Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125663 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gultom, Ernest Eugene Lie
"Pelayanan kesehatan dianggap sebagai ruang yang aman, karena dimaksudkan untuk menyembuhkan dan mendukung pemulihan. Komitmen Indonesia terhadap Keselamatan Pasien dinyatakan dengan mengesahkan berbagai macam regulasi yang mewajibkan semua fasilitas pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan menjalankan program keselamatan pasien di semua fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu daru 7 (tujuh) Sasaran Keselamatan Pasien dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 11/2017 yaitu meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai.
Jenis penelitian ini adalah penelitiankualitatif, menggunakan desain studi kasus yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang di amati yang bertujuan untuk mengeskplorasi suatu peristiwa yang memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan informasi yang kaya dan mendalam yang bertujuan untuk melakukan eksplorasi menyeluruh kepada informan untuk memahami faktor-faktor keberhasilan, serta hambatan yang dialami sehingga menyebabkan kegagalan dalam melaksanakan keselamatan pasien dalam kegiatan kefarmasian. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi secara mendalam terkait kebijakan yang mempengaruhi keamanan pelaksanaan pelayanan kefarmasian, serta hal-hal apa saja yang mendorong dan menghambat dalam pelaksanaannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa RS X Jakarta Selatan sudah mengupayakan pelaksanaan pelayanan kefarmasian mengacu kepada sasaran keselamatan pasien. Kegiatan kefarmasian meliputi prescribing, transcribing, dispensing dan administration. Dari hasil wawancara mendalam kepada para informan, didapatkan bahwa masalah terbanyak didapatkan pada faktor method. Dimana petugas yang terkait dengan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat belum sepenuhnya mengetahui mengenai panduan dan prosedur operasional yang berlaku. Sesuai dengan hasil observasi dokumen ditemukan kebanyakan insiden medication error terjadi pada proses peresepan. Tidak adanya SPO mengenai e-prescription menyebabkan tidak adanya aturan yang memayungi prosedur peresepan tersebut. Hampir tidak adanya sosialisasi SPO kepada dokter umum membuat dokter umum bekerja tanpa mengetahui regulasi prosedur yang menunjang tupoksinya.
Fungsi monitoring dari KKPRS hanya sebatas melakukan pengumpulan data tetapi belum sampai kepada monitoring dan evaluasi kenyataan di lapangan.Penerapan metode-metode perbaikan yang telah dilakukan juga tidak dilakukan monitoring dan evaluasi secara rutin.
Peneliti menyarankan agar adanya pengembangan kebijakan dalam bentuk Panduan medication safety yang akan menjadi payung kebijakan dari pemberlakuan SPO dan program yang menunjang penjaminan keselamatan pasien dari medication error

Healthcare is considered a safe space, because it is intended to heal and support recovery. Indonesia commited to patient safety is expressed by passing various regulations that oblige all health care facilities to carry out patient safety programs in all health care facilities. One of the 7 (seven) Patient Safety Targets in the Minister of Health Regulation No. 11/2017 stated to increase the alertness of medication safety that.
This type of research is qualitative research, using a case study design, namely research that produces descriptive data in the form of written or spoken words from people and observed behavior which aims to explore an event that allows researchers to collect rich and in-depth information aimed at to carry out a thorough exploration of the informants to understand the success factors, as well as the obstacles they have experienced that cause failure in implementing patient safety in pharmaceutical activities. Through this research, it is hoped that it can provide in-depth information related to policies that affect the security of the implementation of pharmaceutical services, as well as what things encourage and hinder their implementation.
The results showed that X Hospital South Jakarta has made efforts to implement pharmaceutical services referring to patient safety goals. Pharmaceutical activities include prescribing, transcribing, dispensing and administration. From the results of in-depth interviews with informants, it was found that most problems were found in the method factor. Where the officers associated with pharmaceutical services and drug use do not yet fully know about the applicable operational guidelines and procedures. In accordance with the results of document observation, it was found that most incidents of medication errors occurred in the prescribing process. The absence of SPOs regarding e-prescription results in no overarching rules for the prescribing procedure. There were almost no socialization of SPO to general practitioners which made general practitioners work without knowing the procedural regulations that support their main duties.
Researcher suggest that there be policy development in the form of medication safety guidelines that will become the policy umbrella for implementing SPO and programs that support patient safety assurance from medication errors
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Lediana
"Latar Belakang: Selama proses pengobatan berlangsung dapat terjadi kesalahan yang mungkin disebabkan oleh tenaga kesehatan maupun pasien itu sendiri. Kesalahan medikasi adalah kejadian pemberian obat yang dapat menimbulkan cedera kepada pasien yang seharusnya dapat dicegah selama dalam kontrol tenaga kesehatan, dan pasien itu sendiri. Salah satu peran penting perawat di layanan kesehatan yaitu memperhatikan prinsip tujuh benar obat saat memberikan obat kepada pasien. Dari data insiden keselamatan pasien di rumah sakit X tahun 2015 - 2017 tercatat ada 35 kasus insiden keselamatan pasien yang 14 kasus diantaranya adalah kasus kesalahan pemberian obat di rawat inap. Hal ini tidak sesuai dengan standar yang diatur oleh Kemenkes RI tahun 2008 yang menyatakan bahwa insiden di rumah sakit seharusnya zero accident. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor faktor yang mempengaruhi penerapan prinsip keselamatan pasien oleh perawat dalam proses pemberian obat di bangsal rawat inap rumah sakit X. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan 10 orang informan dan observasi. Data yang terkumpul dianalisa untuk mengetahui penyebab kesalahan dan kemungkinan perbaikannya. Hasil Penelitian: Dari penelitian terlihat bahwa faktor yang memicu terjadinya kesalahan pemberian obat di ruang rawat inap rumah sakit X berasal dari kondisi laten yaitu kurangnya jumlah staff keperawatan, turnover yang tinggi dan tidak tersedianya SPO 7 benar pemberian obat. Faktor lingkungan tempat kerja yang kurang memadai, adanyapekerjaan tambahan perawat, kurangnya supervisi dari pimpinan, panduan yang kurangjelas serta tidak adanya farmasi klinik merupakan faktor kontributor yang dapat mempengaruhi terjadinya insiden keselamatan pasien dimana salah satunya adalah kejadian medication error di unit rawat inap rumah sakit X saat ini. Kesimpulan: Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan prinsip keselamatan pasien dalam pemberian obat di rawat inap rumah sakit X antara lain adalah faktor leadership, kurangnya jumlah SDM pelayan kesehatan, tingginya turnover perawat, faktor lingkungan tempat kerja yang kurang kondusif, tidak tersedianya SPO pemberian obat dengan prinsip 7 benar, sosialisasi yang tidak dilakukan secara konsisten dan kontinyu serta tidak berjalannya program diklat atau pelatihan.

Background: During the treatment of patients held can occur some mistakes, may becaused by health workers and patients itself. Medication error is the incident of a drug provision that can inflicting injury to the patient which can be prevent during in control of health workers, and patients itself. One important role nurses in health services is taking into account the seven right principle while giving medicines to patients. From the data of patient safety incident in hospital X during 2015-2017 there are 35 cases of patient safety incidents when 14 cases of them were cases of medicine error in inpatients ward. It is not conforming to standard arranged by the ministry of Health of Indonesia in 2008 stating that the incident at the hospital supposed to zero accident. This study aimed to analyse factors influencing the application of patient safety by nursesin the process of administering medication in inpatients ward at the X hospital. Methods: The research is the qualitative study. The primary data was obtained through indepth interviews with 10 informants and observation. The data collected were analysed todetermine the cause of error and the possibility of improvement. Results: From this research it can be seen that factors that can be triggered a mistake in theprovision of a medicine in the inpatient ward X hospital derived from latent condition suchas the number of nursing staff, high turnover, the lack of operational standard procedure of 7 right medication administration. Environmental factor such as workplace was inadequate, the additional job for nurses, a lack of supervision from leaders, an unclear guidelines and the absence of clinical pharmacy are the contributor factor that can affect patent safety incident where one of them is the medication error incident in inpatient ward. Conclusion: Factors influencing the occurrence of the application of patient safety at the X hospital among others are leadership, shortage of human resources, the high turnover of nurses, the less condusive of an environmental workplace, the lack of operational standard procedure of 7 right principle in administering medicine, socialization that has not been carried out consistently and continuously as well as the training courses program."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Galatama Purwadi
"ABSTRAK
Tahun 2016 RSUD Ciracas telah Lulus Perdana Akreditasi Rumah Sakit versi2012. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran PenerapanSasaran Keselamatan Pasien untuk mencegah insiden medical error di Unit RawatInap RSUD Ciracas tahun 2017. Penelitian dilakukan di bulan Mei-Juni 2017.Metode penelitian adalah Kualitatif dengan wawancara mendalam, Focus GroupDiscussion dan Observasi. Didapatkan adanya sistem pencatatan dan pelaporaninsiden medical error yang belum berjalan di unit rawat inap RSUD Ciracas.Diharapkan penelitian ini dapat menumbuhkan budaya keselamatan pasien danmenghilangkan budaya blaming di unit rawat inap RSUD Ciracas.Kata kunci :Sasaran Keselamatan Pasien, patient safety, medical error, Akreditasi, Rawatinap, RSUD Ciracas

ABSTRACT
In 2016 RSUD Ciracas has passed The Perdana Hospital Accreditation version2012. The purpose of this research is to know how the implementation of patientsafety to prevent medical error incidences in Hospitalization Unit at RSUDCiracas 2017. The research was done in May June 2017. The research methode iskualitatif with deep interview, Focus Group Discussion and Observation. Thefinding is The record and report system of Medical Error Incidences was not fullyrunning. We hope this research can grow patient safety and eliminate blamingculture in hospitalization unit at RSUD Ciracas.Keywords Patient Safety, medical error, accreditation, hospitalization unit, RSUD Ciracas"
2017
T48635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nastia Hidayati
"ABSTRAK
Kesalahan pengobatan merupakan suatu kegagalan proses pengobatan yang dapat mengarah pada mortalitas, morbiditas dan memperpanjang masa rawat inap. Masalah dari pencegahan kesalahan pengobatan adalah kesadaran (awareness)  dan pengetahuan dari setiap tenaga kesehatan terutama apoteker. Secara umum dokumentasi kesalahan pengobatan yang terjadi selama ini masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh intervensi edukasi terhadap apoteker dalam mencegah kesalahan pengobatan di apotek komunitas X di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan studi pre-eksperimen dengan desain pre-post. Jumlah dan frekuensi kesalahan pengobatan ditentukan dengan menggunakan indikator kesalahan pengobatan, yaitu indikator prescribing error, dispensing error dan administration error serta pengkajian resep. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan dari Mei hingga September 2018. Tingkat kesadaran apoteker dievaluasi dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 34 apoteker yang terpilih sesuai kriteria inklusi. Apoteker menerima intervensi edukasi dalam 4 kali pertemuan. Sebanyak 3085 resep dikumpulkan dalam periode tersebut. Data dianalisis menggunakan statistic General Linear Model. Hasil dari penelitian ini ditemukan 260 kasus kesalahan peresepan berkurang menjadi 135 kasus (43% menjadi 21,9%), 79 kasus kesalahan dispensing berkurang menjadi 46 kasus (13,1% menjadi 7,49%) dan 3 kasus kesalahan pemberian obat berkurang menjadi 1 kasus (0,49% hingga 0,16%). Pemberian edukasi menunjukkan peningkatan kesadaran apoteker secara signifikan dengan (p=0,000). Edukasi tidak memberikan dampak signifikan terhadap kejadian prescribing error, dispensing error dan administration error dengan nilai p masing-masing 0.127; 0.156; and 0.825. Sehingga dapat disimpulkan bahwa edukasi dapat mempengaruhi kesadaran apoteker dalam mencegah kesalahan pengobatan. Pemberian edukasi dapat mempengaruhi penurunan jumlah total kesalahan pengobatan.

ABSTRACT
A medication error is a failure in the medication process that leads to the mortality, morbidity and prolong of hospitalization. The problem of medication errors prevention is the awareness and knowledge of every health practitioner especially pharmacist. Theres a limited records of medication errors that occur during the medication process, in general. This study aims to evalute the influence of education intervention to pharmacist awareness on preventing medication error in community pharmacy at DKI Jakarta. This study used the pre-experimental study with pre-post design. The amount and frequency of errors was investigated by using medication error indicator contain three types of medication errors and the analysis of prescription. This study conducted in a period of 5 months from May through September 2018. The awareness level of pharmacist evaluated by using the questionnaire giving to 34 selected community pharmacy in DKI Jakarta. They received the education intervention in 4 times periods. A total of 3085 prescription being analyzed for the periods. The data were analyzed using a general linear model of statistic. As a result, founded 260 cases of prescribing error reduce to 135 cases (43% to 21.9%), 79 cases of dispensing error reduce to 46 cases (13.1% to 7.49%) and 3 cases of administration error reduce to 1 case (0.49% to 0.16%). The education intervention shown the significance of pharmacist awareness increasing with p value = 0.000. On the other hand the result of incidence of prescribing errors, dispensing errors and administration error shown no significant educational effect with p value 0.127, 0.156 and 0.825, respectively. Based on the results of the study it can be concluded that the educational intervention influenced the pharmacist awareness on preventing the medication error. It can decreased the number of total medication error, in general.
"
2019
T52367
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Fajar Kartika
"Keselamatan pasien merupakan hal yang baru dalam pelayanan kesehatan. Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 mewajibkan keselamatan pasien sebagai prinsip utama pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Rumah Sakit Gigi dan Mulut, meskipun berbeda dari Rumah Sakit lainnya, tetap diwajibkan untuk menerapkan Akreditasi Rumah Sakit versi 2012. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran iklim keselamatan pasien, tindakan manajemen dan kinerja keselamatan pasien menurut dokter gigi di RSGM X Kota Cimahi. Dengan mengambil satu populasi dokter gigi RSGM X sebagai data penelitian, didapatkan hasil yakni persepsi keselamatan pasien di RSGM X yang rendah dikarenakan persepsi iklim keselamatan pasien, tindakan manajemen dan sasaran keselamatan yang rendah. Diharapkan institusi dapat memberikan pelatihan secara berkala.

Patient safety is a new thing in healthcare. Indonesia National Hospital Accreditation 2012 version requires that patient safety as a key principle of healthcare at the Hospital. Dental Hospital, though different from other hospitals, was still required to implement the Indonesia National Hospital Accreditation version 2012. This study was to describe the climate of patient safety, action management and patient safety peception of dentist in RSGM X Cimahi. By taking RSGM X dentist population as research data, showed that patient safety perception in RSGM X is low because of low patient safety climate, management actions and patient safety goals. It is expected that institutions can provide regular training of patient safety."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Sri Mulyana
"Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, dan seterusnya. Sejak dideklarasikannya pelaksanaan Patient Safety di Rumah Sakit X pada tahun 2009 hingga tahun 2011, tercatat Insiden Keselamatan Pasien (IKP) sebanyak 171 kasus, dimana IKP paling banyak yaitu sekitar 60% terjadi di pelayanan rawat inap. Melalui penelitian ini, dianalisis penyebab terjadinya IKP di ruang perawatan Rumah Sakit X. Studi dilakukan terhadap 100 perawat pelaksana dengan menggunakan desain cross sectional untuk melihat bentuk hubungan antara variabel individu, kompleksitas pengobatan, kerjama, gangguan/ interupsi, komunikasi, Standar Prosedur Operasional, dan kenyamanan tempat kerja terhadap kejadian IKP.
Hasil penelitian menunjukkan variabel karakteristik individu, yang terdiri dari usia, masa kerja, dan kompetensi; dan variabel kerja sama yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian IKP dengan nilai P value masing-masing sebesar 0.028, 0.010, 0.028, dan 0.012. Dengan kata lain variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian IKP adalah variabel karakteristik individu sehingga hasil studi ini bisa menjadi pertimbangan bagi Bagian SDM, Komite Keperawatan dan Bagian Keperawatan Rumah Sakit X dalam melakukan seleksi dan pengembangan SDM Keperawatan dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien.

Patient safety is a system to make patient care become safer. The systems include risk assessment, identifying and managing the risks associated with patient, and so on. Since the patient safety program has been declared in "X" Hospital in 2009 until 2011, there are 171 cases recorded as a number of the patient safety incident (PSI), most cases about 60% occur in inpatient unit. Through this study, determinants of PSI in inpatient unit X Hospital are analyzed. Study is applied to 100 nursing staffs by cross sectional study design in order to observe the correlation between variable of individual characteristic, medication complexity, teamwork, interruption, communication, standard of procedure operational, and work place comfortable to PSI.
Result shows that there is a significant correlation between variable of individual characteristic (include age, working time, and levels of competence) and teamwork to PSI, with the P value: 0.028, 0.010, 0.028, and 0.012. In other word, the most significant variable to PSI is individual characteristic variable so it could be a consideration to recruit and do improvement based on patient safety by Human Resources, Nursing Committee and Nursing Unit of X Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32578
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wardani Arsyad
"Pendahuluan: Kesalahan pemberian obat merupakan isu kualitas pelayanan kesehatan yang melibatkan peran perawat. Perawat membutuhkan kemampuan kognitif untuk mengelola kegiatan asuhan keperawatan pasien.
Tujuan: Mengetahui hubungan kemampuan kognitif dan beban kerja perawat pelaksana dengan kesalahan pemberian obat di unit rawat inap RSUD Cengkareng Jakarta.
Desain: Deskriptif analitik menggunakan pendekatan cross sectional terhadap 61 perawat pelaksana, dipilih dengan cosecutive sampling. Pengukuran kesalahan pemberian obat dengan observasi, beban kerja menggunakan continous observation, selama 24 jam (3 shift), sedangkan kemampuan kognitif diukur dengan Raven standard progressive matrices test.
Hasil: Ada hubungan bermakna antara kemampuan kognitif dan beban kerja dengan kesalahan pemberian obat (p=0,027;OR=0,6; p=0,018;OR=0,6). Kesalahan pemberian obat lebih banyak terjadi dalam hal waktu dan dokumentasi obat (masing-masing 30,2%).
Kesimpulan: Perawat yang memiliki kapasitas intelektual rata-rata dan beban kerja tinggi berpeluang lebih besar melakukan kesalahan pemberian obat.
Rekomendasi: Meningkatkan pemahaman perawat akan perannya dan menanamkan sikap disiplin waktu pemberian obat, yang bisa dimulai 30 menit sebelum jadwal yang tertulis pada daftar obat. Pengaturan jadwal dinas perawat mempertimbangkan kebutuhan akan pemulihan.

Introduction: The medication administration errors are one of the negative issues in the health care quality. Nurses should need a certain level of cognitive beside a condusive work load environment to secure the entire high quality patient nursing.
Objective: To analyze the correlation between nurse cognitive level and work load to the medication administration error in the in-patient unit of RSUD Cengkareng-Jakarta.
Methode: Analytical comparassion study with cross sectional design of 61 subjects, collected by consequtive sampling method. The measurement of medication administration error was done by disguised direct observation. The work load was measured by continous observation in 3 shift for 24 hours, while the cognitive level by Raven standard progressive matrices test.
Result: A significante correlation between cognitive level and work load to the medication administration error was found (p=0.027; OR=06 and p=0.018; OR=0.6). The medication administration error occured mostly in administration's timing and documentation (each 30,2%).
Conclusion: In the high work load circumstances, the nurses with an average level of cognitive had a bigger chance to make medication administration error than the nurses with an outstanding level of cognitive.
Recommendations: Improved the understanding of the nurses noble roles and the nurse's discipline in medication administration. The medication administration could be start 30 minutes before the instructed time. The setting of working time table must count the need of recovery time after duty.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36088
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Army Ristiafeny
"Waktu antrean lebih dari satu jam sebanyak 47% dialami oleh poliklinik spesialis RSB 'X'. Penelitian bertujuan mengetahui gambaran model antrean awal dan mengembangkan model antrean baru menggunakan simulasi antrean. Rancangan penelitian adalah potong lintang dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Waktu pelayanan, jumlah petugas, pola kedatangan diamati dan dianalisis.
Hasil penelitian adalah waktu pelayanan pasien bagian rekam medis memiliki hubungan bermakna dengan waktu tunggu. Waktu tunggu pasien 86,77 menit. Berdasarkan simulasi, utilisasi petugas rekam medis melebihi nilai optimal. Usulan pengembangan model antrean dibuat berdasarkan jumlah petugas dan waktu pelayanan rekam medis. Manajemen RSB 'X' memilih usulan menggunakan modifikasi model antrean awal.

About 47% of queuing time for more than one hour are happened in outpatient clinic specialist at 'X' Maternity Hospital. The purpose of this research is to obtain the characteristics of the existing queuing model and to develop the new queing models with queuing simulation. Cross sectional research design is used using mixed method. Service time, server and arrival pattern were observed and analized.
The result of this study are that service time on medical record stage has significant connection with total waiting time. The mean of waiting time were 86,77 minutes. Based on queuing simulation, the utility of the server on medical record stage has reached above optimal line. The proposed queuing model is developed based on the number of server and service time on medical record stage. The management from 'X' Maternity Hospital has choosed to use existing queuing model with modification on the model.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T33092
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siva Hamdani
"ABSTRAK
Saat ini pelayanan kesehatan di mmah sakit menjadi semakin kompleks dan hal
ini merupakan peluang untuk tenjadinya kesalahan. Keselamatan pasien -upaya
mencegah kesalahan medis- telah menjadi perhatian banyak pibak baik nasional maupun
intemasional. Sejalan dengan berbagai program dijalankan untuk meningkatkan
keselamatan pasien, diyakini bahwa kemampuan suatu institusi lmtuk rnencegah cedera
hanya dapat direalisasikan jika dapat membangun budaya kcselamatan diantara stafnya.
Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh rumah sakit dalam mengembangkan
program kcselamatan pasien adalah dengan melakukan survei budaya keselamatan
pasien pada staiimya. Penilaian budaya keselamatan bermanfaat sebagai alat diagnom
untuk mengidentitikasi area yang membutuhkan perbaikan, untuk mengevaluasi
program keselamatan pasien dan pemenuhan terhadap standar/peraturan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran budaya
keselamatan pasien di Rumah Sakit Islam Jakarta dari perspektif stat; tahun 2007.
Matcdc pcnclitim; addm pandekatau kuantitatif dengan menggunakan data pixma:
dan alat penelitiannya adalah kuesioner yang dibuat oleh AHRQ. Metode ini
digabungkan dengan metode lcualitatifl Respondcn pcncltian bcrjumlah 110 meliputi
kelompok tenaga medis, keperawatan dan penunjang. Pengambilan sampel dilakukan
dengan proportional random sampling sehingga tiap kelompok tenaga terwakili.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
Islam Jakarta dikategorikan sedang (mean=3,60) dan memiliki ciri postive walaupun
belum kuat. Dari 12 variabel yang diteliti, staffing adalah dimensi dengan nilai mean
terendah (3,29) dan keljasama dalam unit merupakan dimensi dengan nilai mean
tertinggi (3,91) Terdapat semhilan butir pemyataan yang yang direspon negatif oleh
lebih dari 20% responden. Menurut kelompok tenaga medis, frekuensi dari pelaporan
kcjadian memiliki nilai mean terendah |f2,70) dan dimensi dengan nilai mean tertinggi
adalah keljasama dalam unit (3,95). Menurut kelompok tenaga keperawatan, umpan balik dan komunikasi terhadap kesalahan adalah dimensi dengan nilai mean terendah
(3,35) dan dimensi dengan nilai mean tertinggi adalah dimensi kcrjasama dalam unit
(3,96). Pada kelompok tenaga penunjang, staffing merupakan dimensi dengan nilai mean
terendah (2,95) dan dimensi dengan nilai tertinggi adalah dimensi komunikasi terbuka
(4,18). Pada analisis berdasarkan unit kerja, unit gawat darurat memiliki nilai mean
terendah umuk hampir semua variabel budaya keselamatan, kecuali staffing, dengan
nilai mean total 2,l8, namun hasil ini tidak sesuai dengan hasil wawancara.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah budaya kesclamatan pasicn di Rumah Sakit
Islam Jakarta dikategorikan sedang dan memiliki karakteristik budaya positif walaupun
belum kuat, dengan dimensi terlemah adalah staiing. Staff yang rigid terhadap
perubahan dapat menjadi ancaman bagi pengembangan program keselamatan pasien,
namun di sisi Iain rumah sakit memiliki peluang potensial yakni staf yang
berpendidikan tinggi. Unit gawat darurat merupakan merupakan unit yang perlu
mendapatkan perhatian lebih besar dalam mengembangkan progmm keselaman pasien.
Mengingat bahwa untuk mcngembangkan program keselamatan pasien
dibutuhkan Iaporan dari insiden, maka disarankan tim manajemcn risiko untuk secara
intensif mensosialisasikan pelaporan insiden dan manajemen rumah sakit dapat secara
aktif membantu untuk meningkatkan keterlibatan dolcter senior dalam program

ABSTRACT
Today?s, health care in hospital become more complex and the opportunities for
errors abound. Patient safety-the prevention of medical error-have become central
concems both nationally and internationally. While a variety programs are being pushed
to improve patient safety, the belief growing that institution?s ability to avoid harm will
be realize only when its able to create a culture of safety among its staff The first step to
improve patient safety program in hospital is get patient safety culture stuyey on their
staff Safety culture assessment can be used as diagnostic tools to identified areas for
improvement, to evaluate patient safety program, conduct internal and external
benchmarking and fulfill regulatory requirement.
The ptupose of this research is to know patient safety culture from Rumah Sakit
Islam Jal
approach using primary data and questionnaire funded by AHRQ as a tool combined
with qualitative approach. Respondents in this research are 110 staff include medical
staff group, nursing staff group and supporting staff group. Data source selection based
on proportional random sampling so that ali staff in group are represented
The research result indicates that patient safety culture in Rumah Sakit Islam
Jakarta categories mild (mean=3.6O) and have the positive characteristics event not
strong. From 12 variable, staffing is the dimension with lowest mean value (3.29) and
teamwork within unit is the dimension with highest mean value (3.9l). There are nine
items that responded negative by more than 20% respondents. According to medical
staff perspective, frequencies of event reporting has lowest mean value (2.70) and
dimension with highest mean value is teamwork within unit (3.94)_ According to nursing
staff group, feedback and communication to error has lowest mean value (335) and
dimension with highest mean value is teamwork within unit (3.96). According to
supporting staff group, staffing has lowest mean value (2.95) and dimension with
highest mean value is communication openness (4.18). In unit analysis, emergency unit has the lowest mean for almost all safety culture variable, except statiing, with total
mean value is 2.18, but this data is not appropriate with interview result
Thus, the conclusion of this research is patient safety culture in Rumah Sakit
Islam Jakarta categorized mild and have the positive characteristics event not strong
with staffing as the weakest dimension. Rigid staif could be thneat safety team in
promoting patient safety program, on the other side this hospital has potential
opportunities cause high educated staffl Emergency unit is the area that need more
attention in promoting patient safety program.
Considering to improve patient safety program, incident report is needed, it is
suggested risk management team be intensive in socialization reporting incident and
hospital management be actively push senior doctor to participate this program.

"
2007
T34583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Putri Piandani
"Keselamatan pasien merupakan hal yang fundamental dalam pelayanan kesehatan. Rumah Sakit sebagai lingkungan kompleks dengan resiko yang tinggi memberikan peluang terhadap terjadinya kesalahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya insiden keselamatan pasien (IKP) berupa KTD, KNC dan KTC di Rumah Sakit X, Lampung Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian didapatkan insiden keselamatan pasien (IKP) di Rumah Sakit X dari bulan April 2012 sampai dengan September 2013 terjadi sebanyak 15 kasus yang terdiri atas 2 kasus KNC, 3 kasus KTC dan 10 kasus KTD. Insiden keselamatan pasien (IKP) dipengaruhi oleh faktor individu, faktor sifat dasar pekerjaan, faktor lingkungan organisasi dan manajemen serta faktor lingkungan fisik dan tempat kerja. Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya IKP adalah faktor individu (kompetensi tenaga medis) dan faktor organisasi–manajemen. Komunikasi dan kerjasama tim diperlukan dalam mengintegrasikan komponen – komponen yang ada di Rumah Sakit.
Patient safety is fundamentalissue in providing a health care. Hospital as a complex environment have a high risk of giving an opportunity to the occurrence of errors. The purpose of this study was to determine the factors that influence the patient safety incidents (IKP) such as KTD, KNC and KTC in The X Hospital in Lampung Tengah. This study uses a qualitative methode with case study design. The results showed patient safety incidents (IKP) at The X Hospital from April 2012 to September 2013 occurred as many as 15 cases consists of KNC 2 cases , 3 cases of KTC and 10 cases of KTD. Patient safety incidents (IKP) is influenced by individual factors,the nature of the work factors, the management and organization factors and physical environmental factors and workplace. The most influential factor on the IKP are individual factors (competence of medical personnel) and the organizational-management factors.In order to integrate all components in the hospital, communication and teamwork are needed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas indonesia, 2014
T39322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>