Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85993 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alkindi Hakim
"Restorasi ekosistem merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem pada hutan yang telah rusak dan peningkatan kapasitas masyarakat lokal yang ada disekitarnya. Salah satu hutan restorasi ekosistem di Indonesia adalah Hutan Harapan yang dikelola oleh PT. Restorasi Ekosistem Indonesia. Perubahan hutan produksi menjadi kawasan lindung berdampak pada kehidupan masyarakat desa Sako Suban yang terletak di sekitar wilayah konsesi PT. REKI. Penelitian ini membahas dampak mata pencarian masyarakat Sako Suban akibat kebijakan restorasi ekosistem. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi lapangan. Hasil perolehan data dianalisis dengan konsep mata pencarian berkelanjutan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa usaha merestorasi ekosistem mempersempit ruang gerak masyarakat Desa Sako Suban yang bermata pencarian mengandalkan hasil hutan. Akan tetapi untuk menciptakan mata pencarian berkelanjutan tidak dapat hanya memberikan tekanan dan hukuman kepada pelanggar peraturan. Tetapi masyarakat diberikan alternatif mata pencarian agar dapat berkolaborasi dalam mengkonservasi hutan.

Ecosystem restoration is a government program that aims to restore ecosystems' balance to damaged forests and increase the capacity of local communities around them. One of the ecosystem restoration forests in Indonesia is Hutan Harapan, which is managed by PT. Indonesian Ecosystem Restoration. The conversion of the production forest into a protected area impacts the people of Sako Suban village, which is located around the concession area of PT. REKI. This research discusses the impact of the livelihoods of the Sako Suban community due to ecosystem restoration policies. Collecting data used in this study were interviews and field observations. The results of data acquisition were analyzed using the concept of sustainable livelihoods. This study's results indicate that efforts to restore the ecosystem narrowed the space for Sako Suban Village people, whose eyes were to rely on forest products. However, creating sustainable livelihoods can not only provide pressure and punishment to rule-breakers. But the community is given alternative livelihoods so that they can collaborate in conserving forests"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Joni Haryadi D.
"Mangrove ecosystem has been studied by many researchers in several topics, such as mangrove density, litter production and decomposition rate, nutrients dynamic, and structure of aquatic organism communities. Since their studies are incomplete, the comprehensive study about mangrove ecology as a unity of vegetations, water and sediment environments, and their relationships on the aquatic organisms, specifically plankton and infernal macrobenthic need more attention. The research was conducted at Blanakan mangrove pond from March - October 2008 which diveded into 4 sampling site such as tambak terbuka (TB), tambak tumpang sari (TS), tambak tanah timbul (IT) and tambak perhutani (TP). The aims of this research were to know and to analysis; (1) standing stock, structure, and composition of mangrove vegetation at Blanakan mangrove pond, (2) production and decomposition of mangrove litter, (3) abiotic factors, (4) the potency of nutrients, (5) the structure of plankton and infaunal macrobenthic Blanakan mangrove pond."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
D1254
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Cita
"ABSTRAK
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan R.I. Nomor 756/KPTSII/90 tertanggal 17 Desember 1990. Kelengkapan peraturan seperti tersebut merupakan unsur penting dalam suatu sistem pengelolaan taman nasional. Namun yang lebih penting lagi adalah dukungan dan peranserta masyarakat.
Dukungan dan peranserta masyarakat itu hanya akan diperoleh, apabila di satu pihak taman nasional ini dapat meberikan manfaat nyata bagi masyarakat, dan di pihak yang lain, masyarakat memahami bahwa, eksistensi taman nasional ini penting bagi generasi mendatang sehingga perlu dilestarikan. Akan tetapi di dalam kenyataannya bahwa, taman nasional ini relatif belum dapat mendorong pemanfaatan secara rasional dari kawasan marginal, sementara masyarakat untuk sebagian besar kehidupannya bergantung pada sumberdaya alam yang ada di hutan, yang pada umumnya dimanfaatkan atas dasar hak-hak tradisional. Aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam yang dibutuhkan oleh masyarakat demi kelangsungan hidupnya, diduga mempunyai dampak terhadap ekosistem Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak aktivitas masyarakat terhadap ekosistem Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, serta pola-pola bagi aktivitas masyarakat yang menimbulkan dampak tersebut. Untuk itu, lokasi penelitian ditetapkan di dalam kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dan di wilayah pedesaan sekitarnya. Penelitian di dalam kawasan dilakukan dengan cara pengamatan terutama pada unit-unit pengamatan tertentu, yaitu di sepanjang jalan setapak, lintasan satwa, tempat makan satwa, daerah rawa, sungai dan kawasan marginal. Tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan fisik kawasan, potensi flora maupun fauna serta tingkat pengelolaan taman nasional ini. Sedangkan penelitian terhadap masyarakat di sekitarnya dilakukan dengan menggunakan schedule terhadap 150 unit sampel yang ditarik secara multiple stage random sampling. Di samping itu dilakukan pula wawancara terhadap sejumlah responden. Tujuannya adalah untuk mengetahui pola-pola bagi aktivitas masyarakat yang diduga menimbulkan dampak terhadap ekosistem Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. "
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The ecological role of mangrove ecosystem is economically, socially and physically, highly significant. Despite the many benefits provided by mangroves, they tend to be under intense pressure from competing resource used by local vullagers, in particular, as firewood, or charcoal. The ecosystem is typically crucial, hence the benefits and values need to identify and estimate economically. The objectives of this research are: (1) to identify economic values of mangroves based on ecosystem benefits; and (2) to estimate total economic value (TEV) of "use-value" and "non-use value" of mangroves. The method of economic valuation was applied to estimate TEV based on the benefits of mangroves ecosystem (direct-use value, indirect-use, option use, and existence use values). Results of this research are as follows. (1) Functions and benefits of the mangrove ecosystem in the village of Tawiri Consisted of direct-use (fuel wood collection for the subsistence needs of local villagers, wild animals used by humans for subsistence purposes, near by fishing activities); indirect-use (natural barrier to shoreline erosion, highly nutritious food source for animals in the mangrove area), option use (biodiversity bnfits), and existence use (WTP). (2) The TEV of mangrove was Rp 24,887,887 per year, consisting of direct-use value of Rp 11,299,500 per year (45.40%), indirect-value of Rp 9,098,077 per year (36.56%), exixtence value of Rp 4,083,750 per year (16.41%) and optionvalue of Rp 406,560 per year (1.63%)."
JUORMAN
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ella Whidayanti
"Pesisir Barat Kabupaten Pandeglang yang menghadap Selat Sunda merupakan daerah yang rawan terhadap terjadinya bencana alam. Tinggi gelombang dan pasang surut air laut, termasuk tsunami merupakan bencana yang sering melanda pesisir tersebut. Eksosistem mangrove yang merupakan bagian dari ekosistem pesisir memiliki peranan penting dalam mengurangi bencana alam akibat gelombang air laut. Di samping dapat mengurangi terjadinya abrasi, sistem perakaran mangrove dapat menahan laju sedimentasi. Sehingga akan memperluas garis pantai atau akresi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekosistem mangrove terhadap perubahan garis pantai yang berupa abrasi dan akresi dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 2010 hingga 2020. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan Remote Sensing dan teknologi GIS. Pengumpulan data menggunakan citra satelit Landsat 7 ETM+ Tahun 2010, Landsat 8 OLI/TRS Tahun 2015 dan 2020. Pengolahan data spasial menggunakan google earth engine, software ArcGIS 10.6 dan ENVI 5.3. Data perubahan ekosistem mangrove diperoleh dengan menggunakan metode NDVI. Teknis GIS digunakan untuk analisis data laju perubahan garis pantai secara spasial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari tahun 2010 hingga 2020, ekosistem mangrove selalu mengalami perubahan setiap periodenya. Ekosistem mangrove di sepanjang pesisir Kabupaten Pandeglang mengalami penambahan dari tahun 2010 hingga 2015, namun kembali berkurang pada tahun 2020 akibat bencana tsunami Banten tahun 2018. Perubahan ini tentunya juga mempengaruhi terjadinya perubahan garis pantai. Berdasarkan hasil analisis statistik, penurunan luas mangrove mempunyai pengaruh sebesar 48,63% terhadap luas abrasi dan penambahan luas mangrove mempunyai pengaruh sebesar 51,7% terhadap luas akresi. Secara spasial penelitian ini menunjukkan penurunan dan penambahan luas mangrove berbanding lurus dengan perubahan luas abrasi dan akresi.

The coastal area of Pandeglang Regency , which faces the Sunda Strait, is prone to natural disaters. As the high wave tides, and in same periode including tsunami, are the named type of disasters that frequently hit the area. Mangrove ecosystem that are the part of coastal ecosystems have an importance role in reducing natural disasters caused by seawater waves. In addition to preventing abrasion, the mangrove root system can hold sediment. So that it will expand the coastline or accretion. This study aims to determine the effect of existence of mangrove ecosystems on coastline change in the form of abrasion and accretion within ten years during 2010 to 2020. The research method uses remote sensing and GIS Technology. The remote sensing data collection uses is separate into Landsat 7 ETM+ for 2010 and Landsat 8 OLI/TRS for 2015 and 2020. Spatial data processing using google earth engine, ArcGIS 10.6 and ENVI 5.3 software. Mangrove ecosystem change data is obtained using NDVI method. GIS technology is used for spatial analysis of coastline change rate data. As a result of this study show that during 2010 to 2020, mangrove ecosystems always change every period. Mangrove ecosystems along the coastal area of Pandeglang Regency increased during 2010 to 2020, but decreased in 2020 caused by Banten Tsunami disaster in 2018. This change certainly also affects the change of coastline. Based on the results of statistical analysis, the decrease in mangrove area has an influence of 48.68% on the area of abrasion, and the addition of mangrove area has an influence of 51.7% on the area of accretion. Spatially revealed that the decrease and the addition of mangrove area is proportional to the area changes abrasion and accretion."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemanfataan sumberdaya alam melebihi daya dukungnya , akan memicu terjadinya bencana lingkungan . Situasi ini mengharuskan kita belajar dari perilaku masyarakat adat dalam mengelola lingkungan. Secara ekologis manusia memiliki keterikatan dan ketergantungan dengan alam sekitarnya dalam membentuk keseimbangan lingkungan...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Munawaroh
"Banyaknya jasa yang diberikan oleh ekosistem kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dilihat dapat memberikan kontribusi pada kesejahteraan manusia. Seperti halnya danau sebagai perairan darat yang dapat memberikan manfaat untuk manusia, seperti penyediaan makanan, sebagai penampungan air dan penyedia air, kegiatan rekreasi, nilai edukasi, transportasi, dan olahraga. Melihat hal tersebut, penelitian ini membahas terkait dengan jasa ekosistem budaya dan kontribusinya pada kesejahteraan manusia di Setu Babakan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini, informan yang dipilih berdasarkan pada teknik non-probability sampling dan bentuk yang digunakan adalah purposive sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik studi literatur, wawancara, dan observasi. Informan dalam penelitian mencakup pekerja, pengunjung, organisasi masyarakat, pemancing, dan pedagang. Setu Babakan merupakan sebuah danau di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Berawal dari sumber mata air, kini Setu Babakan dimanfaatkan sebagai kawasan wisata air di Perkampungan Budaya Betawi (PBB). Berangkat dari kerangka Millennium Ecosystem Assessment, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jasa ekosistem budaya di Setu Babakan, seperti nilai pendidikan, sense of place, rekreasi, hubungan sosial, nilai-nilai warisan budaya, dan nilai-nilai spiritual dan agama berkontribusi pada kesejahteraan manusia. Unsur kesejahteraan manusia yang terpenuhi dari adanya Nilai pendidikan tidak berkaitan dengan unsur kesejahteraan secara langsung. Selanjutnya sense of place memberikan hubungan yang baik. Fungsi rekreasi yang memberikan kesehatan, keamanan personal, hubungan sosial yang baik, dan kebebasan memilih dan bertindak. Hubungan sosial memberikan kesejahteraan dalam keamanan dari bencana alam yang mengakibatkan kerugian ekonomi, dapat terpenuhinya kebutuhan dasar yang layak, dan terciptanya hubungan sosial yang baik. Nilai-nilai warisan budaya dapat memberikan kesejahteraan dalam hubungan sosial relasi yang baik berupa mengekspresikan nilai-nilai budaya. Terakhir, nilai-nilai spiritual dan agama berkaitan dengan hubungan sosial yang baik dengan mengekspresikan nilai-nilai budaya dan spiritual. Dengan adanya jasa ekosistem budaya, kesejahteraan manusia baik dari kebutuhan material, sosial, dan spiritual dapat terpenuhi.

The many services that ecosystems provide to humans to meet their daily needs are considered to contribute to human well-being. Such as lakes as inland waters that can provide benefits to humans such as food supply, as a water reservoir and water provider, recreational activities, educational value, transportation and sports. Seeing this, this research discusses related to cultural ecosystem services and their contribution to human well-being in Setu Babakan. This research uses a qualitative research method with a descriptive research type. In this study, informants were selected based on non-probability sampling techniques and the form used was purposive sampling. While the data collection techniques in this study used literature study techniques, interviews and observations. Informants in the study included employees, visitors, community organization, fishermen and traders. Setu Babakan is a lake located in Jagakarsa, South Jakarta. Originally a spring, Setu Babakan is now used as a water tourism area in the Betawi Cultural Village (PBB). Based on the Millennium Ecosystem Assessment framework, the results of this study show that cultural ecosystem services in Setu Babakan, such as educational values, sense of place, recreation, social relations, cultural heritage values, and spiritual and religious values, contribute to human well-being. The element of human well-being fulfilled by the value of education is not directly related to the element of well-being. A sense of place provides good social relationships. Recreational functions that provide health, personal security, good social relations, and freedom of choice and action. Social relations provide well-being in the form of safety from natural disasters that cause economic losses, the basic material for a good life, and the creation of good social relations. Cultural heritage values can provide well-being in the form of good social relations by expressing cultural values. Finally, spiritual and religious values are related to good social relations through the expression of cultural and spiritual values. With the existence of cultural ecosystem services, human well-being can be met in terms of material, social and spiritual needs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Dwi Lestari
"Kajian ini merupakan karya akhir dari disiplin ilmu Kesejahteraan Sosial, yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai topik jasa ekosistem khususnya ekosistem lamun yang mempunyai peran dalam kesejahteraan masyarakat pesisir. Ekosistem lamun adalah salah satu dari tiga ekosistem yang mempunyai peran penting di pesisir, selain terumbu karang dan mangrove. Indonesia adalah negara yang mempunyai jumlah lamun tertinggi di Asia Tenggara, akan tetapi masih belum banyak penelitian yang membahas mengenai ekosistem ini, terlebih dalam kaitannya dengan aspek kesejahteraan sosial. Metode penulisan yang digunakan dalam kajian literatur ini adalah tinjauan naratif dengan menggunakan data-data sekunder yang ditelusuri pada November-Desember 2022 melalui Google Scholar, Connected Papers, dan Open Knowledge Maps dengan kata kunci “ekosistem lamun”, “jasa ekosistem lamun”, “ekosistem lamun dan masyarakat pesisir”, “seagrass dan coastal people”, dan “seagrass fisheries Indonesia” untuk mendapatkan informasi mengenai ekosistem lamun, jasa ekosistem yang diberikan, dan juga kesejahteraan masyarakat sekitarnya yang akan digunakan untuk menunjang kajian ini. Selanjutnya bahan-bahan yang berisi tentang tema jasa ekosistem dan kaitannya dengan kesejahteraan manusia tersebut akan dianalisis untuk menjawab tujuan kajian ini. Lamun sebagai sebuah ekosistem memberikan jasa ekosistem yang dapat dimanfaatkan oleh manusia yang tinggal di sekitar ekosistem tersebut, yaitu masyarakat pesisir. Dari hasil kajian, diketahui bahwa ekosistem lamun memberikan manfaat untuk masyarakat pesisir melalui adanya perikanan yang dapat bermanfaat untuk mata pencaharian dan juga menyediakan rasa aman pangan, di mana keduanya akan berkontribusi terhadap kondisi kesejahteraan. Selain itu, ekosistem lamun juga berperan dalam penyerapan karbon yang nantinya akan berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim. Adanya pemahaman mengenai jasa ekosistem yang diberikan oleh lamun dapat menjadi informasi penting bagi para pemangku kepentingan dalam merumuskan upaya pengelolaan lamun secara tepat, baik melalui rehabilitasi maupun konservasi.

This study is the final work of the Social Welfare discipline, which aims to provide an overview of ecosystem services, especially seagrass ecosystems that have a role in the welfare of coastal communities. The Seagrass ecosystem is one of three ecosystems that have an essential part in the coast, besides coral reefs and mangroves. Indonesia is a country that has the highest number of seagrasses in Southeast Asia. However, there are still not many studies discussing this ecosystem, especially about social welfare aspects. The writing method used in this literature review is a narrative review using secondary data traced in November-December 2022 through Google Scholar, Connected Papers, and Open Knowledge Maps with the keywords “ekosistem lamun”, “jasa ekosistem lamun”, “ekosistem lamun DAN masyarakat pesisir”, “seagrass AND coastal people”, and “seagrass fisheries Indonesia” to obtain information about seagrass ecosystems, the ecosystem services provided, and also the welfare of the surrounding communities which will be used to support this study. Furthermore, the materials containing the theme of ecosystem services and their relation to human welfare will be analyzed to answer the objectives of this study. Seagrass as an ecosystem provides ecosystem services that can be utilized by humans who live around the ecosystem, namely coastal communities. From the results of the study, it is known that seagrass ecosystems benefit coastal communities through the existence of fisheries that can be beneficial for livelihoods and provide a sense of food security, both of which will contribute to welfare conditions. In addition, seagrass ecosystems also play a role in carbon sequestration, which will later contribute to climate change mitigation. Understanding the ecosystem services of seagrass can be important information for stakeholders in formulating appropriate seagrass management efforts through rehabilitation and conservation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Pangestu Kuswana
"Konversi hutan mangrove menjadi lahan tambak adalah salah satu penyebab utama terjadinya penurunan luas hutan mangrove. Pesisir Kabupaten Karawang mengalami penurunan luas mangrove dari seluas 2.66,3 ha (1972) menjadi seluas 233,7 ha (2013). Pemanfaatan ekosistem hutan mangrove di Desa Sedari ini tidak diimbangi dengan pemahaman akan pentingnya kelestarian ekosistem hutan mangrove di kemudian hari. Tujuan dari riset ini adalah mengidentifikasi jasa lingkungan dari hutan mangrove, menghitung nilai ekonomi hutan mangrove, dan menganalisis potensi skema pembayaran jasa lingkungan dalam pengelolaan ekosistem mangrove berkelanjutan di Desa Sedari. Riset ini menggunakan pendekatan kuantitatif. pengumpulan data primer dan data sekunder dilakukan dengan metode kuesioner kepada 45 responden petani tambak dan observasi lapangan. data dianalisis dengan Model Burkhard dan statistik deskriptif. Potensi skema PES divalidasi oleh tenaga ahli PES. Hasil yang diperoleh, jasa-jasa lingkungan dari hutan mangrove yang utama dirasakan masyarakat adalah pelindung dari abrasi pantai dan daerah tangkapan ikan, kepiting serta udang. Nilai proksi ekonomi total ekosistem hutan mangrove di Desa Sedari sebesar Rp. 8.394.459.800/tahun dengan nilai bersih sekarang (NPV) dihitung untuk jangka waktu 10 tahun, menggunakan tingkat suku bunga 8% sebesar Rp. 61,0720655,400. Potensi skema PES yang dapat diterapkan di Desa Sedari adalah antara kelompok OTAP sebagai aktor penyedia jasa lingkungan/seller, masyarakat Sedari yang berasosiasi dengan hutan mangrove (petani tambak, nelayan, dan petani sawah) sebagai buyer dan pemerintah daerah/PERHUTANI/LSM yang menjadi fasilitator. Nilai willingness to pay/WTP yang harus dibayarkan oleh buyer untuk pengelolaan ekosistem hutan mangrove di Desa Sedari sebesar Rp. 1.324.054/ha/tahun. Sebaliknya, nilai willingness to accept/WTA yang akan diterima secara tidak langsung oleh pihak petani tambak sebesar Rp. 24.374.324 ha/tahun untuk keberlanjutan ekosistem hutan mangrove di masa mendatang.

Land conversion of mangrove forests into fishponds is one of the main causes of the decline of mangrove forest area at Indonesia. Mangrove in the coastal area of Karawang District has declined from an area of 2699,3 ha (1972) became an area of 233,7 ha (2013). Utilization of mangrove forest ecosystems in Sedari village is not matched by an understanding of the importance of conservation of mangrove forest ecosystems in the future. The aims of this research are to identify the ecosystem services of mangrove forests, calculate the economic value of mangrove forests, and to analyze the potential for payment for ecosystem services in the sustainable management of mangrove ecosystems that can be applied in Sedari village. This research uses a quantitative approach. The collection of primary data and secondary data was conducted by questionnaire to 45 respondents (Fishpond?s farmer). Data were analyzed with descriptive statistics and Burkhard Model. The potential for PES schemes is validated by PES experts. The results obtained, the main ecosystem services of the mangrove forest choosed by communities is protecting the coastal area from erosion and mangrove as fishing ground, spaing ground and nursery ground for fish, crabs and shrimp. A proxy for the total economic value of mangrove forest ecosystems in the Sedari village is Rp. 8.394.459.800/year. Net present value (NPV) is Rp. 61,072,655,400. The NPV was calculated for a period of 10 years and discount rate of 8%. The potential for PES schemes that can be applied in the Sedari village is among a group of OTAP as ecosystem seller, all Sedari communities that associated with mangrove forests (fishpond farmers, fishermen and rice farmers) as ecosystem buyer and the local government/PERHUTANI/NGO as intermediaries/facilitators. The value of willingness to pay/WTP to be paid by the buyer for sustainable management of mangrove ecosystems in the village is Rp 1,324,054/ha/year. Meanwhile, the value of willingness to accept/WTA to be accepted indirectly by the fish farmers is Rp. 24,374,324 ha / year for the sustainability of mangrove forest ecosystems in the future."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>