Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55326 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elvina Vania
"Risiko merupakan suatu ketidakpastian yang dapat terjadi di masa mendatang dan dapat menimbulkan suatu kerugian atau loss. Untuk meminimalisir loss tersebut, diperlukan alat ukur risiko untuk memprediksi loss-loss yang mungkin terjadi di masa depan. Sebelumnya, terdapat beberapa alat ukur risiko yang umum digunakan seperti Value-at- Risk (VaR) dan Expected Shortfall (ES), namun kedua alat ukur ini tidak memberikan informasi mengenai variabilitas data pada ekor distribusi. Untuk menutupi kekurangan tersebut, Corrado Gini (1912) menemukan suatu alat ukur risiko yang dikenal dengan Gini Shortfall (GS). GS dipandang menjadi alat ukur risiko yang lebih komprehensif karena bersifat koheren dan mempertimbangkan variabilitas pada ekor distribusi. Namun, GS menggeneralisasi bahwa semua orang memiliki kecenderungan sikap yang sama dalam menghadapi risiko, padahal kenyataannya tidak demikian. Oleh karena itu, Yitzhaki (1983) mengembangkan GS menjadi Extended Gini Shortfall (EGS). EGS merupakan bentuk generalisasi dari GS dengan memperhitungkan parameter risk-aversion, suatu kecenderungan sikap untuk memilih risiko seminimal mungkin. Alat ukur EGS memenuhi sifat koheren dengan syarat tertentu dan dapat memperhitungkan rata-rata severitas loss sekaligus variabilitas data pada ekor distribusi. Perhitungan variabilitas ini menggunakan alat ukur Tail Extended Gini functional berbasis Extended Gini functional. Selanjutnya, dilakukan pembentukan formula eksplisit EGS untuk distribusi eksponensial, Pareto, dan logistik, serta dijabarkan contoh perhitungan EGS dalam menghitung risiko. Perhitungan ini menggunakan data loss saham bulanan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dari November 2010 hingga November 2020. Dengan parameter risk-aversion yang konstan, didapatkan kecenderungan meningkatnya nilai EGS seiring meningkatnya tingkat kepercayaan. Sementara dengan tingkat kepercayaan yang konstan, didapatkan kecenderungan menurunnya nilai EGS seiring meningkatnya parameter risk-aversion.

Risk is an uncertainty that may occur in the future and cause a loss. To minimize the loss, a risk measure is needed to predict future losses. There are several risk measures such as Value-at-Risk (VaR) and Expected Shortfall (ES), but these instruments do not provide information on data variability in the distribution tail. To cover this deficiency, Corrado Gini (1912) invented a risk measure known as Gini Shortfall (GS). GS is said to be a more comprehensive risk measure because it is coherent and provide information about variability of the distribution tail. However, GS generalizes that everyone has the same tendency to take risks, when in reality they do not. Therefore, Yitzhaki (1983) developed GS into Extended Gini Shortfall (EGS). EGS is a generalization of GS by taking riskaversion into consideration. Risk-aversion is a tendency to take minimum risk. Also, EGS is a coherent risk measure under certain conditions and can calculate average severity and variability of losses in the distribution tail with Tail Extended Gini functional, a variability measure based on the Extended Gini functional. Furthermore, the explicit formula of EGS for exponential, Pareto, and logistic distributions and also the example of EGS calculation are presented in this paper. This calculation uses monthly loss of PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) stock from November 2010 to November 2020. Assuming a constant riskaversion parameter, EGS tends to increase with the increasing prudence level. Meanwhile, with a constant prudence level, EGS tends to decrease with the increasing risk-aversion parameter."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aaron Jarvis Eugene
"Risiko merupakan kemungkinan bahwa peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan akan terjadi di masa depan. Demi meminimalisir risiko yang dihadapi perusahaan atau
perorangan, dibutuhkan alat ukur yang dapat mengkuantifikasi risiko dengan baik. Beberapa contoh alat ukur risiko yang umum digunakan adalah Value-at-Risk (VaR) dan Expected Shortfall (ES). VaR mengukur batas bawah dari loss-loss yang besar pada ekor suatu distribusi loss, sementara ES mengukur rata-rata atau ukuran pemusatan dari lossloss yang melebihi VaR. Namun, kelemahan dari kedua alat ukur ini adalah tidak adanya informasi yang diberikan mengenai variabilitas data pada ekor distribusi tersebut. Oleh karena itu, pada skripsi ini diperkenalkan dan dibahas lebih lanjut mengenai Gini Shortfall (GS), suatu alat ukur risiko yang dapat dikatakan lebih komprehensif dibandingkan VaR maupun ES. GS dapat menjelaskan mengenai variabilitas data pada ekor distribusi yang diukur menggunakan Tail-Gini functional, yaitu pengukuran variabilitas berbasis Gini
Mean Difference atau Gini functional yang diterapkan pada ekor distribusi. Kelebihan lain GS adalah sifatnya yang dapat memenuhi empat kriteria koherensi apabila memenuhi
syarat tertentu, dimana alat ukur yang koheren dapat menjadi berguna bagi perusahaan maupun investor dalam menentukan strategi bisnis dan investasi yang tepat. Selain itu, pada skripsi ini juga akan ditentukan formula eksplisit GS untuk beberapa jenis distribusi kontinu yang sering ditemukan dalam pengukuran loss, yaitu distribusi eksponensial, Pareto, dan logistik. Formula eksplisit yang didapat kemudian digunakan untuk menghitung risiko dari suatu data saham riil.
A risk is the possibility of undesirable events happening in the future. Companies or individuals may minimize risks by selecting a good risk measure that is able to properly
quantify the risks they face. Some well-known risk measures include the Value-at-Risk (VaR) and the Expected Shortfall (ES). VaR measures the lower bound for big losses in a loss distribution tail, while ES measures the average or central tendency of losses surpassing or breaching the VaR. Unfortunately, there are some drawbacks in using the
stated risk measures, mainly that they do not provide any information regarding the variability of losses in the distribution tail. For that reason, this thesis will introduce and explore Gini Shortfall (GS), a risk measure said to be more comprehensive than VaR and ES. GS is able to provide information on the variability of data in distribution tails measured with Tail-Gini functional, which is a tail variability measure based on the
variability measure Gini Mean Difference or Gini functional. Another superiority of GS compared to other risk measures is that under certain conditions, it can satisfy the four criteria of coherency. A coherent risk measure may be useful for companies or investors to determine the right business and investing strategies. Besides that, this thesis will also provide explicit formulas of GS for some continuous distributions commonly used in loss models, namely the exponential, Pareto, and logistic distributions. These formulas are then applied to calculate risks from actual stock data."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulius Putra
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perubahan persepsi investor terhadap risiko berinvestasi di Indonesia. Pada penelitian ini, deret waktu dari parameter risk aversion diestimasi menggunakan indeks saham Indonesia menggunakan data imbal hasil dengan frekuensi harian dari tahun 1990 hingga tahun 2015. Penelitian ini menggunakan model AR(1)-GARCH(1,1)-M untuk mengestimasi parameter risk aversion pada pasar saham Indonesia. Pemodelan yang dilakukan pada penelitian ini memodelkan parameter risk aversion dalam proses random walk. Penemuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa premi risiko memiliki variansi sepanjang waktu dan mengindikasikan bahwa pasar saham Indonesia berpengaruh terhadap situasi perekonomian global.

ABSTRACT
The purpose of this thesis is to examine the change in perception of risk by investors in Indonesia. In this research, the time series of risk aversion parameter is estimated for the Indonesian stock market using daily return data from year 1990 to 2015. This research makes use of AR(1)-GARCH(1,1)-M model to estimate the risk aversion parameter for Indonesian stock market. The model used in this research modelled the risk aversion parameter to follow a random walk process. The findings of this thesis show that the risk premium varies over time and indicate that the Indonesian stock market is vulnerable to global economy, The purpose of this thesis is to examine the change in perception of risk by investors in Indonesia. In this research, the time series of risk aversion parameter is estimated for the Indonesian stock market using daily return data from year 1990 to 2015. This research makes use of AR(1)-GARCH(1,1)-M model to estimate the risk aversion parameter for Indonesian stock market. The model used in this research modelled the risk aversion parameter to follow a random walk process. The findings of this thesis show that the risk premium varies over time and indicate that the Indonesian stock market is vulnerable to global economy]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oei Evelyn Clarieta Kusuma
"Menurut teori Keynes, fungsi konsumsi diasumsikan berbentuk konkaf. Penelitian lanjutan menemukan bahwa ketidakpastian pendapatan membuat fungsi konsumsi berbentuk konkaf. Ketidakpastian pendapatan membuat pendapatan perlu dibagi jadi dua, masalah pembagian ini dikenal dengan general consumption saving problem. Beberapa penelitian menunjukkan sifat konkaf fungsi konsumsi untuk fungsi utilitas kelas Hyperbolic Absolute Risk Aversion (HARA) dalam general consumption-saving problem. Namun untuk sifat konkaf fungsi konsumsi di luar kelas HARA masih belum ditunjukkan. Oleh karena itu dalam tugas akhir ini ingin ditunjukkan bahwa jika sebuah fungsi utilitas strictly increasing, strictly concave, dan memiliki turunan ketiga yang non negatif, tetapi bukan dari kelas HARA, maka akan ada satu periode waktu pada general consumption-saving problem dimana fungsi konsumsinya tidak konkaf. Pembuktian akan dilakukan dengan menunjukkan bahwa jika fungsi utilitas berbentuk konkaf, pastilah fungsi utilitas Constant Relative Risk Aversion (CRRA) yang merupakan bagian HARA dengan sembarang kombinasi distribusi faktor diskon, gross return, dan pendapatan. Tahapan pembuktian dilakukan dengan menunjukkan bahwa general consumption-saving problem memiliki solusi yaitu konsumsi, konsumsi berbentuk konkaf, lalu menunjukkan bentuk fungsi utilitas yang mungkin dengan sifat konkaf konsumsi, dan fungsi utilitas yang harus dimiliki dengan batasan penelitian yang ada. Sifat konkaf fungsi konsumsi juga akan ditunjukkan dengan menggunakan simulasi perhitungan data random. Berdasarkan pembuktian dan simulasi perhitungan, didapatkan bahwa jika fungsi utilitas tidak konkaf, akan ada kombinasi faktor diskon, gross return, dan pendapatan dimana fungsi konsumsi tidak konkaf.

According to Keynes’ theorem, the consumption function is assumed to be concave. Follow-up research finds that income uncertainty makes the consumption function concave. Income uncertainty makes income need to be divided into two, this problem is known as the general consumption-saving problem. Several studies have demonstrated the concavity of the consumption function for the utility function class Hyperbolic Absolute Risk Aversion (HARA) in the general consumption-saving problem. However, the concave nature of the consumption function outside of the HARA class has not yet been shown. Therefore, this final project wants to show that if a utility function is strictly increasing, strictly concave, and has a non-negative third derivative, but not from the HARA class, then there will be a period in the general consumption-saving problem where the consumption function is not concave. The statement will be proven by showing that if the consumption function is concave, the utility function must be CRRA, that is part of the HARA class for any combination of discount factor, gross return, and income. The final project proving steps will be as follow, prove that general consumption-saving problem has a solution, namely consumption, then showing that consumption is concave, then showing the form of the utility function that is possible to be formed with the concavity of consumption, and find the utility function form given the limitations of the research. The concave nature of the consumption function will also be demonstrated by using random data calculation simulations. As conclusion, it is found that if the utility function is not concave, there will be a combination of discount factors, gross returns, and income where the consumption function is not concave."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Karna Miharja
"[ABSTRAK
Penelitian ini mengukur risiko sistemik institusi keuangan yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada periode 2006 ? 2010, mencakup periode krisis
keuangan tahun 2008, menggunakan metode capital shortfall dan ukuran risiko
SRISK. SRISK adalah kekurangan modal yang dialami institusi keuangan jika
imbal hasil pasar jatuh pada periode waktu tertentu. SRISK merupakan fungsi dari
leverage, ukuran, dan Marginal Expected Shortfall (MES) institusi keuangan.
MES adalah penurunan imbal hasil saham institusi keuangan jika pasar
mengalami penurunan imbal hasil pada periode waktu tertentu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sub-sektor perbankan memberikan kontribusi terbesar risiko
sistemik pada sektor keuangan di Indonesia.

ABSTRACT
This research measures systemic risk of financial institutions listed in Indonesia
Stock Exchange on period of 2006 ? 2010, including financial crisis period in
2008, using capital shortfall method and SRISK risk measure. SRISK is capital
shortage experienced by financial institution on condition of market return drop
within a certain period. SRISK is a function of leverage, size, and Marginal
Expected Shortfall (MES) of financial institution. MES is equity return drop of
financial institution on condition of market return drop within a certain period.
Research result shows that banking sub-sector is the highest contributor for
systemic risk of financial sector, This research measures systemic risk of financial institutions listed in Indonesia
Stock Exchange on period of 2006 – 2010, including financial crisis period in
2008, using capital shortfall method and SRISK risk measure. SRISK is capital
shortage experienced by financial institution on condition of market return drop
within a certain period. SRISK is a function of leverage, size, and Marginal
Expected Shortfall (MES) of financial institution. MES is equity return drop of
financial institution on condition of market return drop within a certain period.
Research result shows that banking sub-sector is the highest contributor for
systemic risk of financial sector]"
2015
T43641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Rosdiyanti
"Keputusan pendidikan dianggap sebagai investasi berisiko dan melibatkan ketergantungan pada peran orang tua. Oleh karena itu, penelitian ini menyelidiki peran dari parental risk aversion terhadap lama sekolah anak menggunakan Indonesian Family Life Survey (IFLS) 1993 (awal) dan 2014 (hasil). Dengan menggunakan ordinary least squares (OLS), penelitian ini menemukan asosiasi terbalik antara parental risk aversion dan lama sekolah anak. Hanya ibu yang ditemukan berkorelasi dengan pendidikan anak, karena mereka adalah pengambil keputusan dominan dalam rumah tangga, terutama keputusan pendidikan. Dapat diartikan bahwa maternal risk aversion bereaksi terhadap ketidakpastian prospek ketenagakerjaan di masa depan bagi anak-anak mereka, sementara investasi modal manusia menyiratkan tingginya biaya peluang. Analisis lebih lanjut mengungkapkan bahwa korelasi yang lebih kuat ditemukan pada rumah tangga miskin, tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan anak laki-laki.

Education decision is considered as risky investment and involved dependencies on parental role. Hence, this study investigates the role of parental risk aversion on children’s years of schooling using Indonesian Family Life Survey (IFLS) 1993 (initial) and 2014 (outcome). By using ordinary least squares (OLS), this study found an inverse association between parental risk aversion and children’s years of schooling. Only mothers that found to be correlated with children’s education, because they are dominant decision maker in households, especially for education decision. It can be interpreted that risk averse mothers react to the uncertainty of future labor prospect of their children, while human capital investment often implies the high opportunity cost. Further analysis reveals that the stronger correlation is found in the poor households, for higher level of education, and for sons."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suirwan
"Tesis ini membahas pengukuran risiko pasar portofolio saham dengan Value at Risk dan Expected Shortfall model volatilitas GARCH pada PT XYZ yang terdiri 29 emiten dengan periode observasi tahun 2008-2010. Hasil analisis menunjukkan bahwa perhitungan return portofolio tidak memenuhi distribusi normal, sehingga estimasi kerugian dengan menggunakan VaR distribusi normal dapat menjadi bias.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesa parametrics VaR dengan model volatilitas GARCH pada confidence level 99% dan 95% terbukti valid setelah dilakukan kupiec test pada periode 2010-2011, sementara hipotesa Expected Shortfall sebagai alternatif pengukuran risiko terbukti valid hanya pada confidence level 99%. Hasil perhitungan risiko portofolio saham dengan VaR dan ES model volatilitas GARCH menunjukkan bahwa nilai risiko lebih optimum dibandingkan undiversified portofolionya.

This thesis discusses the measurement of portfolio market risk by using Value at Risk and Expected Shortfall with GARCH volatility model on 29 listed companies PT XYZ?s during observation periods of 2008-2010. The analysis showed that the calculation of portfolio return do not meet the normal distribution so that the expected loss using normal distribution VaR can be biased.
The hypothesis of Parametrics VaR with GARCH volatility at 95% and 99% confidence level proved valid after Kupiec test in the periods of 2010-2011, while hypothesis of Expected Shortfall as an alternative risk measurement proved valid only at 99% confidence level. Risk calculation using VaR and Expected Shortfall with GARCH volatility suggests more optimum value than the undiversified portfolio.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29503
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adrianus Jan Felix
"Manajemen risiko yang efektif adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan untuk mengelola risikonya. Untuk menjaga nilai asetnya, sebuah perusahaan perlu mengestimasi risiko pasar dalam berinvestasi dengan alat ukur risiko yang efektif. Salah satu alat ukur risiko yang sering digunakan adalah Expected Shortfall (ES), didefinisikan sebagai nilai ekspektasi kerugian jika diketahui kerugian melebihi nilai Value-at-Risk. Secara umum, risiko kerugian dari sebuah aset dalam portofolio dapat diprediksi dengan mengasumsikan distribusi return mengikuti distribusi normal. Pada aset derivatif  tidak berlaku sama karena memiliki distribusi nonlinear, return bergantung pada harga underlying asset, waktu jatuh tempo, volatilitas, dan tingkat bunga. Perhitungan return portofolio secara umum dilakukan dengan simulasi Monte Carlo (MC).  Dalam penggunaannya, metode MC membutuhkan waktu lama jika portofolio memiliki banyak campuran aset saham, obligasi, maupun derivatif. Alternatif pengukuran ES yang lebih cepat dibanding simulasi MC adalah menggunakan formula eksplisit pada metode Delta-Gamma. Formula eksplisit metode Delta-Gamma dapat dirumuskan berdasarkan distribusi nonsentral Chi-Squared derajat bebas satu. Pada penelitian ini, aset derivatif yang menjadi perhatian adalah waran, yaitu kontrak finansial yang diterbitkan perusahaan untuk membeli saham pada waktu tertentu dengan harga yang telah ditentukan. Pengukuran ES pada waran dalam penelitian ini menggunakan model Black-Scholes untuk mendapatkan parameter Delta dan Gamma. Hasil pengukuran ES pada waran menggunakan formula eksplisit Delta-Gamma menghasilkan Average Percentage Error (APE) dibawah 0.06% dibandingkan dengan simulasi MC.

An effective risk management is a key to the success of companies in managing its risks. To maintain the value of their assets, company should be able to estimate market risk in investing using an effective risk measuring tool. Expected Shortfall (ES) is one of the most used effective risk measures, defined as expected loss value if it is known that the loss exceeds Value-at-Risk. In general, the risk of loss of an asset in a portfolio can be predicted by assuming the distribution of returns follows normal distribution. However, it does not apply to derivative assets, because they have a nonlinear distribution, the return depends on the price of the underlying asset, time to maturity, volatility, and interest rates. Calculation for portfolio returns is generally carried out using Monte Carlo (MC) simulations. The MC method takes a lot of time if the portfolio has a large mix of stock, bond, or derivative assets. An alternative for measuring ES that is faster than MC simulation is to use an explicit formula of Delta-Gamma method. The explicit formula of the Delta-Gamma method can be formulated based on the non-central Chi-Squared distribution with one degree of freedom. In this study, the concern in derivative assets are the warrants, namely financial contracts issued by companies to buy shares at a certain time at a predetermined price. The measurement of ES on warrants in this study uses the Black-Scholes model to produce Delta and Gamma parameters. The results of the ES measurement on warrants using the explicit Delta-Gamma formula produce Average Percentage Error (APE) below 0.06% compared to the MC simulation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Diza
"Penelitian ini memberikan kontribusi berupa studi empiris risk preference dan time preference di Indonesia kaena merupakan alasan dasar pengambilan keputusan oleh individu. Penelitian ini mengestimasi pengaruh risk preference dan time preference orang tua terhadap keputusan imunisasi anak menggunakan data IFLS 2014. Imunisasi dasar bagi anak adalah keputusan yang dibuat oleh orang tua untuk anaknya. Pembentukan keputusan orang tua mempertimbangkan faktor uncertainty dari adverse events imunisasi dan preventable desease yang hendak dilawan melalui imunisasi. Riset di Amerika Serikat dan Jepang menunjukkan bahwa seseorang yang risk averse cenderung memilih untuk diimunisasi karena preventable desease dianggap beresiko terhadap kesehatan.
Namun penelitian ini menemukan bahwa risk aversion ibu berpengaruh negatif terhadap keputusan imunisasi anak, sedangkan time preference orang tua tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan imunisasi anak. Hal ini mengindikasikan bahwa resiko yang dianggap lebih membahayakan kesehatan anak adalah adverse events imunisasi bukan preventable desease. Kondisi ini dapat dijelaskan dengan model probability weight function dimana resiko adverse events yang kecil di-overvalue akibat perceived risk atas adverse events yang tinggi.

This study contributes to empirical studies of risk preference and time preference in Indonesia. These preferences are the basic reason for individual decision making. This study estimated the effect of parents risk preference and time preference on childrens immunization decisions using 2014 IFLS data. Parents make a decision to Immunize their children or not. In the decision-making process, parents consider the uncertainty about immunization such as the likelihood of preventable diseases and adverse events following immunization. Research in the United States and Japan show that someone who is a riskaverse tends to be immunized because of the risk of preventable disease.
However, this study finds that maternal risk aversion has a negative effect on children's immunization decisions, while parents time preference does not significantly influence childrens immunization decisions. This indicates parents consider that adverse events following immunization is more harmful to childrens health rather than the preventable disease. This condition can be explained by a probability weight function model where the risk of small adverse events is overvalued due to the high perceived risk to adverse events.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Indira Budiwan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25591
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>