Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132427 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Audra Nadhifa Sulaksono
"Latar Belakang: Protein saliva pada pelikel yang melapisi jaringan rongga mulut dapat mendukung perlekatan bakteri. Terdapat perbedaan kandungan protein antara saliva anak dan dewasa. Bakteri hidup dalam ekuilibrium pada mulut. Porphyromonas gingivalis dan Solobacterium moorei merupakan bakteri yang berperan pada kejadian patologis rongga mulut. Belum diketahui pengaruh saliva terhadap interaksi antar-bakteri tesebut. Tujuan: Menetapkan pengaruh pajanan protein saliva terhadap pembentukan biofilm dual-spesies Porphyromonas gingivalis dan Solobacterium moorei. Metode: Pajanan protein saliva asal subjek anak dan dewasa sebagai pelikel artifisial terhadap pembentukan biofilm dual- spesies Porphyromonas gingivalis dan Solobacterium moorei dilakukan pada 96-well plate, kemudian diinkubasi selama 24 jam secara anaerob. Selanjutnya, dilakukan pewarnaan dengan kristal violet untuk perhitungan massa biofilm dan jumlah koloni dengan OpenCFU, serta dilakukan Total Plate Counting untuk perhitungan viabilitas bakteri. Hasil: Pembentukan biofilm tidak menghasilkan tren berdasarkan konsentrasi protein saliva dan mengalami peningkatan pada pajanan saliva anak dibandingkan saliva dewasa. Biofilm menurun pada pajanan saliva dewasa dibandingkan variabel kontrol. Pada pajanan saliva anak, terjadi peningkatan dan penurunan pembentukan biofilm dibandingkan variabel kontrol. Kesimpulan: Pajanan saliva dewasa dapat menghambat pembentukan biofilm, sementara pengaruh pajanan protein saliva anak terhadap pembentukan biofilm belum dapat ditentukan secara pasti. Pembentukan biofilm tidak dipengaruhi oleh konsentrasi protein. Interaksi antar-bakteri yang dihasilkan berbeda antara pajanan protein saliva anak dan dewasa.

Background: Salivary pellicle that coats the oral cavity surface tissues contains proteins that promotes bacteria attachment. Difference was shown in protein content between child and adult saliva. Bacteria lives in equilibrium inside the oral cavity. Porphyromonas gingivalis and Solobacterium moorei are bacterias that contributes to oral disease. The effect of saliva on the interactions between the two bacteria is unknown. Objective: Determine the effect of salivary protein exposure on the formation of dual-species biofilm Porphyromonas gingivalis and Solobacterium moorei. Methods: Dual-species biofilm formation was carried out on 96-well plates, then incubated for 24 hours anaerobically. Furthermore, staining with crystal violet was carried out to calculate biofilm mass and number of colonies using OpenCFU, then Total Plate Counting was performed for bacteria viability measurement. Results: Biofilm formation did not produce a trend based on salivary protein concentration. There was an increase in biofilm formation in child saliva exposure compared to adult saliva. Compared to control variables, biofilms decreased in adult saliva exposure. In child saliva exposure, both increase and decrease of biofilm was shown compared to control variables. Conclusion: Adult saliva exposure can inhibit biofilm formation, while the effect of child saliva exposure on biofilm formation cannot be certainly determined. Biofilm formation is not affected by protein concentration. Inter-bacterial interactions differed between child and adult saliva exposure."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Amanda Putri
"Latar Belakang : Aktivitas fisik pada saat melakukan olahraga lari menstimulasi saraf simpatik yang dapat mempengaruhi sekresi dan komposisi saliva, termasuk salah satunya Streptococcus mutans-Binding Salivary Protein Protein saliva berperan dalam menghambat atau memfasilitasi pembentukan biofilm.
Tujuan : Menganalisis pengaruh Streptococcus mutans-Binding Salivary Protein terhadap pembentukan biofilm P. gingivalis.
Metode : Pemilihan subjek pelari dan nonpelari ditetapkan berdasarkan pengukuran VO2max dan riwayat lari rutin. Profil protein Streptococcus mutans-Binding Salivary Protein ATCC 25175 pada pelari dan nonpelari diidentifikasi dengan uji SDS PAGE. Uji pembentukan biofilm P. gingivalis ATCC 33277 dilakukan dengan pewarnaan crystal violet. Data yang didapat kemudian diolah menggunakan uji korelasi.
Hasil : Streptococcus mutans-Binding Salivary Protein memfasilitasi pembentukan biofilm P. gingivalis ATCC 33277, baik pada waktu inkubasi 3 jam maupun 24 jam.
Kesimpulan : Streptococcus mutans-Binding Salivary Protein yang diisolasi dari subjek pelari dan nonpelari memfasilitasi pembentukan biofilm P.gingivalis terhadap pembentukan biofilm P. gingivalis ATCC 33277.

Background : Physical activity during exercise induced sympathetic stimuli which may affect the secretion and composition of saliva, including anti S.mutans salivary protein. Salivary protein may act as inhibitor or facilitator on biofilm formation.
Objective : To analyze the effect of Streptococcus mutans Binding Salivary Protein towards the formation of Porphyromonas gingivalis biofilm.
Method : The runners and non runners subjects were selected using VO2max measurement and running routine history. Streptococcus mutans Binding Salivary Protein profile from the runners and non runners group were identified using SDS PAGE method. Biofilm assay with crystal violet was used to test the formation of P. gingivalis ATCC 33277. Data was done using correlation test.
Result : Streptococcus mutans Binding Salivary Protein facilitate P. gingivalis biofilm formation on 3 and 24 hours incubation time.
Conclusion : Streptococcus mutans Binding Salivary Protein from runners and non runners facilitate P. gingivalis ATCC 33277 biofilm formation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keely Ladiana Riza
"Pendahuluan: Penyakit periodontal di Indonesia merupakan penyakit gigi dan mulut terbesar kedua menurut Riskesdas 2018 dengan prevalensi sebesar 74,1%. Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada gingiva yang disebabkan oleh akumulasi plak akibat bakteri yang salah satunya adalah bakteri Porphyromonas gingivalis. Selain perawatan antibakteri, inflamasi pada periodontitis juga perlu ditangani. Dalam perawatan periodontitis untuk mencegah inflamasi, chlorhexidine dan ibuprofen merupakan agen terapeutik yang umum digunakan. Namun, penggunaan jangka panjang kedua agen tersebut dapat menimbulkan beberapa efek samping dan menunjukkan sitotoksisitas terhadap sel tubuh. Sekarang, sudah mulai ditemukan perawatan alternatif antiinflamasi. Salah satunya adalah propolis yang merupakan zat resin yang berasal dari ekstrak tumbuhan yang dibuat oleh spesies lebah. Propolis sudah terbukti memiliki sifat antiinflamasi dengan mengurangi ekspresi sitokin inflamasi. Di Indonesia sendiri, terdapat berbagai jenis propolis dan salah satunya adalah propolis Heterotrigona itama. Namun, sitotoksisitas propolis H. itama belum banyak diteliti di Indonesia. Dengan itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat sitotoksisitas obat kumur propolis H. itama 5% sebagai alternatif perawatan periodontitis. Metode: Analisis kualitatif tingkat sitotoksisitas obat kumur propolis H. itama 5% terhadap sel makrofag peritoneal tikus muda secara in vitro melalui gambaran mikroskopis. Hasil analisis kualitatif akan dilakukan skoring berdasarkan panduan ISO 10993-5:2009. Hasil: Obat kumur propolis H. itama 5% memiliki tingkat sitotoksisitas yang tinggi terhadap sel makrofag peritoneal tikus karena adanya penurunan jumlah sel lebih dari 50% pada kultur makrofag berdasarkan gambaran mikroskopis. Obat kumur propolis H. itama memiliki tingkat sitotoksisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan chlorhexidine dan ibuprofen. Kesimpulan: Obat kumur propolis H. itama memiliki tingkat sitotoksisitas tinggi dengan hasil skor 3 dan lebih tinggi dibandingkan dengan chlorhexidine dan ibuprofen berdasarkan panduan ISO 10993-5:2009. Namun, dibutuhkan penelitian lanjut dengan uji sitotoksisitas metode kuantitatif dan uji lanjutan in vivo agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Introduction: Periodontal disease is the second largest dental and oral diseases in Indonesia according to Riskesdas 2018 with a prevalence of 74.1%. Periodontitis is an inflammatory disease of the gingiva caused by the accumulation of plaque by bacteria, one of which is Porphyromonas gingivalis. In addition to antibacterial treatment, inflammation in the pathogenesis of periodontitis also needs to be treated. For anti-inflammation treatment in periodontitis, chlorhexidine and ibuprofen are commonly used therapeutic agents. However, long-term use of both agents can cause several side effects and show cytotoxicity to different types of cells in the body. Nowadays, alternative anti-inflammatory treatments are starting to be discovered and used for periodontal diseases. One of them is propolis which is a resinous substance derived from plant extracts made by bee species. Propolis has been proven to have anti-inflammatory properties by reducing the expression of inflammatory cytokines. In Indonesia itself, there are various types of propolis and one of them is the Heterotrigona itama propolis. However, the cytotoxicity grade of H. itama propolis has not been widely studied in Indonesia. Therefore, the aim of this study was to determine the level of cytotoxicity of H. itama propolis mouthwash 5% as an alternative treatment for periodontitis. Methods: Qualitative analysis of the cytotoxicity of H. itama propolis mouthwash towards peritoneal macrophage cells of young mouse in vitro through microscopic images. The results of the qualitative analysis will be scored based on ISO 10993-5:2009 guidelines. Results: H. itama propolis mouthwash 5% has a high level cytotoxicity to mouse peritoneal macrophage cells due to a decrease in cell number of more than 50% in macrophage culture observed from microscopic images. H. itama propolis mouthwash has higher cytotoxicity level compared to chlorhexidine and ibuprofen. Conclusion: H. itama propolis mouthwash has a high level of cytotoxicity with a cytotoxicity score of 3, and is higher compared to chlorhexidine and ibuprofen. However, further research is needed with quantitative cytotoxicity tests and further in vivo tests to get more accurate results."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eben Kalemben
"Latar Belakang: Obat kumur propolis 5% mengandung ekstrak propolis yang memiliki bahan bioaktif yang bersifat antibakteri. Propolis diketahui memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif dan gram positif. Akan tetapi penelitian mengenai sensitivitas bakteri gram negatif dan gram positif terhadap obat kumur propolis, belum pernah dilakukan. Tujuan:. Mengamati sensitivitas Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus pada biofilm dual-spesies, terhadap obat kumur propolis 5%. Metode: Pembuatan biofilm dilakukan dengan menggunakan metode 96-well plate dengan inkubasi selama 24 jam. Biofilm dual spesies yang diberikan aquades, digunakan sebagai kontrol negatif. Ekstraksi DNA dilakukan pada sampel biofilm, dan konsentrasi DNA sampel, distandarisasi dengan Qubit fluorometer untuk real-time polymerase chain reaction (qPCR). Gen target dalam penelitian ini adalah Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus. Selanjutnya, nilai Ct dikuantifikasi dengan menggunakan metode Livak (2-∆∆Ct) dan analisis statistik dilakukan menggunakan Graph pad dan SPSS. Hasil: Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus pada biofilm dual spesies yang diberikan obat kumur propolis 5%, memiliki nilai Ct rata-rata yang lebih rendah dibandingan dengan sampel yang diberikan akuades. Lebih lanjut, setelah dilakukan kuantifikasi dengan metode Livak, Porphyromonas gingivalis memiliki proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Staphylococcus aureus. Proporsi Porphyromonas gingivalis sebesar 9.70929% dari total bakteri. Sedangkan Staphylococcus aureus diperoleh dengan proporsi sebesar 1.24081% dari total bakteri. Pembahasan: Adanya bahan aktif dalam obat kumur propolis 5%, serta adanya perbedaan struktur sel pada biofilm dual-spesies, dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus. Kesimpulan: Staphylococcus aureus lebih sensitif terhadap obat kumur propolis 5% dibanding Porphyromonas gingivalis.

Background: Propolis Mouthwash 5% contains propolis extract which has bioactive ingredients that are antibacterial. Propolis is known to have the ability to inhibit the growth of gram-negative and gram-positive bacteria. However, studies on the sensitivity of gram-negative and gram-positive bacteria to propolis mouthwash have never been carried out. Objective: Observing sensitivity Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus in dual-species biofilm, to Propolis Mouthwash 5% Methods:. Biofilms were made using the 96-well method in 24 hour incubation. Dual species biofilm provided with distilled water was used as a negative control. DNA from samples was extracted and standardized using a Qubit fluorometer for real-time polymerase chain reaction (qPCR). Target genes used in this study were Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus. Furthermore, the value of Ct was quantified using the Livak method (2-∆∆Ct) and statistical analysis was performed using Graph pad and SPSS. Results: Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus in biofilm dual species, which given propolis mouthwash 5%, had a lower average Ct value compared to samples given distilled water. Furthermore, after quantification using the Livak method, Porphyromonas gingivalis had a higher proportion than Staphylococcus aureus. The proportion of Porphyromonas gingivalis is 9.70929% of the total bacteria. While Staphylococcus aureus was obtained with a proportion of 1.24081% of the total bacteria. Discussion: The presence of the active ingredient in 5% propolis mouthwash and differences in cell structure in dual-species biofilms, could influence the growth of Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus. Conclusion: Staphylococcus aureus was more sensitive to 5% propolis mouthwash than Porphyromonas gingivalis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Recent researches suggest an association between periodontitis and cardiovascular disease. Periodontopathic bacteria and/or their component might play a role in the development of atherosclerotic lesions. In the present study, we investigated in vitro the effect of Porphyromonas gingivalis lipopolysaccharide (LPS)on the expression of adhesion molecules in human umbilical vein endhotelial cells (HUVECs) as well as its effect on Escherichia coli LPS-induced response. The effect of P. gingivalis LPS was compared with that of toll-like receptor 2 agonist syntethic triacylated lipoprotein Pam3-Cys-Ser-(Lys)4 (Pam3CSK4). Gene and protein experssion of intercellular adhesion molecule-1, vascular cell adhesion molecule-1, and E-selectin were measured using RT-PCR and flow cytometry, respectively. P. gingivalis LPS stimulated the expression levels of all adhesion molecules in a dose-dependent manner. However, the response of HUVECs to P. gingivalis LPS was markedly lower than that to E. coli LPS. Moreover, P. gingivalis LPS attenuated E. coli LPS-induced responses when HUVECs were simultaneously stimulated with both kinds of LPS. Treatment with Pam3CSK4 resulted in a minor increase of adhesion molecule expression and did not diminish E. coli LPS-induced responses. Our data suggest that P. gingivalis LPS induces in vitro the expression of adhesion molecules in endothelial cells, which might promote atherogenesis. Qualitatively different responses of HUVECs to P. gingivalis LPS and Pam3CSK4 suggest that besides TLR2 other signaling pathways might be involved in the effects of P. gingivalis LPS."
ODO 103:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hutauruk, Reina Lamtiur
"Ekstrak etanol temulawak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen rongga mulut Streptococcus sanguinis dan Porphyromonas gingivalis. Digunakan konsentrasi ekstrak etanol temulawak teridentifikasi sebesar 0.5-25%. Ekstrak etanol temulawak terhadap bakteri dipapar pada 96 well-plate diinkubasi selama 18 jam dengan suhu 37oC suasana anaerob. Uji kualitatif menggunakan kristal violet 0.5% dan nilai Optical Density dibaca (490nm). Ekstrak etanol temulawak teridentifikasi menghambat pembentukan biofilm S. sanguinis (KHBM50 0.5% KHBM90 15%) dan P. gingivalis (KHBM50 15%) tunggal dan kombinasi (KHBM50 0.5% KHBM90 15%). Ekstrak etanol temulawak teridentifikasi memiliki potensi sebagai penghambat pembentukan biofilm Streptococcus sanguinis dan Porphyromonas gingivalis.

Java turmeric has antibacterial effect against oral pathogens. The concentration ranged from 0.5-25% were used. Biofilm formation inhibition assay was conducted on a 96 well-plate by using BHI enriched with 0.2% sucrose at 37oC for 18h. After staining with 0.5% crystal violet the optical density was read at 490nm. Java turmeric shows pontential to inhibit biofilm formation of S. sanguinis (IC50 0.5% IC90 15%) and P. gingivalis (IC50 15%) on single and dual species (IC50 0.5% IC90 15%). Java turmeric has potential to inhibit the biofilm formation of Streptococcus sanguinis and Porphyromonas gingivalis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Feriana Putri
"ABSTRAK
Porphyromonas gingivalis memiliki faktor virulensi seperti gingipain dan lipopolisakarida, yang dapat menyebabkan bakterimia hingga dapat mecapai ke otak dan mengaktivasi pelepasan sitokin neuroinflamasi. Sitokin seperti TNF-α, IL-1β dan IL-4 diproduksi oleh sel neuron, astrosit, dan mikroglia. Penelitian ini menganalisis pengaruh co-culture sel neuron dengan P. gingivalis yang telah di-coating antibodi anti P. gingivalis terhadap sitokin yang dihasilkan oleh sel neuron. Ekspresi gen sitokin TNF-α dan IL-1β pada sel neuron dievaluasi menggunakan RTqPCR, sedangkan supernatan digunakan untuk menganalisis pelepasan protein sitokin IL-4 menggunakan ELISA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P. gingivalis yang di coating antibodi anti P. gingivalis sebelum co-culture dengan sel neuron dapat menurunkan ekspresi mRNA TNF-α dan IL-1β sel neuron. Selain itu, pelepasan protein IL-4 juga menurun.

ABSTRACT
Porphyromonas gingivalis has virulence factors such as gingipain and lipopolysaccharide, which can cause bacteremia to reach the brain and activate the release of neuroinflammatory cytokines. Cytokines such as TNF-α, IL-1β and IL-4 are produced by neurons, astrocytes, and microglia cells. This study analyzed the effect of co-culture of neuron cells with P. gingivalis coated with anti P. gingivalis antibodies against cytokines produced by neuron cells. The gene expressions of the TNF-α and IL-1β cytokine in neurons was evaluated using RTqPCR, whereas supernatant was used to analyze the release of cytokine protein IL-4 using ELISA. The results showed that P. gingivalis coated with anti P. gingivalis antibody before co-culture with neuron cells could decrease the gene expressions of TNF-α and IL-1β neuron cells. In addition, the release of IL-4 protein also decreased."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalil Gibran
"ABSTRAK
Teknologi implan gigi semakin banyak dikembangkan karena menjadi solusi terbaik untuk menggantikan gigi yang hilang. Tetapi salah satu kelemahannya adalah resiko timbulnya peri-implantitis yang disebabkan oleh terbentuknya lapisan biofilm karena sifat antibakteri material implan masih kurang baik. Material implan Ti-6Al-4V yang digunakan pada penelitian ini dimodifikasi permukaannya menjadi TiO2 NT dan didopan dengan logam Ag agar kemampuan hambat pembentukan biofilm meningkat. Pada penelitian ini juga dilakukan penambahan SiO2 pada permukaan TiO2 NT sebelum dopan Ag untuk melihat pengaruhnya terhadap persebaran Ag pada permukaan TiO2 NT. Penambahan SiO2 dilakukan juga untuk melihat karakteristik hidrofilitas material implan yang berguna untuk laju pertumbuhan sel. TiO2 NT disintesis dengan metode anodisasi dengan 2 variasi pelarut organik yang berbeda, yaitu etilen glikol dan gliserol, setelah itu akan dipilih pelarut terbaik untuk digunakan dalam sintesis SiO2/TiO2 NT secara in situ saat anodisasi. Pembuatan SiO2/TiO2 NT dilakukan dengan penambahan SiO2 dengan variasi 1 , 3 dan 5 volume . Metode PAD Photo Asissted Deposition dilakukan saat pendopanan Ag pada material TiO2 dan SiO2/TiO2. Hasil Karakterisai FESEM-EDX, menunjukkan SiO2 dan Ag berhasil menempel di permukaan TiO2 NT dengan komposisi massa Ag berkurang dengan semakin banyaknya SiO2 pada permukaan TiO2 NT. Hasil FTIR menunjukkan ikatan Ti-O-Si terbentuk dan hidrofilitas material implan Ti-6Al-4V meningkat setelah ditambah SiO2. Pengujian potensi hambat pembentukan biofilm dilakukan dengan uji TPC Total Plate Count menggunakan material Ti-6Al-4V dan Ag/SiO2/TiO2 NT hasil sintesis. Uji pertumbuhan sel tidak dilakukan. Hasil uji TPC dari inkubasi bakteri selama 3 jam menunjukkan Ag/TiO2 tanpa SiO2 memiliki potensi hambat biofilm terbesar yaitu mencapai 64 . Penambahan SiO2 pada permukaan TiO2 NT menurunkan komposisi Ag yang terdopan sehingga menurunkan kinerja Ag dalam menghambat biofilm. Penambahan SiO2 kurang efektif jika diaplikasikan dalam uji hambat pembentukan biofilm dibandingkan dengan material tanpa SiO2.

ABSTRACT
Teknologi implan gigi semakin banyak dikembangkan karena menjadi solusi terbaik untuk menggantikan gigi yang hilang. Tetapi salah satu kelemahannya adalah resiko timbulnya peri implantitis yang disebabkan oleh terbentuknya lapisan biofilm karena sifat antibakteri material implan masih kurang baik. Material implan Ti 6Al 4V yang digunakan pada penelitian ini dimodifikasi permukaannya menjadi TiO2 NT dan didopan dengan logam Ag agar kemampuan hambat pembentukan biofilm meningkat. Pada penelitian ini juga dilakukan penambahan SiO2 pada permukaan TiO2 NT sebelum dopan Ag untuk melihat pengaruhnya terhadap persebaran Ag pada permukaan TiO2 NT. Penambahan SiO2 dilakukan juga untuk melihat karakteristik hidrofilitas material implan yang berguna untuk laju pertumbuhan sel. TiO2 NT disintesis dengan metode anodisasi dengan 2 variasi pelarut organik yang berbeda, yaitu etilen glikol dan gliserol, setelah itu akan dipilih pelarut terbaik untuk digunakan dalam sintesis SiO2 TiO2 NT secara in situ saat anodisasi. Pembuatan SiO2 TiO2 NT dilakukan dengan penambahan SiO2 dengan variasi 1 , 3 dan 5 volume . Metode PAD Photo Asissted Deposition dilakukan saat pendopanan Ag pada material TiO2 dan SiO2 TiO2. Hasil Karakterisai FESEM EDX, menunjukkan SiO2 dan Ag berhasil menempel di permukaan TiO2 NT dengan komposisi massa Ag berkurang dengan semakin banyaknya SiO2 pada permukaan TiO2 NT. Hasil FTIR menunjukkan ikatan Ti O Si terbentuk dan hidrofilitas material implan Ti 6Al 4V meningkat setelah ditambah SiO2. Pengujian potensi hambat pembentukan biofilm dilakukan dengan uji TPC Total Plate Count menggunakan material Ti 6Al 4V dan Ag SiO2 TiO2 NT hasil sintesis. Uji pertumbuhan sel tidak dilakukan. Hasil uji TPC dari inkubasi bakteri selama 3 jam menunjukkan Ag TiO2 tanpa SiO2 memiliki potensi hambat biofilm terbesar yaitu mencapai 64 . Penambahan SiO2 pada permukaan TiO2 NT menurunkan komposisi Ag yang terdopan sehingga menurunkan kinerja Ag dalam menghambat biofilm. Penambahan SiO2 kurang efektif jika diaplikasikan dalam uji hambat pembentukan biofilm dibandingkan dengan material tanpa SiO2"
2018
T50540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Hanifah
"Latar Belakang: Protein saliva dapat melekat pada permukaan gigi dan membentuk pelikel. Pelikel tersebut dapat menyebabkan terjadinya perlekatan bakteri, seperti Streptococcus mutans dan Solobacterium moorei yang merupakan bakteri gram positif. Perlekatan bakteri pada pelikel selanjutnya menyebabkan terjadinya kolonisasi bakteri yang akan membentuk biofilm. Konsentrasi protein saliva pada rongga mulut dapat bervariasi pada setiap individu. Keadaan ini dapat pula mengakibatkan pembentukan biofilm mengalami perubahan.
Tujuan: Menetapkan pengaruh pajanan protein saliva asal kelompok dewasa terhadap pembentukan biofilm dual-species Streptococcus mutans dan Solobacterium moorei.
Metode: Pembentukan biofilm dual species Streptococcus mutans dan Solobacterium moorei diuji menggunakan uji crystal violet, OpenCFU dan total plate counting pada 3 jenis konsentrasi protein saliva yang berbeda.
Hasil: Dari ketiga uji yang dilakukan, tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara pembentukan biofilm yang dimediasi oleh protein saliva berdasarkan konsentrasi yang berbeda.
Kesimpulan: Pembentukan biofilm dual-species Streptococcus mutans dan Solobacterium moorei tidak dipengaruhi oleh konsentrasi protein saliva.

Background: Salivary proteins can attach to the surface of the teeth and form pellicles. These pellicles can cause the attachment of bacteria, such as Streptococcus mutans and Solobacterium moorei which are a gram-positive bacteria. The attachment of bacteria to the pellicle can causes bacterial colonization which will form a biofilm. The concentration of salivary protein in the oral cavity can vary for every person. This situation can also lead a change in biofilm formation.
Objective: To determine the effect of adult salivary protein exposure on biofilm formation of dual-species Streptococcus mutans and Solobacterium moorei.
Methods: The biofilm formation of dual-species Streptococcus mutans and Solobacterium moorei was tested using crystal violet, OpenCFU and total plate counting at three different salivary protein concentrations.
Result: From the three tests performed, there was no statistically significant difference between the biofilm formation mediated by salivary protein based on different concentrations.
Conclusion: Biofilm formation of dual-species Streptococcus mutans and Solobacterium moorei does not affected by the concentration of salivary proteins.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrachma Hakim
"Latar Belakang: Penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan antibiotik dapat meningkatkan resistensi antibiotik, sehingga dibutuhkan agen probiotik, yang diperoleh dari S. salivarius untuk menghambat pertumbuhan P. gingivalis sebagai bakteri patogen periodontitis.
Tujuan: Menganalisis potensi hambat S. salivarius dan protein S. salivarius yang diisolasi dari saliva dan dorsum lidah subjek dewasa terhadap pertumbuhan P. gingivalis.
Metode: Uji PCR, SDS-Page, deferred antagonism test, well diffusion agar.
Hasil: Analisis terhadap pita DNA hasil amplifikasi PCR mendukung identifikasi koloni S. salivarius pada agar Mitis Salivarius. Hasil analisis SDS-Page menjelaskan adanya kesamaan dan perbedaan profil protein, yang berasal dari cell lysate S. salivarius. Pada uji deferred antagonism test terbukti bahwa S. salivarius baik isolat saliva maupun dorsum lidah, dapat menghambat pertumbuhan P. gngivalis, dengan perbedaan tidak bermakna (p>0.05). Sama halnya dengan uji well diffusion agar, protein S. salivarius isolat saliva maupun dorsum lidah berpotensi menghambat pertumbuhan P. gingivalis dengan perbedaan tidak signifikan (p>0.05).
Kesimpulan: S. salivarius dan protein S. salivarius baik isolat saliva maupun isolat dorsum lidah memiliki potensi yg sama dalam menghambat pertumbuhan P. Gingivalis in vitro.

Background: Excessive and misuse of antibiotics can increase antibiotic resistance, so it takes probiotic agent, obtained from S. salivarius to inhibit the growth of P. gingivalis as periodontitis pathogenic bacteria.
Objective: To determine the potential inhibitory of S. salivarius and protein S. salivarius isolate saliva and dorsum of the tongue adults on the growth of P. gingivalis.
Methods: PCR test, SDS-Page, deferred antagonism test, well diffusion agar.
Results: Analysis of PCR DNA amplification product supports the identification of S. salivarius colonies on Mitis Salivarius agar. SDS-Page analysis explains the similarities and differences in protein profiles, derived from cell lysates of S. salivarius. On the deferred antagonism test proved that both S. salivarius isolate saliva and dorsum of the tongue, can inhibit the growth of P. gingivalis, but there is no significant difference (p> 0.05). Similarly, the well diffusion agar, protein S. salivarius isolate saliva and dorsum of the tongue has the potential to inhibit the growth of P. gingivalis with no significant difference (p> 0.05).
Conclusions: S. salivarius and protein S. salivarius isolate saliva and dorsum of the tongue has the same potential in inhibiting the growth of P. gingivalis in vitro.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>