Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146372 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kania Intan Septianty
"Uji kontrol kualitas pada sistem pencitraan sinar-X diperlukan untuk mengetahui kualitas sistem pencitraan sinar-X. Kualitas sistem pencitraan sinar-X yang baik akan menghasilkan kualitas citra yang baik dengan mengikuti prinsip ALARA (as low as reasonably achievable). Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan analisa dalam melakukan uji kontrol kualitas dengan menggunakan fantom in-house. Parameter Modulation Transfer Function (MTF) dan Signal Difference to Noise Ratio (SDNR) digunakan sebagai parameter yang merepresentasikan kualitas sistem pencitraan sinar-X dan kualitas citra yang dihasilkan. MTF merupakan parameter performa sistem pencitraan sinar-X. Penelitian menunjukkan bahwa MTF tidak memiliki korelasi dengan faktor eksposi dan kualitas berkas sinar-X. Resolusi spasial tertinggi yang didapatkan pada penelitian ini adalah 2.57 lp/mm. Sementara itu, SDNR merupakan parameter kuantitatif dari kualitas citra yang dihasilkan. Pengukuran SDNR menunjukkan bahwa kualitas citra memiliki korelasi linear dengan kualitas berkas sinar-X. Semakin tinggi kualitas berkas sinar-X maka kualitas citra yang dihasilkan juga akan semakin tinggi. Studi ini menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai analisa kualitas sistem pencitraan sinar-X dengan fantom in-house untuk memudahkan uji kontrol kualitas.

A quality control is needed to determine the quality of the X-ray imaging system. A good quality in X-ray imaging system will produce a good image quality according to the principle of ALARA (as low as reasonably achievable). This study was conducted to analyze quality control tests using in-house phantom. Modulation Transfer Function (MTF) dan Signal Difference to Noise Ratio (SDNR) are used as representative parameters of quality of the X-ray imaging system and image quality. MTF is a performance parameter of an X-ray imaging system. Research shows that MTF has no correlation with the exposure factors and beam quality. The highest spatial resolution obtained in this study was 2.5740 cycles/mm. Meanwhile, SDNR is a quantitative parameter of the image quality produced. SDNR measurements show that image quality has a linear correlation with the beam quality. If the X-ray beam quality increased, the image quality will also be higher. This study shows the need for further research on the quality analysis of X-ray imaging systems with in-house phantom to facilitate quality control testing."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Muharani Putri
"ABSTRAK
Telah dilakukan analisis citra secara kuantitatif dan kualitatif pada pesawat Siemens Mammomat Inspiration menggunakan fantom 3D mamografi yang berisi 15 lesi target (5 massa berspikula, 5 massa tanpa spikula, dan 5 grup mikrokalsifikasi) dengan ukuran yang berbeda dalam latar yang inhomogen. Variasi jenis, ukuran diameter objek, dan dosis yang diberikan berpengaruh pada analisis citra secara kualitatif -bergantung pada kemampuan mata pengamat- yang direpresentasikan sebagai percentage correctly detected (PC) dan kuantitatif - berdasarkan parameter nilai piksel, kontras, signal to noise difference ratio (SDNR), dan indeks detektabilitas (d?). Dari hubungan parameter kuantitatif dengan PC dapat ditentukan nilai ambang yang sesuai dengan PC=62.5% berdasarkan kurva psikometrik berbasis fungsi logistik. Nilai ambang yang diperoleh untuk nilai piksel, kontras, SDNR, dan d? pada massa spikula adalah 313,4±129, 4,49%±0,70%, 1,57±0,27, dan 4,19±0,66, pada massa tanpa spikula adalah 315,7±5,8, 3,24%±0,94%, 1,11±0,35, dan 3,00±0,86, sedangkan untuk mikrokalsifikasi bernilai 310,2±0,1, 5,37%±0,00%, 1,91±0,00, dan 0,15±0,00. Parameter kuantitatif yang mendekati analisa kualitatif adalah kontras (R2=0,92) untuk massa berspikula, d? untuk massa tanpa spikula (R2=0,83), dan untuk massa mikrokalsifikasi semua parameter menggambarkan PC dengan baik. PV, kontras, dan SDNR sangat bergantung pada spesifikasi sistem. Nilai d? yang merepresentasikan hasil model non prewhitening with eye filter (NPWE) yang tidak bergantung pada spesifikasi sistem, juga memiliki hubungan yang cukup dekat dengan PC dengan R2 bernilai 0,91 untuk massa berspikula, 0,83 untuk massa tanpa spikula, dan 1,00 untuk mikrokalsifikasi.Telah dilakukan analisis citra secara kuantitatif dan kualitatif pada pesawat Siemens Mammomat Inspiration menggunakan fantom 3D mamografi yang berisi 15 lesi target (5 massa berspikula, 5 massa tanpa spikula, dan 5 grup mikrokalsifikasi) dengan ukuran yang berbeda dalam latar yang inhomogen. Variasi jenis, ukuran diameter objek, dan dosis yang diberikan berpengaruh pada analisis citra secara kualitatif -bergantung pada kemampuan mata pengamat- yang direpresentasikan sebagai percentage correctly detected (PC) dan kuantitatif - berdasarkan parameter nilai piksel, kontras, signal to noise difference ratio (SDNR), dan indeks detektabilitas (d?). Dari hubungan parameter kuantitatif dengan PC dapat ditentukan nilai ambang yang sesuai dengan PC=62.5% berdasarkan kurva psikometrik berbasis fungsi logistik. Nilai ambang yang diperoleh untuk nilai piksel, kontras, SDNR, dan d? pada massa spikula adalah 313,4±129, 4,49%±0,70%, 1,57±0,27, dan 4,19±0,66, pada massa tanpa spikula adalah 315,7±5,8, 3,24%±0,94%, 1,11±0,35, dan 3,00±0,86, sedangkan untuk mikrokalsifikasi bernilai 310,2±0,1, 5,37%±0,00%, 1,91±0,00, dan 0,15±0,00. Parameter kuantitatif yang mendekati analisa kualitatif adalah kontras (R2=0,92) untuk massa berspikula, d? untuk massa tanpa spikula (R2=0,83), dan untuk massa mikrokalsifikasi semua parameter menggambarkan PC dengan baik. PV, kontras, dan SDNR sangat bergantung pada spesifikasi sistem. Nilai d? yang merepresentasikan hasil model non prewhitening with eye filter (NPWE) yang tidak bergantung pada spesifikasi sistem, juga memiliki hubungan yang cukup dekat dengan PC dengan R2 bernilai 0,91 untuk massa berspikula, 0,83 untuk massa tanpa spikula, dan 1,00 untuk mikrokalsifikasi.

ABSTRAK
Qualitative and quantitative image analysis has been carried out on SIEMENS Mammomat Inspiration mammography system using 3D structured phantom containing 15 lesion (5 spiculated masses, 5 non spiculated masses, and 5 groups of micro calcification) with different sizes in inhomogeneous background. The variations of object type, object diameter and dose given in data acquisition affect qualitative image analysis - depends on the ability of the eyes- which represented by percentage correctly detected (PC) and the quantitative parameters -pixel values, contrast, SDNR, and detectability index (d '). The relationship of quantitative parameters with PC can be specified by the threshold value which corresponding to PC = 62.5% by psychometric curve based on logistic function. The threshold value obtained for pixel value, contrast, SDNR, and d ' for spiculated masses are 313.4 ± 129, 4.49 ± 0.70%, 1.57 ± 0.27 and 4.19 ± 0.66, for non spiculated masses are 315.7 ± 5.8, 3.24 ± 0.94%, 1.11 ± 0.35 and 3.00 ± 0.86, while for micro calcifications are 310.2 ± 0, 1, 5.37 ± 0.00%, 1.91 ± 0.00 and 0.15 ± 0.00. Quantitative parameters fairly describe the qualitative analysis is contrast (R2=0.92) for spiculated masses, d? with R2=0.83 for nonspiculated mases, and for micro calcification all the parameters have good relationship with PC. PV, contrast, and SDNR depends on system specification, meanwhile d? value which obtained by NPWE model observer is system independent and has a close relationship with the PC with R2 value 0.91 for spiculated masses, 0,83 for non spiculated masses, and 1,00 for micro calcifications."
2016
S64169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Farisa Dhaifina
"Sistem mamografi terus mengalami perkembangan. Teknologi terbaru yang muncul, seperti detektor pencacah foton tentu menjadi harapan semakin baiknya performa pencitraan yang dihasilkan, baik ditinjau dari segi kualitas citra maupun dosis. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah evaluasi kualitas citra dan dosimetri agar keluaran yang dihasilkan adalah citra dengan kualitas terbaik dan dosis yang masih aman diterima pasien sesuai dengan prinsip As Low As Reasonably Achieveble (ALARA). Penelitian ini dilakukan menggunakan 5 unit pesawat mamografi dengan detektor pencacah foton. Mean glandular dose (MGD) dihitung menggunakan persamaan yang dipublikasikan oleh IAEA Human Series No.17 - Quality Assurance Programme For Digital Mammography, pada ketebalan PMMA 20-70 mm. Kualitas citra dievaluasi secara otomatis menggunakan perangkat lunak Erica2 berbasis CDCOM. European Reference Organisation for Quality Assured Breast Screening and Diagnostic Services (EUREF) digunakan untuk mendapatkan nilai batas yang „dapat diterima‟ dan „dapat dicapai‟ untuk MGD dan nilai ketebalan ambang disk. Hasilnya dibandingkan dengan kinerja pesawat mamografi dengan detektor flat-panel. Nilai MGD pada pesawat dengan detektor pencacah foton menunjukan nilai yang lebih rendah pada ketebalan 40 hingga 70 mm PMMA dibanding detektor flat-panel. Nilai ketebalan ambang disk pada detektor pencacah foton juga menunjukkan angka yang lebih rendah dibanding detektor flat-panel pada seluruh diameter.

The mammography system is constantly evolving. The latest emerging technologies, such as photon counting detector, certainly will be a hope for better imaging performance, both in terms of image quality and dose. Therefore, an evaluation of image quality and dosimetry is needed, so the produced output will be an image with the best quality and dose that is still safe for patients according to the As Low As Reasonably Achievable (ALARA). This research was conducted using 5 units of mammography with photon counting detector. The mean glandular dose (MGD) was calculated using the equation published by the IAEA Human Series No. 17 - Quality Assurance Programme For Digital Mammography, at a PMMA thickness of 20-70 mm. Image quality is evaluated automatically using the CDCOM-based Erica2 software. The European Reference Organization for Quality Assured Breast Screening and Diagnostic Services (EUREF) was used to obtain 'acceptable' and 'achievable' values for the MGD and threshold gold thickness values. The result was compared with the performance of a mammography systems with a flat-panel detector. The MGD on a mammography systems with a photon counting detector shows a lower value at a thickness of 40 to 70 mm PMMA compared to a flat- panel detector. The threshold gold thickness values on the photon counting detector also shows a lower number than the flat-panel detector in all diameters."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasono Wijanarko
"Penentuan respon detektor dilakukan dengan menggunakan detektor Unfors, detektor jenis Farmer dan detektor TK 30cc. Penelitian menggunakan pesawat sinar-X Y.TU 320-D03. Besar energi yang digunakan 50 sampai 100 kV pada kualitas RQA berdasarkan Technical Report Series no.457. Penelitian ini menghasilkan respon detektor jenis Farmer bernilai besar pada energi tinggi, sehingga menghasilkan faktor koreksi yang kecil. Dengan demikian eisiensi detektor Farmer pada kualitas RQA lebih baik pada energi tabung (kV) yang tinggi. Dan untuk detektor TK 30 cc menghasilkan nilai faktor koreksi yang cenderung datar.

Radiodiagnostic detector response determination using Unfors detector, Farmer detector and TK 30cc detector. The research using X-ray machine Y.TU 320-D03. The energy that used is 50 until 100 kV for RQA quality based on Technical Report Series no. 457. This research resulting that Farmer detector response have a greater value for high energy, so that resulting small value of correction factor. Thus, the efficiency Farmer detector much better for high energy of tube X-ray machine. And, for TK 3Occ detector resulting flat value of correction factor."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29385
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Renita Hasna Febrianti
"Penelitian ini membahas karakter dua digital radiography (MobileDiagnost wDr dan Essenta DR Compact) menggunakan fantom in-house dan fantom pro-digi dilihat dari kualitas citranya. Parameter kualitas citra direpresentasikan sebagai koefisien linearitas (CL) yaitu korelasi antara Signal Difference to Noise Ratio (SDNR) dengan kedalaman obyek, dan koefisien variasi (CV) yaitu konsistensi nilai SDNR obyek terhadap perubahan ukuran. Selain itu, Modulation Transfer Function (MTF) juga dievaluasi sebagai parameter tambahan. Pengambilan citra dilakukan dengan empat variasi filter (0 mm Al, 1 mm Al + 0.1 mm Cu, 1 mm Al + 0.2 mm Cu, dan 2 mm Al) juga dengan dan tanpa antiscatter grid. Penelitian ini menunjukan desain dari fantom in-house dapat digunakan untuk Quality control (QC) pada sistem DR tetapi penggunaannya tidak dapat digeneralisasi pada semua DR dikarenakan setiap alat memiliki karakteristik masing-masing.

This study aims to discuss the characteristics of two digital radiography systems, namely Mobile Diagnosis WDR and Essenta DR Compact using in-house phantoms and Pro-Digi in terms of image quality. Proposed image quality parameters are linearity coefficients (CL), namely the correlation between the Signal Difference to Noise Ratio (SDNR) and the depth of the object, and the coefficient of variation (CV), namely the consistency of the SDNR value of an object to size change. In addition, Modulation Transfer Function (MTF) was also evaluated as additional parameter. Phantom images were taken with four filter variations (0 mm Al, 1 mm Al + 0.1 mm Cu, 1 mm Al + 0.2 mm Cu, and 2 mm Al) with and without antiscatter grid. This study shows that the in-house phantom can be utilized for Quality Control (QC) in the DR system but its use cannot be generalized to all DRs due to unique characteristics of each devices."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2006
S29211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Bondan Panular
"Tesis ini membahas tentang perbedaan hasil pengukuran keluaran linac precise system di RSPAD Gatot Soebroto menggunakan detektor matriks PTW dan fantom air, untuk sinar-x pengukuran dilakukan pada lapangan 10 x 10 cm2 dengan SSD 100 cm sedangkan untuk elektron menggunakan aplikator 10 x 10 cm2 dengan SSD 95 cm, dosis yang diberikan 1 Gray (100 MU) pada kedalaman maksimum. PDD untuk sinar-x dan elektron yang dihasilkan dari pengukuran detektor matriks memiliki rentang yang lebih pendek pada daerah kedalaman maksimum dibandingkan dengan hasil pengukuran menggunakan fantom air, dengan rentang perbedaan 4 mm ? 5 mm untuk sinar x dan 3 mm ? 6 mm untuk elektron. Sedangkan profil dosis untuk berkas sinar-x antara detektor matriks dengan fantom air memiliki kesesuaian pada daerah lapangan penyinaran dengan perbedaan kurang dari 2 %. Untuk berkas elektron terjadi perbedaan yang signifikan dengan bertambahnya kedalaman, sehingga dapat disimpulkan bahwa detektor matriks dapat digunakan untuk verifikasi penyinaran pada daerah target volume penyinaran (Gross Tumour Volume/GTV) tetapi kurang baik untuk daerah organ sekitarnya (Organ at Risk/OAR). Detektor matriks lebih baik apabila digunakan untuk sinar-x, tetapi kurang baik digunakan untuk elektron.

This thesis discusses about output differences of Elekta Precise linac treatment system on Gatot Subroto Army Hospital between the use of matrix detector and water phantom, for x-ray measurement performed on 10 x 10 cm2 field size with a SSD 100 cm, as well as electron measurement using the applicator 10 x 10 cm2 with SSD 95 cm, both on the given dose of 1 Gray (100 MU) in the maximum depth. PDD for x-rays and electrons from the measurement of the matrix detector has shorter range in comparison to the maximum depth of measurement results with the water phantom. The range of difference is found to be 4 mm - 5 mm for x-rays and 3 mm - 6 mm for the electrons. Dose profile for x-ray measurement using the matrix detector is having compatibility with water phantom measurement at the irradiation field, with the difference found to be less than 2%. For the electron beam, significant difference occurs with increasing depth, leading to the conclusion that the matrix detector can be used to verify radiation on the Gross Tumour Volume (GTV), while being not good enough for the Organ at Risk (OAR). The matrix detector is better used for x-rays measurement, with relatively poor compatibility for electron measurement.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T31257
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sharah Nataz Shilfa
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai resolusi spasial melalui pengukuran MTF dengan mengajukan model sampel terbarukan untuk metode LSF dan sumber titik pada PSF. Subjek yang digunakan untuk perolehan LSF terdiri atas empat jenis sampel yang direndam dalam larutan radioisotop 18F atau 99mTc 12 mCi dan PSF menggunakan sumber titik 2 mCi. Pencitraan sampel dilakukan menggunakan PET/CT dengan variasi filter terhadap algoritma rekonstruksi dan SPECT/CT dual head dengan variasi jenis kolimator. Hasil evaluasi penelitian ini menunjukkan nilai MTF 10 untuk masing-masing modalitas. Berdasarkan metode preparasi sampel dan konsistensi dari standar deviasi untuk pengukuran MTF pada masing-masing metode, rekomendasi program QC resolusi spasial untuk pesawat pada PET/CT dapat dilakukan berdasarkan metode LSF maupun PSF dan SPECT/CT dengan metode PSF.

This thesis was aim to obtained spatial resolution from MTF measurement by using novel phantom for LSF and point sources for PSF. LSF subject consists of four sample types which were incubated in 18F or 99mTc 12 mCi radioisotope solutions and PSF subject were 2 mCi point sources. PET CT with filters to algorithm reconstructions and dual head SPECT CT with collimator variation were used for scanning. The results given MTF 10 values for each modalities. Based on sample preparation and deviation consistency for MTF measurement per methods, QC recommendation of spatial resolution program in PET CT could be done by using LSF either PSF methods while in SPECT CT by using PSF method."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S67595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fauzi
"Telah di lakukan simulasi Monte Carlo untuk mencari spektrum energi dari pesawat Sinar X Y.TU-320 D03 pada CdTe dengan penggunaan tegangan tabung sesuai dengan rentang RQR pada TRS 457 yakni 40 kV, 50 kV, 60 kV, 70 kV, 80 kV, 90 kV, 100 kV, 120 kV dan 150 kV. pemodelan detector CdTe mengikuti geometri detector XR 100-T CdTe. Model Sinar X di tempatkan pada jarak 100 cm dari detector. Ketebalan CdTe sebesar 1 mm dan berjari-jari sebesar 0.15 mm. penelitian ini menggunakan dua buah software yaitu Xcomp5r dan EGSnrc. Xcomp5r di gunakan sebagai sumber radiasi Sinar X (input) danEGS sebagai software Monte Carlo. Selanjutnya EGSnrc menghasilkan spektrum energi sinar X pada CdTe dan sekitarnya, hasilnya bahwa interaksi radiasi dengan atom Cd dan Te pada simulasi Monte Carlo terlihat jelas bila di bandingkan dengan spektrum pengukuran menggunakan detector XR 100-T CdTe. Terdapat Sinar X fluorisensi kulit K dari atom Cd dan Te pada energi sekitar 24 keV dan 28 keV. Karena simulasi Monte Carlo memiliki ketelitian sampai 1 keV sehingga sulit membedakan Sinar X fluorisensi pada energi yang berdekatan. verifikasi spektrum juga di lakukan di antaranya berdasarkan energi rata-rata dan spektrum di sekitar CdTe.

Have been studied Monte Carlo simulation to find energy spectrum of X-ray machine Y.TU-320 D03 on CdTe based on x-ray tube voltage according to RQR TRS No. 457, such as 40 kV, 50 kV, 60 kV, 70 kV, 80 kV, 90 kV, 100 kV, 120 kV and 150 kV. CdTe modeling, that has been studied, followed geometry of XR 100-T CdTe detector. X-ray model was placed on 100 cm distance far away from detector. The thickness of CdTe is 1 mm and its radius is 0.15 mm. there are two softwares were used to finish this study. Those softwares are Xcomp5r and EGSnrc. Xcomp5r was used as x-ray sources (input) and the other software, EGSnrc, as Monte Carlo software. For the next, EGSnrc has built x-ray spectrum on CdTe and its around. The result showed that radiation interaction with CdTe atoms on Monte Carlo simulation has been clearly appeared rather than x-ray measurement using XR 100-T CdTe detector. There are K-shell fluorescence Xray of Cd and Te atom with its energy about 24 keV and 28 keV. Because of Monte Carlo has a high precision until 1 keV, therefore it's hard to make difference fluorescence x-ray which have closer energies. Spectrum verification has been studied also based on mean energy and spectrum around CdTe."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29470
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>