Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205007 dokumen yang sesuai dengan query
cover
An Nisa Rizqa Permatasari
"Pemantauan Terapi Obat pada Neonatus Kurang Bulan, Bayi Berat Lahir Rendah, dan Sepsis di Ruang Neonatus Intensive Care Unit (NICU) RSUP Fatmawati Bulan September 2020.

Neonates, especially preterm infants have weak physical defenses and immature immune function, making them susceptible to bacterial invasion. One of the efforts to achieve the Sustainable Development Goals (SDGs), which is to reduce the incidence of neonatal mortality to 12 per 1,000 live births, it is necessary to collaborate between health workers in treating patients. Pharmacists in hospitals need to carry out their roles, one of which is by monitoring the therapy given. Data were collected directly by looking at the cardex and patient's medical records with the following criteria: less-month neonatal patients, receiving polypharmacy, patients with antibiotic therapy, and length of stay in the hospital ≥5 days. The data obtained were analyzed using the SOAP method and identified problems related to drugs. From the Monitoring of Drug Therapy (PTO), it was found that drug-related problems that occurred were dose mismatches and frequency mismatches, and analysis of the evaluation of antibiotic administration (EPA) with the Gyssens method found that the use of antibiotics was found in category IIIa, namely giving meropenem too long and category IIa, which was not the right dosage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Ayu Rafika Apriliani
"Seorang apoteker memiliki peran penting dalam praktek pelayanan kesehatan di rumah sakit dan apotek. Apoteker harus memenuhi standar kompetensi sebagai persyaratan untuk memasuki dunia kerja dan menjalani praktek keprofesiannya. Standar kompetensi apoteker di Indonesia terdiri dari sepuluh standar kompetensi sebagai kemampuan yang diharapkan oleh apoteker saat lulus dan masuk ke tempat praktek kerja profesi. Sebagai bekal dan pengalaman calon apoteker untuk dapat memahami peran apoteker dan meningkatkan kompetensi, maka dilaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUP Fatmawati dan Apotek Dini selama periode bulan Februari-Juni 2020. Selama PKPA, calon apoteker diharapkan dapat memperluas wawasan, pemahaman, dan pengalaman untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di tempat praktik kerja profesi.


A pharmacist has an important role in health services in hospitals and pharmacies. Pharmacists must meet competency standards as a requirement to enter professional work practice and undergo professional practice. Pharmacist competency standards in Indonesia consist of ten competency standards as the skills expected by pharmacists when they graduate and enter professional work practices. As a provision and experience for prospective pharmacists to be able to understand the role of pharmacists and improve competence, an internship was carried out at RSUP Fatmawati and Apotek Dini during the period February-June 2020. During internship, prospective pharmacists are expected to broaden their horizons, understanding, and experience doing pharmaceutical work in a professional work practices."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Fitria Zain
"Di Indonesia proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) <2500 gram pada bayi umur 0-59 bulan masih cukup tinggi, yaitu 6,2% di tahun 2013-2018. Padahal kondisi BBLR memiliki risiko lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas dari pada bayi dengan berat badan normal. Salah satu masalah terbesar yang sering dialami BBLR adalah peningkatan risiko untuk terserang infeksi maupun sepsis, sehingga obat yang paling banyak digunakan di unit perawatan intensif neonatus adalah dari golongan antibiotik. Oleh sebab itu, diperlukannya peran Apoteker dalam melakukan praktik profesi berupa Pemantauan Terapi Obat (PTO) dalam proses pengobatan agar dapat membantu dalam mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki sehingga prognosisnya dapat menjadi lebih baik. Pelaksanaan PTO dilakukan pada tanggal 15-24 September 2020 bertempat di ruang perinatologi 2B di gedung bougenville RSUP Fatmawati berdasarkan laporan kasus yang bersifat kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung atau observasi. Data yang diperoleh kemudian diidentifikasi terkait Drug Related Problems (DRPs) menurut Cipolle dan dianalisis rasionalitasnya pada domain antibiotik dengan metode Gyssens. Dari analisa yang dilakukan ditemukan beberapa masalah DRP menurut Cipolle yaitu terkait lama pemberian obat meropenem yang terlalu panjang; pemberian dosis yang terlalu rendah pada obat fluconazole dan ketorolac; pemilihan obat bactesyn yang tidak rasional; adanya interaksi obat fluconazole dengan omeprazole yang bersifat moderat, serta interaksi obat gentamicin dengan bactesyn yang bersifat minor jika digunakan secara bersamaan. Sementara hasil evaluasi menggunakan metode Gyssens pada penggunaan antibiotik menunjukkan obat meropenem termasuk kategori IIIa (penggunaan antibiotik terlalu lama); gentamicin termasuk kategori 0 (penggunaan antibiotika tepat/bijak); bactesyn termasuk katagori IVa (ada antibiotik lain yang lebih efektif) dan katagori IIa (penggunaan antibiotik tidak tepat dosis) apabila tetap dipertahankan penggunaannya.

In Indonesia, the proportion of Low Birth Weight Babies (LBW) <2500 grams in infants aged 0-59 months is still quite high at 6.2% in 2013-2018. In fact, LBW conditions have a greater risk of experiencing morbidity and mortality than babies with normal weight. One of the biggest problems that are often experienced by LBW is the increased risk for infection and sepsis, so the most widely drugs used in neonatal intensive care units are from the antibiotic class. Therefore, a pharmacist's role is needed in carrying out professional practice with Drug Therapy Monitoring (DTM) in order to help optimize the effect of therapy and minimize unwanted effects, so the prognosis can be better. The implementation of DTM was carried out on September 15-24, 2020 at the perinatology room 2B in the bougenville building of RSUP Fatmawati based on qualitative case reports by direct observation. Then the data was identified using the Drug Related Problems (DRPs) classification according to Cipolle and analyzed their rationality in the antibiotic domain using the Gyssens method. From the analysis conducted, it was found that several DRP problems were related to the the long duration of administration of meropenem; too low a dose of fluconazole and ketorolac; irrational choice of bactesyn; There is a moderate drug interaction between fluconazole and omeprazole, as well as a minor drug interaction between gentamicin and bactesyn when used concurrently. Meanwhile, the results of the evaluation using the Gyssens method on antibiotic use showed that meropenem was included in category IIIa (the use of antibiotic is too long); gentamicin was included in category 0 (the use of antibiotics is appropriate/wise); bactesyn was included category IVa (there are other antibiotics that are more effective) and category IIa (the use of antibiotics is not in the right dose) if its use is maintained."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mishbahus Surur
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan salah satu peran penting apoteker untuk memastikan terapi pasien yang aman, efektif, dan rasional. Laporan ini membahas PTO pada seorang pasien neonatal dengan diagnosis Hyaline Membrane Disease (HMD) dan Sepsis Neonatus Awitan Dini (SNAD) di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif prospektif dengan pendekatan berdasarkan klasifikasi masalah terkait obat (PCNE V9.1). Hasil pemantauan menunjukkan tiga masalah terkait obat yang teridentifikasi, yaitu: interaksi mayor antara Cefoperazone Sodium dan Heparin Sodium yang menyebabkan tanda-tanda pendarahan, interaksi moderat antara Gentamisin dan MgSO4 yang dapat menyebabkan kelemahan neuromuskular, serta selisih dosis pada penggunaan Cefoperazone Sulbactam dan Gentamisin. Intervensi dilakukan dengan penghentian Heparin, pemantauan kadar elektrolit untuk interaksi Gentamisin-MgSO4, serta penyesuaian dosis berdasarkan berat badan pasien terbaru. Kesimpulan dari PTO ini menekankan pentingnya kolaborasi antar tenaga kesehatan dalam terapi pasien neonatal untuk mengoptimalkan efek terapi dan mencegah komplikasi yang merugikan. Diharapkan laporan ini dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan PTO untuk pasien neonatal di fasilitas kesehatan lainnya.

Drug Therapy Monitoring (DTM) is a vital role of pharmacists to ensure safe, effective, and rational therapy for patients. This report discusses DTM for a neonatal patient diagnosed with Hyaline Membrane Disease (HMD) and Early-Onset Neonatal Sepsis (EONS) in the Neonatal Intensive Care Unit (NICU) at RSPAD Gatot Soebroto. The study was conducted using a descriptive prospective method with an approach based on the classification of drug-related problems (PCNE V9.1). The monitoring results identified three drug-related problems, including a major interaction between Cefoperazone Sodium and Heparin Sodium leading to signs of bleeding, a moderate interaction between Gentamycin and MgSO4 potentially causing neuromuscular weakness, and dose discrepancies in the administration of Cefoperazone Sulbactam and Gentamycin. Interventions were performed by discontinuing Heparin, monitoring electrolyte levels for the Gentamycin-MgSO4 interaction, and adjusting doses based on the patient's latest body weight. The conclusions from this DTM highlight the importance of collaboration among healthcare professionals in neonatal therapy to optimize therapeutic effects and prevent adverse complications. This report is expected to serve as a reference for implementing DTM in neonatal patients at other healthcare facilities. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mishbahus Surur
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan salah satu peran penting apoteker untuk memastikan terapi pasien yang aman, efektif, dan rasional. Laporan ini membahas PTO pada seorang pasien neonatal dengan diagnosis Hyaline Membrane Disease (HMD) dan Sepsis Neonatus Awitan Dini (SNAD) di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif prospektif dengan pendekatan berdasarkan klasifikasi masalah terkait obat (PCNE V9.1). Hasil pemantauan menunjukkan tiga masalah terkait obat yang teridentifikasi, yaitu: interaksi mayor antara Cefoperazone Sodium dan Heparin Sodium yang menyebabkan tanda-tanda pendarahan, interaksi moderat antara Gentamisin dan MgSO4 yang dapat menyebabkan kelemahan neuromuskular, serta selisih dosis pada penggunaan Cefoperazone Sulbactam dan Gentamisin. Intervensi dilakukan dengan penghentian Heparin, pemantauan kadar elektrolit untuk interaksi Gentamisin-MgSO4, serta penyesuaian dosis berdasarkan berat badan pasien terbaru. Kesimpulan dari PTO ini menekankan pentingnya kolaborasi antar tenaga kesehatan dalam terapi pasien neonatal untuk mengoptimalkan efek terapi dan mencegah komplikasi yang merugikan. Diharapkan laporan ini dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan PTO untuk pasien neonatal di fasilitas kesehatan lainnya.

Drug Therapy Monitoring (DTM) is a vital role of pharmacists to ensure safe, effective, and rational therapy for patients. This report discusses DTM for a neonatal patient diagnosed with Hyaline Membrane Disease (HMD) and Early-Onset Neonatal Sepsis (EONS) in the Neonatal Intensive Care Unit (NICU) at RSPAD Gatot Soebroto. The study was conducted using a descriptive prospective method with an approach based on the classification of drug-related problems (PCNE V9.1). The monitoring results identified three drug-related problems, including a major interaction between Cefoperazone Sodium and Heparin Sodium leading to signs of bleeding, a moderate interaction between Gentamycin and MgSO4 potentially causing neuromuscular weakness, and dose discrepancies in the administration of Cefoperazone Sulbactam and Gentamycin. Interventions were performed by discontinuing Heparin, monitoring electrolyte levels for the Gentamycin-MgSO4 interaction, and adjusting doses based on the patient's latest body weight. The conclusions from this DTM highlight the importance of collaboration among healthcare professionals in neonatal therapy to optimize therapeutic effects and prevent adverse complications. This report is expected to serve as a reference for implementing DTM in neonatal patients at other healthcare facilities. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Supriono
"Perlekatan (adhesion) adalah suatu jaringan ikat fibrous seperti pita yang terbentuk antara jaringan dengan jaringan atau dengan organ yang secara normal tidak terbentuk.Perlekatan sering kali terbentuk sebagai akibat dari cedera sewaktu Tindakan operasi. Pengambilan data pasien dilakukan dengan metode pengambilan data secara prospektif, dengan kriteria pasien minimal 5 hari dirawat dan diberikan minimal 5 jenis obat. Pasien yang dilakukan Pemantaun Terapi Obat (PTO) sebanyak 3 pasien. Pencatatan penggunaan obat dilakukan setiap hari mengingat terkadang ada perubahan jenis obat yang diberikan dokter terkait kondisi klinis pasien. Pemantauan terapi obat pasien dilakukan pada bulan September 2020 dengan mengumpulkan data pasien. Data pasien yang dikumpulkan tersebut berupa data rekam medik dan pencatatan penggunaan obat (kardeks). Pemantauan terapi obat dilakukan pada pasien bernama Ny. LS di Ruang Kebidanan. Diagnosa masuk dari dokter yang menangani Ny. LS adalah POD V Post Laparoscopy HTSOB With Retrograde Adhesiolysis tetapi berdasarkan keterangan yang terdapat di rekam medik, pasien juga memiliki indiksi terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, sehingga selama terapi pasien diberikan pengobatan tuberkulosis. Masalah interaksi obat terjadi pada pemakaian pyrazinamide dan rifampisin mememiliki tingkat interaksi obat mayor. pyrazinamide dan rifampisin secara bersamaan dapat menyebabkan cedera hati. Sedangkan omeprazole dan rifampisin memiliki tingkat interaksi moderate, dimana interaksi keduanya dapat menyebabkan penurunan konsentrasi plasma omeprazole. Pengobatan tanpa Indikasi terjadi pada pemberian KSR pada pasien karena hasil pemeriksaan laboratorium kadar kalium pasien normal serta pasien juga tidak sedang mengkonsumsi obat yang dapat menyebabkan hipokalemia.

Attachment (adhesion) is a connective tissue of fibrous like a ribbon formed between tissues with tissues or with organs that are not normally formed. Attachments are often formed as a result of injury during surgery. Patient data retrieval is done by prospective data retrieval method, with the criteria of patients at least 5 days treated and given at least 5 types of drugs. Patients conducted Drug Therapy Monitoring (PTO) as many as 3 patients. Recording of drug use is done every day considering that sometimes there is a change in the type of medicine given by the doctor related to the clinical condition of the patient. Monitoring of patient drug therapy was conducted in September 2020 by collecting patient data. The patient data collected in the form of medical record data and drug use record (kardeks). Monitoring of drug therapy was carried out on a patient named Mrs. LS in the Midwifery Room. The incoming diagnosis from the doctor who treated Mrs. LS was POD V Post Laparoscopy HTSOB With Retrograde Adhesiolysis but based on the information contained in the medical records, the patient also had an indication infected with the bacterium Mycobacterium tuberculosis, so that during therapy the patient was given tuberculosis treatment. Drug interaction problems occur in the use of pyrazinamide and rifampicin has a major level of drug interactions. pyrazinamide and rifampicin can simultaneously cause liver injury. While omeprazole and rifampicin have moderate levels of interaction, both interactions can lead to a decrease in plasma concentrations of omeprazole. Treatment without indication occurs in the administration of KSR in patients because the results of laboratory examination of potassium levels of normal patients and patients are also not taking drugs that can cause hypokalemia. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Fatkhur Rohman
"Penggunaan antibiotik yang tinggi pada pasien sepsis dapat memicu penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Upaya untuk memaksimalkan penggunaan antibiotik yang rasional merupakan salah satu tanggung jawab apoteker. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas dan kuantitas penggunaan antibiotik pada pasien sepsis di ruang rawat Intensive care unit (ICU) dengan metode Gyssens dan ATC/DDD dan mengevaluasi pengaruh intervensi apoteker dalam meningkatkan kualitas penggunaan antibiotik dan outcome terapi. Penelitian dilakukan secara prospektif selama periode Agustus-November 2018 dengan menggunakan rancangan studi pra eksperimen one grup pretest-posttest. Rekomendasi diberikan kepada penulis resep terhadap masalah ketidaktepatan penggunaan antibiotik yang ditemukan. Evaluasi kualitatif dengan metode Gyssens diperoleh hasil bahwa penggunaan antibiotik pada pasien sepsis yang rasional sebesar 85,09 % dan yang tidak rasional sebesar 14,91 %. Jenis antibiotik, jenis terapi antibiotik, jumlah antibiotik  dan lama penggunaan antibiotik berpengaruh terhadap kualitas penggunaan antibiotik. Intervensi meningkatkan ketepatan penggunaan antibiotik (0 % menjadi 64,71 %), menurunkan masalah pemilihan antibiotik (88,24 % menjadi 32,35 %), masalah lama pemberian antibiotik (5,88 % menjadi 0 %) dan masalah rute pemberian obat (5,88 % menjadi 0 %). Kualitas penggunaan antibiotik yang rasional dan yang tidak rasional berpengaruh terhadap hasil terapi. Kuantitas penggunaan antibiotik sebesar 63,84 DDD/patient-day dengan nilai terbesar pada antibiotik meropenem yaitu 32,91 DDD/patient-day.

High use of antibiotics in sepsis patients can lead to irrational use of antibiotics. Pharmacist has responsibility to improve appropriate antibiotics usage. This study was proposed to evaluate quality and quantity of antibiotics usage in sepsis patients in the Intensive care unit (ICU) ward with the Gyssens and ATC/DDD methods and evaluate whether intervention of pharmacy can improve quality of antibiotics usage and therapy outcome. The study was conducted prospectively during the period August - November 2018 using pre experiment one grup pretest-posttest design. Recommendations were given to prescribers to solve the problems of inappropriate antibiotics usage. Qualitative evaluation using that about 85.09 % antibiotic prescriptions were appropriate, and 14.91 % were inappropriate. Type of antibiotics, type of antibiotic therapy, total and duration antibiotics used by patients have effect on quality and quantity antibiotics usage. Intervention of pharmacist improve appropriateness of antibiotics (0% to 64.71 %), decrease drug choice problems (88.24 % to 32.35 %), duration problems (5.88 % to 0 %) and route of administration problems (5.88 % to 0 %). Appropriate used of antibiotics had significant different effect to outcome therapy compare with inappropriate used of antibiotics. The quantity of antibiotic use is 63.84 DDD/patient-day with the greatest value on meropenem antibiotics is 32.91 DDD/patient-day."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T53678
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afina Irsyania Zulfa
"ABSTRAK
Profesi apoteker mempunyai tanggung jawab dan peranan penting dalam pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit dan Apotek salah satunya untuk mengoptimalkan terapi yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien. Apoteker harus memenuhi standar kompetensi sebagai persyaratan untuk memasuki dunia kerja dan menjalani praktik profesi. Standar kompetensi apoteker Indonesia terdiri dari sepuluh standar kompetensi sebagai bentuk dari suatu kemampuan yang diharapkan oleh apoteker saat lulus dan masuk ke tempat praktik kerja profesi. Sebagai bekal dan pengalaman calon apoteker untuk dapat memahami peran apoteker dan meningkatkan kompetensi, maka dilaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker di RSUP Fatmawati dan Apotek PD Bhakti Husada Wonosobo periode bulan Februari-Juni tahun 2020.

ABSTRACT
The pharmacist profession has an important responsibility and role in pharmacy services in hospitals and pharmacies, one of which is to optimize therapy that aims to improve the quality of life of patients. Pharmacists must have competency standards as requirements to enter the real  of work and undergo professional practice. Indonesian pharmacist competency standards consist of ten competency standards as a form of ability expected by pharmacists when they graduate and enter the professional work practice. As a provision and experience of pharmacists candidate to be able to understand the role of pharmacists and improve competence, the Professional Work Practice of Pharmacists at Fatmawati Central General Hospital and Apotek PD Bhakti Husada Wonosobo for the period February-June 2020. "
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Meningkatnya kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam pengobatan dan
berkembangnya polifarmasi, memungkinkan terjadinya interaksi obat makin
besar. Berdasarkan hasil analisa resep pasien ICU di depo farmasi IGD dan IRI
bulan Agustus 2008, didapatkan berbagai interaksi obat berdasarkan literatur
yang meliputi : 44 % interaksi farmakodinamik, 34,5 % interaksi farmasetik dan
21,5 % interaksi farmakokinetik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh
banyaknya item obat dan makanan yang diberikan kepada pasien dengan interaksi
obat ? obat dan interaksi obat ? makanan yang terjadi. Survei yang dilakukan pada
70 pasien yang dirawat di ruang ICU RSUP Fatmawati periode Maret ? April
2010 berdasarkan instruksi harian dan rekam medik pasien. Dari hasil survei
menunjukan bahwa sebagian besar interaksi obat ? obat yang terjadi merupakan
interaksi farmakodinamik (54,87 %) dan farmakokinetik (20,35 %) dan farmasetik
(24,78 %). Interaksi yang banyak terjadi, umumnya adalah obat-obat golongan
diuretik (furosemid). Interaksi obat ? makanan yang terjadi secara farmakokinetik
(68,18 %) dan farmakodinamik (31,82 %). Berdasarkan perhitungan Chi Square
Test ada hubungan antara jumlah obat yang diberikan secara bersamaan dengan
banyaknya interaksi obat ? obat yang terjadi dan tidak ada hubungan antara
jumlah makanan yang diberikan secara bersamaan dengan banyaknya interaksi
obat ? makanan yang terjadi."
Universitas Indonesia, 2010
S33196
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rezki Yuni Adelia
"Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memastikan terapi obat aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Pemantauan terapi obat dilakukan dengan menganalisis pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi, reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD), serta rekomendasi perubahan maupun alternatif terapi. Pemantauan terapi obat telah termasuk sebagai salah satu pelayanan farmasi klinis pada standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, puskesmas, dan apotek yang diatur oleh kementerian kesehatan RI. Sepsis merupakan respons sistemik pejamu terhadap infeksi, saat patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi proses inflamasi. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan dengan tingkat kejadian kasus serta kematian yang cukup tinggi dan terus meningkat di seluruh dunia. Meskipun telah terdapat berbagai panduan terkait terapi sepsis yang dibuat oleh para ahli untuk menurunkan angka kematian akibat sepsis, minimnya pengetahuan SDM, ketersediaan pemeriksaan penunjang dan modalitas terapi menjadi alasan sulitnya pengimplementasian panduan terapi sepsis secara menyeluruh di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data menggunakan metode retrospektif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari rekam medis pasien yang kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah terdapat masalah terkait obat atau DRP (Drug Related Problem). Data yang diambil berupa data identitas pasien, kajian status klinik, hasil pemeriksaan penunjang, dan profil penggunaan obat. Daari data yang dikumpulkan, dilakukan beberapa analisis, yakni interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium, analisis penggunaan antibiotik, analisis ketepatan terapi, dan analisis masalah terkait obat/DRP. Berdasarkan hasil pemantauan terapi obat, dapat disimpulkan bahwa pengobatan yang diberikan mayoritas sudah sesuai dan tidak ada masalah. Namun, terdapat beberapa masalah terapi yang kemudian dianalisis DRP nya dengan metode SOAP pada pasien. Solusi yang diberikan yaitu perlunya dilakukan pengecekan terhadap masalah terapi obat yang muncul terutama potensi interaksi obat bagi pasien yang mendapatkan obat polifarmasi, serta selalu melakukan pemantauan terhadap tanda-tanda vital pasien maupun pemeriksaan lab apabila ada kemungkinan muncul efek samping obat.

Drug therapy monitoring is an activity carried out to ensure the drug therapy is safe, effective and rational for patients. Drug therapy monitoring is carried out by analyzing drug choices, dosages, methods of drug administration, therapeutic response, adverse drug reactions (ADR), as well as recommendations for changes or alternative therapies. Drug therapy monitoring has been included as one of the clinical pharmacy services at pharmaceutical service standards in hospitals, health centers, and pharmacies regulated by the Indonesian Ministry of Health. Sepsis is a systemic response of the host to infection, when pathogens or toxins are released into the blood circulation resulting in the activation of the inflammatory process. Sepsis is a health problem with a high incidence of cases and deaths and continues to increase throughout the world. Although there have been various guidelines related to sepsis therapy made by experts to reduce mortality, the lack of knowledge of human resources, the availability of supporting examinations, and therapeutic modalities are the reasons for the difficulty in implementing comprehensive sepsis therapy guidelines in Indonesia. This research was carried out by collecting data using a retrospective method. Data collection was carried out by taking data from the patient's medical record which was then analyzed to find out whether there were drug-related problems or DRP. The data taken including the patient identity data, clinical status studies, results of supporting examinations, and drug use profiles. From the data collected, several analyzes were carried out, namely interpretation of laboratory examination results, analysis of antibiotic use, analysis of appropriateness of therapy, and analysis of drug-related problems/DRP. Based on the results of drug therapy monitoring, it can be concluded that the majority of the treatment given is appropriate and there are no problems. However, there were several potential therapeutic problems which were then analyzed by DRP using the SOAP method in patients. The solution given is the need to check drug therapy problems that arise, especially the potential for drug interactions for patients receiving polypharmacy drugs, and always monitor the patient's vital signs and lab tests if there is a possibility of drug side effects."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>