Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73540 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kevin Maoza
"Antifragile merupakan pendekatan yang dirumuskan Nassim Nicholas Taleb untuk merespons peristiwa dengan probabilitas kecil yang memiliki dampak signifikan. Peristiwa yang disebutnya sebagai black swan ini memiliki properti yang menjadikan metode konvensional tidak dapat memprediksi kemunculan nya, sehingga Taleb menghadirkan Antifragile sebagai alternatif. Antifragile merupakan pendekatan berbasis kualitas yang mencoba menilai kerentanan suatu sistem dengan me determinasi apakah ia memiliki kualitas fragile, robust atau antifragile sebagai kualitas. Tulisan ini bertujuan untuk memperkenalkan pendekatan antifragile melalui konsep nonlinear. Artikulasi lebih lanjut terhadap pendekatan ini diharapkan menunjukkan dua kekurangan yang dimiliki pendekatan bersangkutan. kekurangan pertama berupa kesulitan dalam me determinasi kualitas berkaitan dengan jenis black swan yang di persepsi. kekurangan kedua ditunjukkan dengan memperlihatkan kontradiksi antara gagasan antifragile dengan konsep black swan dalam tulisan Taleb yang sebelumnya.

Antifragile is an approach formulated by Nassim Nicholas Taleb as a response to an event that has small probabilities with significant impact. This event, known as the black swan, has characteristics that make it impossible for traditional methods to predict its emergence. As an alternative, Taleb presenting antifragile as a replacement. Antifragile is a quality-based approach that tries to assess system vulnerability to determinate if the system concerned had a fragile, robust, or antifragile as quality. The purpose of this article is to introduce the concept of antifragile as a respond to the black swan using asymmetry and non-linearity. Further elaboration of this view is expected to show that there are two shortcomings within the said approach. First shortfall concerned with a difficulty to determinate the quality of system related to the type of black swan perceived. The second shortfall is showed by point a contradiction between antifragile idea and concept of black swan within Taleb previous discourse."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Maoza
"Antifragile merupakan pendekatan yang dirumuskan Nassim Nicholas Taleb untuk merespons peristiwa dengan probabilitas kecil yang memiliki dampak signifikan. Peristiwa yang disebutnya sebagai black swan ini memiliki properti yang menjadikan metode konvensional tidak dapat memprediksi kemunculan nya, sehingga Taleb menghadirkan Antifragile sebagai alternatif. Antifragile merupakan pendekatan berbasis kualitas yang mencoba menilai kerentanan suatu sistem dengan me determinasi apakah ia memiliki kualitas fragile, robust atau antifragile sebagai kualitas. Tulisan ini bertujuan untuk memperkenalkan pendekatan antifragile melalui konsep nonlinear. Artikulasi lebih lanjut terhadap pendekatan ini diharapkan menunjukkan dua kekurangan yang dimiliki pendekatan bersangkutan. kekurangan pertama berupa kesulitan dalam me determinasi kualitas berkaitan dengan jenis black swan yang di persepsi. kekurangan kedua ditunjukkan dengan memperlihatkan kontradiksi antara gagasan antifragile dengan konsep black swan dalam tulisan Taleb yang sebelumnya

Antifragile is an approach formulated by Nassim Nicholas Taleb as a response to an event that has small probabilities with significant impact. This event, known as the black swan, has characteristics that make it impossible for traditional methods to predict its emergence. As an alternative, Taleb presenting antifragile as a replacement. Antifragile is a quality-based approach that tries to assess system vulnerability to determinate if the system concerned had a fragile, robust, or antifragile as quality. The purpose of this article is to introduce the concept of antifragile as a respond to the black swan using asymmetry and non-linearity. Further elaboration of this view is expected to show that there are two shortcomings within the said approach. First shortfall concerned with a difficulty to determinate the quality of system related to the type of black swan perceived. The second shortfall is showed by point a contradiction between antifragile idea and concept of black swan within Taleb previous discourse."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rahel
"Backtesting pasar keuangan adalah praktik yang dilakukan oleh pedagang pasar keuangan untuk mengevaluasi strategi perdagangan dan mengatur resiko dalam berdagang. Nassim Nicholas Taleb secara ekstensif mengkritik penggunaan instrumen Mediokristan seperti Backtesting pada pasar keuangan yang memiliki keacakan Ekstremistan. Kritik Taleb tidak terbatas pada kesalahan penggunaan alat keacakan yang keliru namun juga permasalahan fundamental seperti induksi atau Black Swan, asimetri pengetahuan, sampai masalah platonifikasi model pada realitas yang kompleks. Penulis melihat secara pragmatis Backtesting masih dapat berguna sampai batas tertentu. Dengan demikian, penulis melalui Metode Kritik Pragmatis mencoba membedah implikasi praktis dalam pemikiran Taleb melalui praktik yang benar-benar dilakukan Taleb dengan menjadi seorang Pemburu Krisis. Dengan melihat implikasi pemikiran ini penulis mengajukan sebuah Model Alternatif untuk merevisi sekaligus mengkritik pemikiran Taleb dan mempertimbangkan kembali penggunaan Backtesting sebagai alat yang berguna dan mudah untuk digunakan.

Financial market Backtesting is a practice carried out by financial market traders to initiate trading strategies and manage risk in trading. Nassim Nicholas Taleb extensively criticized the use of Mediocristan instruments such as Backtesting on financial markets that have extreme randomness. Taleb's criticism is not limited to the incorrect use of randomness tools but also fundamental problems such as induction or Black Swan, knowledge asymmetry, to the problem of platonification of models in complex reality. The author sees pragmatically that Backtesting can still be useful to a certain extent. Thus, the author, through a Pragmatic Critical Method, tries to dissect the practical application of thinking about Taleb through the practices that Taleb actually carried out by becoming a Crisis Hunter. By looking at this impressive thinking the author proposes an Alternative Model to revise and criticize Taleb's thinking and reconsider the use of Backtesting as a useful and easy to use tool."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fabian Nathanael
"Di dalam lingkungan akademik, terdapat sebuah kecenderungan untuk menempatkan fenomena kecanduan judi sebagai sebuah fenomena klinis yang berakar dari permasalahan biokimiawi maupun psikologis ataupun sebagai sebuah permasalahan kultural yang mengikat proses judi kompulsif ke dalam ranah nilai-nilai kolektif suatu masyarakat. Artikel ini akan memberikan sebuah penjelasan alternatif terhadap kecanduan judi dengan mengacu pada pemikiran filosofis Nassim Taleb mengenai ketidakpastian, keberuntungan, dan probabilitas, khususya yang tertera di dalam Fooled by Randomness. Taleb memandang bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk tidak memperhatikan peran dari keberuntungan dan ketidakpastian yang sesungguhnya memiliki andil besar di dalam kehidupan manusia dan bahwa kecenderungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme sesat pikir. Di dalam artikel ini, penulis melihat subjek di dalam fenomena kecanduan judi sebagai sebuah agen epistemis yang berhadapan—dan gagal—dalam menjalankan peran epistemisnya karena ketidakpahaman akan konsep-konsep abstrak seperti probabilitas dan ketidakpastian yang memiliki peran besar di dalam perjudian. Penulis juga akan memanfaatkan Epistemologi Kebajikan dalam mensistematisasi pemikiran Taleb menjadi sejumlah kebajikan intelektual yang dapat dipraktikan dalam menghadapi fenomena kecanduan judi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa fenomena kecanduan judi terjadi karena kesalahpahaman akan probabilitas yang melibatkan pemahaman yang keliru terhadap kausalitas dan konsep asimetri dalam probabilitas. Penulis kemudian menyatakan bahwa kebajikan-kebajikan intelektual seperti gaya berpikir probabilistik, kerendah-hatian, dan kewaspadaan empiris dapat berperan dalam menghadapi fenomena kecanduan judi. Terlebih lagi, penulis menyatakan bahwa kebajikan- kebajikan tersebut dapat ditanamkan melalui pendidikan. 

In academic circles, there is a tendency to explain problem gambling as a clinical phenomenon or a cultural one. This article seeks to give an alternative explanation of problem gambling by utilizing Nassim Taleb’s thought on unceetainty, luck, and probability, especially as laid out in Fooled by Randomness. Taleb sees that humans have the tendency to overlook the role of luck and uncertainty that in actuality plays a significant role in daily life. Moreover, he argues that this overlook is a result of a number of cognitive errors. In this article, the writer sees problem gamblers as flawed epistemic agents due to their failure to realize the crucial role of uncertainty in gambling. The writer also utilizes Virtue Epistemology in systematizing Taleb’s thought into a number of intellectual virtues in facing problem gambling. This research concludes with the statement that problem gambling occurs due to a misunderstanding of probability that includes a poor conceptualization of causality and asymmetry in probability. The writer then states that intellectual virtues such as probabilistic thinking, humility, and empirical prudence can play a significant role in facing the phenomenon of problem gambling. Moreover, the writer argues the potentiality of education in instilling such virtues. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mitchell, David A.
"Jason Taylor is 13, doomed to be growing up in the most boring family in the deadest village in the dullest county in the most tedious nation on earth. This book follows 13 months in his life as he negotiates the pitfalls of school and home and contends with bullies, girls and politics.
Jason Taylor is 13, doomed to be growing up in the most boring family in the deadest village (Black Swan Green) in the dullest county (Worcestershire) in the most tedious nation (England) on earth. And he stammers. 13 chapters, each as self-contained as a short story, follow 13 months in his life as he negotiates the pitfalls of school and home and contends with bullies, girls and family politics. In the distance, the Falklands conflict breaks out; close at hand, the village mobilises against a gypsy camp. And through Jason's eyes, we see what he doesn't know he knows - and watch unfold what will make him wish his life had been as uneventful as he had believed.
Jason Taylor is doomed to be growing up in the most boring family in the deadest village in the dullest county in the most tedious nation on earth."
London: Sceptre, 2006
823.914 MIT b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Taleb, Nassim Nicholas
New York: Penguin Random House, 2010
003.2 TAL b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hendro Prabowo
Sleman: Abhiseka Dipantara, 2022
150 HEN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Taleb, Nassim Nicholas
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2021
003.54 TAL b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Liana Sofiani
"Penulisan skripsi ini difokuskan pada konsep induksi dan teori black swan dalam ranah ekonomi, dimana keduanya mempermasalahkan kebiasaan cara berpikir manusia yang sering menggampangkan kemungkinan (probabilitas). Dalam ekonomi, orang berusaha mengukur tinggi rendahnya probabilitas kejadian dengan menggunakan angka-angka, sehingga dibentuklah sebuah model (modelling) guna memprediksi kondisi masa depan dengan berpijak pada fenomena di masa lampau (past occurence). Penelitian ini menggunakan metode penelusuran studi literatur dan refleksi kritis terhadap sumber-sumber kepustakaan dari tema yang akan berhubungan dengan pembahasan. Tujuan dari penelitian ini adalah memperlihatkan bahwa induksi sebagai suatu metode, tidak memadai ketika digunakan dalam memproyeksikan fenomena ekonomi di masa depan, sebagai gantinya digunakan prinsip falsifikasi Popper sebagai kriteria penguji untuk mengontrol putusan-putusan ilmiah.

This thesis is focused on the concept of induction and the theory of black swan in the economic realm, where they question the habitual ways of thinking human beings who often oversimplify the possibiity (probability). In economy, people are trying to measure the height of the low probability of occurence with the use of numbers, so it formed a model to predict the future condition rests on the phenomenon of the past (past occurence). This research uses literature search and critical reflection on the literature sources of the themes that would relate to the discussion. The objective of this research was to show that the induction as a method, is insufficiency when used in projecting future economic phenomenon, but instead use Popper's falsification principle as a criterion test to control the scientific decisions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43083
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shylma Na Imah
"ABSTRAK
Black Swan 2010 adalah sebuah film yang mengisahkan perjuangan seorang balerina, Nina Sayers, dalam memainkan peran utama balet Swan Lake, yang mengharuskan sang penari untuk memerankan dua karakter yang berlawanan: White Swan dan Black Swan. Film ini berfokus pada bagaimana Nina menghadapi kesulitan dalam memerankan karakter Black Swan, terutama mengenai konflik batin di dalam dirinya sendiri. Ada berbagai perspektif yang dapat digunakan untuk menganalisis film ini, seperti studi gender dan teori film, namun artikel ini akan menganalisis protagonis dari Black Swan dengan studi psikoanalisis. Walaupun film ini telah dibahas dengan perspektif psikoanalisis oleh beberapa akademisi, belum ada penelitian yang mengkaji masalah represi seksual yang dialami tokoh utama melalui psikoanalisis Freud. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menunjukkan bagaimana pikiran Nina Sayers diasosiasikan dengan komplikasi represi seksualnya, dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi peralihannya dari awal hingga akhir film. Artikel ini akan mencoba menelusuri masalah represi seksual Nina dengan konsep struktur kepribadian manusia, mekanisme pertahanan, dan pembagian ego.

ABSTRACT
Black Swan 2010 is a movie that depicts the struggle of a ballerina, Nina Sayers, who strives to play the lead role of Swan Lake ballet, which requires the dancer to perform two contrasting characters: the White and the Black Swan. The movie focuses on how Nina encounters hardships in portraying the Black Swan, mainly on the inner conflicts within herself. Several perspectives can be used to analyze this movie, such as gender studies and film theories, but this article will analyze the protagonist with a psychoanalytical study. Even though this movie has been discussed from the perspective of psychoanalysis by a number of scholars, there is no existing research which has studied the main character rsquo;s issue of sexual repression through Freud rsquo;s psychoanalysis. The purpose of this article is to demonstrate how Nina Sayers rsquo; mind is associated with the complication of her sexual repression and how it contributes to her transition from the beginning until the end of the movie. This article will try to trace Nina rsquo;s sexual repression back to the concept of human rsquo;s structure of mind, defense mechanisms, and the splitting of ego. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>