Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207784 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathimah Azzahrah
"Latar Belakang. Prevalensi trikuriasis di Desa Panimbang tahun 2018 sebesar 25,1%. Desa Panimbang adalah desa berpenduduk miskin dengan sanitasi buruk serta memiliki kondisi desa yang bertanah liat dan tercemar telur T. trichiura merupakan faktor risiko cacingan yang ditularkan melalui tanah. Oleh karena itu, diperlukan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang trikuriasis dan pencegahannya dengan ber-PHBS. Metode. Penelitian ini menggunakan desain pre-post study dengan intervensi berupa penyuluhan kesehatan. Penelitian dilaksanakan di SDN 03 Panimbang, Kabupaten Pandeglang pada Agustus 2019. Subjek diberikan kuesioner yang berisi 20 pertanyaan pre-test dan post-test terkait infeksi T. trichiura. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 20. Hasil. Jumlah subjek adalah 46 orang yang terdiri atas 12 guru (91,7% perempuan, 8,3% laki-laki) dan 34 kader (100% perempuan). Sebagian besar usia guru 46-55 tahun (41,7%) dan kader 26-35 (35,3%) dan 36-45 tahun (35,3%). Sebelum penyuluhan kesehatan, tingkat pengetahuan subjek terdiri dari baik (45,7%), cukup (21,7%) dan kurang (32,6%). Setelah penyuluhan kesehatan, terjadi peningkatan subjek dengan pengetahuan baik (87%) dan penurunan subjek dengan pengetahuan cukup (4,3%) dan kurang (8,7%). Uji marginal homogeneity memberikan nilai p<0,001 yang berarti bahwa tingkat pengetahuan subjek tentang gejala trikuriasis berhubungan dengan penyuluhan kesehatan. Kesimpulan. Penyuluhan kesehatan efektif meningkatkan pengetahuan guru dan kader tentang trikuriasis.

Background. The prevalence of trichuriasis in Panimbang Village in 2018 was 25,1%. Panimbang Village is a village with poor population and poor sanitation, and has a village condition with clay soil and contaminated with T. trichiura eggs is a risk factor for soil-transmitted helminths. Therefore, health education is needed to increase villagers’ knowledge about trichuriasis and its prevention by using PHBS. Methods. This study used a pre-post study design with interventions of health education. The research was conducted at SDN 03 Panimbang, Pandeglang District in August 2019. Subjects were given a questionnaire containing 20 pre-test and post-test questions related to T. trichiura infection. Data were analyzed using SPSS version 20. Results. The number of subjects was 46 people consists of 12 teachers (91,7% female, 8,3% male) and 34 cadres (100% female). Most of the teachers’ age was 46-55 years old (41,7%) and cadres 26-35 (35,3%) and 36-45 (35,3%) years old. Before health education, the level of subject knowledge consisted of good (45,7%), moderate (21,7%) and poor (32,6%). After health education, there was an increase in subjects with good (87%) knowledge and a decrease in subjects with moderate (4,3%) and poor (8,7%) knowledge. The marginal homogeneity test showed p<0,001, which means the subject’s level of knowledge about trichuriasis symptoms was related to health education. Conclusion. Health education is effective to increase knowledge of trichuriasis in teachers and cadres."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charissa Karyadi
"Prevalensi trikuriasis di Indonesia masih tinggi terutama pada anak yang tinggal di lingkungan padat penghuni, seperti di panti asuhan. Pengetahuan tentang trikuriasis penting untuk mencegah infeksi tersebut. Riset ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan mengenai trikuriasis sebelum dan setelah penyuluhan. Penelitian eksperimental dilakukan di sebuah panti asuhan di Desa Lubang Buaya, Jakarta Timur. Data diambil dengan mengisi kuesioner berisi pertanyaan mengenai trikuriasis sebelum dan setelah penyuluhan pada tanggal 10 Juni 2012. Anak panti yang menghadiri penyuluhan diikutsertakan sebagai subjek penelitian. Data diolah menggunakan program SPSS versi 11,5 lalu dites dengan marginal homogeneity.
Data yang didapat menunjukkan 59 (41,5%) responden laki-laki dan 83 (58,5%) perempuan, 78 (54,9%) murid SD, 55 (38,7%) SMP dan 9 (6,3%) SMA. Sebelum penyuluhan, responden dengan tingkat pengetahuan baik, sedang dan kurang adalah 4 (2,8%), 31 (20,4%), dan 107 (75,4%). Setelah penyuluhan, responden dengan pengetahuan baik meningkat menjadi 7 (4,9%) dan sedang menjadi 37 (26%), sedangkan responden dengan pengetahuan kurang menurun menjadi 98 (69,4%). Uji marginal homogenity menghasilkan perbedaan signifikan (p<0,01). Disimpulkan tingkat pengetahuan responden mengenai trikuriasis dipengaruhi penyuluhan.

The prevalence of trichuriasis in Indonesia is still high, especially in children that live in crowded areas, like in an orphanage. Knowledge on trichuriasis is important to prevent the infection itself. This research is purposed to know the knowledge difference on trichuriasis before and after health education. An experimental study is conducted in an orphanage in Lubang Buaya Vilage, East Jakarta. Data was taken by completing questionnaires filled with questions on trichuriasis before and after health education on June 10th, 2012. All orphans that attended the health education are included as the research?s subject. Data was processed by SPSS version 11.5 and tested with marginal homogeneity.
Data collections showed 59 (41.5%) are male respondents and 83 (58.5%) are female, 78 (54.9%) primary school students, 55 (38.7%) middle school students and 9 (6.3%) are high school students. Before health education, respondents with good, fair and poor knowledge level are 4 (2.8%), 31 (20.4%), and 107 (75.4%). After health education, respondent with good knowledge increased to 7 (4.9%) and fair became 37 (26%), and respondents with poor knowledge decreased becoming 98 (69.4%). Marginal homogeneity test showed significant difference (p<0.01). As a conclusion, respondent?s knowledge level on trichuriasis is affected by health education.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prissilia Prasetyo
"Trikuriasis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh T.trichiura. Pengetahuan mengenai siklus hidup T.trichiura berperan penting dalam upaya pencegahan trikuriasis khususnya pada anak-anak. Guru erat kaitannya dengan pendidikan sehingga dapat diperbantukan dalam upaya pencegahan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan guru SD di Jakarta mengenai siklus hidup T.trichiura. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan design pre-post study. Pengambilan data dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 12 Oktober 2011 dengan cara pengisian kuesioner. Kuesioner yang dibagikan sebelum dan sesudah penyuluhan berisi lima buah pertanyaan mengenai morfologi dan siklus hidup T.trichiura. Semua guru yang hadir pada penyuluhan dijadikan subyek penelitian (total population). Dari penelitian ini diketahui bahwa sebelum penyuluhan, responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 18 orang (26,9%), cukup 21 orang (31,3%), dan kurang 28 orang (41,8%). Setelah penyuluhan, responden dengan tingkat pengetahuan baik menjadi 31 orang (46,3%), cukup 20 orang (29,9%), dan kurang 16 orang (23,9%). Berdasarkan uji marginal homogeneity, didapatkan nilai p<0,01 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan responden sebelum dan setelah penyuluhan. Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan guru SD di Jakarta mengenai T.trichiura.

Trichuriasis is an infectious disease caused by T.trichiura. The acknowledgement about life cycle of T.trichiura is important to prevent trichuriasis. The objective of this research is to know the effectiveness of health promotion towards the improvement of elementary teachers’ knowledge about T.trichiura. Method of this research is quasi experimental with pre-post study design. The data was collected in Jakarta at October 12th, 2011 by giving questionnaires to the respondents. The questionnaires given before and after the promotion were about the morphology and life cycle of T.trichiura. Total population method was applied to pick out the samples whereas all of the elementary school teachers who came to the health promotion were pick out as the samples. The results of this research shows: before the health promotion, 18 respondents (26,9%) had good knowledge level, 21 respondents (31,3%) fair, and 28 respondents (41,8%) poor. After the promotion, 31 respondents (46,3%) had good knowledge level, 20 respondents (29,9%) fair, and 16 respondents (23,9%) poor. According to marginal homogeneity test, there was a significant difference (p<0,01) between the respondents’ knowledge before and after the health promotion. To summarize, the health promotion is an effective method to improve elementary teachers’ knowledge in Jakarta about T.trichiura."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Satya Nugraha
"Trikuriasis merupakan penyakit akibat infeksi Trichuris trichiura yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah padat penduduk bersanitasi buruk. Pencegahan penyakit ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat mengenai gejalanya. Untuk memperoleh tingkat pengetahuan yang baik, dapat diberikan penyuluhan mengenai trikuriasis dan perlu dievaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan kecacingan terhadap peningkatan pengetahuan guru SD di Jakarta mengenai gejala trikuriasis pada tahun 2011. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental (pre-post sudy) dan melibatkan 67 responden yang dipilih dengan total sampling. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2011 dengan menggunakan kuesioner mengenai gejala trikuriasis sebelum dan sesudah penyuluhan. Responden terdiri atas 21 orang (31,3%) laki-laki dan 46 orang (68,7%) perempuan dan minimal berpendidikan SMA. Hasil penelitian menunjukkan sebelum penyuluhan, jumlah guru yang bertingkat pengetahuan baik sebanyak 6 orang (9,0%), cukup sebanyak 9 orang (13,4%) dan kurang sebanyak 52 orang (77,6%). Setelah penyuluhan guru dengan tingkat pengetahuan baik menjadi 16 orang (23,9%), tingkat pengetahuan cukup menjadi 23 orang (34,3%) dan tingkat pengetahuan kurang menjadi 28 orang (41,8%). Uji marginal homogeneity memberikan nilai p <0.001 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan. Disimpulkan bahwa penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan guru SD mengenai gejala trikuriasis.

Trichuriasis is infectious disease caused by Trichuris trichiura and become public health problem in densely-populated and bad sanitation areas. Prevention of trichuriasis is influenced by people’s konwledge level about the symptoms. To obtain good level of knowledge, health promotion can be given and need to be evaluated. The research purpose is determining effectiveness of health promotion to increase elementary school teachers’ knowledge about symptoms of trichuriasis in Jakarta, 2011. The study used experimental design (pre-post study) and included 67 respondents (total sampling). Data is collected on October 12th, 2011 using questionnaire about symptoms of trichuriasis before and after the health promotion. Respondents consisted of 21 men (31.3%) and 46 women (68.7%) and at least high school graduated. The results show before health promotion, 6 people (9.0%) with good knowledge level, 9 people (13.4%) in adequate level and 52 people (77.6%) in poor level. After health promotion, 16 people (23.9%) in good knowledge level, 23 people (34.3%) in adequate level and 28 people (41.8%) in poor level. Marginal homogeneity test gives p-value <0.001 which means there is significant difference between knowledge before and after health promotion. Conclusively, health promotion is effective for increasing elementary school teachers’ knowledge about symptoms of trichuriasis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Anindya
"Agar bisa berperilaku baik seseorang harus mempunyai pengetahuan yang baik. Untuk mempunyai pengetahuan yang baik, perlu diberikan penyuluhan. Oleh karena itu, diperlukan survey untuk mengetahui efektivitas penyuluhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan santri mengenai pencegahan trikuriasis. Pencegahan trikuriasis penting karena trikuriasis menyebabkan anemia dan diare. Penelitian ini menggunakan metode pre-post study. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner pada 154 responden yang terdiri dari 81 orang santri Madrasah Tsanawiyah dan 73 orang santri Madrasah Aliyah yang dipilih dengan total sampling. Responden memiliki usia yang beragam dari 12 hingga 20 tahun dengan persebaran laki-laki sebanyak 91 orang (59,1%) dan perempuan 63 orang (40,1%). Sebelum penyuluhan jumlah santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai pencegahan trikuriasis sebanyak 8 orang (5,2%), yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 28 (18,2%), dan 118 orang memiliki tingkat pengetahuan kurang (76,6%). Sesudah penyuluhan jumlah santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai pencegahan trikuriasis sebanyak 28 orang (18,2%), yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 45 (29,2%), dan 81 orang memiliki tingkat pengetahuan kurang (52,6%). Dengan uji marginal homogenity didapatkan p<0,01 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan.

People must have a good knowledge to have a good behavior. In order to have a good behavior, health promotion should be given. That’s why a survey is needed to know the effectiveness of health promotion. The purpose of this research is to know about the effectiveness of health promotion in improving the student’s knowledge about prevention of trichuriasis. Prevention of trichuriasis is important because trichuriasis cause anemia and diarrhea. The design used in this research is pre-post study. The data collecting was held on 22nd of January 2011 by giving a questioner to 154 students (81 students of junior high school and 73 students of senior high school) in Islamic boarding school. There are 91 female students (59,1%) and 63 male students (40,1%) with various ages (12-20 years old). Before health promotion, 8 students (5,2%) has poor level, 28 students (18,2%) has fair level, and 118 students (76,6%) has good level of knowledge. After health promotion was applied, 28 students (18,2%) has poor level, 45 students (29,2%) has fair level, and 81 students (52,6%) has good level of knowledge. Based on the marginal homogenity test, there’s a significant improvement of knowedge before and after the health promotion (P<0,01)."
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Revi Aryawedha
"Latar Belakang : Laporan RISKESDAS 2018 menyatakan bahwa tingkat penyakit gigi dan mulut masih sangat tinggi, untuk itu dalam menekan kejadian penyakit gigi dan mulut dapat dimanfaatkan komponen yang mempunyai kaitan erat dengan masyarakat yaitu kader kesehatan yang bertugas di Posyandu salah satunya. Salah satu kegiatan di Posyandu, adalah menyelenggarakan penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat oleh kader kesehatan. Untuk itu dalam mewujudkan
tercapainya penyuluhan yang dilaksanakan di Poysandu perlu adanya kegiatan pelatihan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dari kader kesehatan. Tujuan Penelitian : Mengetahui efektivitas penggunaan media buku panduan dan poster bergambar dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktik kader kesehatan. Metode : penelitian ini merupakan penelitian quasiexperimental dengan menggunakan desain non-equipvalent control group. Subjek penelitian adalah 100 orang kader kesehatan yang berlokasi di Kelurahan Bojong Pondok Terong ,kota Depok yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kelompok control . Kemudian kedua kelompok diberikan pre-test sebelum pelatihan kemudian diberikan buku panduan pada saat pelatihan setelah itu dilakukan post-test dan evaluasi Hasil : berdasarkan hasil analisis didapatkan
perbedaan yang bermakna (p<0.05) terhadap pengetahuan dan kemampuan kader kesehatan setelah diberikan Pendidikan menggunakan buku panduan,poster bergambar, dan powerpoint. Kesimpulan :Terdapat peningkatan pengetahuan dan kemampuan praktik kader kesehatan di Posyandu secara signifikan (p<0,05).

Background: The 2018 RISKESDAS report states that the level of dental and mouth disease is still very high, for that reason in suppressing the incidence of dental and oral diseases can be utilized components that have close links with the community, namely health cadres who work in Posyandu one of them. One of the activities at Posyandu is to provide counseling to the community by health cadres. For this reason, in order to realize the achievement of counseling carried out in Poysandu there needs to be training activities that can increase the knowledge and abilities of health cadres. Research Objectives: Knowing the effectiveness of the use of media manuals and pictorial posters in improving the knowledge and practical ability of health volunteers. Method: this research is a quasi-experimental study using a non-equipvalent control group design. The subjects were 100 health volunteers located in Bojong Pondok Terong, Depok city which were divided into intervention and control groups. Then both groups were given a pre-test before training and then given a handbook at the time of the training after which a post-test and evaluation were conducted. Results: Based on the results of the analysis using Wilcoxon and Mann Whitney tests, there were significant differences (p <0.05) on the average value of knowledge and the ability of health cadres after being given health education on dental and oral health Conclusion: There was a significant increase in knowledge and practice ability of health volunteers in Posyandu (p <0.05)."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Wahyu Wardhana
"Latar Belakang: Warga Desa Panimbangjaya sulit mendapat air bersih dan memiliki kebiasaan buang air besar sembarangan yang merupakan faktor risiko transmisi soil-transmitted helminth (STH). STH dapat menyebabkan anemia, namun hubungan STH dan anemia belum diketahui di Desa Panimbangjaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan intensitas infeksi STH serta hubungannya dengan anemia pada anak SD.
Metode: Penelitian cross-sectional dilakukan di SDN 01 dan SDN 03 Panimbangjaya, Pandeglang pada bulan Juli–Agustus 2018. Sampel feses dikumpulkan menggunakan pot feses yang dibagikan dan diperiksa dengan metode Kato-Katz. Sampel darah diambil dari darah vena 0,5–3 mL, kemudian diproses dengan hematology analyzer Sysmex untuk mendapatkan nilai Hb. Subyek positif STH diberi albendazol 400 mg tiga hari berturut-turut.
Hasil: Subyek penelitian berjumlah 150 anak, terdiri atas 68 laki-laki dan 82 perempuan yang berasal dari kelas 1–2 (28 anak), 3–4 (54 anak), dan 5–6 (68 anak). Prevalensi infeksi STH adalah 81,3%: A. lumbricoides 58,7%, T. trichiura 48%, dan infeksi campur 25,3%. Intensitas infeksi A. lumbricoides umumnya ringan dan T. trichiura seluruhnya ringan. Prevalensi anemia adalah 16,7%.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara anemia dan intensitas infeksi STH (uji chi-square, p>0,05). Perlu dilakukan pemberian obat pencegahan massal setiap enam bulan karena prevalensi STH > 50% serta suplementasi tablet tambah darah untuk anak yang anemia.

Introduction: The inhabitants of Panimbangjaya Village have difficulty getting clean water and still practices open defecation, which is a risk factor for the transmission of soil-transmitted helminth (STH). STH can cause anemia, however, in Panimbangjaya Village, the relation between STH and anemia were unknown. This study aimed to determine the prevalence and infection intensity of STH and its relation with anemia in elementary school children.
Methods: This cross-sectional study was conducted at SDN 01 and SDN 03 Panimbangjaya, Pandeglang in July–August 2018. Stool samples were collected using feces pots and examined using the Kato-Katz method. Blood samples were taken from 0.5–3 mL venous blood and then processed with a Sysmex hematology analyzer to obtain Hb values. STH positive subjects were given albendazole 400mg for three consecutive days.
Results: Subjects were 150 children, consisted of 68 boys and 82 girls from grades 1–2 (28 children), 3–4 (54 children), and 5–6 (68 children). The prevalence of STH infection was 81.3%: A. lumbricoides 58,7%, T. trichiura 48%, and mixed infections 25.3%. The infection intensity of A. lumbricoides was generally mild and T. trichiura was entirely mild. The prevalence of anemia was 16.7%.
Conclusion: There was no relationship (chi-square test, p> 0.05) between STH infection intensity and anemia. Mass drug administration needs to be done biannually because the prevalence of STH is > 50%. Iron and folic acid supplementation need to be given to anemic children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Nugroho
"Trikuriasis merupakan salah satu penyakit parasitik yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah padat penduduk dengan sanitasi yang kurang baik. Keberhasilan pencegahan trikuriasis berkaitan dengan tingkat pengetahuan masyarakat mengenai gejala dan pengobatannya. Oleh karena itu, masyarakat perlu diberikan penyuluhan mengenai trikuriasis lalu dievaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan santri Pesantren X, Jakarta Timur mengenai gejala dan pengobatan trikuriasis.
Penelitian ini menggunakan desain pre-test and post-test dan melibatkan 154 santri. Pengambilan data dilakukan tanggal 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner mengenai gejala dan pengobatan trikuriasis kepada semua santri (total sampling) sebelum dan sesudah penyuluhan.
Hasilnya menunjukkan, sebelum penyuluhan santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai gejala dan pengobatan trikuriasis adalah 1 orang (0,6%), sedang 18 orang (11,7%) dan kurang 135 orang (87,7%). Setelah penyuluhan santri dengan pengetahuan baik bertambah menjadi 4 orang (2,6%), sedang 39 orang (25,3%), dan kurang 111 orang (72,1%). Pada uji marginal homogeneity didapatkan p=0,002 yang berarti terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan santri sebelum dan setelah penyuluhan. Disimpulkan bahwa, penyuluhan efektif untuk meningkatkan pengetahuan santri mengenai gejala dan pengobatan trikuriasis.

Trichuriasis is one of the parasitic diseases which became a problem for public health in the populous area with poor sanitation. The success of trichuriasis prevention is associated with the knowledge level of people about the symptoms and its treatment. Therefore, people need to be given health promotion about trichuriasis and will be evaluated afterwards. The objective of this research is to understand the knowledge level of X Islamic boarding school students in East Jakarta about symptoms and treatment of trichuriasis.
The research is using pre-test and post-test design and involving 154 students. This study was carried out on January 22nd, 2011 by giving questionnaire about symptoms and treatment of trichuriasis to all students (total sampling) before and after health promotion. The results before health promotion given, showed that the number of students with good, fair and poor knowledge level of symptoms and treatment of trichuriasis was 1 (0,6%), 18 (11,7%) and 135 (87,7%), respectively.
After health promotion given, the results showed that the number of students with good knowledge level is increasing up to 4 people (2,6%); 39 people (25,3%), and 111 people with fair and poor level. (72,1%). Based on marginal homogeneity test, p value was obtained 0,002, which means there is a significant difference between the knowledge level of the students before and after health promotion. In brief, it can be concluded that health promotion is effective to improve the knowledge level of the students about symptoms and treatment of trichuriasis.
"
Depok: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Frastica
"Askariasis adalah penyakit parasitik yang sering ditemukan di daerah tropis termasuk Indonesia. Lingkungan tempat tinggal yang padat misalnya panti asuhan mendukung tingginya prevalensi askariasis. Untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap askariasis, anak perlu diberikan penyuluhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan anak panti asuhan tentang gejala askariasis. Studi eksperimental (pre-post study) ini dilaksanakan di panti asuhan di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Data dikumpulkan tanggal 12 Juni 2012, dengan memberikan kuesioner mengenai gejala askariasis kepada semua anak sebelum dan sesudah penyuluhan. Data diproses menggunakan SPSS 11.5 dan diuji dengan marginal homogeneity.
Hasilnya menunjukkan sebelum penyuluhan subyek yang mempunyai pengetahuan buruk, sedang dan baik adalah 73 (51,4%), 52 (36,6%) dan 17 (12%) anak. Setelah penyuluhan subyek dengan pengetahuan baik dan sedang menjadi 8 (5,6%) dan 50 (35,2%), sedangkan subyek dengan pengetahuan buruk meningkat menjadi 84 (59,2%). Tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan berbeda bermakna (marginal homogeneity, p<0,01). Disimpulkan penyuluhan tidak efektif untuk meningkatkan pengetahuan tentang gejala askariasis.

Ascariasis is parasitic disease that is frequently found in warm tropical countries including Indonesia. Crowded living places such as orphanage also contribute to high prevalence of ascariasis. To increase the awareness toward ascariasis, children are needed to be given health education. The aim of this research is to know the effectiveness of health education in increasing the knowledge on ascariasis symptoms among the orphans. This experimental study (pre-post study) is conducted in an orphanage in Lubang Buaya Village, East Jakarta. The data was collected on June, 12th 2012 by giving questionnaires regarding ascariasis symptoms to all orphans before and after health education. The data is processed using SPSS 11.5 and tested with marginal homogeneity.
The results show that before health education the number of the subjects who have poor, fair and good knowledge are 73 (51.4%), 52 (36.6%) and 17(12%) children, respectively. After health education the number of subjects with good and fair knowledge reduce to 8 (5.6%) and 50 (35.2%), while subjects with poor knowledge increase to 84 (59.2%). Knowledge level before and after health education has a significant different (p<0.001). In conclusion, health education is not effective to increase the knowledge level on symptoms of ascariasis among the orphans."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Budiman
"ABSTRAK
Skripsi ini mengaji fenomena kemunculan wanita karier yang menjalani profesi guru SD Kasus yang diangkat adalah tiga guru di SDN Pandeglang 13 Metode penelitian yang digunakan yaitu metode etnografi dan metode riwayat hidup Skripsi ini menjelaskan tentang awal kemunculan motivasi menjadi guru SD dan komitmen guru SD dalam bekerja Kemunculan motivasi menjadi guru SD diawali oleh pengetahuan mengenai profesi guru Pengetahuan tersebut dipelajari dan menjadi dorongan dalam diri untuk menjadi guru SD Dorongan tersebut diarahkan secara sadar untuk menjadi guru SD Faktor faktor sosial budaya yang berperan dalam pembentukan motivasi menjadi guru SD antara lain latar belakang ekonomi keluarga orientasi dan pendidikan yang diberikan masing masing orangtua informan lingkungan sosial keluarga orientasi latar belakang ekonomi keluarga prokreasi dan pola hubungan suami istri Di SDN Pandeglang 13 komitmen guru dalam bekerja rendah karena tidak bekerja dengan penuh dedikasi dan profesional Orientasi guru dalam bekerja adalah menyelesaikan tugas dan memperoleh penghasilan Guru lebih mengutamakan urusan rumah tangga daripada profesi

ABSTRACT
This thesis examines the phenomenon of emergence of working woman career whose profession as elementary school teacher The case of this thesis is three teachers in SDN Pandeglang 13 Research methods used that ethnography and individual life history This thesis explains the beginning of the emergence of motivation of being elementary school teacher and the commitment of elementary school teachers in work The emergence of motivation is preceded by knowledge about the profession of teacher The knowledge transforms to be impulse by learning knowledge of profession of teacher The impulse is directed consciously to be elementary school teacher Social and cultural factors that have roles in the motivation being elementary teachers namely economic background of orientation family and education from parents economic background of procreation family and the pattern of marital relationship In Pandeglang SDN 13 teacher commitment in working low because it does not work with full dedication and professional Orientation in the teacher worked is finished the task and earned revenue Teacher prioritize the household affairs than profession "
2014
S56517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>