Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110669 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfiana Hadiyanti
"Analisis resep merupakan kegiatan pengkajian resep yang diterima oleh instalasi farmasi untuk di cek secara administratif, farmasetis, dan pertimbangan klinis, serta di lakukan pengkajian masalah terkait obat (DRP) dan cara pengatasannya. Tujuan analisis resep penyakit diabetes ini yaitu untuk mengetahui pengobatan diabetes yang sering diresepkan dalam dunia pekerjaan, serta mengetahui adanya komplikasi dengan penyakit lainnya atau tidak. Melakukan pengkajian/analisis resep pengobatan diabetes agar tercapai terapiyang aman, rasional, dan efektif. Metode yang digunakan Studi literatur obat-obatan yang digunakan pada penyakit diabetes. Mengumpulkan resep yang mengandung obat-obat antidiabetes di Apotek Roxy Depok. Skrining dan analisa obat-obat dalam resep serta ketersediaan obat di apotek. Berdasarkan resep-resep yang ditemui umumnya pengobatan diabetes sudah sesuai dengan lini pengobatan yang ada dan pada umumnya pasien diabetes mengalami komplikasi dengan penyakit lainnya. Berdasarkan pengkajian skrining dan analisis resep/copy resep, secara administratif masih terdapat beberapa informasi yang kurang lengkap. Untuk aspek kesesuaian farmasetis dan pertimbangan klinis (analisis DRP) secara umum dapat diakatakan sesuai, aman, rasional, dan efektif.

Prescription analysis is an activity of reviewing prescriptions that are accepted by pharmaceutical installations for administrative, pharmaceutical, and clinical considerations, as well as an assessment of drug-related problems (DRP) and how to overcome them. The purpose of this diabetes prescription analysis is to determine the diabetes treatment that is often prescribed in the world of work, as well as to find out whether there are complications with other diseases or not. Conducting assessment/analysis of diabetes medication prescriptions in order to achieve safe, rational, and effective therapy. Methods used Literature study of drugs used in diabetes. Collecting prescriptions containing antidiabetic drugs at Apotek Roxy Depok. Screening and analysis of prescription drugs and drug availability in pharmacies. Based on the prescriptions found, generally diabetes treatment is in accordance with existing treatment lines and in general diabetes patients experience complications with other diseases. Based on screening studies and analysis of prescriptions/copies of prescriptions, administratively there are some incomplete information. For aspects of pharmaceutical suitability and clinical considerations (DRP analysis) in general, it can be said that it is appropriate, safe, rational, and effective."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyowati Tuminah
"Latar belakang: Hipertensi, DM, dan stres psikologis masih menjadi masalah kesehatan yang belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Tujuan: menilai kejadian hipertensi dan besaran risiko akibat efek gabungan antara DM dan stres psikologis pada orang dewasa. Metode: Analisis menggunakan data sekunder Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (FRPTM). Disain studi yaitu studi kohor retrospektif. Populasi: Data penduduk berusia 25 tahun ke atas (saat baseline) yang menjadi responden Studi Kohor FRPTM di Kota Bogor, Jawa Barat. Inklusi: Data yang lengkap pada wawancara/pengukuran/ pemeriksaan. Eksklusi: Data subyek yang hipertensi saat baseline. Sampel: Data penduduk berusia 25 tahun ke atas (saat baseline) yang menjadi responden Studi Kohor FRPTM di Kota Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 3165 data subyek dianalisis dengan regresi Cox. Hasil: Hipertensi yang ditemukan sebanyak 207 orang (6,6%). Relative risk (RR) untuk terjadinya hipertensi akibat adanya efek gabungan antara DM dan stres psikologis sebesar 2,20 dengan 95% CI (1,030—4,711) setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan obesitas. Interaksi yang didapatkan bersifat sinergis (positif). Kejadian hipertensi yang disebabkan karena interaksi sebesar 30%. Kesimpulan: Kelompok subyek dengan DM dan stres psikologis berisiko untuk terjadinya hipertensi sebesar 2,20 kali lebih tinggi dibandingkan kelompok subyek tanpa DM dan tanpa stres psikologis dengan hubungan yang bermakna secara statistik. Kata kunci: Diabetes, stres psikologis, hipertensi

Background: Hypertension, DM, and psychological distress are still health problems that cannot be fully controlled. Purpose: to assess the proportion of hypertension and the magnitude of the risk due to the combined effect of DM and psychological distress in adults. Methods: Analysis using secondary data of Cohort Study on Non-Communicable Disease Risk Factors (NCDRF). The study design was a retrospective cohort study. Population/sample: Data of respondents of the NCDRF Cohort Study in Bogor City, West Java aged 25 years and over (at baseline). Inclusions: Complete data on interviews/ measurements/examinations. Exclusion: Data of hypertensive subjects at baseline. A total of 3165 subject data were analyzed with Cox regression. Results: Hypertension was found in 207 people (6.6%). The relative risk (RR) for the occurrence of hypertension due to the combined effect of DM and psychological distress is 2.20 with a 95% CI (1.030-4.711) after controlling for gender and obesity. The interactions obtained are synergistic (positive). The incidence of hypertension caused by interactions is 30%. Conclusion: The group of subjects with DM and experiencing psychological stress has a risk of developing hypertension by 2.20-fold higher rather than the group of subjects without DM and without psychological distress with a statistically significant association.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Artha Rani
"Standar yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016, dimana kegiatan pengkajian resep dimulai dari persyaratan administrasi, persyaratan farmasetika dan persyaratan klinis. Apotek Kimia Farma 202 Kejayaan adalah salah satu apotek yang melayani resep BPJS dan non BPJS, dengan jumlah resep masuk rata-rata 100 resep perhari. Banyaknya resep yang diterima memerlukan proses penanganan yang tepat dan cepat, termasuk resep-resep untuk terapi diabetes. Resep tersebut kemudian dianalisa kelengkapannya dan diidentifikasi, sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien untuk mendapatkan outcome terapi yang optimal serta mendukung pelaksanaan keamanan pada pasien di Apotek Kimia Farma 202 Kejayaan.

The standards used in this study are based on the Regulation of the Minister of Health no. 73 of 2016, where prescription review activities start from administrative requirements, pharmaceutical requirements and clinical requirements. Kimia Farma 202 Kejayaan Pharmacy is a pharmacy that serves BPJS and non-BPJS prescriptions, with an average number of incoming prescriptions of 100 prescriptions per day. The large number of prescriptions received requires a precise and fast handling process, including prescriptions for diabetes therapy. The prescription is then analyzed for completeness and identified, so that it is hoped that it can help improve the quality of service to patients to obtain optimal therapeutic outcomes and support the implementation of patient safety at the Kimia Farma 202 Kejayaan Pharmacy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Rahmanida
"Pada tahun 2021 dari 25 Puskesmas di Kota Bogor hanya sekitar 12 puskesmas yang mencapai target keberhasilan SPM 100%. Penderita diabetes melitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar sebanyak 17.431 sekitar (88,5%) saja. Pendekatan kolaborasi interprofesional dalam pelayanan DM di puskesmas menjadi sangat penting untuk keterpaduan lintas program, sehingga meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil kesehatan pasien DM. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis praktik kolaborasi interprofesional pada petugas kesehatan pemberi pelayanan diabetes melitus di Puskesmas Kota Bogor. Metode penelitian ini deskriptif analitik menggunakan desain mixed method sequential explanatory, populasi seluruh petugas kesehatan pelayanan DM, sampel dengan total sampling. Data kuantitatif didapatkan menggunakan kuesioner Collaborative Practice Assessment Tool (CPAT) dan data kualitatif didapatkan dengan wawancara mendalam. Didapatkan 144 petugas kesehatan pemberi pelayanan DM yang berprofesi dokter PTM, perawat PTM, petugas obat atau apoteker, petugas laboratorium medis, dan ahli kesehatan masyarakat (ahli gizi, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan). Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dengan uji statistik chi-square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil persepsi kolaborasi interprofesional pada petugas kesehatan pemberi pelayanan diabetes melitus di Puskesmas Kota Bogor cukup baik dengan nilai rerata 75,65. Terdapat 3 variabel yang berhubungan dengan praktik kolaborasi interprofesional, yaitu niat berbagi ilmu, iklim tim dan konflik tim. Iklim tim merupakan variabel yang dominan berhubugan dengan praktik kolaborasi interprofesional. Petugas dengan persepsi iklim tim yang positif berpeluang 3,48 kali untuk melakukan praktik kolaborasi interprofesional yang baik dibandingkan responden dengan iklim tim yang negatif (aOR=3,28 95% CI 1,345-9,018). Kesimpulan salah satu strategi meningkatkan capaian target SPM pelayanan DM dengan mengembangkan praktik kolaborasi interprofesional pada petugas kesehatan pelayanan DM di Puskesmas Kota Bogor melalui penguatan program IPE (Interprofessional Education), mengadakan capacity building, dan meningkatkan apresiasi atau penghargaan pada setiap pencapaian anggota tim sehingga termotivasi untuk memberikan pelayanan kesehatan DM yang sesuai standar.

Only 12 of the 25 at Bogor City public health center can achieve 100% success by 2021. Approximately 17,431 people with diabetes mellitus (88.5%) receive standard health services. The interprofessional collaborative approach in diabetes services at community health centers is critical for cross-program integration, which improves service quality and health outcomes for diabetes patients. The objective of this study was to examine the practice of interprofessional collaboration among health workers at the Bogor City Public Health Center that provide diabetes mellitus services. The research method was descriptive analytic with a mixed method sequential explanatory design, the population was all DM health service officers, and the sample was obtained from a random sample. The Collaborative Practice Assessment Tool (CPAT) questionnaire was used to collect quantitative data, and in-depth interviews were used to collect qualitative data. There were 144 doctors, nurses, drug officers or pharmacists, medical laboratory staff, and public health experts (nutritionists, environmental health, and health promotion) providing DM services. Univariate analysis was used to analyze the data, bivariate analysis was used with the chi-square statistical test, and multivariate analysis was used with multiple logistic regression tests. The results with an average score of 75.65, the perception of interprofessional collaboration among health workers who provide diabetes mellitus services at the Bogor City Public Health Center was quite good. The intention to share knowledge, team climate, and team conflict were three variables related to the practice of interprofessional collaboration. The dominant variable in interprofessional collaboration practices was team climate. Officers who perceived a positive team climate were 3.48 times more likely to engage in good interprofessional collaboration than those who perceive a negative team climate (aOR=3.28 95% CI 1.345-9.018). Conclusion one strategy for increasing DM service target achievement was to strengthen the IPE (Interprofessional Education) program, held capacity building, and increased appreciation for each achievement of team members so that they were motivated to provide DM health services in accordance with standards."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Arie Setiawan
"ABSTRAK
Latar belakang Pada pasien diabetes melitus (DM) dengan penyakit jantung koroner 3 pembuluh darah (PJK 3PD) hasil revaskularisasi akan lebih baik dengan bedah pintas koroner (BPK) dibanding intervensi koroner perkutan (IKP) atau medikamentosa. BPK tidak selalu menjadi prosedur yang dikerjakan meskipun sudah direkomendasikan sesuai Skor Syntax, dan tidak semua pasien bersedia menjalani BPK atau IKP. Perlu diketahui apakah pilihan revaskularisasi tersebut mempengaruhi kesintasan 5 tahun. Tujuan Mengetahui perbedaan kesintasan 5 tahun pasien PJK 3PD DM yang menjalani bedah pintas koroner (BPK), intervensi koroner perkutan (IKP), dan medikamentosa di RSCM. Metode Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif dengan pendekatan analisis kesintasan untuk meneliti kesintasan 5 tahun pasien PJK 3PD DM yang menjalani tindakan BPK, IKP, atau medikamentosa. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder 126 pasien PJK 3PD DM yang menjalani BPK, IKP, maupun medikamentosa di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2006-2007 dan diikuti sampai dengan tahun 2011-2012 dengan dilihat adakah kejadian meninggal. Hasil Kesintasan terbaik pada kelompok BPK (93.5%). Proporsi kematian terbesar pada kelompok medikamentosa (36.1%). Kesintasan BPK paling baik secara bermakna dibandingkan IKP dan Medikamentosa. Kelompok IKP memiliki kesintasan yang lebih baik dibanding medikamentosa (69.5% vs 63.9%). Meskipun tidak bermakna secara statistik, namun pada kelompok IKP proporsi keluhan yang ditemukan setelah tindakan lebih sedikit dibanding kelompok medikamentosa (52% vs 38%). Skor Syntax yang berperan menilai kompleksitas stenosis ikut menentukan kesintasan (p 0,039). Kesimpulan Kesintasan 5 tahun pasien PJK 3PD dengan DM yang paling baik didapatkan pada kelompok yang menjalani Bedah Pintas Koroner. Kesintasan 5 tahun pasien PJK 3PD dengan DM yang menjalani IKP lebih baik dibanding Medikamentosa namun secara statistik tidak bermakna. Faktor yang berpengaruh pada kesintasan 5 tahun pasien PJK 3PD adalah kompleksitas stenosis yang dilihat dengan menggunakan skor Syntax.

ABSTRACT
Background In patients with diabetes mellitus (DM) with coronary artery disease involving 3 vessels (CAD 3VD) revascularization results will be better with coronary artery bypass surgery (CABG) compared with percutaneous coronary intervention (PCI) or medical therapy. CABG is not always done despite being recommended in accordance with Syntax Score, and some patients prefer not to go through CABG or PCI . This trial determined whether the choice of revascularization affect 5-years survival. Objectives Knowing the difference in 5-years survival of CAD 3VD DM patients who underwent coronary artery bypass surgery (CABG), percutaneous coronary intervention (PCI) or medical therapy at Cipto Mangunkusumo Hospital. Methods This study was a retrospective cohort study with survival analysis approach to examine the 5-years survival rate of CAD 3VD DM patients undergoing CABG, PCI, or medical therapy. The study was conducted using secondary data of 126 CAD 3VD DM patients who underwent CABG, PCI, or medical therapy at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2006-2007 and followed up to 2011-2012 if there any incident died. Results Best survival in the CABG group (93.5%). The largest proportion of deaths in the medical therapy group (36.1%). The CABG survival was significantly better than the IKP (p=0.01) and medical therapy (p=0.001). PCI group had better survival than medical therapy (69.5% vs. 63.9%). Although not statistically significant, but the proportion of complaints after revascularization in PCI group were found less than medical therapy group (52% vs. 38%). Syntax score that assesses the complexity of stenosis had a significant association with survival (p 0.039). Conclusion 5-years survival of CAD 3VD DM patients is best obtained in the group that underwent CABG. 5-year survival of CAD 3VD DM patients who underwent PCI better than medical therapy but was not statistically significant. Factor that affect the 5-years survival is the complexity stenosis viewed by the Syntax score."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Priyatini
"Tujuan : Mengetahui kadar gula darah, insulin dan leptin pada wanita hamil dan hubungan antara leptin dan kadar gula darah, insulin serta sensitivitas insulin pada wanita hamil.
Rancangan : Studi potong lintang, deskriptif analitik
Tempat : Poliklinik kebidanan RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Bahan dan cara kerja : Selama bulan Agustus 2004 didapatkan 80 sampel yang memenuhi kriteria penerimaan. Dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa dan UTGO, insulin puasa dan UTGO serta kadar hormon leptin. Dicari sebaran responden, rerata kadar gula darah, insulin, leptin, serta hubungan antara leptin dengan kadar gula darah, insulin, serta sensitivitas insulin pada kehamilan berdasarkan indeks sensitivitas QUICKI dan rasio gula darah terhadap insulin.
Hasil : Data yang diperoleh memiliki banyak nilai ekstrem sehingga pada pengolahannya nilai ekstrem dikeluarkan sehingga sampel berkurang menjadi 45. Didapatkan rerata kadar gula darah puasa 61,91 ± 6,81 mg/dl, gula darah UTGO 96,84 ± 14,63 mg/dl, rerata kadar insulin puasa 5,99 ± 4,45 insulin UTGO 60,83 ± 34,34 µU/ml, rerata kadar Leptin 20,95 ± 17,54 ng/ml. Didapatkan indeks QUICKI 0,41 ± 0,05, rasio glukosa terhadap insulin puasa 16,7 ± 11,48 serta rasio glukosa terhadap insulin UTGO 2,23 ± 1,75. Didapatkan hubungan bermakna antara leptin dan insulin puasa maupun UTGO, serta leptin dengan sensitivitas insulin (r = -0,459, p = 0,001).
Kesimpulan : Tidak didapat perbedaan bermakana rerata kadar gula darah, insulin, dan leptin wanita hamil di RSCM pada ketiga trimester. Terdapat hubungan bermakna antara leptin dengan insulin serta sensitivitas insulin dalam kehamilan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Bin Syeh Abubakar
"Diabetes Melitus Gestasional (DMG) merupakan salah satu tipe DM yang hanya muncul saat kehamilan. DMG dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi yang sedang dikandung sehingga perlu diatasi dan dicegah. Terdapat beberapa faktor risiko dari DMG, yang dibagi menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai hubungan status gizi (IMT) yang merupakan salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dengan kejadian DMG di Kota Tidore Kepulauan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan case control pada ibu hamil di Kota Tidore Kepulauan tahun 2019 hingga 2021. Studi ini menggunakan data yang diambil dari rekam medis Puskesmas di Kota Tidore Kepualuan dengan metode consecutive sampling. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji Chi- square dengan nilai kemaknaan p<0,05. Terdapat 90 ibu hamil yang diinklusi pada penelitian ini, yang sebagian besar berusia 20-35 tahun. Uji bivariat menunjukkan hubungan bermakna antara Status Gizi (IMT) dengan kejadian DMG. Semakin tinggi IMT seseorang, risiko mengalami DMG akan semakin tinggi, dengan odds ratio yang didapat sebagai berikut: IMT ≥ 25 kg/m2 (OR 3,368; 95%CI 1,404-8,08), IMT 25-29.9 kg/m2 (OR 2,8; 95%CI 1,095-7,163), IMT ≥ 30 kg/m2 (OR 5,5; 95%CI 1,463-20,670). Terdapat hubungan antara status gizi (IMT) dengan kejadian DMG pada ibu hamil di Kota Tidore Kepulauan.

Gestational Diabetes Mellitus (GDM) is a type of DM that only appears during pregnancy. GDM can endanger the health of the mother and the babies so it need to be overcomed and prevented. There are several risk factors for GDM, which is divided into modifiable and non-modifiable risk. Therefore, this study aims to determine the association between nutritional status (BMI), which is one of the modifiable risk with the incidence of GDM in Tidore Kepulauan. This study is a quantitative research with case control approach to pregnant women in Tidore Kepulauan from 2019 to 2021. This study using data from medical records of the Public Health Center in Tidore Kepulauan that were collected consecutively. The association between nutritional status and the incidence of GDM was analyzed using Chi-square test with a significance value p<0,05. There are 90 pregnant women included in this study, which most of them aged 20-35 years old. The Chi-square test showed a significant association between nutritional status (BMI) and the incidence of GDM. People with morbid obese has a higher risk to develop GDM, which is shown in the odds ratios are as followed: BMI ≥ 25 kg/m2 (OR 3,368; 95%CI 1,404-8,08), BMI 25-29.9 kg/m2 (OR 2,8; 95%CI 1,095-7,163), BMI ≥ 30 kg/m2 (OR 5,5; 95%CI 1,463-20,670). There is a significant association between nutritional status (BMI) and the incidence of GDM in pregnant women in Tidore Kepulauan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Rachman
"Obat antidiabetes yang paling banyak diresepkan di Puskesmas Indonesia adalah metformin atau kombinasi metformin dan sulfonilurea. Studi tentang metformin telah menunjukkan berbagai dampak penurunan kognitif pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2, sedangkan sulfonilurea telah terbukti mengurangi dampak ini. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dampak metformin dan metformin-sulfonilurea pada fungsi kognitif dan menentukan faktor apa yang mempengaruhinya. Studi potong lintang ini dilakukan di Puskesmas Pasar Minggu dengan melibatkan 142 pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengonsumsi metformin atau metformin-sulfonilurea selama >6 bulan dan usia >36 tahun. Fungsi kognitif dinilai menggunakan kuesioner Montreal Cognitive Assessment versi bahasa Indonesia. Efek dari metformin dan metformin-sulfonylurea pada penurunan kognitif tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, bahkan setelah mengontrol kovariat (aOR = 1,096; 95% CI =  13.008px;">0,523–2,297; nilai-p = 0,808). Analisis multivariat menunjukkan usia (OR = 4,131; 95% CI = 1,271–13,428; nilai-p = 0,018) dan pendidikan (OR = 2,746; 95% CI = 1.196–6.305; nilai-p = 0,017) mempengaruhi fungsi kognitif. Pendidikan yang lebih rendah dan usia yang lebih tua cenderung menyebabkan penurunan kognitif, tenaga kesehatan didorong untuk bekerja sama dengan ahli kesehatan masyarakat untuk mengatasi faktor risiko fungsi kognitif ini.

The most prescribed antidiabetic drugs in Indonesian primary health care are metformin or a combination of metformin and sulfonylurea. Studies on metformin have shown various impacts on cognitive decline in patients with type 2 diabetes mellitus, whereas sulfonylurea has been shown to reduce this impact. This study aimed to compare the impacts of metformin and metformin-sulfonylurea on cognitive function and determine what factors affected it. This crosssectional study was conducted at Pasar Minggu Primary Health Care involving 142 type 2 diabetes mellitus patients taking metformin or metformin-sulfonylurea for >6 months and aged >36 years. Cognitive function was assessed using the validated Montreal Cognitive Assessment Indonesian version. The effects of metformin and metformin-sulfonylurea on cognitive decline showed no significant difference, even after controlling for covariates (aOR = 1.096; 95% CI = 0.523–2.297; p-value = 0.808). Multivariate analysis showed age (OR = 4.131; 95% CI = 1.271–13.428; p-value = 0.018) and education (OR = 2.746; 95% CI = 1.196–6.305; p-value = 0.017) affected cognitive function. Since a lower education and older age are likely to cause cognitive decline, health professionals are encouraged to work with public health experts to address these risk factors for cognitive function."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dwi Anggara
"Diabetes mellitus merupakan kelainan yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah.Tingginya kadar glukosa dapat menyebabkan proses penyembuhan luka menjadi lama. Selain dari itu, penderita diabetes pun dapat mengalami masalah psikososial akibat dari berbagai gangguan fisik yang dialaminya. Masalah psikososial yang sering terjadi yaitu, ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan merupakan salah satu masalah dalam kesehatan jiwa yang ada di masyarakat, seseorang merasa kurangnya pengendalian terhadap situasi, termasuk persepsi bahwa tindakan yang dilakukan tidak akan mempengaruhi hasil.
Tujuan penulisan ini untuk menggambarkan hasil analisis asuhan keperawatan pada klien diabetes mellitus tipe 2 dengan ketidakberdayaan. Metode yang dilakukan pada penulisan ini yaitu studi kasus. Intervensi keperawatan pada klien dengan ketidakberdayaan yaitu, latihan afirmasi positif. Teknik afirmasi positif ini terbukti dapat menurunkan tanda dan gejala ketidakberdayaan secara efektif pada pasien diabetes mellitus tipe 2.

Diabetes mellitus is a disorder characterized by an increase in blood glucose levels. High blood glucose levels can cause the wound healing process to be long. In addition, diabetics can also experience psychosocial problems resulting from various physical disturbances experienced. Psychosocial problems are often the case, powerlessness. Powerlessness is one of the problems in mental health that exist in society, one feels lack of control over the situation includes the perception that one 39 s actions do not significantly affect the outcome.
The purpose of this paper is to describe the results of analysis of nursing care on the client diabetes mellitus type 2 with powerlessness. The method used in this paper is case study. Nursing interventions on clients with powerlessness are positive affirmation exercises. This positive affirmation technique has been shown to reduce the signs and symptoms of helplessness effectively in patients with diabetes mellitus type 2.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Farastya Rahmawati
"ABSTRAK
Hingga saat ini diabetes melitus tipe 2 masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena prevalensinya masih tinggi di beberapa negara termasuk Indonesia. Tingginya prevalensi diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh pola hidup masyarakat saat ini yang cenderung tidak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola perilaku dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada penduduk umur ≥15 tahun di Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2013. Variabel perilaku yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik, perilaku merokok, konsumsi buah dan/atau sayur, konsumsi makanan/minuman manis, konsumsi makanan berlemak, konsumsi minuman kopi, dan konsumsi minuman berkafein buatan bukan kopi. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor perilaku yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2 adalah aktivitas fisik, perilaku merokok, konsumsi makanan/minuman manis, dan konsumsi minuman kopi. Sedangkan secara multivariat, ditemukan bahwa aktivitas fisik, perilaku merokok, dan konsumsi makanan/minuman manis berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2.

ABSTRACT
Until these days type 2 diabetes melitus still become a problem in society, because of high degree prevalence in many countries including Indonesia. This is because unhealthy life style. The objects of this research is to know the correlation between behaviour and type 2 diabetes melitus cases for 15 years old or older Indonesian people in 2013, furthermore this research is use data Riskesdas 2013. The variable observes in this research are physical activity, smoking behaviour, consumption of fruit and/or vegetables, consumption of food or beverages contain sweetener, consumption of fatty food, consumption of coffe, and consumption of non-coffe artificial caffeinated. This research finds that behaviour factor related to type 2 diabetes melitus are physical activity, smoking behaviour, consumption of food or beverages contain sweetener, and consumption of coffe. Furthermore, in multivariate model found that physical activity, smoking behaviour, and consumption of food or beverages contain sweetener related to type 2 diabetes melitus.
"
2015
S60387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>