who were not using NAT compared to the other group who were using NAT as their blood screening method. However, HCV RNA showed no virus were found on all subjects with reactive anti HCV. It is recommended to consider NAT as screening method due to 3 subjects were found to have history of hepatitis C infection in current study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57611
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Elis Khumaesa
"Latar Belakang: Pemberian radiasi pada kantong darah transfusi adalah sebuah tindakan profilaksis terjadinya transfusion-associated graft-versus-host disease (TA-GvHD) atau komplikasi yang dapat timbul pada saat transfusi darah dari donor kepada host atau resipien. Pemberian radiasi biasanya menggunakan alat Blood Irradiator, namun jika pada suau institusi tidak memiliki alat tersebut dapat menggunakan pesawat radiasi LINAC. Tujuan: Menilai efektivitas dari pesawat LINAC sebagai alternatif jika tidak memiliki alat Blood Irradiator dalam meradiasi kantong darah PRC untuk mencegah terjadinya komplikasi TA-GvHD. Metode: Penelitian berupa penelitian eksperimen dengan menggunakan 5 kantong darah PRC biasa yang diberikan radiasi dengan dosis 25 Gy menggunakan alat LINAC. Dilakukan pemeriksaan jumlah limfosit T helper, kadar kalium dan LDH untuk luaran dari penelitian tersebut.Hasil: Terdapat penurunan jumlah leukosit CD45+ serta limfosit T Helper (CD3+dan CD4+) 5 jam pasca radiasi serta adanya peningkatan bermakna nilai median pada kadar kalium dan LDH pasca radiasi, hari ke 8 hingga 14 penyimpanan dibandingkan pre radiasi setelah dilakukan radiasi dengan LINAC dosis 25 Gy dan energi 6MV.Kesimpulan: Terdapat penurunan jumlah leukosit CD45+ serta limfosit T Helper (CD3+dan CD4+) 5 jam pasca radiasi dan terdapat peningkatkan yang bermakna pada kadar kalium serta LDH yang progresif pasca radiasi.

Background: Blood irradiation is prophylactic for transfusion-associated graft-versus-host disease (TA-GvHD) or complications that can arise during blood transfusions from donors to recipients. Giving radiation usually uses blood irradiator device, but if an institution does not have this device, can use LINAC. Objectives: Assessing the effectiveness of LINAC as alternative if it does not have blood irradiator for irradiating PRC blood bags to prevent TA-GvHD complications. Methods: This is experimental research using 5 bags of PRC, which were given radiation at dose 25 Gy using LINAC. The number of T helper lymphocytes, potassium and LDH levels were examined for the results of the study. Results: There was a decrease in the number of CD45+ leukocytes and T helper lymphocytes (CD3+ and CD4+) 5 hours after radiation, as well as a significant increase in the median value of potassium and LDH levels post-radiation, days 8 to 14 of storage, compared to pre-radiation after radiation with a LINAC dose of 25 Gy and 6MV energy. Conclusion: There was a decrease in the number of CD45+ leukocytes and T helper lymphocytes (CD3+ and CD4+) 5 hours after radiation, and there was a significant increase in potassium and LDH levels, which was progressive after radiation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Eko Astarini
"Latar belakang: Transfusi komponen Packed Red Cell (PRC) dengan metode pengurangan sel darah putih (PRC leukodepleted) mulai banyak digunakan untuk terapi pasien karena mampu mengurangi kejadian pasca transfusi yang tidak diinginkan. Jumlah perokok aktif di Indonesia yang cukup tinggi sehingga berpotensi besar menjadi pendonor darah karena belum ada regulasi yang mengaturnya. PRC leukodepleted pada perokok aktif beresiko besar mengalami kerusakan membran sel darah merah dan hemolisis akibat stres oksidatif yang terjadi karena akumulasi radikal bebas pada perokok aktif.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stres oksidatif terhadap ketahanan membran PRC leukodepleted donor perokok aktif selama penyimpanan.
Metode: PRC leukodepleted diproduksi dari pendonor yang dikelompokkan menjadi kelompok pendonor non perokok (NP), pendonor perokok ringan (PR) dan pendonor perokok sedang (PS). Sampel penelitian dibagi menjadi 6 aliquot untuk diperiksa kadar malondialdehid (MDA), aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD), uji fragilitas osmotik (osmotic fragility test, OFT) dan hemolisis pada hari ke 0, 7, 14, 21, 28 dan 35.
Hasil: Berdasarkan uji Kruskal Wallis ketiga kelompok menunjukkan perbedaan bermakna antara H0, H7, H14, H21, H28 dan H35 pada parameter MDA, SOD, OFT dan hemolisis yaitu dengan p<0,05. Dalam larutan NaCl 0,54 % pada uji OFT, terjadi hemolisis kelompok NP sebesar 17,53+12,16% pada H35; kelompok PR sebesar 34,10+7,92% pada H28; dan kelompok PS sebesar 30,92+5,98% pada H0.
Kesimpulan: Penyimpanan PRC leukodepleted selama 35 hari meningkatkan stres oksidatif. Stres oksidatif paling tinggi terjadi pada kelompok perokok sedang. Terdapat korelasi antara stres oksidatif dengan ketahanan membran sel darah merah.

Background: Packed Red Cell (PRC) transfusion without the leukocyte (leukodepleted PRC) method has begun to be widely used for patient therapy because it can reduce unexpected post-transfusion effects. The number of active smokers in Indonesia is quite high so they have a great opportunity to become blood donors, since there is no regulation yet. Leukodepleted PRC in active smokers are at great risk for red blood cell membran damage and hemolysis due to oxidative stress that occurs caused by accumulation of free radicals in active smokers. Objective: This study aim to determine the effect of oxidative stress on red blood cells membrane resistance of leukodepleted PRC in active smokers donors during storage. Methods: Leukodepleted PRC was produced from donors who were grouped into non-smoker donors (NP), light smoker donors (PR) and moderate smoking donors (PS). The research sample was divided into 6 aliquots to be examined for the malondialdehyde (MDA) level, activity of superoxide dismutase (SOD) enzyme, osmotic fragility test (OFT) and hemolysis on 0, 7, 14, 21, 28 and 35 days of storage. Results: The three groups showed significant differences between D0, D7, D14, D21, D28 and D35 on the parameters of MDA, SOD, OFT and hemolysis (p<0.05, Kruskal-Wallis test). In 0.54% NaCl solution of OFT test, NP group hemolysis was 17.53+12.16% on D35; PR group was 34.10+7.92% on D28; and the PS group was 30.92+5.98% on D0. Conclusion: Storage for 35 days increased the oxidative stress of leukodepleted PRC. The highest oxidative stress occurred in the moderate smoker (PS) group. Oxidative stress has correlation with red blood cell membrane resistance."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Kadir
"Latar belakang: Pemberian transfusi darah merupakan salah satu tindakan medis untuk penyelamatan nyawa (live saving) dan penyembuhan penyakit, tetapi disisi lain tindakan ini juga memiliki risiko atau komplikasi. Salah satu komplikasiyang dikenal adalah Transfusion-Associated Graft-vs-Host Disease (TAGVHD). TAGVHD ini akan menyebabkan berproliferasinya limfosit T yangkemudian akan diikuti oleh proses engraft (tertanam) didalam tubuh resipien yang umumnya berada dalam kondisi imunokompeten. Kondisi ini umumnya dialami oleh pasien-pasien dengan gangguan sistem imunologi seperti pada pasien kanker atau penyakit-penyakit autoimun. Saat ini, satu - satunya metode yang dapat diterima untuk mencegah komplikasi itu dengan cara melakukan iradiasi darah. Bervariasinya rekomendasi tentang dosis iradiasi dan waktu penyinaran untukmenurunkan jumlah CD 3+ dan CD 4+ sebagai penyebab terjadinya TAGVHD, menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini. Hasil penelitian ini akan dijadikan rekomendasi untuk prosedur iradiasi terhadap komponen sel darah merah pekatyang akan diberikan pada pasien-pasien imunokompeten di RS Kanker Dharmais Jakarta.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan disain penelitian eksperimental dengan pemeriksaan time series yang dilakukan terhadap 54 kantong komponen sel darah merah pekat yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang ditetapkan oleh peneliti. Dilakukan pengujian terhadap jumlah CD 3+ dan CD 4+ dalam tiga dosis dengan tiga serial waktu berbeda.
Hasil: Terjadi penurunan jumlah CD 3+ dan CD 4+ pada komponen sel darah merah pekat yang dilakukan iradiasi pada dosis iradiasi dan waktu penyinaran yang berbeda.
Simpulan: Penurunan jumlah CD 3+ bermakna atau signifikan pada dosis 2500 pada waktu 5 jam setelah penyinaran.

Background: Blood transfusion is a medical treatment for a life saving and cure the disease. On the other hand these treatment also have risks or complications one of which is known with Transfusion Associated Graft vs Host Disease TAGVHD. This will cause proliferation T lymphocytes and then will be followed by a process engraft embedded in the recipient 39 s body is in a state of immunocompetent. This condition is commonly experienced by patients with impaired immunological systems such as cancer patients or autoimmune diseases. Currently one the only acceptable method to prevent such complications by way of blood irradiation. Variations recommendation on irradiation dose and exposure time in reducing the amount of CD 3 and CD 4 which is the cause of the TAGVHD be doing background research. The results of this study will be a recommendation for action to the irradiation of packedred cell that will be given in immunocompetent patients in Jakarta Dharmais Cancer Hospital.
Methodology: This study used an experimental research design time series with the examination conducted on 54 bags of packed red cell that meet the inclusion and exclusion criteria set by the researcher Conducted tests on the number of CD 3 and CD 4 in three doses with three different time series
Results: A decline in the number of CD 3 and CD 4 in packed red cell irradiation at certain doses of irradiation and different irradiation times
Conclusion: The decrease in CD 3 meaningful or significant at doses of 2500 in 5 hours after irradiation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T58748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>